Anda di halaman 1dari 10

eISSN 2338-199X e-GiGi.

2020;8(1):34-43
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/eg.8.1.2020.29097
KemenRistekdikti RI No. 30/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi

Pengendalian Bahaya Fisik pada Pekerjaan Dokter Gigi

Juliatri

Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Universitas Sam Ratulangi Manado
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado
Email: juliatri31@unsrat.ac.id

Abstract: Dentists are at risk of experiencing a number of occupational hazards including


physical hazards. Potential physical hazards include noise, lighting, ionizing and non-ionizing
radiation, percutaneous exposure incident (PEI), and extreme temperatures. Efforts to control
physical hazards based on the hierarchy of hazard control in the work of dentists are
substitution, engineering, administration, and the use of personal protective equipment (PPE).
Keywords: physical hazards, hazard control hierarchy

Abstrak: Dokter gigi merupakan salah satu profesi yang berisiko mengalami sejumlah bahaya
akibat pekerjaan, termasuk bahaya fisik. Potensi bahaya fisik antara lain kebisingan,
pencahayaan, radiasi ionisasi dan nonionisasi, percutaneous exposure incident (PEI), dan suhu
ekstrim. Upaya pengendalian bahaya fisik berdasarkan hierarki pengendalian bahaya pada
pekerjaan dokter gigi yaitu substitusi, rekayasa engineering, administrasi, dan penggunaan alat
pelindung diri (APD).
Kata kunci: bahaya fisik, hierarki pengendalian bahaya

Pendahuluan tahun 2016 terhadap 130 dokter gigi yang


Setiap pekerjaan memiliki potensi terlibat dalam praktik klinis menunjukkan
bahaya yang timbul pada saat seseorang me- 122 (93,8%) memiliki risiko kerja selama
lakukan pekerjaan tersebut. Pekerja mem- praktik. Cervical back pain diamati pada
punyai risiko terhadap masalah kesehatan 81,96% dokter gigi diikuti oleh nyeri sendi
yang disebabkan oleh proses kerja, ling- lutut/siku 53,27%, infeksi mata 44,615%,
kungan kerja serta perilaku kesehatan gangguan pendengaran 40,98%, stres psiko-
pekerja. Selain penyakit akibat kerja dan logis 41,80%, dan alergi bahan 12,29%.3
kecelakaan kerja, pekerja juga berisiko Masalah kesehatan akibat pekerjaan juga
menderita penyakit menular dan tidak ditemukan pada dokter gigi di Kroasia
menular.1 yaitu lebih dari 78,18% dokter gigi yang
Dokter gigi merupakan salah satu pro- disurvei mengalami nyeri punggung bagian
fesi yang berisiko mengalami sejumlah atas, 76,97% menderita nyeri punggung
bahaya akibat pekerjaan. Bahaya tersebut bawah, 29,29% mengalami masalah kulit,
antara lain pajanan terhadap agen penyebab 46,87% gangguan penglihatan, 19,03% ma-
infeksi (termasuk human immunodeficiency salah pendengaran, dan 15,76% dokter gigi
virus dan virus hepatitis), radiasi, kebising- mengalami gangguan neurologik.4 Peneli-
an, gangguan muskulo-skeletal, masalah tian yang dilakukan oleh Al Rawi et al5
psikologis, dermatitis, gangguan pernapas- tahun 2019 juga menunjukkan 20 praktisi
an, dan percikan bahan gigi pada mata.2 gigi (22,2% dari sampel penelitian) mende-
Penelitian yang dilakukan oleh Baig rita gangguan pendengaran. Telinga kiri

34
Juliatri: Pengendalian bahaya fisik pada pekerjaan dokter gigi 35

lebih terpengaruh daripada telinga kanan, dari tempat kerja.6,8 Contoh tindakan elimi-
tetapi tidak bermakna secara statistik. Pada nasi ialah berhenti menggunakan zat kimia
penelitian tersebut juga dijelaskan adanya beracun dan mengeliminasi pekerjaan yang
hubungan langsung antara jam kerja per monoton sehingga dapat menghilangkan
minggu dan kapasitas pendengaran, tetapi stres negatif.7 Substitusi merupakan upaya
tidak bermakna secara statistik. Kapasitas penggantian bahan, alat atau cara kerja
pendengaran terendah terlihat pada laki- dengan alternatif lain dengan tingkat baha-
laki dibandingkan perempuan.5 ya yang lebih rendah sehingga dapat
menekan kemungkinan terjadinya dampak
Hierarki Pengendalian Bahaya yang serius.6,9 Eliminasi dan substitusi
Hierarki pengendalian bahaya atau merupakan pengendalian yang paling efek-
risiko merupakan hal dasar yang harus tif dalam mengurangi bahaya, juga cende-
dipahami oleh seluruh praktisi keselamatan rung paling sulit untuk diterapkan dalam
dan kesehatan kerja karena akan menjadi proses yang ada. Jika prosesnya masih
dasar dalam pengambilan keputusan terkait dalam tahap desain atau pengembangan,
dengan pengendalian risiko (Gambar 1).6 eliminasi dan substitusi bahaya mungkin
Hierarki pengendalian bahaya bertujuan tidak mahal dan mudah diimplementasikan.
untuk menyediakan pendekatan sistematik Untuk proses yang telah berjalan, peru-
guna peningkatan keselamatan dan kese- bahan besar dalam peralatan dan prosedur
hatan, mengeliminasi bahaya dan mengu- mungkin diperlukan untuk menghilangkan
rangi atau mengendalikan risiko keselama- atau mengganti bahaya.9 Contoh substitusi
an dan kesehatan kerja. Dalam hierarki ialah mengganti tensi air raksa dengan tensi
pengendalian bahaya, pengendalian yang digital, dan mengganti kompresor tingkat
lebih atas lebih efektif daripada pengen- kebisingan tinggi dengan tipe kompresor
dalian yang lebih bawah.7 dengan kebisingan rendah.6
Tahapan rekayasa teknik merupakan
pengendalian rekayasa desain alat dan/atau
tempat kerja.7 Rekayasa engineering lebih
efektif untuk mengendalikan paparan
pekerja di tempat kerja daripada menggu-
nakan alat pelindung diri (APD). Rekayasa
engineering yang dirancang dengan baik
bisa sangat efektif dalam melindungi
pekerja. Biaya awal rekayasa engineering
dapat lebih tinggi daripada biaya kontrol
administratif atau APD, tetapi dalam jang-
ka panjang, biaya operasi seringkali lebih
Gambar 1. Hierarki pengendalian bahaya. rendah, dan dalam beberapa kasus dapat
Sumber: NIOSH, 2015.6 memberikan penghematan biaya di area
lain dari proses.9 Contoh pengendalian
Hierarki pengendalian bahaya dalam dalam rekayasa engineering ialah pemakai-
sistem manajemen keselamatan dan kese- an pelindung mesin pada alat dengan
hatan kerja yaitu eliminasi, substitusi, tingkat kebisingan tinggi,6,7 pengaturan
rekayasa engineering/pengendalian teknik, sistem ventilasi, dan penyekatan ruangan.7
administrasi, dan penggunaan alat pelin- Pengendalian administrasi merupakan
dung diri (APD). Eliminasi merupakan pengendalian dari sisi pekerja yang akan
langkah pengendalian yang menjadi pilihan melakukan pekerjaan. Dengan adanya me-
pertama dan paling efektif untuk mengen- tode kerja diharapkan pekerja akan mema-
dalikan pajanan karena menghilangkan tuhi, serta memiliki kemampuan dan keah-
bahaya dari tempat kerja. Namun, beberapa lian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan
bahaya sulit untuk benar-benar dihilangkan secara aman. Jenis pengendalian ini antara
36 e-GiGi, Volume 8 Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 34-43

lain adanya standar operasional prosedur Kebisingan yang berasal dari kompresor,
(SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi bor gigi (hand piece high speed), dan
perilaku, jadwal kerja, dan jadwal genset
istirahat.8 Kompresor digunakan sebagai sumber
Alat pelindung diri (APD) atau yang tenaga bor gigi dan alat kedokteran gigi
dikenal sebagai personal protective equip- lainnya yang membutuhkan dorongan
ment (PPE) adalah peralatan keselamatan angin. Kompresor dan hand piece high
untuk melindungi diri terhadap potensi speed yang beroperasi dari 3900 hingga
bahaya kecelakaan kerja. Alat pelindung 12.500 Hz merupakan faktor utama penye-
diri merupakan kelengkapan yang wajib bab kebisingan. Kehilangan pendengaran,
digunakan saat bekerja untuk menjaga tekanan akustik dan gangguan konsentrasi
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang dapat dialami oleh individu yang secara
di sekelilingnya, serta menjadi upaya teratur terpapar frekuensi di atas 3000 Hz.2
terakhir dalam meminimalkan bahaya.10 Penelitian yang dilakukan oleh Qsaibati
Alat pelindung diri ini dibagi atas: 1) dan Ibrahim11 menunjukkan bahwa kebi-
pelindung mata dan wajah, 2) pelindung singan tertinggi pada klinik gigi dihasilkan
pernapasan, 3) pelindung kepala, 4) pelin- oleh handpiece micro motor pada saat
dung kaki, 5) pelindung tangan, 6) pelin- memotong akrilik (92,2 dB) dan sumber
dung pendengaran, 7) pelindung tubuh, dan kebisingan terendah (51,7 dB) yaitu skeler
8) sabuk pengaman.10 ultrasonik tanpa penggunaan suction.
Tingkat kebisingan tertinggi terdapat pada
Klasifikasi Potensi Bahaya klinik pedodontik (67,37 dB).11 Hasil peng-
Penyakit akibat kerja dapat disebabkan ukuran tingkat kebisingan di klinik gigi
oleh potensi bahaya yang mengancam yang dilakukan oleh Elmehdi12 menun-
kesehatan pekerja di tempat kerja. Potensi jukkan bahwa tingkat kebisingan back-
bahaya tersebut dibagi menjadi lima go- ground (ketika tidak ada peralatan gigi
longan yaitu:1 fisik, kimia, biologi, ergono- yang digunakan) ialah 65 dB, sedangkan
mik, dan psikososial. Golongan fisik, con- tingkat kebisingan ketika terdapat perang-
tohnya suhu ekstrem, bising, pencahayaan, kat yang digunakan di klinik gigi bervariasi
vibrasi, radiasi ionisasi dan nonionisasi, dari 72 dB-85 dB untuk skeler ultrasonik
serta tekanan udara. Golongan kimia, yaitu dan 87 dB kompresor (Tabel 1).
semua bahan kimia dalam bentuk debu,
uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel Tabel 1. Nilai rerata kebisingan di klinik gigi12
nano, dan lainnya. Golongan biologi, yaitu
Alat Rerata tingkat
bakteri, virus, jamur, bioaerosol, dan lain- kebisingan
nya. Golongan ergonomi, contohnya angkat (dB)*
angkut berat, posisi kerja janggal, posisi Background 65 ± 2
kerja statis, gerak repetitif, penerangan, Aspirator 72 ± 3
visual display terminal (VDT), dan lainnya.
Kompresor udara 87 ± 3
Golongan psikososial, seperti beban kerja
kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, Mixers 77 ± 3
kerja monoton, hubungan interpersonal, Handpiece with high 75 ± 3
kerja shift, lokasi kerja, dan lainnya speed air suction
Handpiece with low 72 ± 3
speed air suction
Pengendalian Bahaya Fisik Berdasarkan High speed drill 84 ± 2
Hierarki Pengendalian Bahaya pada
Skeler ultrasonik 85 ± 3
Pekerjaan Dokter Gigi
Pekerjaan dokter gigi memiliki potensi *
diukur menggunakan skala A
bahaya. Berikut ini ialah potensi bahaya
fisik dan upaya pengendalian berdasarkan Nilai ambang batas (NAB) kebisingan
hierarki pengendalian bahaya. untuk 8 jam kerja per hari ialah sebesar 85
Juliatri: Pengendalian bahaya fisik pada pekerjaan dokter gigi 37

dB.13 Paparan terhadap kebisingan yang untuk melaksanakan kegiatan secara efek-
melebihi NAB secara berkelanjutan tanpa tif. Pencahayaan diukur dalam satuan Lux-
menggunakan tindakan pencegahan dan lumen per meter persegi. Kadar penca-
perlindungan merupakan risiko kesehatan hayaan diukur dengan alat pengukur cahaya
serta memiliki efek pendengaran dan non- (Lux meter) yang diletakkan di permukaan
pendengaran. Efek nonpendengaran meli- tempat kerja atau setinggi perut untuk
puti hipertensi, gangguan tidur, penurunan penerangan umum (kurang lebih 1 meter).1
kinerja belajar, stres, gangguan komunikasi Pencahayaan yang tepat di tempat
dan konsentrasi, serta kelelahan mental. praktik, baik pencahayaan pada area kerja
Efek pendengaran terdiri atas gangguan atau operasi, pencahayaan di tempat
pendengaran permanen dan perubahan penyimpanan bahan dan alat, maupun
pendengaran sementara atau tinitus pada pencahayaan di ruang tunggu pasien meru-
paparan jangka pendek kebisingan.14 pakan hal yang sangat penting.17 Pencaha-
Berdasarkan hierarki pengendalian yaan yang memadai akan meningkatkan
bahaya, kebisingan yang berasal dari pera- presisi kerja, terutama menyangkut prose-
latan kedokteran gigi dapat dilakukan de- dur seperti pencocokan warna mengguna-
ngan cara, antara lain: substitusi, rekayasa kan shade guide dan penentuan warna
engineering, administrasi, dan mengguna- bahan restorasi gigi.17,18
kan APD. Substitusi yaitu mengganti kom- Penelitian oleh Alvin18 menunjukkan
presor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe bahwa pencahayaan di 32 tempat praktik
yang memiliki kebisingan rendah (silent dokter gigi pribadi yang diukur tidak ideal
compressor) sehingga dapat meminimalkan untuk melakukan pencocokan warna visual.
risiko gangguan pendengaran.2,6,15 Reka- Penerangan yang buruk merupakan penye-
yasa engineering dilakukan dengan memin- bab sakit mata, ketegangan mata, sakit
dahkan alat yang menjadi sumber bising kepala, dan kelelahan mata, sedangkan
lebih jauh dari operator, penggunaan pere- kecerahan yang berlebihan menyebabkan
dam suara, membatasi dengan dinding ketidaknyamanan dan kelelahan visual.2
penghalang, menutup sebagian atau keselu- Noel menunjukkan bahwa paparan cahaya
ruhan sumber kebisingan.15 Pelaksanaan dari penggunaan lampu Light-Emitting
administrasi dilakukan dengan memelihara Diode (LED) pada dental unit dapat
peralatan kedokteran gigi sesuai panduan menyebabkan kerusakan retina mata. Pada
manual dari pabrik dan tidak menggunakan penelitiannya disebutkan paparan selama
peralatan yang sudah tua. Dalam beberapa lima menit tidak menghasilkan pengaruh
penelitian telah ditunjukkan bahwa peralat- bermakna, sedangkan paparan sebanyak
an gigi yang rusak atau aus, khususnya tiga dan empat kali (durasi setiap paparan
hand piece, bor gigi dan skeler, mening- selama lima menit) menyebabkan kerusak-
katkan risiko gangguan pendengaran 3-20 an pada mata yang bermakna.19
kali jika tidak dirawat dengan baik.15 Selan- Lampu dental unit terdiri atas lampu
jutnya, usia peralatan gigi juga merupakan halogen dan LED. Penggunaan pencaha-
faktor risiko yang berkontribusi. Messano yaan LED intensitas tinggi ini tidak dapat
dan Petti16 telah melaporkan bahwa hand dipungkiri semakin populer di kalangan
piece dengan pemakaian lebih dari 1 tahun dokter gigi. Meskipun sebagian besar
dapat memengaruhi efisiensi pendengaran. produsen lampu LED mengiklankan bahwa
Menggunakan APD atau perlindungan lampu dental unit yang diproduksi meman-
pribadi dilakukan dengan menggunakan carkan cahaya putih terang, tetapi alat ini
penutup telinga yang mengurangi suara masih terdiri atas dua spectral band yaitu
intensitas tinggi hingga 30 hingga 35 dB.2 spectral band biru hingga 445 nm, dan
spectral band hijau hingga 555 nm. Green
Penerangan atau pencahayaan yang buruk light pada lampu LED tidak menyebabkan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran kerusakan pada mata, tetapi beberapa pen-
pada suatu bidang kerja yang diperlukan cahayaan LED yang memiliki komponen
38 e-GiGi, Volume 8 Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 34-43

blue light yang kuat dapat menyebabkan Dalam hal administrasi, dilakukan de-
bahaya kerusakan retina.19 ngan mengikuti instruksi/panduan manual
Upaya pengendalian yang dapat dari pabrik misalnya bola lampu sering
dilakukan ialah antara lain rekayasa dibersihkan agar debu atau kotoran yang
engineering dan administrasi. Pada reka- menempel tidak mengurangi pencahayaan.
yasa engineering diupayakan pencahayaan Bola lampu yang mulai tidak berfungsi
alam maupun buatan agar tidak menim- dengan baik segera diganti.1 Fluoresent
bulkan kesilauan dan memilki intensitas tube pada lampu juga harus diganti setiap
sesuai dengan peruntukannya.1 Pencaha- tahun karena pencahayaan akan berkurang
yaan yang ideal untuk operating light di seiring bertambahnya usia.17
tempat praktik dokter gigi ialah 20.000 Lux
dengan Colour Rendering Index (CRI) Radiasi ionisasi dan nonionisasi.
lebih dari 90%. Untuk mempertahankan Paparan radiasi ionisasi dan non-
pencahayaan yang optimal, diperlukan ionisasi dapat terjadi dalam klinik gigi.21
pemasangan tirai pada jendela. Standar
pencahayaan untuk room light sekitar 200- Radiasi ionisasi
700 Lux dan ruang tunggu pasien 300-400 Radiasi ionisasi didefinisikan sebagai
Lux.17 Pengaturan penempatan bola lampu radiasi yang dapat mengionisasi molekul
juga dapat dilakukan karena dapat meng- biologis.22 Dengan kemajuan dalam teknik
hasilkan penyinaran yang optimum.1 Pemi- diagnostik, pemanfaatan pemeriksaan radio-
lihan hand piece high speed yang dileng- logis telah meningkat banyak kali lipat
kapi dengan sumber cahaya fiber optic dalam dua dekade terakhir.23 Paparan
memungkinkan visualisasi yang jauh lebih radiasi berbahaya bagi manusia. X-ray
baik. Hal ini sangat penting karena penca- yang banyak digunakan dalam menunjang
hayaan dari lampu dental unit seringkali penentuan diagnosis di bidang medis dan
sulit diposisikan untuk memberi pencaha- kedokteran gigi merupakan jenis radiasi
yaan keseluruhan mulut pasien (Gambar ionisasi. Literatur mengungkapkan bahwa
2).20 paparan tunggal radiografi periapikal intra-
oral mampu menyebabkan efek geno-
toksik22 dan menginduksi karsinogenesis
pada sel yang terpapar.23
Efek biologi radiasi dikelompokkan ke
dalam dua kategori yaitu efek deterministik
dan efek stokastik.22,24 Efek deterministik
didasarkan pada pembunuhan sel24 dan
disebut juga efek nonstokastik. Efek deter-
ministik tergantung pada waktu pemaparan,
jenis, dan dosis radiasi.25 Dosis di bawah
Gambar 2. Hand piece high speed yang dileng- NAB tidak menimbulkan efek klinis, tetapi
kapi dengan sumber cahaya fiber optic. Sumber: keparahan dari kerusakan sel akan mening-
Surgiden, 2020.20 kat seiring dengan semakin meningkatnya
dosis radiasi.24 Efek stokastik adalah efek
Pekerjaan dokter gigi tidak selalu yang terjadi ketika seseorang menerima
dilakukan di tempat praktik dengan penca- radiasi dosis tinggi. Efek ini mengalami
hayaan yang ideal, tetapi juga dilakukan di peningkatan dengan bertambahnya dosis.25
fasilitas kesehatan yang berada di tempat Dosis radiografi intraoral 1-8μSv;
terpencil yang minim peralatan dan pada panoramik 4-30μSv; sefalometrik 2-3μSv,
kegiatan-kegiatan bakti sosial yang penca- prosedur CBCT 50μSv atau lebih rendah
hayannya sangat tidak memadai. Untuk untuk pemindaian berukuran kecil dan
kasus seperti ini dapat ditambahkan penca- menengah, serta 100μSv untuk pemindaian
hayaan dari senter kepala atau head lamp. volume besar (μSv = mikroSievert, mSv =
Juliatri: Pengendalian bahaya fisik pada pekerjaan dokter gigi 39

miliSievert, 1mSv = 1000 μSv)26 Penga- direkomendasikan. Para dokter gigi atau
turan NAB dosis radiasi pada masyarakat petugas radiologi harus menggunakan
umum dan pekerja ditetapkan oleh teknik pengambilan radiografi yang akurat
Environmental Protection Agency (EPA), sehingga dapat memberikan gambaran
Nuclear Regulatory Commision (NRC), radiografi berkualitas baik yang dapat
dan Department of Energy (DOE) untuk memaksimalkan hasil diagnostik dan
membatasi risiko kanker (Tabel 2).27 menghindari paparan berulang terhadap
radiasi.21 Selama paparan, operator harus
Tabel. 2 Ambang batas dosis radiasi tahunan meninggalkan ruangan atau mengambil
(miliSievert/mSv)27 posisi di belakang barrier atau dinding.
Ambang batas Badan yang
Operator harus berdiri setidaknya 6 kaki
dosis radiasi menetapkan dari pasien, pada sudut 90°-135 ° dari pusat
tahunan sinar sinar-X.2 Mengganti peralatan dental
X-ray yang sudah lama28 dan melakukan
Pekerja radiasi NRC
– 50 mSv
evaluasi berkala peralatan X-Ray untuk
Masyarakat umum (NRC, member of the memastikan paparan radiasi yang tepat. Hal
– 1 mSv public) ini juga memberikan petunjuk jika ada
Masyarakat umum (NRC, decommissioning kebocoran radiasi. Literatur mengungkap-
– 0,25 mSv and decontamination all kan bahwa terdapat banyak dokter gigi
pathways) yang tidak melakukan evaluasi berkala
Masyarakat umum (EPA, air pathway) peralatan X-ray. Hal ini menyebabkan
– 0,10 mSv paparan radiasi yang tidak perlu akibat
Masyarakat umum (EPA, drinking water kebocoran radiasi. Dental X-ray perlu
– 0,04 mSv pathway) dikalibrasi dengan baik dan dilakukan
setiap 3 tahun.22
Dosis radiasi yang digunakan selama Penggunaan APD yang sesuai bagi
perawatan gigi mungkin tergolong rendah pasien seperti apron, lead gloves,28 dan
untuk pemeriksaan individu, tetapi pasien thyroid collar perlu diterapkan.22
yang melakukan beberapa kali perawatan
mendapatkan paparan radiografi gigi ber- Radiasi nonionisasi
ulang.23 Oleh karena itu, prinsip-prinsip Radiasi nonionisasi adalah serangkaian
perlindungan dan keselamatan radiasi gelombang energi yang terdiri atas medan
diperlukan untuk diikuti oleh dokter gigi.23 listrik dan magnet yang bergerak dengan
Upaya pengendalian bahaya radiasi kecepatan cahaya.29 Radiasi nonionisasi
ionisasi antara lain meliputi rekayasa meliputi microwave (MW), frekuensi radio
engineering, administrasi, dan mengguna- (RF), spektrum ultraviolet (UV),25,29 visible
kan APD. Rekayasa engineering dilakukan light, inframerah (IR), dan extremely low
dengan mendesain tempat kerja yaitu frequency (ELF).29
memberikan jarak aman antara pekerja Dalam kedokteran gigi, radiasi non-
dengan sumber radiasi,28 dinding harus ionisasi berasal dari alat light curing unit
memiliki kepadatan atau ketebalan yang (LCU) dan laser.2 Radiasi nonionisasi dapat
cukup,2 menggunakan sistem interlock, menimbulkan risiko kesehatan yang cukup
desain peralatan untuk meminimalkan besar bagi dokter gigi jika tidak dikontrol
penyebaran sinar, dan mengaktifkan tanda dengan baik.29 Pada awalnya LCU meman-
peringatan pada mesin ketika selesai carkan sinar ultraviolet untuk photo-
melakukan prosedur radiologi.28 polymerization bahan restorasi, kemudian
Dalam hal administrasi, dokter gigi beralih menggunakan blue light karena
wajib menerapkan kriteria seleksi saat sinar UV memberikan efek samping ter-
meresepkan radiografi kepada pasien dan hadap kesehatan. Saat ini, terdapat tiga tipe
pemeriksaan radiografi harus dilakukan LCU yang digunakan dalam kedokteran
dengan langkah-langkah keamanan yang gigi yaitu halogen, plasma arc dan light
40 e-GiGi, Volume 8 Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 34-43

emitting diode (LED). Sebagian besar LCU kukan prosedur kerja yang aman termasuk
memancarkan blue light yang intens dalam menempatkan laser ke posisi stand by
panjang gelombang yang beragam, tetapi ketika tidak digunakan, aktivasi oleh satu
beberapa LCU juga menghasilkan UV (A) operator, menyalakan laser dan LCU hanya
(315-400 nm).30 ketika tip sudah diarahkan ke area kerja,
Penggunaan LCU dengan panjang dan mengikuti panduan manual penggu-
gelombang yang lebih besar memberikan naan laser dan LCU. Tidak disarankan
beberapa keuntungan bagi dokter gigi dan untuk menatap langsung ke sumber cahaya
pasien yang mencakup waktu kerja lebih dan disarankan tetap menggunakan blue
singkat, mengurangi kontaminasi saliva dan light filter.21,30 Dalam hal menggunakan
lebih sedikit ketidaknyamanan bagi pasien APD, sebagian besar penelitian mereko-
karena durasi pengerjaan lebih cepat. mendasikan penggunaan kacamata pelin-
Meskipun demikian, pemakaian blue light dung21,28 sesuai dengan parameter penggu-
dapat menyebabkan degenerasi retina.30 naan laser (panjang gelombang, watt, jenis
Istilah LASER merupakan akronim atau tipe laser) untuk membatasi paparan
dari light amplification by the stimulated pasien, operator dan asisten,21,30 serta meng-
emission of radiation. Pada jaringan keras, gunakan sarung tangan dan gown.28
laser digunakan untuk pencegahan karies,
bleaching, restorative removal and curing, Percutaneous exposure incident (PEI)
persiapan kavitas, hipersensitivitas dentin, Percutaneous exposure incident (PEI)
modulasi pertumbuhan dan untuk tujuan adalah istilah yang mencakup cedera akibat
diagnostik, sedangkan pada jaringan lunak tertusuk jarum suntik bekas pakai dan
digunakan dalam penyembuhan luka, benda tajam.2,21,33 Penelitian yang dilaku-
menghilangkan jaringan hiperplastik yang kan oleh Shah34 tahun 2006 di Washington
menutupi gigi impaksi atau erupsi seba- melaporkan sebanyak 87% profesi dokter
gian, terapi fotodinamik untuk keganasan, gigi mengalami insiden tertusuk jarum
dan fotostimulasi lesi herpes.31 suntik.34 Selain itu, cedera yang dapat
Laser yang digunakan dalam praktik dialami oleh dokter gigi dan pernah dila-
kedokteran gigi dapat diklasifikasikan ber- porkan ialah terkena proyektil bor gigi
dasarkan media aktif yaitu padat, cair, dan akibat bor gigi yang tidak terpasang dengan
gas; berdasarkan aplikasinya terbagi men- benar pada head hand piece (Gambar 3).35
jadi laser untuk jaringan keras dan jaringan
lunak; dan berdasarkan panjang gelombang
yaitu Excimer 195-350nm, Alexandrite
337nm, Argon 455-515nm, He-Ne 637nm,
Diode 655-980nm, Nd:YAG 1064nm,
Ho:YAG 2100nm, Er, Cr:YSGG 2780nm,
Er:YSGG 2790nm, Er:YAG 2940nm, CO2
10600nm.32 Laser umumnya memancarkan
radiasi optik (UV, visible light, IR) dan
dapat menyebabkan kerusakan pada mata
dan kulit.29
Upaya pengendalian bahaya fisik Gambar 3. Gambaran radiografi panoramik
radiasi nonionisasi yang dapat dilakukan dari dokter gigi yang terkena proyektil bor gigi
meliputi rekayasa engineering, admini- pada saat melakukan perawatan. Sumber: Hailu
strasi, dan menggunakan APD. Rekayasa et al, 2017.35
engineering alat laser yaitu mengatur area
kerja tidak mempunyai permukaan reflec- Selain menyebabkan bahaya fisik, PEI
tive dan memodifikasi ruangan mengguna- juga termasuk bahaya biologi karena dapat
kan exhaust fan untuk ventilasi.28 menularkan infeksi.2,21,33 Oleh karena itu
Administrasi diterapkan dengan mela- perlu dilakukan upaya pengendalian untuk
Juliatri: Pengendalian bahaya fisik pada pekerjaan dokter gigi 41

meminimalkan potensi bahaya yang meli- Hal ini sangat penting untuk melindungi
puti administrasi dan memakai APD. dokter gigi dari virus, tetapi di lain sisi
Administrasi diterapkan dengan mengikuti dapat menyebabkan heat stress dan kele-
SOP jarum bekas sekali pakai dengan lahan sehingga dapat mengurangi daya
teknik one hand.34 Praktisi gigi juga harus tahan serta kinerja fisik seseorang. Pening-
mengikuti pedoman dan instruksi kesela- katan suhu tubuh juga dapat mengurangi
matan pabrik dari hand piece. Pedoman kinerja kognitif.38,39
penggantian untuk setiap instrumen meru- Upaya pengendalian terhadap bahaya
pakan salah satu instruksi paling penting fisik berupa suhu ekstrim di antaranya ialah
yang perlu diikuti untuk menghindari rekayasa engineering dan administrasi.
kecelakaan atau cedera pada pasien atau Rekayasa engineering yaitu menambahkan
staf selama prosedur gigi apapun.35 Peng- mesin pendingin berupa air conditioner
gunaan APD meliputi sarung tangan, pelin- (AC), serta mengatur sirkulasi dan kelem-
dung wajah/face shield, dan pelindung baban udara.36 Administrasi diterapkan
mata atau goggle.21 dengan membagi jadwal kerja dan istirahat
untuk meminimalkan kenaikan panas tubuh
Suhu ekstrim yang berlebihan, makan secara teratur dan
Melakukan perawatan gigi pada masa memastikan tubuh terhidrasi, memperta-
pandemi Covid-19 menuntut dokter gigi hankan keseimbangan elektrolit saat berke-
melakukan upaya perlindungan diri maksi- ringat banyak atau untuk periode yang
mal. Alat pelindung diri yang direkomen- lama, serta menghindari konsumsi alkohol.
dasikan untuk dokter gigi yaitu perlin- Dokter gigi juga perlu mengenali tanda-
dungan level III berupa masker N95 atau tanda stres akibat panas dan jangan me-
ekuivalen, gown allcover, pelindung mata/ nunggu untuk merasa tidak enak sebelum
goggle, pelindung wajah/face shield, beristirahat, meminimalkan peralatan yang
sarung tangan karet steril sekali pakai, dibawa, serta efisien dalam gerakan.36
headcap, dan apron (Gambar 4).36,37
Simpulan
Pengendalian bahaya fisik berdasarkan
hierarki pengendalian bahaya pada peker-
jaan dokter gigi dapat dilakukan dengan
cara substitusi, rekayasa engineering, admi-
nistrasi, dan menggunakan alat pelindung
diri (APD).

Ucapan terima kasih


Penghargaaan yang setinggi-tingginya
disampaikan kepada drg. Dinar A. Wicak-
sono, Sp.KG, M.Kes dan drg. Aurelia S.R.
Supit, M.Kes atas bantuan yang diberikan
dalam penulisan artikel ini.

Konflik Kepentingan
Penulis menyatakan tidak terdapat
konflik kepentingan dalam studi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4. Rekomendasi APD untuk dokter 1. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri
gigi dan perawat gigi untuk penanganan pasien. Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Sumber: Satgas PB-PDGI, 2020.36 56 Tahun 2016 tentang penyeleng-
garaan pelayanan penyakit akibat kerja.
42 e-GiGi, Volume 8 Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 34-43

Jakarta: 2016; p. 10. 10:32-7.


2. Reddy KS, Majumder DSP, Doshi D, Kulkarni 15. Kadanakuppe S, Bhat PK, Jyothi C,
S, Reddy BS, Reddy MP. Occupational Ramegowda C. Assessment of noise
hazards in dentistry. J Res Adv Dent. levels of the equipments used in the
2017;6(2):110-22. dental teaching institution, Bangalore.
3. Baig NN, Aleem SA. Occupational hazards Indian J Dent Res. 2011;22(3):424‐31.
among dental surgeons in Karachi. J 16. Messano GA, Petti S. General dental
Coll Physicians Surg Pak. 2016;26(4): practitioners and hearing impairment. J
320-2. Dent. 2012;40(10):821‐8.
4. Vodanović M, Sović S, Galić I. Occupational 17. Eclipse Dental Engineering Ltd. Top Tips for
health problems among dentists in Dental Surgery Lighting. [homepage on
Croatia. Acta Stomatol Croat. 2016; the internet]. c2020 [updated 2020 July;
50(4):310-20 cited 2020 July 2]. Available from:
5. Al-Rawi NH, Al Nuaimi AS, Sadiqi A, Azaiah https://eclipse-dental.com/dental-blog-
E, Ezzeddine D, Ghunaim Q, Abbas Z. articles/top-tips-for-dental-surgery-
Occupational noise-induced hearing lighting/#:~:text=The%20right%20dent
loss among dental professionals. al%20lighting%20should,light%20can
Quintessence Int. 2019;50(3):245-50 %20affect%20how%20tired
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indon- 18. Alvin GW, Meyer A, Wu W, Wichman CS.
esia Nomor 52 Tahun 2018 tentang Lighting conditions used during visual
keselamatan dan kesehatan kerja di shade matching in private dental
fasilitas pelayanan kesehatan. 2018; p. offices. J Prosthet Dent. 2016; 115(4):
31-2. 496
7. British Standard Institution. ISO 45001: 2018 19. Stamatacos C, Harrison JL. The possible
Occupational Health and Safety mana- ocular hazards of LED dental illumina-
gement systems. Geneva Swiss, 2018. tion applications. J Tenn Dent Assoc.
8. Djatmiko RD. Keselamatan dan Kesehatan 2013;93(2):25-9.
Kerja. Yogyakarta: Deepublish, 2016; 20. Surgiden. High speed handpiece with fiber
p. 15-6. optic light source [image on the
9. The National Institute for Occupational Safety internet]. 2020. [cited 2020 July 2].
and Health /NIOSH. The hazard control Available from: http://www.surgiden.
hierarchy [homepage on the internet]. com/products/fiberoptic.php
2015 [cited 2020 Apr]. Available 21. Leggat PA, Kedjarune E, Smith DR.
from:https://www.cdc.gov/niosh/topics/ Occupational health problems in
hierarchy/default.html. modern dentistry: a review. Industrial
10. Yuliani HR. E-learning Keselamatan dan Health. 2007; 45:611-21.
Kesehatan Kerja (K3). Yogyakarta: 22. Singh G, Sood A, Kaur A, Gupta D. Patho-
Deepublish, 2014; p. 28-9. genesis, clinical features, diagnosis, and
11. Qsaibati ML, Ibrahim O. Noise levels of management of radiation hazards in
dental equipment used in dental college dentistry. Open Dent J. 2018;12:742-
of Damascus University. Dent Res J . 52.
2014;11(6):624-30. 23. Chaudhry M, Jayaprakash K, Shivalingesh K,
12. Elmehdi HM. Noise Levels in UAE Dental Agarwal V, Gupta B, Anand R, et al.
Clinics: Health impact on dental health- Oral radiology safety standards adopted
care professionals. Journal of Public by the general dentists practicing in
Health Frontier. 2013;2(40): 189-92. National Capital Region (NCR). J Clin
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indo- Diagn Res. 2016;10(1):42-5.
nesia. Peraturan Menteri Kesehatan 24. Okano T. Radiation dose and protection in
Republik Indonesia Nomor 48 tahun dentistry. Jpn Dent Sci Rev. 2010;
2016 tentang standar keselamatan dan 46(2):112-21.
kesehatan kerja perkantoran. Jakarta, 25. Choudhary S. Deterministic and stochastic
2016 effects of radiation. Canc Therapy &
14. Sampaio, Fernandes JC, Carvalho AP, Gallas Oncol Int J. 2018;12(2): CTOIJ.MS.
M, Vaz P, Matos PA. Noise levels in ID.555834
dental schools. Eur J Dent Educ. 2006; 26. International Atomic Energy Agency Vienna
Juliatri: Pengendalian bahaya fisik pada pekerjaan dokter gigi 43

International Centre. Radiation doses in 33. Sawitri MR, Mulyono. Analisis risiko pada
dental radiology [homepage on the pekerjaan dokter gigi di Kabupaten dan
internet]. Austria; 2020 [cited 2020 July Kota Probolinggo. The Indonesian
4]. Available from: https://www.iaea. Journal of Occupational Safety and
org/resources/rpop/health- Health. 2019;8(1):29-37.
professionals/dentistry/radiation-doses 34. Shah SM. Merchant AT, Dosman JA.
27. Health Physics Society. Regulatory Dose Percutaneous injuries dental profess-
Limits [homepage on the internet]. sionals in Washington State. BMC
2016 [cited 2020 July 4]. Available Public Health. 2006;10(6):269.
from: https://hps.org/publicinformation/ 35. Hailu K, Lawoyin D, Glascoe A, Jackson A.
ate/faqs/regdoselimits.html Unexpected hazards with dental high
28. Soaita C. Identifying occupational risks in speed drill. Dent. J (Basel). 2017;5(1):
dentistry. Procedia Technology. 2014; 10 doi:10.3390/dj5010010
12:558-65. 36. Satgas PB-PDGI. Rekomendasi APD (Alat
29. Occupational Safety and Health Admini- Pelindung Diri) untuk dokter gigi dan
stration/OSHA.Non-Ionizing Radiation perawat gigi untuk penanganan pasien
[homepage on the internet]. selama periode Covid-19. 2020.
Washington; 2020 [cited 2020 July 4]. 37. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
Available from: https://www.osha.gov/ 19. Rekomendasi standar penggunaan
SLTC/radiation_nonionizing/ APD untuk penanganan Covid-19 di
30. Alasiri A, Algam HA, Alasiri RA. Ocular Indonesia. 2020 Maret.
hazards of curing light units used in 38. Global heat health information network.
dental practise-a systematic review. Q&A: How can health workers and
The Saudi Dental Journal. 2019;31(2): other responders manage heat stress
173-80. while wearing personal protective
31. Verma SK, Mahesdewi S, Singh RK, equipment (PPE)? Limits [homepage
Chaudhari PK. Laser in dentistry; an on the internet]. 2020 [cited 2020 July
innovative tool in modern dental 5]. Available from: http://www.ghhin.
practise. Natl J Maxillofac Surg. 2012; org/heat-and-covid-19/PPE
3(2):124-32 39. Royal College of nursing. Personal protective
32. Pendyala C, Tiwari RVC, Dixit H, Augustine equipment (PPE) and Covid-19. [home-
V, Baruah Q, Baruah K. LASERS and page on the internet]. 2020 [cited 2020
its applications in dentistry. Inter- July 5]. Available from: https://www.
national Journal of Oral Health and rcn.org.uk/get-help/rcn-advice/
Medical Research (IJOHMR). 2017; personal-protective-equipment-ppe-
4(2):49. and-covid-19.

Anda mungkin juga menyukai