Anda di halaman 1dari 9

IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology

Volume 5 No. 1 Januari 2024


E-ISSN: 2774-342X

Analisis Resiko Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode HIRARC Pada


PT. Telkom Indonesia Jakarta Utara

M. Jainul Amri Lubis1, *Girman Sihombing 2, Andika Bayu Hasta Yanto3

Teknik Industri1,2,3
Universitas Bina Sarana Informatika1,2,3
e-mail: amriilubis9@gmail.com, 2girman.gsh@bsi.ac.id, ³andika.akx@bsi.ac.id
1

Diterima Direvisi Disetujui


13-09-2023 04-01-2023 22-01-2024

Abstrak - PT. Telkom Indonesia Jakarta Utara merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia yang
bergerak dalam bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi
yang memiliki potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada pekerjaan dibidang Civil, Mechanical, Electrical
(CME) yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi semua potensi bahaya, melakukan penilaian tingkat resiko, dan mengurangi atau mencegah
kecelakaan kerja yang terjadi serta mengetahui penyebab masalah utama dari terjadinya kecelakaan kerja pada
pekerjaan CME di PT. Telkom Indonesia Jakarta Utara. Hasil identifikasi bahaya melalui metode Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) terdapat identifikasi 7 aktivitas kerja dan sumber
bahaya 22 resiko. Persentase penilaian resiko sebagian besar jenis kegiatan resiko bahaya high 18%, resiko
medium 32%, low 50%. Penyebab utama masalah kecelakaan kerja ada pada kategori manusia karena paling
banyaknya menimbulkan masalah kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjaan civil, mechanical, electrical
(CME) di PT. Telkom Indonesia Jakarta Utara disebabkan oleh manusia. Saran dari peneliti adalah sebelum
melakukan aktivitas pekerjaan sebaiknya memberikan pengarahan dan mengingatkan kembali petugas bahwa
prosedur atau SOP sebagai acuan tertinggi dari kegiatan agar karyawan lebih aman dalam melakukan pekerjaan.

Kata Kunci: Kecelakaan kerja, HIRARC, Fishbone diagram.

Abstract - PT. Telkom Indonesia North Jakarta is one of the state-owned companies in Indonesia engaged in
information and communication technology (ICT) services and telecommunications networks that have a high
potential for danger in work in the field of Civil, Mechanical, Electrical (CME) which can cause work accidents
or occupational diseases. The purpose of this study is to identify all potential hazards, assess the level of risk,
and reduce or prevent work accidents that occur and find out the main causes of work accidents in CME work at
PT. Telkom Indonesia North Jakarta. The results of hazard identification through the Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) method identified 7 work activities and 22 hazard sources. The
percentage of risk assessment of most types of hazard risk activities is high 18%, medium risk 32%, low 50%.
The main cause of work accident problems is in the human category because the most causes of work accident
problems that occur in civil, mechanical, electrical (CME) work at PT. Telkom Indonesia North Jakarta is
caused by humans. The suggestion from the researcher is that before carrying out work activities, you should
give direction and remind officers that procedures or SOP are the highest reference for activities so that
employees are safer in doing work.

Keywords: Work Accident, HIRARC, Fishbone diagram.

PENDAHULUAN yaitu PT. Telkom Indonesia Jakarta Utara, memiliki


kewajiban untuk melakukan perlindungan pada
PT. Telkom Indonesia Jakarta Utara adalah setiap pekerja melalui pelaksanaan program
perusahaan BUMN yang bergerak pada bidang jasa Kesehatan dan Keselamtan Kerja (K3) yang
pelayanan teknologi informasi dan komunikasi diwujudkan dalam berbagai macam program.
(TIK) dan jaringan telekomunikasi yang memiliki
potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada pekerjaan Maka dilakukan analisis identifikasi potensi
dibidang Civil, Mechanical, Electrical (CME). risiko bahaya dilakukan dengan cara metode Hazard
Untuk mengurangi potensi resiko bahaya tersebut Identification Risk Assessment and Risk Control

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License 15
IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology Volume 5 No. 1 Januari 2024
E-ISSN: 2774-342X

(HIRARC) dan Fishbone Diagram. HIRARC adalah dapat menimbulkan bahaya sehingga mengetahui
salah satu metode analisis supaya mengetahui akibat akar dari penyebab kecelakaan kerja. Sehingga bisa
bahaya dari kecelakaan kerja, melakukan dapat mengurangi risiko dari akibat kecelakaan kerja
penyusunan tingkat pada risiko bahaya dan pada semua pekerjaan Civil, Mechanical, Electrical
melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja. (CME) dan dapat melakukan tindakan pencegahan
Fishbone diagram dipakai untuk mengetahui faktor terhadap risiko bahaya sehingga bisa menyebabkan
dari penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut. terjadinya kecelakaan kerja.
Ada beberapa potensi bahaya pada pekerjaan di
bidang Civil, Mechanical, Electrical (CME) yang METODE PENELITIAN
bisa menimbulkan terjadinya atau peristiwa
kecelakaan kerja yaitu pekerjaan Pengoperasian Penelitian ini menggunakan beberapa teori -
mesin genset, Maintenance mesin genset, teori pendukung permasalahan tentang kecelakaan
Maintenance traffo PLN, Perbaikan perangkat kerja pada pekerjaan CME di PT. Telkom Indonesia
rectifier, Maintenance perangkat rectifier, Jakarta Utara dengan Metode Hazard Identification
Maintenance panel listrik Main Distribution Panel Risk Assessment and Risk Control.
(MDP), dan Maintenance baterai serta pemasangan
baterai. Musibah kerja adalah peristiwa yang tidak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dapat diduga dan dihindari.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
Hak setiap pekerja atas kesehatan dan sebuah cara untuk menjamin keselamatan baik fisik
keselamatan kerja mensyaratkan kondisi kerja yang maupun jiwa terhadap para pekerja. K3 juga bisa
nyaman, kesehatan yang baik dan lingkungan kerja diartikan sebagai ilmu pengetahuan untuk mencegah
yang menyenangkan. Tetapi, setiap pekerjaan terjadinya kecelakaan didalam kegiatan kerja (Ririh
memiliki tingkat risiko tertentu terhadap kecelakaan & Surya, 2021).
kerja. Apabila risiko K3 perlu dapat dikelola dengan
baik, maka setiap pekerjaan dapat menimbulkan a. Keselamatan (safety)
kecelakaan atau penyakit di area kerja yang bisa
mencelakakan setiap pekerja yang tidak terlindungi Keselamatan adalah merupakan upayan pekerja
secara memadai dari bahaya akibat kerja. Para yang dilakukan untuk perlindungan pekerja,
pekerja berhak mendapat perlindungan dari keselamatan untuk menjaga dari kecelakaan
peristiwa atau kecelakaan karena kerja yang kerja, melindungi alat-alat, bangunan dan bahan
mengakibatkan kematian atau cacat (UU yang ada dilingkungan kerja (Putera & Harini,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 2017).
1970). Manajemen risiko adalah suatu cara agar Beberapa hal perlu diperhatikan dalam
dapat menurunkan risiko kecelakaan dari gangguan keselamatan (safety):
akibat kerja. Manajemen risiko dimulai dengan
mengidentifikasi bahaya di tempat kerja, dilanjutkan 1) Pengendalian kecelakaan agar kerugian tidak
dengan penilaian risiko dan selanjutnya digunakan berdampak besar.
untuk menentukan saran pengendalian yang sesuai 2) Menjaga dan mecegah supaya dapat
dengan risiko bahaya tersebut (Putri, 2020). menghilangkan risiko dari kecelakaan kerja.

b. Kesehatan (health)
Kecelakaan kerja bisa disebabkan karena faktor
orang (unsafe action) dan faktor alam (unsafe Kesehatan adalah merupakan keadaan jasmani
condition). Faktor tindakan tidak aman bisa dan psikologi individu seseorang. Secara garis
menyebabkan beberapa aspek seperti besar, pengertian kesehatan adalah tujuan supaya
ketidakseimbangan fisik kemampuan kerja, mencapai kesehatan yang baik dengan cara
terbatasnya pelatihan, membawa beban terlalu mengurangi kecelakaan kerja sehingga
banyak, pekerjaan melebihi waktu kerja (Yusdinata menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang
& Bora, 2018). Lingkungan dapat menyebabkan nyaman (Bahaya et al., 2014).
beberapa hal seperti peralatan yang kurang baik
kondisinya, terjadi kebakaran di area berbahaya,
keamanan bangunan kurang baik, paparan Hazard Identification Risk Assessment and Risk
kebisingan, paparan sinaran, penerangan dan aliran Control (HIRARC)
udara yang tidak memadai, keadaan temperatur
berbahaya, system alarm terlalu banyak dan proses Hazard Identification, Risk Assessment and
aktivitas kerja yang berpotensi berbahaya (Casban, Risk Control (HIRARC) adalah rangkaian langkah
2018). untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul
dalam operasi rutin atau non rutin suatu organisasi,
Berdasarkan latar belakang masalah diatas selanjutnya melakukan penilaian risiko terhadap
memerlukan identifikasi semua pekerjaan yang bahaya tersebut, dan kemudian membuat program

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 16
IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology Volume 5 No. 1 Januari 2024
E-ISSN: 2774-342X

untuk mengendalikan bahaya sehingga tingkat risiko


dapat diminimalkan ke tingkat yang lebih rendah Skala Definisi Uraian
untuk mencegah terjadinya kecelakaan (Giananta et
al., 2020). signifikan, biaya pengobatan
>50 juta
a. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification). Sumber : AS/NZS 4360

Langkah pertama dalam mengembangkan adalah c. Pengendalian Risiko (Risk Control)


mengidentifikasi bahaya. Identifikasi bahaya
adalah cara atau urutan sistematis untuk Dari Tabel Kemungkinan (Likelihood) dan
mengidentifikasi dan menemukan bahaya dalam Keparahan (Severity) dapat dihasilkan Matriks
suatu kegiatan. Probabilitas dan Dampak yang dibagi menjadi 4
kategori menurut tingkat prioritas penanganan,
b. Penilaian Risiko (Risk Assessment) dan tabel matriks:

Tujuan dari analisis risiko adalah untuk Tabel 3


menentukan besarnya risiko, dengan Skala Risk Matriks
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
risiko dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Consequence
Untuk melakukan penilain risiko, harus diketahui Likelihood Severity
2 komponen utama yaitu probabilitas dan tingkat 1 2 3 4 5
keparahan yang memiliki nilai skala satu hingga
5 5 10 15 20 25
lima.
4 4 8 12 16 20
Tabel 1
Skala Ukur Likelihood 3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
Skala Definisi Uraian 1 1 2 3 4 5
Sumber : AS/NZS 4360
1 Almost Never Sangat jarang terjadi
2 Unlikely Mungkin dapat terjadi
Kadang-kadang dapat
3 Possible Extreme = Merah
terjadi
High = Kuning
4 Likely Sering terjadi
5 Almost Certain Selalu terjadi
Medium = Orange
Sumber : AS/NZS 4360 Low = Hijau

Perhitungan Risk Matriks = Likelihood x Severity


Tabel 2 Keterangan :
Skala Ukur Severity
20-25 : Risiko tinggi dan tindakan mendesak
Skala Definisi Uraian diperlukan oleh manajemen
10-16 : Risiko besar, membutuhkan perhatian dari
Tidak ada luka, sangat
1 Insignificant sedikit kehilangan biaya manajemen
pengobatan < 100 ribu 5-9 : Risiko sedang yang dapat diatasi dengan
Cidera ringan memerlukan kontrol manajemen khusus
P3K, kerugian materi 1-4 : Risiko kecil, dapat dikelola dengan
2 Minor
sedang biaya pengobatan > prosedur rutin
1 juta
Membutuhkan perhatian Pengelolaan bahaya di lingkungan kerja
medis, penghentian
(manajemen) adalah tindakan untuk meminimalkan
3 Moderate pekerjaan, kerugian
finansial yang signifikan,
atau menghilangkan risiko kecelakaan kerja melalui
biaya pengobatan < 10 juta eliminasi, penggantian, perencanaan, pengendalian
Kehilangan hari kerja, cacat administrasi dan APD (Ririh et al., 2020).
permanen/sebagian,
kerusakan lingkungan
4 Major
sedang, kerugian materi
yang signifikan, biaya
pengobatan < 50 juta
Kematian, cacat tetap/berat,
5 Catasthropic kerusakan lingkungan yang
parah, kerugian materi yang

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 17
IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology Volume 5 No. 1 Januari 2024
E-ISSN: 2774-342X

Fishbone Diagram

Diagram tulang ikan adalah metode untuk


menganalisis, menyelidiki, dan secara grafis
mewakili semua penyebab masalah. Menurut
Scarvada, konsep dasar fishbone diagram adalah
menempatkan masalah yang mendasarinya di sisi
kanan diagram, atau di bagian atas kepala kerangka.
Penyebab masalah dijelaskan dalam Sirip dan Duri.
Kategori masalah yang sering menjadi titik awal
Sumber : Ririh et al., 2020 adalah bahan, mesin dan perangkat, tenaga kerja,
Gambar 1. Hirarki Pengendalian Resiko metode, alam/lingkungan, dan pengukuran. Keenam
penyebab masalah ini sering disingkat menjadi 6M.
Brainstorming dapat membantu menentukan akar
a. Eliminasi (Elimination) penyebab masalah yang dihasilkan dari 6M di atas
dan kemungkinan penyebab lainnya (Kuswardana et
Eliminasi adalah cara untuk menghilangkan al., 2017).
bahaya atau penghapusan adalah cara yang ideal
dan harus menjadi pilihan pertama untuk Pengertian Civil, Mechanical, Electrical (CME)
manajemen risiko bahaya. Ini berarti bahwa
eliminasi dicapai dengan menghentikan peralatan CME adalah proyek untuk memaintenance dan
atau sumber yang dapat menyebabkan bahaya. memanajemen peralatan IT mulai dari bahan
kimiawi sampai dengan perangkat keras dan
b. Substitusi (Substitution) perangkat lunak. Pekerjaan Civil, Mechanical,
Electrical (CME) menyediakan sebuah power
Substitusi pengendalian risiko merujuk pada tegangan berbasic arus ac / dc untuk menghidupkan
strategi pengelolaan risiko di mana bahan atau perangkat telkom, berikut system cooling, layanan
proses yang berpotensi berbahaya digantikan gangguan dari tegangan listrik (power system) dan
dengan alternatif yang lebih aman atau kurang system cooling pendingin untuk perangkat juga
berisiko. Substitusi bertujuan untuk mengurangi termasuk pekerjaan dari CME.
atau menghilangkan paparan terhadap bahaya
dan risiko yang ada dalam lingkungan kerja. Langkah - langkah yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
c. Rekayasa (Engineering)
Mulai
Rekayasa adalah tentang mengurangi tingkat
risiko dengan membuat desain tempat kerja,
mesin, perangkat, atau proses kerja lebih aman. Studi Pustaka Studi Lapangan
Yang unik dari fase ini adalah menguraikan
bagaimana menciptakan tempat kerja yang
mengubah peralatan, mengintegrasikan fungsi, Rumusan Masalah

mengubah metode kerja, dan mengurangi kinerja


aktivitas berbahaya. Tujuan Penelitian

d. Administrasi Pengumpulan Data :

1. Data Kecelakaan Kerja


Administrasi adalah pengelolaan khususkan pada
penggunaan prosedur seperti SOP (Standard
Pengolahan Data
Operating Procedure) sebagai langkah 1. Identifikasi Bahaya
menurunkan tingkat risiko. 2. Penilaian Resiko
3. Pengendalian Resiko

e. Alat Pelindung Diri (APD)


Usulan Perbaikan
Alat pelindung diri adalah tahapan akhir yang
dilakukan yang berfungsi untuk mengurangi
Kesimpulan dan Saran
risiko akibat dari bahaya yang ditimbulkan
(Ramadhan, 2017).
Selesai

Gambar 1. Flow Chart Metodologi Penelitian

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 18
IMTechno: Journal of Industrial Management and Technology Volume 5 No. 1 Januari 2024
E-ISSN: 2774-342X

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Pengendalian Risiko (Risk Control)

1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) Tujuan dari pengendalian risiko adalah untuk
mencegah terjadinya potensi risiko. Persiapan
Proses identifikasi bahaya merupakan manajemen risiko dilakukan setelah tingkat risiko
kelanjutan dari proses identifikasi aktivitas. Dalam diketahui. Manajemen risiko dilakukan untuk
proses identifikasi bahaya risiko dari setiap aktivitas
meminimalkan risiko kecelakaan industri atau untuk
yang diketahui. Hasil dari identifikasi bahaya dan
pengendalian risiko dapat dilihat pada Tabel 3. mencegah terjadinya kecelakaan industri itu sendiri.
Manajemen risiko terdiri dari beberapa kategori
2. Penilaian Resiko (Risk Assessment) yaitu eliminasi, substitusi, perencanaan, pengelolaan
dan alat pelindung diri, yang kemudian
Penilaian risiko bahaya dilakukan untuk dikelompokkan berdasarkan risiko bahaya yang
mengetahui dampak besarnya bahaya risiko yang dibuat dalam penilaian risiko. Tabel 3 menunjukkan
mungkin dapat terjadi dari timbulnya bahaya yang langkah-langkah manajemen risiko yang disiapkan
dilakukan pada saat bekerja. dan rekomendasi untuk perbaikan guna mengurangi
Tujuan penilaian risiko adalah untuk atau menghilangkan cedera dalam pekerjaan civil,
menentukan tingkat risiko kecelakaan kerja yang mechanical, electrical (CME).
terjadi. Penentuan tingkat risiko ini didasarkan pada
kemungkinan terjadinya peristiwa Berdasarkan hasil pengendalian resiko
(probability/likelihood) dan tingkat keparahan dilakukan setelah tingkatan resiko diketahui terdapat
peristiwa (severity). Berikut ini merupakan hasil dari 7 aktivitas pekerjaan dan 22 resiko bahaya oleh
penilaian resiko dapat dilihat pada Tabel 3. sebab itu pengendalian terhadap aktivitas pekerjaan
pengoperasian mesin genset, maintenance mesin
Hasil berdasarkan penilaian risiko didapatkan 7 genset, perbaikan perangkat rectifier, maintenance
proses pekerjaan dan 22 risiko bahaya dalam panel listrik MDP, maintenance batterai adalah:
pekerjaan perawatan. Penilaian risiko dilakukan menggunakan APD yang sesuai dengan standart
untuk mengurutkan prioritas pengendalian risiko operational procedure (SOP) yang berlaku seperti
bahaya yang sudah diidentifikasi. Tindakan pakaian safety, safety shoes, safety helmet dan harus
pengontrolan dilakukan dari bahaya yang memiliki lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaan
risiko sangat tinggi lalu ke yang lebih rendah tingkat tersebut. Pengendalian resiko terhadap aktivitas
bahayanya. Nilai risiko yang berada dalam tindakan pekerjaan maintenance traffo PLN dan maintenance
perawatan sebagian besar jenis pekerjaan resiko perangkat rectifier adalah: dengan mengganti APD
bahayanya high 18%, terdapat juga resiko medium pekerjaan sesuai dengan standart operational
32%, low 50% dan extreme tidak ada. Prioritas procedure (SOP) dan standar AS/NZS 4360 seperti
risiko yang perlu dilakukan adalah menurunkan sarung tangan safety yang awalnya dari kain diganti
risiko yang ada, dengan cara eliminasi, subtitusi, dengan sarung tangan safety karet agar tidak
rekayasa, administrasi dan APD. tersengat listrik dan menggunakan pakaian safety,
safety shoes dan harus ditemani 1 atau 2 orang serta
Persentase hasil risk assessment dapat dilihat dapat lebih berhati-hati dalam melakukan
Gambar 3 untuk melihat tingkat resiko pada maintenance.
kegiatan proses perawatan penting maka perlu
dilakukan risk control atau pengendalian untuk
menurunkan tingkat risiko yang ada.

Persentase Risk Assessment

Low; High; High


32% 18%
Medium
Medium;
50% Low

Sumber: penulis
Gambar 3. Persentase Penilaian Resiko

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 19
Jurnal Imtechno, Volume 1 No. 1 Januari 2022
E-ISSN 0000-0000

Tabel 4
Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Risiko
Nilai Hirarki
Aktivitas Identifikas Risk Risk Pengendalia
No. Resiko Pengendalia
Pekerjaan i Bahaya L S Rating Level n Resiko
n
Luka bakar
Tersengat
s/d 3 4 12 High
listrik Menggunaka
Kematian
n APD yang
Pengoperasi Terganggu
sesuai dengan Alat Peling
1 an Mesin Kebisingan Pendengara 1 1 1 Low
SOP yang Diri (APD)
Genset n
berlaku dan
Terkilir s/d
lebih hati-hati
Terpeleset Patah 2 3 6 Medium
Tulang
Iritasi kulit
Terkena
s/d
bahan 1 2 2 Low
Terganggu Menggunaka
kimia
Pernafasan n APD yang
Maintenance
Luka ringan sesuai dengan Alat Peling
2 Mesin Tergores
s/d Luka 3 2 6 Medium SOP yang Diri (APD)
Genset Body
Berat berlaku dan
Terkilir s/d lebih hati-hati
Terpeleset Patah 3 2 6 Medium
Tulang
Luka bakar Mengganti
Tersengat
s/d 1 1 1 Low APD
listrik
Kematian pekerjaan
Maintenance Terganggu sesuai dengan Rekayasa
3 Debu Kotor 1 1 1 Low
Trafo PLN Pernafasan SOP dan Engineering
Terkilir s/d standar
Terpeleset Patah 3 3 9 Medium AS/NZS
Tulang 4360
Luka bakar
Tersengat
s/d 4 4 16 High
listrik
Kematian Menggunaka
Terkena n APD yang
Perbaikan Luka ringan
percikan sesuai dengan Alat Peling
4 Perangkat s/d Luka 3 2 6 Medium
api short SOP yang Diri (APD)
Rectifier Berat
circuit berlaku dan
Luka ringan lebih hati-hati
Tergores
s/d Luka 2 1 2 Low
Body
Berat
Luka bakar
Tersengat
s/d 3 4 12 High
listrik
Kematian
Terkena Mengganti
Luka ringan APD
percikan
s/d Luka 3 2 6 Medium pekerjaan
Maintenance api short
Berat sesuai dengan Rekayasa
5 Perangkat circuit
SOP dan Engineering
Rectifier Terkena
Luka ringan standar
ledakan AS/NZS
s/d Luka 2 1 2 Low
overload 4360
Berat
perangkat
Terkilir s/d
Terpeleset Patah 4 2 8 Medium
Tulang
Luka bakar
Tersengat
s/d 3 4 12 High Menggunaka
listrik
Kematian n APD yang
Maintenance
sesuai dengan Alat Peling
6 Panel Listrik Terkena
Luka ringan SOP yang Diri (APD)
MDP percikan
s/d Luka 3 2 6 Medium berlaku dan
api short
Berat lebih hati-hati
circuit

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 20
Jurnal Imtechno, Volume 1 No. 1 Januari 2022
E-ISSN 0000-0000

No. Aktivitas Identifikas Resiko Nilai Risk Risk Pengendalia Hirarki


Pekerjaan i Bahaya Rating Level n Resiko Pengendalia
Luka bakar
Tersengat n
s/d 2 4 8 Medium
listrik
Kematian
Terkena
Luka ringan Menggunaka
percikan
s/d Luka 4 2 8 Medium n APD yang
api short
Maintenance Berat sesuai dengan Alat Peling
7 circuit
Baterai SOP yang Diri (APD)
Terkena Luka ringan
berlaku dan
bahan s/d Luka 4 1 4 Low
lebih hati-hati
kimia Berat
Terkilir s/d
Terpeleset Patah 3 2 6 Medium
Tulang
Sumber: Penulis

Dari hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Risiko berikut Diagram Fishbone Kecelakaan
kerja pada pekerjaan CME:

Metode Manusia
Tidak memakai
APD lengkap
SOP Kurang
kurang berhati-hati
baik
Tidak mematuhi
SOP
Warning Sign
tidak ada Mengabaikan
SOP
Kecelakaan
Kerja pada
pekerjaan
CME
Alat yang Ruangan
digunkan tidak Bising
efisien
Kondisi alat Ruangan
tidak baik Kotor

Mesin Lingkungan

Gambar 4. Hasil Fishbone Diagram Kecelakaan kerja pada pekerjaan CME

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 21
Jurnal Imtechno, Volume 1 No. 1 Januari 2022
E-ISSN 0000-0000

A. Manusia: lengkap seperti contohnya: Kunci - kunci


pas, obeng, alat untuk mengangkat
1) APD lengkap tidak digunakan, batterai, dll.
penggunaan APD selama pekerjaan CME 2) Kondisi alat tidak baik, alat – alat yang
harus tetap dipantau. Karena minimnya digunakan dalam pekerjaan CME masih
niat pekerja untuk memakai APD kurang baik contohnya seperti: Kunci –
lengkap, mereka hanya menggunakan kunci pas, dan obeng masih belum
sepatu keselamatan untuk perlindungan dilapisi solasi listrik untuk penghambat
mereka sendiri, meskipun penggunaan tegangan arus listrik rendah dan tinggi.
APD lengkap dimungkinkan sehingga
meminimalkan kecelakaan kerja yang
terjadi pada pekerjaan CME. KESIMPULAN
2) Tidak patuh terhadap SOP, pekerja
seringkali melanggar SOP tentang Hasil identifikasi bahaya melalui metode
penggunaan APD lengkap saat bekerja, Hazard Identification Risk Assessment and Risk
faktor ini disebabkan karena kurangnya Control (HIRARC) telah teridentifikasi bahwa
pengawasan terhadap pekerja. terdapat 7 aktivitas kerja dengan sumber bahaya 22
3) Pekerja kurang berhati-hati: Pekerja resiko, ada 4 penilaian tingkat level resiko high, 11
sering melakukan aktivitas kerja dengan tingkat level resiko medium, dan 7 tingkat level
cara ceroboh, seperti tidak fokus, resiko low. Persentase sebagian besar jenis kegiatan
meskipun telah terbiasa melakukannya. resiko bahaya high 18%, terdapat juga resiko
4) Mengabaikan SOP, Mengabaikan SOP medium 32%, low 50% dan extreme tidak ada. Dari
yang berlaku tentang APD lengkap pada semua resiko yang diidentifikasi, ditemukan resiko
saat mereka melakukan pekerjaan. yang tertinggi ada 4 aktivitas kerja yang tidak
Padahal SOP itu penting bagi menggunakan APD lengkap, mengabaikan SOP, dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). kurang berhati-hati dimana 1 resiko tersebut
memiliki nilai likelihood 4 dan severity 4 dengan
B. Metode: kategori high risk dan 3 resiko lainnya memiliki
nilai likelihood 3 dan severity 4 dengan kategori
1) SOP kurang lengkap atau sulit dapat high risk.
dipahami dilain hal bahasa, SOP adalah
sebagai dasar dan acuan didalam Pengendalian resiko diberikan dari adanya
melakukan kegiatan atau pekerjaan. identifikasi bahaya yang terdapat pada 7 aktivitas
kerja dengan hirarki pengendalian: pada pekerjaan
C. Lingkungan: pengoperasian mesin genset adalah hirarki
pengendalian terhadap APD, maintenance mesin
1) Ruangan bising, suara dari mesin genset genset adalah pengendalian terhadap APD,
bising yang cukup kencang dengan maintenance traffo PLN adalah hirarki pengendalian
jumlah daya yang besar hal ini disebabkan terhadap Rekayasa (engineering), perbaikan
oleh adanya pengoperasian mesin genset perangkat rectifier adalah hirarki pengendalian
berlangsung untuk dilakukan pemanasan terhadap APD, maintenance perangkat rectifier
dalam perawatan atau maintenance setiap adalah hirarki pengendalian terhadap Rekayasa
minggu sehingga pendengaran para (engineering), maintenance panel listrik MDP
pekerja sering terganggu. Hal ini tidak adalah hirarki pengendalian terhadap APD,
bisa dihindari, akan tetapi dapat maintenance batterai adalah hirarki pengendalian
diminimalkan dengan penggunaan APD terhadap APD.
seperti memakai earplug/earmuff safety
saat bekerja. Sedangkan hasil identifikasi faktor akar
2) Ruangan kotor, hal ini disebabkan karena penyebab masalah kecelakaan kerja pada pekerjaan
adanya banyak aktivitas pekerjaan dan civil, mechanical, electrical (CME) di PT. Telkom
juga karena jarangnya pengontrolan setiap Indonesia Jakarta Utara dengan fishbone diagram
hari disetiap ruangan pada pekerjaan ada 4 kategori, yaitu kategori manusia, kategori
CME atau belum menerapkan prinsip 5R metode, kategori lingkungan dan kategori mesin.
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Penyebab utama masalah terjadinya kecelakaan
kerja adalah ada pada kategori manusia karena
D. Mesin: paling banyaknya menimbulkan masalah kecelakaan
kerja yang terjadi pada pekerjaan civil, mechanical,
1) Alat yang digunakan tidak efisien, karena electrical (CME) di PT. Telkom Indonesia Jakarta
alat yang digunakan dalam pekerjaan Utara disebabkan oleh manusia.
CME masih ada beberapa yang belum

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 22
Jurnal Imtechno, Volume 1 No. 1 Januari 2022
E-ISSN 0000-0000

2(2), 135–152.
REFERENSI https://doi.org/10.35261/gijtsi.v2i2.5658
Yusdinata, Z., & Bora, M. A. (2018). Analisis
Bahaya, I., Pengendalian, P. D. A. N., Departemen, Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
P., & Pt, F. (2014). Risiko Keselamatan Dan (K3) Dengan Menggunakan Metode Fishbone
Kesehatan Kerja ( K3 ). 62–74. Diagram. Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI),
Casban. (2018). Analisis Penyebab Kecelakaan 3(2), 127–133. https://doi.org/10.36352/jt-
Kerja Pada Proses Washing Container di ibsi.v3i2.144
Divisi Cleaning Dengan Metode Fishbone
Diagram Dan SCAT. JISI : Jurnal Integrasi
Sistem Industri, 5(2), 111–121.
Giananta, P., Hutabarat, J., & Soemanto. (2020).
Analisa Potensi Bahaya Dan Perbaikan Sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menggunakan Metode HIRARC Di PT. Boma
Bisma Indra. Jurnal Valtech (Jurnal
Mahasiswa Teknik Industri), 3(2), 106–110.
Kuswardana, A., Mayangsari, N. E., & Amrullah, H.
N. (2017). Analisis Penyebab Kecelakaan
Kerja Menggunakan Metode RCA ( Fishbone
Diagram Method And 5 – Why Analysis ) di
PT . PAL Indonesia. Conference on Safety
Engineering and Its Application, 141–146.
Putera, R. I., & Harini, S. (2017). Pengaruh
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Jumlah Penyakit Kerja Dan Jumlah
Kecelakaan Kerja Karyawan Pada Pt. Hanei
Indonesia. Jurnal Visionida, 3(1), 42.
https://doi.org/10.30997/jvs.v3i1.951
Putri, A. (2020). Identifikasi Bahaya Dan Penilaian
Risiko K3 Dengan Menggunakan Metode Job
Safety Analysis (Jsa) Pada Petani Sayur Desa
Bontomangape Kec. Galesong Selatan Kab.
Takalar Tahun 2022. Andriyanti Putri H, 5(3),
248–253.
Ramadhan, F. (2017). Analisis Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) menggunakan metode
Hazard Identification Risk Assessment and
Risk Control (HIRARC). Seminar Nasional
Riset Terapan, November, 164–169.
Ririh, K. R., Fajrin, M. J. D., & Ningtyas, D. R.
(2020). Analisis Risiko Kecelakaan Kerja
Dengan Menggunakan Metode HIRARC dan
Diagram FISHBONE Pada Divisi Warehouse
di PT. Bhineka Ciria Artana. Semrestek 2020,
8–13.
http://teknik.univpancasila.ac.id/semrestek/pro
siding/index.php/12345/article/view/376
Ririh, K. R., & Surya, N. L. (2021). Analisis Risiko
Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode
HIRARC dan Diagram Fishbone pada Lantai
Produksi PT DRA Component Persada. Go-
Integratif : Jurnal Teknik Sistem Dan Industri,

http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/imtechno 23

Anda mungkin juga menyukai