Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

ANALISIS RISIKO KEBISINGAN DAN DEBU TERHADAP PEKERJA PADA PT


KOTA JATI FURINDO

Muhammad Sabil
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti
E-mail: sintorinimargareta@yahoo.com

Abstrak
PT Kota Jati Furindo merupakan industri mebel yang menggunakan teknologi dalam
proses produksinya. Proses produksinya yaitu pembahanan, mesin, sanding, finishing,
dan packing. Proses produksi mebel menggunakan mesin yang dapat menimbulkan
bising dan paparan debu. Penelitian ini dibagi 7 titik sampling untuk kebisingan dan 3 titik
sampling untuk paparan debu. Alat sampling kebisingan menggunakan Sound Level
Meter dengan baku mutu kebisingan 85 dB(A) dan alat sampling debu menggunakan
High Volume Air Sampler dengan baku mutu debu kayu 1 mg/m3. Hasil penelitian
kebisingan yang melebihi baku mutu yaitu titik 1 pembahanan sebesar 87,9 dB(A) dan titik
2 mesin sebesar 88,8 dB(A). Hasil penelitian paparan debu semuanya melebihi baku
mutu yaitu 4,354 mg/m3 untuk titik 1 mesin, 5,593 mg/m3 untuk titik 2 sanding, dan 1,572
mg/m3 untuk titik 3 finishing. Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan
kebisingan dan paparan debu, faktor kebisingan terhadap risiko sakit kepala (OR = 1,43),
cepat lelah (OR = 2,02), gangguan pendengaran (OR = 2,3). Faktor paparan debu
terhadap risiko penyakit batuk (OR = 1,55), sesak nafas (OR = 2,06), iritasi mata (OR =
2,18). Saran yang direkomendasikan adalah membuat dinding antara area pembahanan
dan area mesin agar mengurangi resonansi kebisingannya. Memakai APD lengkap agar
menunjang kinerja pekerja.

Kata kunci: Analisis Risiko, Kebisingan, Debu, Odds Ratio, PT Kota Jati Furindo

Pendahuluan
PT Kota Jati Furindo merupakan industri mebel yang menggunakan teknologi
dalam proses produksinya. Proses produksi mebel menimbulkan kebisingan dan paparan
debu karena banyak menggunakan mesin-mesin gergaji besar, baik secara manual
maupun mekanik, sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, penglihatan,
konsentrasi, dll. Penulis tertarik mengambil topik ini karena mayoritas orang jepara
bekerja pada industri mebel salah satunya di PT Kota Jati Furindo. Oleh karena itu untuk
mencegah dampak negatif, perlu dilakukan analisis terhadap bahaya-bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja yang diakibatkan oleh paparan bising dan paparan
debu sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian yang tepat. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui paparan kebisingan dan paparan debu pada proses produksi PT Kota
Jati Furindo, melakukan analisis terhadap faktor-faktor risiko dari proses produksi
terutama pada paparan kebisingan dan paparan debu.

Studi Pustaka
Analisis risiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi
yang ada untuk mendeterminasi seberapa besar konsekuensi (severity) dan (likelyhood)
suatu kejadian yang timbul (AS/NZS 4360: 1999). Analisis risiko dilakukan untuk
menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan konsekuensi dengan
perhitungan terhadap program pengendalian yang telah dilakukan (AS/NZS 4360 : 2004).
Menurut KepMenLH no. 48 tahun 1996 kebisingan adalah bunyi yang tidak diingankan
dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan kurun waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan menurut
PerMenNaker no.13 tahun 2011 bising adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat produksi dan alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat

503
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

menimbulkan gangguan pendengaran. Menurut SNI 7231:2009, Nilai Ambang Batas


(NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB kebisingan menurut
PerMenNaker no. 13 tahun 2011 adalah 85 dB(A). Debu kayu adalah partikel-partikel zat
padat (kayu) yang dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanik seperti pada
pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-
lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik misalnya kayu, biji logam dan arang
batu (Khumaidah, 2009). Untuk partikel debu kayu telah ditetapkan dalam PerMenNaker
no.13 tahun 2011 bahwa NAB kadar debu kayu di udara tidak boleh melebihi 1 mg/m 3.

Metodologi Penelitian
Metodologi peneltian ini dilakukan dengan berbagai tahapan penelitian, mulai dari
persiapan sampai pembahasan dapat dilihat pada gambar 1 diagram alir berikut ini :

Penentuan lokasi dan


waktu penelitian

Pengumpulan data Studi pustaka, pedoman


primer dan sekunder dan literatur

Pengolahan

Kebisingan:
Identifikasi K3: Debu:
1. Menggunakan peraturan
1. Presentase KepMen LH 48/1996. 1. Baku mutu
Kuisioner 2. Baku mutu kebisingan kebisingan mengacu
mengacu pada Permanaker pada Permenaker
No 13/Men/X/2011 No 13/Men/X/2011

Pembahasan

1. Analisis tingkat kebisingan pada titik pengukuran.


2. Analisis tingkat debu pada titik pengukuran
3. Analisis presentase hasil kuisioner dengan diagram.
4. Perhitungan nilai odds ratio terhadap paparan kebisingan dan debu
dengan variabel bebas dan variabel terikat dan teori regresi logistik.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

504
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Hasil dan Pembahasan


a. Identifikasi Potensi Bahaya Proses Produksi PT Kota Jati Furindo
Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya Proses Produksi
No Jenis Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko
Kerja
1 Pembahanan Kebisingan Gangguan
pendengaran
2 Mesin Kebisingan dan Gangguan
Debu masuk pendengaran
pernafasan dan Infeksi
pernafasan
3 Sanding Kebisingan dan Gangguan
Debu masuk pendengaran
pernafasan dan Infeksi
pernafasan
4 Finishing Debu Infeksi
pernafasan pernafasan
5 Packing - -

b. Tingkat Kebisingan PT Kota Jati Furindo


Titik pengukuran kebisingan dilakukan pada 7 (tujuh) titik yaitu titik 1 pembahanan, titik 2
mesin, titik 3 sanding, titik 4 finishing, titik 5 packing, titik 6 kantor, titik 7 pos satpam.
Diantaranya dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Titik Sampling Kebisingan

Dari hasil sampling kebisingan pada 7 (tujuh) titik selama 2 minggu dapat diketahui
rekapitulaasi nilai kebisingannya pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Rekapitulasi Kebisingan


Titik Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 87.9 87.9 88.0 87.9 87.9 88.0
2 88.8 88.8 88.7 88.7 89.0 88.9
3 82.0 82.5 82.0 80.9 80.9 79.7
4 76.3 76.3 76.9 75.7 75.5 75.5
5 69.6 71.0 70.4 66.4 71.7 71.0
6 61.7 61.6 61.7 61.2 61.6 61.3
7 67.1 66.7 66.6 66.2 66.1 66.4
Keterangan : Baku Mutu Kebisingan 85 dB(A) (KepMenLH no. 48 tahun 1996)

505
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Dengan menghitung Leq (rata-rata) antara minggu pertama dan minggu kedua, tingkat
kebisingan terhadap titik pengukuran disimpulkan bahwa antara titik 1 sampai titik 7
terjadi perbedaan tingkat kebisingan yang berdampak langsung dan tidak langsung
kepada pekerja. Kebisingan tertinggi terdapat pada titik 1 (pembahanan) dan titik 2
(mesin) karena pada kedua titik tersebut telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu
85 dB (A).

c. Paparan Debu PT Kota Jati Furindo


Titik pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) titik yaitu titik 1 mesin, titik 2 sanding, titik 3
finishing. Diantaranya dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini :

Gambar 3. Titik Sampling Paparan Debu

Dari hasil sampling paparan debu kayu pada 3 (tiga) titik selama 3 hari dapat diketahui
nilai kebisingannya pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil Pengukuran Paparan Debu


No. Titik Pengukuran Hasil Pengukuran (mg/m3)
1. Mesin 4,354
2. Sanding 5,593
3. Finishing 1,572
Baku Mutu Debu Kayu 1
(8 jam)
Keterangan : Baku Mutu Debu Kayu 1 mg/m3 (PerMenNaker no. 13 tahun 2011)

Dari hasil sampling pengukuran paparan debu, semua titik sampling menghasilkan kadar
debu berlebih. Nilai paparan debu yang dihasilkan telah melewati baku mutu debu kayu
yang ditentukan yaitu sebesar 1 mg/m3 menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. PER.13/MEN/X/2011.
Berikut adalah upaya pengendalian paparan kebisingan dan debu yaitu:
1. Membuat dinding/ sekat antara area pembahanan dan area mesin agar mengurangi
resonansi kebisingannya.
2. Memakai APD lengkap agar menunjang kinerja pekerja.

d. Analisis Risiko Kesehatan Pekerja


Untuk mengetahui besar risiko terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja di PT Kota
Jati Furindo dapat diketahui melalui perhitungan rumus pendekatan epidemiologis, yaitu
Odds Ratio dengan menggunakan rumus dan tabel odds ratio dapat dilihat sebagai
berikut :
Odds Ratio (O.R) =

506
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Tabel 4. Odds Ratio


Paparan Ada Penyakit
Ada gangguan (S) Tidak ada gangguan (Ś)
Iya a b
Tidak c d

e. Analisis Risiko Kebisingan


Analisis risiko kebisingan terhadap penyakit sakit kepala, cepat lelah, gangguan
pendengaran dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Faktor Risiko Kebisingan
No Risiko Bising Ada gangguan Tidak ada Total
(S) gangguan (Ś)
1 Sakit Kepala Iya 38 23 89
Tidak 15 13
2 Cepat Lelah Iya 43 26 89
Tidak 9 11
3 Gangguan Iya 43 25 89
Pendengaran Tidak 9 12

Dari tabel diatas dapat diketahiu nilai odds rationya yaitu :


1. Sakit Kepala
Odds Ratio (O.R) = = 1,43
Odds Ratio sebesar 1,43 menunjukan bahwa pekerja PT Kota Jati Furindo yang
berada pada area yang terpapar bising memiliki risiko sakit kepala sebesar 1,43 kali
lebih besar dibandingkan yang berada di area yang tidak terpapar bising.
2. Cepat Lelah
Odds Ratio (O.R) = = 2,02
Odds Ratio sebesar 2,02 menunjukan bahwa pekerja PT Kota Jati Furindo yang
berada pada area yang terpapar bising memiliki risiko cepat lelah sebesar 2,02 kali
lebih besar dibandingkan yang berada di area yang tidak terpapar bising.
3. Gangguan Pendengaran
Odds Ratio (O.R) = = 2,3
Odds Ratio sebesar 2,3 menunjukan bahwa pekerja PT Kota Jati Furindo yang berada
pada area yang terpapar bising memiliki risiko gangguan pendengaran sebesar 2,3 kali
lebih besar dibandingkan yang berada di area yang tidak terpapar bising.

f. Analisis Risiko Paparan Debu


Analisis risiko paparan debu terhadap penyakit batuk, sesak nafas, dan iritasi mata dapat
dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Faktor Risiko Paparan Debu


No Risiko Debu Ada gangguan Tidak ada Total
(S) gangguan (Ś)
1 Batuk Iya 36 27 89
Tidak 12 14
2 Sesak Nafas Iya 36 26 89
Tidak 11 16
3 Iritasi Mata Iya 35 24 89
Tidak 12 18

507
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Dari tabel diatas dapat diketahiu nilai odds rationya yaitu :


1. Batuk
Odds Ratio (O.R) = = 1,55
Odds Ratio sebesar 1,55 menunjukan bahwa pekerja PT Kota Jati Furindo yang berada
pada area yang terpapar debu memiliki risiko sakit batuk sebesar 1,55 kali lebih besar
dibandingkan yang berada di area yang tidak terpapar debu.
2. Sesak Nafas
Odds Ratio (O.R) = = 2,06
Odds Ratio sebesar 2,06 menunjukan bahwa pekerja PT Kota Jati Furindo yang berada
pada area yang terpapar debu memiliki risiko sesak nafas sebesar 2,06 kali lebih besar
dibandingkan yang berada di area yang tidak terpapar debu.
3. Iritasi Mata
Odds Ratio (O.R) = = 2,18
Odds Ratio sebesar 2,18 menunjukan bahwa pekerja PT Kota Jati Furindo yang berada
pada area yang terpapar debu memiliki risiko iritasi mata sebesar 2,18 kali lebih besar
dibandingkan yang berada di area yang tidak terpapar debu.

Kesimpulan
Simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan pada proses produksi PT Kota Jati Furindo
adalah sebagai berikut :
1. Paparan kebisingan rata-rata pada PT Kota Jati Furindo dari ke 7 titik pengukuran
dengan rata-rata tiap titik 1 sebesar 87,9 dB(A), titik 2 sebesar 88,8 dB(A), titik 3
sebesar 81,3 dB(A), titik 4 sebesar 76,0 dB(A), titik 5 sebesar 70,0 dB(A), titik 6
sebesar 61,5 dB(A), titik 7 sebesar 66,5 dB(A). Pada area pembahanan dan mesin
paparan kebisingannya melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.13/Men/X/2011, yaitu sebesar 85 dB(A).
2. Nilai paparan debu PT Kota Jati Furindo pada ke 3 titik pengukuran yaitu titik 1
(mesin) sebesar 4,354 mg/m3, titik 2 (sanding) sebesar 5,593 mg/m3, titik 3 (finishing)
sebesar 1,572 mg/m3. Ke 3 titik pengukuran tersebut telah melewati baku mutu yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011, yaitu sebesar 1 mg/m3.
3. Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan kebisingan dan debu, faktor
kebisingan terhadap risiko sakit kepala (OR = 1,43), cepat lelah (OR = 2,02),
gangguan pendengaran (OR = 2,3). Faktor paparan debu terhadap risiko penyakit
batuk (OR = 1,55), sesak nafas (OR = 2,06), iritasi mata (OR = 2,18).

Daftar pustaka
Standar Nasional Indonesia SNI-7231-2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas
Kebisingan di Tempat Kerja, BSN, 2009
Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja
The Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360: 1999). Risk Management
Guideliness. 1999.
Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta.

508

Anda mungkin juga menyukai