Suliono
Dinas Kesehatan
Kabupaten Malang
lionmahcaya@gmail.com
ABSTRAK: Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah semakin meningkatnya frekuensi bencana banjir di
Desa Sitiarjo Kabupaten Malang. Dampak lanjutan dari bencana banjir berupa timbul dan meningkatnya penyakit
menular telah berhasil ditekan dewasa ini. Strategi adaptasi yang diterapkan dalam manajemen penanggulangan
bencana diduga menjadi faktor yang berpengaruh dari keberhasilan penurunan risiko bencana. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji secara mendalam strategi adaptasi yang diterapkan dalam siklus manajemen
pengelolaan bencana di Desa Sitiarjo. Metode penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Subyek penelitian adalah elemen yang terlibat secara langsung dalam penanggulangan bencana yang terdiri dari
Tenaga Kesehatan Puskesmas, Staff Pemerintahaan Desa, Relawan Bencana, dan Masyarakat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pola adapatasi masyarakat telah berjalan cukup baik dalam rangka kesiapsiagaan bencana
yang meliputi : modifikasi desain rumah, persediaan air minum dan air bersih, penutupan closet dan lubang hawa
pada jamban. Sedangkan dalam rangka tanggap darurat, setiap elemen telah mengambil peran yang diperlukan
seperti pelayanan kesehatan dan pemulihan kualitas sumur gali. Peran relawan bencana seperti SIBAT dan SBH
cukup besar dalam memberdayakan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat tangguh bencana. Masih
terdapat kesenjangan akses informasi dan peralatan untuk pemulihan sumur gali di beberapa wilayah terdampak.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa secara umum masyarakat telah menerapkan strategi adaptasi yang
baik dalam bidang penyediaan air bersih dan sanitasi untuk menghadapi dampak kesehatan akibat bencana
banjir. Untuk meningkatkan kualitas penanganan bencana masih diperlukan penambahan bahan dan peralatan
penunjang bagi Puskesmas dan masyarakat, serta peningkatan kapasitas bagi relawan bencana.
Kata Kunci : Banjir, Adaptasi, Kesehatan, Air Bersih, Sanitasi
Abstract: One of the impacts of climate change is the increasing frequency of flood disaster in Sitiarjo Village,
Malang Regency. In recent years, the impact of floods in the form of emerging and rising infectious diseases has
been suppressed.. Adaptation strategies implemented in disaster management are thought to be influential factors
in the success of disaster risk reduction.This study aims to examine in depth the pattern of adaptation applied in
the cycle of disaster management in Sitiarjo Village. This study aims to examine in depth the adaptation strategy
adopted in the cycle of disaster management in Sitiarjo Village. The research method is qualitative with case
study approach. The subjects of research are the elements directly involved in disaster management consisting of
Puskesmas Health Workforce, Village Government Officer, Disaster Volunteer, and Community.The results show
that the community adaptation strategy has been running well in the context of disaster preparedness which
includes: modification of house design, supply of drinking water and clean water, closet closure and air pit in
latrines. While in the context of emergency response, each sector has taken the necessary tasks such as medical
action and quality recovery of dug wells.The duties of disaster volunteers such as SIBAT and SBH are very
important in empowering the community to create a resilient community.There is still a gap in access to
information and tools for the recovery of dug wells in some areas.The conclusion that can be drawn is that most
people have adopted a good adaptation strategy in the field of water supply and sanitation to face the health
impact of flood disaster. To improve the quality of disaster management still needed additional materials and
supporting equipment for Puskesmas and community, and capacity building for disaster volunteers.
Keyword :Flood, Adaptation, Health, Water Supply, Sanitation
timbulnya bencana akibat perubahan iklim seperti penyakit kulit; penyakit saluran pencernaan; tifoid;
tanah longsor dan banjir. dan demam berdarah atau malaria.
Data dari BMKG selama kurun waktu 30 Manajemen pengelolaan bencana sendiri
tahun (tahun 1981 – 2010) menunjukkan bahwa merupakan siklus yang terdiri dari 4 tahap, yaitu :
curah hujan di berbagai pulau besar seperti pencegahan bencana; penanganan tangap
Sumatera, Jawa, Sulawesi dan sebagian darurat; rehabilitasi; dan rekonstruksi (UU No 24
Kalimantan mengalami peningkatan antara 40 - tahun 2007). Keberhasilan pengelolaan bencana
120 mm per tahun dalam 10 tahun terakhir pada setiap tahapan akan mempengaruhi derajat
(BMKG, 2017). Berdasarkan laporan dari Pusat keparahan dari ancaman bencana.
Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan Berdasarkan laporan penanggulan banjir
RI, pada periode tahun 2012 - 2017 tercatat telah Puskesmas Sitiarjo tahun 2013, dalam periode
terjadi banjir sebanyak 1.515 kejadian baik berupa waktu 16 hari setelah bencana terdapat 755
banjir, banjir disertai tanah longsor maupun banjir pasien yang membutuhkan pertolongan kesehatan
bandang dimana 313 kejadian memberikan baik rawat jalan maupun rawat inap. Dimana
dampak krisis kesehatan (PPK Kemenkes RI, penderita diare sebanyak 14 pasien dan demam
2017). tifoid sebanyak 28 pasien. Banjir bandang kembali
Wilayah selatan Kabupaten Malang memiliki melanda Desa Sitiarjo pada Bulan Oktober 2017.
kondisi geografis yang spesifik yaitu perbukitan Hasil Rapid Health Assesment (RHA) yang
kapur. Kontur daerah perbukitan dan beberapa dilakukan Puskesmas Sitiarjo diketahui bahwa
lembah dengan kecuraman yang tinggi. banjir mengakibatkan 504 rumah yang dihuni
Berdasarkan hasil pemetaan kerawanan bencana 1.442 jiwa di 4 dusun terendam. Dalam waktu 1
di Kabupten Malang bagian selatan, Desa Sitiarjo bulan sejak bencana tersebut, penyakit diare dan
merupakan daerah yang sangat rawan terjadi demam tifoid tidak menjadi masalah yang serius
banjir bandang dan genangan (Edwin Maulana, karena hanya 4 penderita diare yang terlaporkan.
2015). Desa Sitiarjo berada di lembah yang Semakin turunnya dampak kesehatan
dikelilingi pegunungan dan perbukitan kapur lanjutan dari bencana banjir patut mendapatkan
dengan level elevasi antara 13 hingga 50 meter apresiasi. Kegiatan pengelolaan bencana banjir di
dari permukaan laut (mdpl). Keberadaan aliran Desa Sitiarjo jika diukur dari salah satu
Sungai Penguluran yang membelah desa indikatorberkurangnya ancaman berupa timbul
menjadikan bencana banjir sering terjadi dan dan berkembangnya penyakit menular akibat
ancamannya semakin besar seiring dengan bencana banjir bisa dikatakan berhasil.
adanya perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Dari data BPBD Kabupaten Malang dan faktor yang menjadi penyebab terjadinya
berbagai pemberitaan media serta catatan Desa penurunan angka kejadian penyakit diare dan
Sitiarjo diketahui bahwa kejadian banjir yang demam tifoid sebagai dampak lanjutan dari
cukup besar selama kurun waktu 10 tahun terakhir bencana banjir dengan mengetahui strategi
yaitu tahun tahun 2010 dengan tinggi permukaan adaptasi yang dilakukan oleh berbagai pihak
banjir mencapai 2 meter, tahun 2013 dengan khususnya dibidang penyediaan air minum dan
jumlah rumah terendam sebanyak 847 rumah sanitasi.
(Bappekab Malang, 2013), tahun 2014
(Beritajatim, 2014) dan pada tahun 2016 dengan METODE PENELITIAN
jumlah rumah terendam sebanyak 231
(Kompas.com, 2016). Tinggi level air banjir rata- Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
rata mencapai 2 meter dari permukaan tanah dengan pendekatan studi kasus. Dilaksanakan di
pemukiman dan lama genangan mencapai 19 Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
jam. Secara langsung banjir bisa memberikan Kabupaten Malang. Informan utama dalam
dampak kerugian berupa kerusakan lingkungan, penelitian terdiri dari : masyarakat; perangkat
kerusakan ataupun gangguan sarana dan desa, petugas kesehatan, dan relawan bencana
prasarana permukiman, kerugaian harta dan banjir. Pemilihan informan menggunakan teknik
benda, bahkan hilangnya nyawa maupun korban purposive sampling. Dengan teknik ini dapat
luka atau cedera. Kerusakan sarana permukiman menentukan informan berdasarkan tujuan dan
khususnya sarana sanitasi yang mungkin terjadi pertimbangan peneliti. Penelitian dilakukan
antara lain : tercemarnya sumber air bersih yang selama Oktober–November 2017.
digunakan masyarakat terutama sumur gali; Data primer dikumpulkan dengan wawancara
luapan sungai menyebabkan sampah tersebar ke mendalamuntuk mendapatkan persepsi warga
permukiman; meluapnya tangki septik dan tidak tentang banjir terhadap kesehatan, keterbatasan
berfunginya jamban umum maupun jamban penyediaan air bersih dan sanitasi, dan strategi
keluarga. adaptasi untuk mencegah tumbuh dan
Banjir memberikan dampak lanjutan berupa berkembangnya penyakit menular setelah
muncul atau meningkatnya penyakit menular bencana banjir. Observasi di rumah tinggal subyek
khususnya penyakit yang ditularkan melalui air penelitian yang terdampak banjir dilakukan untuk
(water borne disease). Menurut Kementerian memperkuat hasil wawancara. Data sekunder
Kesehatan RI, ada 7 penyakit yang sering muncul berupa laporan atau dokumen penanganan
akibat banjir, yaitu : diare; leptospirosis; ISPA; bencana diperoleh dari Puskesmas Sitiarjo.
Suliono, Strategi Adaptasi Masyarakat Desa Sitiarjo DI Bidang Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi 353
Tabel 1.
Karakteristik Informan Utama
Jenis Informan Jenis Kelamin Pekerjaan
Informan Utama 1 Perempuan Pemegang Program SurveilansPuskesmas Sitiarjo
Informan Utama 2 Laki-laki Pemegang Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Sitiarjo
Informan Utama 3 Laki-laki Kepala Urusan Keamanan Desa Sitiarjo
Informan Utama 4 Laki-laki Kepala Dusun 1
Informan Utama 5 Laki-laki Relawan Bencana
Informan Utama 6 Laki-laki Relawan Bencana
Informan Utama 7 Laki-laki Masyarakat
Informan Utama 8 Perempuan Masyarakat
Analisis data secara constant comparative Desa Sitiarjo, tersaji dalam gambar sebagai
method yang diawali dengan pengumpulan data, berikut Dari Gambar 1 dan Gambar 2 diatas,
reduksi data, penyajian data, dan pengambilan diketahui bahwa Desa Sitiarjo berada di
kesimpulan untuk menguji keabsahan data sepanjang aliran Sungai Penguluran. Dusun Rowo
digunakan pendekatan triangulasi sumber yaitu Trate merupakan dusun yang memiliki akses lebih
membandingkan hasil wawancara dengan hasil jauh dari jalan raya Malang-Sendang Biru.
observasi, hasil wawancara dengan wawancara
yang lain, serta hasil wawancara dengan data
sekunder.
Dusun RW RT Jumlah Rumah secara rutin dibina oleh Puskesmas, dan siap
Kulon 14 37, 38, 39, 63 21 untuk diterjunkan membantu keberhasilan
Rowo 8 45, 46 89 program penanganan bencana banjir.
Trate 9 47, 48 93 “...kami bersyukur beberapa banjir belakangan ini
jumlah angka kejadian penyakit menular seperti
Jumlah 504
diare dan demam tifoid semakin turun. Kalau
Sumber : RHA Banjir 2017 Puskesmas Sitiarjo penyakit kulit masih banyak khususnya infeksi
jamur pada kaki, karenapada saat bersih-bersih
Bagi masyarakat, meskipun banjir terjadi rumah dan lingkungan, kaki mereka terpapar
secara rutin, tetapi beberapa kejadian banjir besar genangan air dalam waktu cukup lama”(IU. 1).
masih tetap memberikan trauma. Dalam 10 tahun Berdasarkan laporan penyakit dari
terakhir, banjir yang dianggap besar adalah banjir Puskesmas, angka kejadian penyakit diare dan
tahun 2007 dan 2013. Banjir tahun 2013 dengan demam tipoid pada banjir 2013 sebesar 42
ketinggian lebih dari 2 meter dengan membawa kejadian, sedangkan pada banjir 2017 angka
material lumpur yang banyak sehingga kejadian untuk kedua penyakit tersebut sebesar 4
melumpuhkan perekonomian hingga beberapa kejadian.
minggu. Endapan material lumpur masuk ke kios- “..kalau jaman dulu setiap habis banjir banyak
kios pedagang di Pasar Desa Sitiarjo dan tetanggayang kena penyakit mencret, tipes,
memutus akses jalan menuju Dusun Rowo Trate. apalagi gatal-gatal. Kalau sekarang sudah jarang
Banjir besar biasa terjadi dalam siklus 5 tahunan ada yang kena mencret dan tipes,paling banyak
dan 10 tahunan, tetapi menurut responden sejak ya rematik karena kecapekan bersih-bersih
masa reformasi, frekuensi banjir menjadi lebih rumah.Rangen (kutu air-tinea pedis) juga masih
sering dengan skala yang cukup besar. cukup banyak, kan langsung keceh (kaki
“...setelah masa reformasi, alas (hutan) di daerah terendam air) pada saat bersih-bersih, apalagi
atas (daerah resapan air di Kecamatan yang nggak (tidak) mau pakai sepatu karet”(IU. 8).
Sumbermanjing Wetan dan Dampit) banyak yang Banjir yang rutin terjadi menumbuhkan pola
dijarah massa sehingga jadi gundul, nah sejak itu adaptasi masyarakat. Akses komunikasi dan
banjir besar menjadi lebih sering terjadi. Kalau informasi serta peningkatan ekonomi
dulu biasanya 10 tahunan, sekarang sudah sulit di mempengaruhi perkembangan pola adapatasi.
prediksi, contohnya banjir 2017 kemarin jadi lebih Dibidang perumahan reponden menyatakan
lama” (IU. 3). bahwa saat ini masyarakat sudah melakukan
Bencana banjir yang melanda dengan berbagai modifikasi untuk menyelamatkan diri dan
frekuensi lebih sering membuat masyarakat keluarganya maupun harta benda yang berharga.
mampu menjadi terbiasa. Kemajuan teknologi dan kemudahan akes
“...mau gimana lagi, yang punya wilayah di atas infomasi menjadi salah satu pendukung pola
kan bukan kita. Ya kalau pemerintah bisa adpatasi yang diterapkan, seperti pernyataan
menghimbau masyarakat diatas untuk informan sebagai berikut :
mengembalikan hutan kembali ya bagus. Tapi kita “...sekarang dengan adanya handphone informasi
sebagai warga di sini harus bisa beradaptasi, ancaman banjir lebih cepat kita ketahui. Kalau
orang sejak jaman mbah-mbah kita tinggal di sini hujan deras berkepanjangan di daerah atas, maka
dan sadar bahwa lokasi kita memang rawan saudara kita disana akan menginformasikan
banjir.(IU. 5). kepada kita untuk waspada. Ada informasi dari
Informan menyatakan bahwa mata rekan gereja, ada dari groupnya perangkat desa.
pencaharian warga sebagian besar adalah petani, Kalau ada informasi seperti itu biasanya
sehingga banjir selain menjadi musibah tapi juga masyarakat akan mengamati kenaikan air sungai,
menjadi berkah. kalau dalam waktu singkat air terus naik maka
“...kita tinggal di sini karena tanahanya subur, akan segera pulang kerumah untuk melakukan
banjir kan bukan hanya musibah, setelah banjir persiapan dan pengamanan asset” (IU.4).
sawah, ladang dan kebun kita jadi lebih subur, ini Keberadaan dari organisasi relawan bencana
kan sisi positif dari banjir. Jadi ya bertahan di sini seperti SIBAT memberikan peran yang penting
aja, yang penting kita harus menyiapkan diri ketika dalam melakukan berbagai sosialisasi kepada
banjir datang”(IU. 7). warga untuk mampu beradaptasi dengan baik
Terkait dampak lanjutan pasca bencana yang dalam menghadapi bencana banjir.
berupa timbul dan berkembangnya penyakit “...bagi masyarakat yang ekonominya baik
menular yang disebarkan melalui air, dalam sebagian besar sudah meninggikan pondasi
beberapa kejadian belakangan ini semakin bangunan rumahnya, bahkan membangun rumah
berkurang. Angka kejadian penyakit seperti diare 2 lantai. Tidak hanya itu beberapa keluarga
dan demam tifoid semakin turun. Petugas mampu di Dusun Rowo Trate untuk
kesehatan (Puskesmas) semakin terlatih dan siap menyelamatkan mobilnya dibuat garasi di lantai 2.
dalam mengahadpi permasalahan kesehatan. Tapi bagi warga memengah ke bawah kita
Dokumen Rapid Health Assesment (RHA) selalu sosialisasikan untuk memperkuat dan memperluas
disusun setiap banjir melanda. pogo (para-para/ rak bambu yang terletak diatas
Tim bencana Puskesmas juga telah dapur)dengan papan sehingga bisa digunakan
terbentuk. Dukungan dari Dinas Kesehatan sudah untuk mengamankan benda berharga bahkan tidur
baik. Organisasi siswa tingkat Sekolah Menengah sekeluarga jika tidak mau menngungsi”(IU. 6).
Atas (SMA) seperti Saka Bakti Husada (SBH)
Suliono, Strategi Adaptasi Masyarakat Desa Sitiarjo DI Bidang Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi 355
Berbagai modifikasi sarana yang ada Strategi adaptasi dalam menghadapi kondisi
dirumah juga dilakukan oleh masyarakat untuk alam dan perubahan iklim harus dibangun
menghadapi bencana banjir. bersama dengan keterlibatan semua pihak secara
“...beberapa warga ada yang mengikat kaki dipan setara. Pendekatan partisipatory bisa diterapkan
(ranjang) dengan ban bekas atau jerigen sehingga dalam proses penguatan kapasitas masyarakat
akan mengapung jika banjir, ada yang membuat sebagai korban bencana maupun sebagai pelaku
sambungan seperti dongkrak sehingga bisa penanganan bencana. Sementara peran
digunakan untuk istirahat dan menyimpan benda pemerintah dan organisasi kemasyarakatan
berharga”(IU. 8). adalah sebagai fasilitator dan katalisator
Untuk kebutuhan makanan, responden juga peningkatan kapasitas masyarakat.
menyatakan masyarakat saling membantu dalam
memenuhi kebutuhan makanan korban banjir. Program Kesehatan pada Saat Bencana
“...yang tidak kebanjiran itu biasanya kalau Untuk menanggulangi dampak kesehatan
memasak dilebihkan sehingga bisa ngasih yang diakibatkan bencana banjir, Dinas
saudara atau tetangganya yang tidak bisa masak. Kesehatan melalui Puskesmas telah melakukan
Kalau banjir surut dan sudah bisa masak lagi ya tindakan yang diperlukan sesuai kebutuhan dan
akan masak sendiri, yang susah itu kalau lupa kondisi lapangan. Tim Bencana Puskesmas
tidak sempat menyelamatkan sembako pas banjir, malakukan korrdinasi lintas sektor dengan
kalau ada bantuan ya lumayan membantu pemangku kepentingan seperti Dinas Kesehatan,
meringankan beban”. (IU. 7). Pemerintah Kecamatan, Aparat Kamanan,
Kesadaran masyarakat bahwa mereka hidup Pemerintah Desa, dan Relawan SIBAT.
dan tinggal di daerah geografis yang rawan banjir Dibidang pelayanan kesehatan, Puskesmas
telah membentuk pola adaptasi yang spesifik. beserta bantuan kesehatan pemerintah maupun
Sejalan dengan Worosuprojo, (2012) bahwa swata melakukan pengobatan dengan membuka
prinsip hidup harmonis dengan alam secara pos kesehatan desa maupun pusat kesehatan
geografis adalah dengan kemampuan memahami keliling (mobile) di beberapa titik bencana, antara
karakter dan perilaku alam.Upaya yang telah lain berada di : Dusun Rowo Trate, Wilayah
dilakukan antara lain (1) mempelajari informasi Palung, Pasar Desa, dan Puskesmas Induk. Pada
kawasan rawan bencana, (2) beradaptasi hidup di saat pengobatan bisanya petugas kesehatan juga
kawasan rawan bencana, (3) tanggap terhadap melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang
bencana, (5) tata ruang khususnya perumahan terdampak untuk menjaga kesehatan dan
berbasis bencana, (6) penguatan sistem waspada terhadap penularan penyakit seperti
manajemen bencana. diare, demam tipoid, ISPA, dan penyakit kulit.
Herryal et al.(2013) menyarikan bahwa cita- Dibidang penyehatan lingkungan Dinas
cita dari Undang-undang RI Nomor 24 Tahun Kesehatan memberikan bantuan disinfektan air
2007 adalah terwujudnya masyarakat yang berupa kaporit dan abate untuk mencegah
tangguh bencana sehingga bisa menekan perkembangan jentik nyamuk Aedes spp. Bantuan
serendah mungkin risiko yang diakibatkan oleh di distribusikan kepada masyarakat dengan
kejadian bencana. Untuk merespon UU No 24 bantuan dari relawan SBH, pada saat
Tahun 2007 Palang Merah Indonesia/PMI telah pendistribusian SBH juga memberikan penyuluhan
meluncurkan Program Kesiapsiagaan Bencana cara penggunaan kaporit dan bubuk abate.
Berbasis Masyarakat (KBBM) yang salah satu Situasi banjir mempengaruhi waktu bisa
strateginya adalah dengan membentuk dan dilaksanakannya program kesehatan, pada banjir
memberikan pelatihan kepada Tim Siaga 2017 tenaga medis dan kesehatan lainnya baru
Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat). Tim Sibat bisa diterjunkan pada hari kedua setelah banjir
diharapkan mampu menjadi pelaku utama surut. Masa tanggap darurat ditetapkan selama 15
dalam pelaksanaan program KBBM sebagai hari untuk pembukaan pengobatan keliling.
penggerak masyarakat di lingkungannya untuk Sedangkan setelah 15 hari pelayanan kesehatan
berpartisipasi penuh dalam penanggulangan dibuka hanya di Puskesmas Induk dan Pos
bencana. Banjir rutin telah membentuk pola Kesehatan Desa di Rowo Trate.
adaptasi masyarakat dalam menghadapi dampak
langsung maupun dampak lanjutannya. Upaya
berbagai elemen masyarakat dan pihak
berwenang telah memberikan andil yang besar
dalam program kesiapsiagaan maupun tanggap
darurat bencana.
Partisipasi aktif masyarakat yang terdampak
maupun tidak terdampak untuk berbagi akses
informasi, sumber daya, maupun pengetahuan
telah membuahkan dampak positif berupa
penurunan penyakit akibat bencana. Berbagai
kegiatan penguatan kapasitas masyarakat oleh
pemerintah, dan relawan bencana telah mampu
mewujudkan masyarakat yang tangguh terhadap Sumber : Dokumentasi PKM Sitiarjo 2017
bencana. Gambar 3. Pos pengobatan yang dibuka untuk
masyarakat.
356 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 351-359
memasak air dalam jumlah yang cukup banyak, membersihkan rumah, setelah kosong ditunggu
kalau air bersih biasanya jerigen 30 literan sampai penuh lalu disedot lagi untuk
sebanyak 5 buah selalu kami isi, gentong di dapur membersihkan dinding-dinding sumur biar
selalu dalam keadaan penuh. Jadi kalau banjir lumuprnya hilang, setelah habis baru ditunggu
kami masih bisa masak, minum, gosok gigi sampai sumur terisi lagi untuk digunakan. Ada
dengan air yang bersih. Setelah itu kalau ada yang setelah dikuras diberi kaporit, kemudian
bantuan air bersih atau air minum ya syukur, kalau ditunggu semalam terus besoknya digunakan, tapi
gak ada ya kami akan menggunakan air sumur ada juga yang tidak mau memberi kaporit.”(IU. 8).
kembali.”(IT. 2).
Model penyimpanan air yang lain adalah Masih ada wilayah yang tidak bisa
dengan membuat tandon dari beton. Bagi melakukan pengurasan sumur karena pompa
masyarakat yang memiliki keterbatasan sarana yang ada tidak memiliki pipa penghisap yang
penyimpanan air, pasokan air bersih bisa panjang (lebih dari 10 m), sehingga langkah yang
diperoleh melalui bantuan air bersih dari mobil dilakukan hanya dengan memberikan serbuk
tangki maupun dari mata air. kaporit kedalam sumur.Terkait dengan
“...warga yang tidak punya simpanan air bersih pembubuhan kaporit, menurut responden, bagi
yang cukup, kalau ada mobil tangki bisa warga yang paham manfaat kaporit maka akan
mendapatkannya. Sebagian warga di Rowo Trate memberikannya.
bisa mengambil air di sumber (mata air). Kalau “...saya sering beli kaporit sendiri, titip saudara
ada sumur tetangga yang tidak terpengaruh banjir, yang ada di Malang. Saya tahunya itu waktu kerja,
kadang sebagian warga bisa mengambil disitu” juragan saya sering nyuruh ngasih kaporit di
(IU. 6). sumurnya, katanya biar tidak gampang berlumut
Untuk mengembalikan kualitas air sumur dan bisa membunuh kuman”(IU. 7).
yang tercemar akibat banjir, semua responden Namun demikian masih ada warga yang
memahami bahwa tindakan yang dilakukan adalah tidak mengerti manfaat pemberian kaporit,
melakukan pengurasan sumur dan pembubuhan sehingga kaporit yang diberikan oleh relawan tidak
kaporit. Responden menyatakan bahwa 1 hari digunakan.
setelah banjir surut masyarakat akan melakukan “...saya dikasih bubukan putih sama coklat sama
gotong-royong untuk menguras sumur, air yang anak berseragam pramuka, tapi tidak saya
dikuras sekaligus digunakan untuk membersihkan gunakan. Kata yang ngasih suruh mencampur air
rumah dan halaman. terus dimasukkan ke sumur, tapi saya takut,
Pengurasan sumur menggunakan pompa masak air diobat.”(IT. 4)
diesel milik Desa, Kelompok Tani, Gereja, dan Menurut De Man, H., et al. (2013) bahwa
milik pribadi. Keluarga yang melakukan risiko infeksi yang diakibatkan pajanan air yang
pengurasan biasanya hanya dikenakan biaya 1 terkontaminasi oleh luapan saluran pembuangan
liter bahan bakar. Tetapi bagi warga yang tidak lebih besar daripada hanya dari limpasan air hujan
bergotong royong bisa melakukan sewa pompa yang meluap ke dalam sumber air.
diesel sendiri dengan biaya sekitar Rp. 100.000,-. Pembubuhan kaporit dalam panduan dari US
“...biasanya warga lingkungan RW kami akan EPA untuk disinfeksi mikroba yang disadur oleh
langsung melakukan gotong royong menguras Ireland EPA (2011) merekomendasikan perlunya
sumur dan membersihkan rumah setelah banjir penghilangan bahan organik (Total Organic
surut. Di Dusun Krajan Tengah ada 4 pompa Compounds/TOC) jika kebutuhan kaporit sudah
diesel, 2 milik kelompok tani, 1 milik desa, dan 1 melebihi 2 mg/liter.
milik gereja. Dalam sehari 1 pompa bisa Luapan air banjir di pemukiman bisa
digunakan untuk menguras 10 sumur, jadi dalam 3 membawa banyak material yang bersumber dari
hari hampir semua sumur warga korban banjir berbagai titik seperti kandang ternak, tempat
bisa dikuras.”(IT. 3). sampah, tangki septik, dan saluran pembuangan
limbah rumah tangga (grey water). Oleh karena itu
risiko terjadinya penyakit infeksi pada saat dan
pasca banjir di Desa Sitiarjo menjadi lebih tinggi.
Kebanyakan warga hanya mampu melakukan
penyimpanan air dalam waktu 2 hari setelah banjir
sehingga berbagai tindakan jangka pendek
maupun jangka panjang perlu dilakukan. Untuk
jangka pendek pasokan air bersih pasca banjir
melalui kendaraan tangki perlu disediakan hingga
kegiatan perbaikan kualitas air melalui
pengurasan dan pembubuhan kaporit dinyatakan
Sumber : Dokumentasi PKM Sitiarjo 2017 selesai secara menyeluruh.
Gambar 5. Gotong royong masyarakat menguras Adanya warga yang tidak memiliki wadah
sumur gali dengan pompa diesel. penyimpanan air dalam jumlah yang cukup perlu
menjadi pertimbangan solusi dalam kesiapsiagaan
Adapun teknik pengurasan seperti yang menghadapi banjir. Keterbatasan peralatan
disampaikan oleh informan adalah sebagai berikut pengurasan seperti pompa hisap perlu untuk
“...cara menguras sumur itu sampai 2 kali. dilengkapi sehingga semua wilayah terdampak
Pertama air disedot habis sekalian buat banjir bisa melakukan pengurasan secara gotong-
358 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 351-359
bahan disinfektan, (3) Pemerintah Desa Infect. (2013), 141, 671–686. Cambridge.
menyediakan pipa hisap untuk wilayah yang Cambridge University Press. Tersedia di
belum memiliki, (4) adanya bantuan wadah https://doi.org/10.1017/S0950268812001653
penyimpanan air minum dan air bersih terutama (07 Mar 2017)
bagi keluarga yang kurang mampu, perbaikan Kompas.com. (2016). Tersedia di
konstruksi sumur masyarakat secara bertahap, http://regional.kompas.com/read/2016/10/09/
dan (6) semakin meningkatkan koordinasi lintas 22242711/hujan.deras.231.rumah.di.malang.t
sektor dalam manajemen pengelolaan bencana. erendam.banjir. (17 Januari 2017)
Maulana, E. (2015). Pemetaan
DAFTAR PUSTAKA MultiRawanKabupaten MalangBagian
Selatan Dengan Menggunakan
Bappekab Malang. (2013). Banjir malang selatan. Pendekatan Bentang Alam. Yogyakarta.
Berita terkini. Tersedia di: PUSPICS Fakultas Geografi Universitas
http://www.bappekab.malangkab.go.id/berita- Gadjah Mada.
212-html (17 April 2017) https://www.researchgate.net/publication/303
Beritajatim. (2014). Tersedia di : 329637.
http//:www.beritajatim.com/peristiwa/22732/d Moelong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian
esa_sitiarjo_diterjang_banjir.html(17 januari Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
2017) PMI. (2007). Kesiapsiagaan Bencana BerBasis
BMKG. (2017). Informasi Perubahan Normal MasyaraKat, strategi dan pendeKatan.
Curah Hujan. Tersedia di Jakarta : Markat PMI Pusat
http://www.bmkg.go.id/iklim/perubahan- Prasetya I. (2006). Penelitian Kualitatif dan
normal-curah-hujan.bmkg (17 April 2017) Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta
BNPB, 2016. Info Bencana Edisi Juni 2016. :DIA FISIP UI
http://ww.bnpb.go.id(01 Maret 2017) Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan
Cabral. (2010). Water Microbiology. Bacterial RI. (2017). Laporan Pantauan Bencana.
Pathogens and Water. International Journal Tersedia di
of Environmental Research and Public Health http://www.penanggulangankrisis.kemkes.go.
Basel. Tersedia di id/pantauan_bencana/(13 April 2017)
www.mdpi.com/journal/ijerph Pusat Penanggulangan Krisis. (2007).
Elsevier. (2014). Quantitative assessment of BookletPenanggulangan Masalah Kesehatan
infection risk from exposure to akibat Bencana Banjir bagi pengelola tingkat
waterbornepathogens in urban floodwater, Kabupaten/Kota. Jakarta Depkes RI.
Water Research Vol UU No 24. (2007). Tentang Penanggulangan
48.Author.http://dx.doi.org/10.1016/j.watres.2 Bencana. Jakarta. Author.
013.09.022 WHO. (2002). Environmental Health in
Herryal Z. Anwar, Hery Harjono. (2013). Emergencies and Disaster : A Practical
Masyarakat Tangguh Bencana Alam Di Guide.Malta. Author
Indonesia Hidup harmonis dengan alam, Worosuprojo, Suratman. (2012). Manajemen
Vol., 250. Jakarta : LIPI. Bencana Berbasis Informasi Geografis untuk
Ireland EPA. (2011). Water Treatment Manual : Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang
Disinfection.. Wexford. Author. Harmonis dengan Alam di Indonesia.
K. F. Cann, D. Rh. Thomas, R.L. Salmmon, A.P. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan
Wyn-Jones, D. Kay. (2012). Systematic Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012.
Review - Extreme water-related weather Surakarta: Muhammadiyah University Press.
events and waterborne disease. Epidemiol.