Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang

Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat salah satu penyebabnya yaitu
pertumbuhan usaha kecil menengah (UKM) yang semakin besar, semakin besar pertumbuhan
industri kecil menengah maka limbah yang dihasilkan akan bertambah. Setiap industri skala
kecil maupun besar menghasilkan limbah cair dan padat, limbah yang dihasilkan dibuang ke
lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu akibatnya lingkungan masyarakat sekitar
yang akan menerima dampak dari pembuangan limbah yang tidak diolah terlebih dahulu.
Contohnya seperti industri tahu skala rumahan limbah yang dihasilkan pada umumnya tidak
dikelola, banyak pengrajin tahu yang memulai usahanya tidak diimbangi dengan pengolahan
limbah cair.

Sebagian besar sumber limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih, cairan ini mengandung
kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menimbulkan bau busuk dan mencemari
sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan,
pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai.

Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah
bagi usaha dan atau kegiatan pengolahan kedelai bahwa usaha atau pengolahan kedelai
berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan pencemaran air dengan menetapkan baku mutu air limbah baku mutu TSS
yang ditetapkan yaitu 200 mg/l. Sehingga perlu adanya pengolahan limbah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan.

Kelebihan

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian eksperimen (skala laboratorium) dengan
rancangan pretest-postest dengan kontrol. Rancangan penelitian ini mengelompokkan anggota
kontrol dan kelompok perlakuan yang dilakukan secara acak, adanya penelitian pendahuluan
(pretest) pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan diikuti dengan intervensi pada
kelompok perlakuan dan dilakukan postest setelah perlakuan. Intervensi dilakukan dengan cara
mengontakkan tanaman hydrilla pada air limbah tahu yang akan diolah/diturunkan kadar TSS-
nya. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh berbagai waktu kontak tanaman
hydrilla terhadap penurunan kadar TSS airlimbah tahu. Populasi sampel adalah seluruh air
limbah yang diambil dari pabrik tahu Cibuntu KotaBandung, sedangkan sampel adalah sebagian
air

limbah pabrik tahu yang diambil dari populasi,

dengan teknik pengambilan sampel sesaat.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) karena bahan percobaan dianggap homogen.

Banyaknya pengulangan (replikasi) dalam penelitian

ini ditentukan berdasarkan banyaknya perlakuan

yang dilakukan. Ada tiga perlakuan dengan waktu

kontak selama 48 jam (2 hari), 96 jam (4 hari), dan

144 jam (6 hari). Dengan menggunakan RAL maka

jumlah pengulangan adalah enam kali.

Tanaman hydrilla yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tanaman yang memiliki karakteristik

jumlah daun, rumpun akar, umur, serta tinggi

tanaman yang relatif sama, dengan biomassa sebesar

50 gram/4 lt air limbah. Sebelum dilakukan

eksperimen, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi,

yang bertujuan untuk penyesuaian tumbuhan


terhadap iklim atau suhu pada lingkungan yang baru

dimasukinya. Tanaman hydrilla ditanam pada

kontainer yang berisi air bersih (air kran) selama

satu minggu. Setelah dilakukan aklimatisasi

selanjutnya air limbah tahu diencerkan dengan air

bersih (air kran) yang digunakan pada proses

aklimatisasi dengan konsentrasi 25% (satu liter air

limbah tahu diencerkan dengan tiga liter air bersih

hasil aklimatisasi). Kadar TSS awal (sebelum

dikontakkan dengan tanaman air hydrilla adalah 291

mg/L), kadar TSS setelah dicampur dengan air hasil

aklimatisasi 73,55 mg/L, sehingga diperoleh

konsentrasi pengenceran {(73,55 : 291) x 100% =

25%}. Setelah air limbah tahu diencerkan

selanjutnya disimpan dalam kontainer untuk

dikontakkan dengan tanaman hydrilla. Karakteristik

awal air limbah pabrik tahu meliputi kadar TSS

adalah 73,55 mg/L, nilai pH sebesar 5,95 dan suhu

sebesar 26,9oC. Secara rinci cara kerja penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Mengisi kontainer dengan air limbah pabrik

tahu yang sudah diencerkan dengan air bersih


hasil proses aklimatisasi masing-masing

sebanyak 4 liter untuk dikontakkan dengan

tanaman air Hydrilla. Air limbah yang sudah

diencerkan dikontakkan dengan tanaman air

hydrilla selama 48 jam (2 hari), 96 jam (4 hari),

dan 144 jam (6 hari).

b. Mengambil sampel air limbah pabrik tahu yang

sudah diencerkan sebelum dan setelah

dikontakkan dengan tanaman air hydrilla

selama 2 hari, 4 hari dan 6 hari, serta kontrol

yang dibuat dengan cara mengencerkan air

limbah pabrik tahu (air baku) tanpa ditanami

tanaman air Hydrilla.

c. Memeriksa kadar TSS, pH dan temperatur

sampel air limbah pabrik tahu yang sudah

diencerkan sebelum dikontakkan dengan

tanaman air Hydrilla,

d. Memeriksa kadar TSS, pH dan temperatur

sampel air limbah pabrik tahu yang sudah

diencerkan setelah dikontakkan dengan

tanaman air Hydrilla,

e. Memeriksa kadar TSS, pH dan temperatur pada

kontrol.
f. Air limbah pabrik tahu setelah penelitian tetap

disimpan pada wadah/kontainer sampai kadar

bahan pencemar dalam air limbah tersebut

Anda mungkin juga menyukai