Anda di halaman 1dari 3

Pengawasan vektor secara fisik, kimia, dan Biologi

Dalam rangka memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, Penyelenggaran dalam Rumah
Sakit harus melakukan pengawasan internal. Pengawasan internal sebagaimana dilakukan
melalui penilaian mandiri, pengambilan, dan pengujian sampel, dilakukan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sesuai dengan kebutuhan terhadap aspek manajemen dan
teknis.

Aspek Pengawasan dan Evaluasi :

Pengawasan dan evaluasi dilakukan terhadap aspek teknis dan manajemen yang meliputi:

1. Kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit


Pengawasan dan evaluasi kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
dilakukan untuk mengetahui apakah angka kepadatan sudah sesuai dengan angka
baku mutu. Pemantauan dan evaluasi kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit dilakukan secara rutin, minimal sebulan sekali dilakukan oleh petugas
Rumah sakit, dan dilaporkan secara berjenjang ke dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota, selanjutnya ke dinas kesehatan daerah provinsi, selanjutnya ke
direktorat di lingkungan Kementerian Kesehatan yang membidangi pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vektor.

2. Tempat perkembangbiakan
Pengawasan dan evaluasi tempat perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit bertujuan untuk mengetahui habitat positif dan habitat potensial untuk
perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit. Pemantauan dan
evaluasi ini meliputi keberadaan habitat, jenis habitat, letak habitat, luasan habitat,
keberadaan hewan predator dan karakteristik habitat lainnya.
Pengawasan dan evaluasi tempat habitat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
dilakukan secara rutin, minimal sebulan sekali dilakukan oleh petugas Rumah sakit,
dan dilaporkan secara berjenjang ke dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
selanjutnya ke dinas kesehatan daerah provinsi, selanjutnya ke direktorat di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang membidangi pencegahan dan pengendalian
penyakit tular vektor.
3. Kondisi fisik, biologi, kimia, dan lingkungan
 Pengawasan dan evaluasi kondisi fisik lingkungan meliputi suhu, kelembaban
relatif, curah hujan, dan kondisi fisik lainnya.
 Kondisi biologi lingkungan meliputi keberadaan hewan predator, vegetasi, dan
kondisi lingkungan biologi lainnya. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisik,
biologi dan kimia lingkungan dilakukan secara rutin, minimal setahun sekali
dilakukan oleh petugas Rumah Sakit, dan dilaporkan secara berjenjang ke
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, selanjutnya ke dinas kesehatan daerah
provinsi, selanjutnya ke direktorat di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
membidangi pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor.

4. Dosis dan jenis pestisida


Pengawasan dan evaluasi dosis dan jenis pestisida berfungsi untuk mengetahui
apakah pemakaian pestisida sudah sesuai dengan dosis yang ditentukan. Pemantauan
ini meliputi dosis, jenis, dan golongan pestisida yang digunakan dalam pengendalian
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit. Pemantauan dan evaluasi dosis dan jenis
pestisida dilakukan secara rutin, minimal setahun sekali dilakukan oleh petugas
Rumah Sakit, hasilnya dilaporkan secara berjenjang ke dinas kesehatan daerah
provinsi, selanjutnya ke direktorat di lingkungan Kementerian Kesehatan yang
membidangi pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor

5. Efikasi Pestisida Efikasi


kekuatan pestisida atau daya bunuh pestisida yang digunakan untuk Pengendalian
Vektor dewasa dan pradewasa serta Binatang Pembawa Penyakit. Penentuan efikasi
pestisida berdasarkan pemeriksaan/pengujian efikasi. Pestisida dinyatakan efektif
apabila dapat membunuh 80% atau lebih serangga/hewan sasaran. Kegiatan ini
dilakukan untuk mendukung cara aplikasi dan penggunaan pestisida agar diketahui
efektifitas pestisida yang digunakan. Frekuensi kegiatan dilakukan sesuai aplikasi
pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit dengan metode kimia.
Ada beberapa uji secara kimia antara lain :
a. Uji efikasi pestisida pada pengasapan (fogging) dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaannya.
b. Uji efikasi kelambu berpestisida dilakukan secara berkala minimal 6 (enam) bulan
sekali.
c. Uji efikasi pestisida pada penyemprotan residual dalam rumah (indoor residual
spraying/IRS) dilakukan setiap bulan setelah IRS selama masa efektifitas pestisida
d. Uji efikasi rodentisida dilakukan 2-3 hari setelah umpan beracun dimakan tikus.
e. Uji efikasi pestisida untuk kecoa dilakukan setiap minggu setelah dilakukan aplikasi
selama masa efektifitas pestisida.

6. Kerentanan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit


Pengawasan dan evaluasi kerentanan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit untuk
mengetahui populasi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit tidak bisa bertahan
hidup terhadap paparan dosis pestisida yang normal (rentan) atau bisa bertahan hidup
terhadap paparan dosis pestisida yang normal (resisten). Penentuan status kerentanan
didapat berdasarkan hasil pengujian metode bioassay menggunakan impregnated
paper sesuai standar, maupun melalui pemeriksaan biomolekuler.

DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG


STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN KESEHATAN UNTUK VEKTOR
DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT SERTA PENGENDALIANNYA

Anda mungkin juga menyukai