Anda di halaman 1dari 52

PENYEHATAN LINGKUNGAN DOSEN:

1.Winarko, S.KM., M.Kes


BAGI PENDERITA PENYAKIT BERBASIS 2.Olievia R.A, S.KM., M.KL
LINGKUNGAN
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT BERBASIS
LINGKUNGAN

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola


penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan
dengan kesehatan, beserta faktor-faktor yang dapat
memengaruhi kejadian tersebut. (Achmadi, U.F,2005)
Penyakit :

Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi


dan /atau morfologi suatu organ dan/atau jaringan tubuh.

Lingkungan :

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda


hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena
terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.
Penyakit Berbasis Lingkungan:

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis


berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu
disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
BERBASIS LINGKUNGAN
Ilmu yang mempelajari pola penyebaran penyakit atau
kejadian yang berhubungan kesehatan yang disebabkan
oleh interaksi antara manusia dengan lingkungan, beserta
faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian tersebut.
TRIAS EPIDEMIOLOGI
Kualitas lingkungan
merupakan determinan
penting terhadap
Kesehatan masyarakat

Penurunan kualitas
lingkungan memiliki
peran terhadap
terjadinya penyakit
Penyakit berbasis lingkungan banyak dijumpai di
tengah masyarakat, baik di pemukiman, tempat
kerja, pariswisatan, fasilitas dan tempat umum.
Diantara penyakit berbasi lingkungan dalam
pembahasan berikutnya adalah Penyakit DBD, Diare,
Tb Paru dan Inspeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA).
Layanan Kesehatan lingkungan melalui kegiatan Penyehatan Lingkungan bagi
masyarakat yang menderita penyakit berbasis lingkungan harus memahami beberapa
hal berikut ini:

a.Pengertian penyakit, penyebab dan gejala penyakitnya


b.Riwayat perjalanan penyakit dari sumbernya menuju calon penderita
baru dengan memperhatikan :
1)Cara keluar penyebab penyakit dari sumbernya
2)Transmisinya melalui vektor atau vehicle (air, tanah, udara atau kontak langsung)
3)Cara masuk penyebab penyakit ke calon penderita baru

c. Cara pencegahan dan Pemberantasannya


UPAYA PENYEHATAN LINGKUNGAN PADA
PENDERITA PENYAKIT BERBASIS
LINGKUNGAN
PENYAKIT DBD
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Demam
berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai dengue hemorrhagic
fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan
darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian.
Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, dengue
hemorrhagic fever, dan dengue shock syndrome.
Gejala dari demam berdarah klasik:
demam selama 4 hingga 7 hari setelah digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi, serta : Demam tinggi, hingga 40 ºC,
Sakit kepala parah,
 Nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata),
 Nyeri otot dan sendi parah,
 Mual dan muntah,
Serta Ruam (Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai
4 hari setelah demam, kemudian berkurang setelah 1 hingga 2
hari. ruam kedua bisa muncul beberapa hari kemudian.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DBD

Gambar : Meknisme Penulran Penyakit DBD


A. FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DBD
Demam berdarah DBD disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh gigitan
nyamuk. Terdapat 4 virus dengue, yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Nyamuk yang berasal dari famili tertentu yaitu Aedes aegypti atau
Aedes albopictus dapat membawa virus untuk menginfeksi darah manusia
dengan gigitan dan mentransfer darah yang terinfeksi ke orang lain. Begitu
Anda pulih dari demam berdarah, imunitas Anda akan terbentuk namun
hanya sampai strain tertentu.

Terdapat 4 strain virus tertentu, yang berarti Anda dapat terinfeksi lagi.
Penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda dan mendapatkan penanganan.
B. FAKTOR PENJAMU (HOST)
1. Penderita

Tidak ada penanganan spesifik untuk demam berdarah DBD, kebanyakan pasien pulih
dalam 2 minggu. Penting untuk menangani gejala-gejala untuk menghindari
komplikasi. Dokter biasanya merekomendasikan pilihan pengobatan berikut :

a)Istirahat yang banyak di tempat tidur

b)Minum banyak cairan

c)Minum obat untuk menurunkan demam.

d)Hindari kontak dengan Nyamuk Aedes aegypti


B. FAKTOR PENJAMU (HOST)

2. Calon Penderita (Host Baru)


Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko terkena demam berdarah DBD,
yaitu:
a.Tinggal bersama penderita yang dinyatakan positif DBD berdasarkan Surat
Keterangan Dokter Rumah Sakit (SKDRS).
b.Berpergian ke daerah yan g sedang terjankit DBD
Meningkatkan Kesehatan dengan cara :
a.Kecukupan gizi
b.Kecukupan Vitamin
c.Kecukupan Istirahat
d.Berolah raga

Hindari Kontak dengan vektor pembawa penyakit pada pagi sampai


sore hari dengan cara:
a.Memasang kelambu saat tidur
b.Mengoleskan repelen untu mencegak gigitan Nyamuk
B. FAKTOR PENJAMU (HOST)

3. Keberadaan Vektor Penyakit DBD di Lingkungan


Nyamuk demam berdarah yang memiliki nama latin Aedes aegypti merupakan
faktor utama yang menjadi penyebab penularan penyakit
Demam Berdarah Dengue. Nyamuk ini menularkan virus Dengue ke manusia
melalui gigitan kecilnya ke dalam kulit. Nyamuk yang bertanggung jawab
terhadap penularan tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti betina, karena
nyamuk betina membutuhkan darah agar dapat memproduksi telur.
Gambar : Nyamuk Aedes aegypti
LANGKAH PEMBASMIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI

Pencegahan penularan penyakit demam berdarah harus dilakukan melalui


pemutusan mata rantai penularannya dengan cara memberantas sarang nyamuk
tersebut melalui beberapa langkah berikut yang biasa dikenal dengan 3M-Plus,
yaitu:

a.Menguras, yaitu memeriksa dan membuang genangan air yang berada di


dalam tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-
lain
b. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya agar nyamuk Aedes
aegypti tidak bisa masuk untuk bertelur dan berkembang biak di
dalamnya.

c. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang


sudah tidak terpakai yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
Adapun yang dimaksud dengan Plus pada 3M-Plus adalah
segala bentuk kegiatan yang bersifat pencegahan seperti :

a.Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang


sulit dibersihkan;
b.Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;
c.Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah;
d.Menggunakan kelambu saat tidur;
e. Memakai pakaian bertangan panjang, celana panjang,
kaus kaki di jam-jam aktif nyamuk demam berdarah.
f. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam
rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk
g. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
h. Menanam tanaman pengusir nyamuk, seperti serai,
seledri, lavender, catnip, dan lain-lain.
PENYAKIT DIARE

Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).
Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari
(Depkes, 2003).
Diare kronik adalah diare dengan atau tanpa disertai
perdarahan, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih dan
tidak disebabkan oleh infeksi (Depkes, 2008).

Diare kronik adalah diare dengan atau tanpa disertai


perdarahan, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih dan
tidak disebabkan oleh infeksi (Depkes, 2008).
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE

A. FAKTOR PENYEBAB (AGEN)


Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam
golongan 6 faktor yaitu infeksi (bakteri, virus, parasit),
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab lain.
Namun yang sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah
yang disebabkan infeksi dan keracunan (Cahyadi, 2008).
FAKTOR PENYEBAB DIARE

Infeksi Mal absorbsi Alergi


• Bakteri • Lemak • Makanan
• Virus • Obat-obatan
• Protein
• Parasit • Karbohidrat
• Parasit
parenteral
FAKTOR PENYEBAB DIARE

Keracunan Imunodefisiensi Sebab Lain


• Bahan kimia • HIV • Infeksi
• Racun • Makanan
(Diproduksi • Psikologis
jasa renik
(algae) dan
ikan, buah
dan sayur.
FAKTOR PENYEBAB DIARE

Sebab Lain
• Infeksi
• Makanan
• Psikologis

Infeksi Makanan Psikologis


• Infeksi • Makanan basi • Ketakutan
Enteral/Sal.pencernaan • Makanan beracun • Cemas
• Infeksi parenteral • Alergi
(Tonsilitis,
Bronkopneumonia dan
Ensefalitis)
C. FAKTOR LINGKUNGAN

Faktor lingkungan (environment) yang merupakan epidemiologi diare atau


penyebaran diare sebagian besar disebabkan karena faktor lingkungan yaitu
sanitasi lingkungan yang buruk dan lingkungan sosial ekonomi (Anne, 2008).
1.Sumber air minum
2.Jenis tempat pembuangan tinja
3.Pengelolaan sampah
4.Faktor terapi obat
5.Faktor psikologis
6.Faktor Sosio Ekonomi
7.Faktor pendidikan
B. FAKTOR PENJAMU (HOST)
Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
(agent), beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden
penyakit dan lamanya diare:
1.Status gizi
2.Perilaku hidup bersih dan sehat
3.Menggunakan air bersih yang cukup
PENCEGAHAN DIARE
Menurut Widoyono (2008) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi
kesehatan, antara lain :
a.Menggunakan air bersih yaitu, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
b.Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit
c.Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan
sesudah buang air besar (BAB)
d.Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
e.Menggunakan jamaban yang sehat
f.Membuang tinja bayi dan anak dengan benar
PERSIAPAN KONSELING PENYAKIT BERBASIS
LINGKUNGAN
Menurut pasal 53, ayat (2) huruf b, Permenkes RI Nomor 43
Tahun 2019 tentang Puskesmas:
Salah satu layanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
adalah Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Pelayanan
Kesehatan Lingkungan dalam lampiran Permenkes tersebut
dijelaskan bahwa kegiatan konsultasi dan konseling pada
Puskesmas rawat inap maupun non rawat inap dilaksanakan
di Ruang Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
Kegiatan konseling pada layanan Kesehatan lingkungan di
Puskesmas harus di persiapkan oleh Tenaga Kesehatan
lingkungan atau Sanitasi Lingkungan. Kegiatan Konseling
yang dimaksud adalah “Melakukan konseling/konsultasi
Kesehatan lingkungan kepada pasien yang menderita
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor risiko
lingkungan yang dilaksanakan secara terintergrasi dengan
pelayanan pengobatan dan atau perawatan dan masyarakat
yang memiliki masalah kesehatan lingkungan di rumah
tangga/lingkungan sekitar.
PERSIAPAN KONSELING
1. Panduan Wawancara
2. Kartu Konseling
3. Media Konseling
4. Sarana konseling lainnya
PANDUAN WAWANCARA
Panduan wawancara pada kegiatan konseling di Puskesmas sebagai
kegiatan dalam ruangan (Indoor) berisi :
a.Penyakit Klien : ……………………….
b.Identitas Klien :
1. Nama Klien : ……………………….
2. Alamat : ……………………….
3. Tilpon : ……………………….
4. Jenis Kelamin: ……………………….
5. Agama : ……………………….
PANDUAN WAWANCARA
c. Informasi yang dikumpulkan :
1. Setiap informasi berbasis pada epidemiologi panyakitnya
2. Pertanyaan untuk menggali infromasi yang berkaitan dengan faktor
determinannya atau factor yang menentuakan terjadinya penyakit
3. Tuangkan setiap pertanyaan untuk Klien pada panduan wawancara

d. Kesimpulan
1. Sumber penyakit atau asal klien tertulari (dari dalam rumah atau luar rumah
2. Apakah ada risiko penyakit Klien menjadi lebih buruk
3. Apakah ada risiko menularkan atau terjangkit ke anggota keluarga
4. Apakah ada risiko menularkan atau terjangkit ke orang diluar keluarga
PANDUAN WAWANCARA
e. Rekomendasi
1. Upaya pencegahan terjadinya kondisi memburuk pada Klien
2. Upaya pencegahan terjadinya penyebaran lebih lanjut atau
menjangkit ke anggota keluarga
3. Upaya pencegahan terjadinya penyebaran lebih lanjut atau
menjangkit ke orang lain
KARTU KONSELING
Kartu konseling sebagai rekaman jejak Klien tersimpan pada arsip dan
berlaku untuk setiap Klien yang diberi kode menurut Desa, sehingga
memudahkan untuk pencarian kartu konseling dan mengetahui rekam
jejak penyakit yang pernah diderita oleh Klien.
MEDIA KONSELING
Media konseling yang digunakan selama wawancara dapat
berupa :
a.Leaflet
b.Booklet
c.Poster
d.Banner
e.Vidio
SARANA KONSELING LAINNYA

a. Meja Kursi

b. Laptop

c. Hand Phone dll.


PENYIAPAN SANITIZER UNTUK LAYANAN PASIEN PENYAKIT
BERBASIS LINGKUNGAN

Sanitiser pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan untuk


mensterilisasikan ruangan dan peralatan atau sarana yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
infeksi pada saat berlangsungnya kegiatan konseling,
sehingga perlu disiapkan.
KEGIATAN PENYIAPAN SANITIZER

1. Sterilisasi ruangan setiap akhir kegiatan


2. Sterilisasi tangan Klien dan Konselor sebelum dan
sesudah kegiatan konseling
3. Menggunakan masker dengan benar selama konseling
berlangsung
4. Jaga jarak aman antara Klien dan Konselor saat
berlangsungnya konseling
Pelaksanaan Konseling Penyakit Berbasis
Lingkungan

Konseling di awali Persilahkan duduk,


dengan Senyum, salam Memperhatikan Protokol
tanyakan klien lama atau
dan sapa Kesehatan
baru

Mengisi identitas pasien Menanyakan penyakit,


Melakukan wawancara jika pasien baru atau menyiapkan kartu
melanjutkan mengisi konseling, blanko
kartu wawancara dan media
konseling

Menuliskan semua
Menyampaikan Ulang
informasi yang
diberikan klien
SKEMA ALUR KEGIATAN PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN

Permenkes Nomor 13 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesling di Puskesmas
ANALISIS HASIL KONSELING PENYAKIT BERBASIS
LINGKUNGAN

Analisis hasil konseling bagian akhir yang penting untuk mendapatkan


keterkaitan antar variable yang mengarah pada satu kemungkinan
yang mendekati kebenaran untuk :

1.Memberikan kesimpulan atas panyakit Klien dan risiko lain yang


muncul baik pada kondisi Kliean, keluarga maupun orang lain disekita
rumah klien.
ANALISIS HASIL KONSELING PENYAKIT BERBASIS
LINGKUNGAN

2. Memberikan rekomendasi sesuai dengan hasil kesimpulan berupa :


a.Peningkatan pengetahuan melalui KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi)
DI Ruang konseling khusus untuk kesehatan Klien
b.Peningkatan pengetahuan melalui KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi)
DI Ruang konseling khusus untuk kesehatan angota keluarga dan tetangga
Klien melalui desiminasi komunikasi berantai bertahap.
c.Tindakan yang ditujukan untuk peningkatan sarpras di rumah dan
lingkungan Klien
d.Adanya kesepakatan inspeksi melalui kunjungan ke rumah Klien.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI (2019). Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Kemenkes RI (2013). Buku Saku Pengendalian DBD Untuk Petugas Puskesmas:
Jakarta: Dorektorat Jenderal P2PL
Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
Sang Gede Purnama (2016). Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan.
Umar Fahmi Achmadi (2005) Epidemiologi Lingkungan. Jakarta: FKM UI
UU RI Nomot: 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38771/uu-no-32-tahun-2009
Permenkes Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas
TUGAS KELOMPOK:

1. Kelompok 1 : Membuat kartu konseling


2. Kelompok 2 : Menyusun panduan wawancara untuk penyakit Diare
3. Kelompok 3 : Menyusun panduan wawancara untuk penyakit DBD
4. Kelompok 4 : Menyusun panduan wawancara untuk penyakit Tb Paru
5. Kelompok 5 : Menyusun panduan wawancara untuk penyakit ISPA

Anda mungkin juga menyukai