Anda di halaman 1dari 34

PERENCANAAN

PROMOSI KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS 3B
1. Eka Lisa Purwasih P1337433117057
2. Yogi Ramadhan S. P1337433117058
3. Nada Shafa Nur H. P1337433117060
4. Alifta Nur’aini P1337433117061
5. Megananda Larasati P1337433117062
6. Marliana Anggraini P1337433117063
7. WahyuP aTri
s tAryani
e l P r e s e nP1337433117064
tation
8. Leni Verlianti P1337433117065
9. Fania Dita P. P1337433117066
10. Feefalah Durba P1337433117067
11. Restina Wahyu R. P1337433117068
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
P masalah, penetapan priorias masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai
E tujuan. Perencana dalam promosi kesehatan terdiri dari masyarakat, professional
N kesehatan dan promotor kesehatan yang harus bekerja bersama-sama dalam proses
G perencanaan promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai, efektif dalam
biaya (cost effective) dan berkesinambungan.
E
Perencanaan sebagai bagian dari siklus administrasi, terdiri dari 3 fase yang
R dapat mempengaruhi hasil, yaitu :
T 1. Perencanaan  secara rinci direncanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
I muncul.
A 2. Implementasi  waktu perencanaan dilaksanakan (refleksi dari perencanaan).
N 3. Evaluasi  masa dilakukan pengukuran hasil (outcome) dan diperlukan untuk
pemantauan efficacy dari promosi kesehatan serta sebagai alat bantu untuk
membuat perencanaan selanjutnya.
1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan
a. Diagnosis masalah
Model pendekatan dengan menggunakan kerangka PRECEDE-PROCEED yang
L
dikemukakan oleh Green (1991). PRECEDE digunakan pada fase diagnosis
A
masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program. PROCEED digunakan
N
untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan
G
evaluasi.
K
Langkah-langkah PRECEDE-PROCEED :
A
Fase 1 : Diagnosis Sosial
H
Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi
-
Fase 3 : Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
L
Fase 4 : Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
A
Fase 5 : Diagnosis Administratif dan Kebijakan
N
Sumber data masyarakat yang dibutuhkan oleh perencana promosi kesehatan :
G
1) Dokumen yang ada
K
2) Langsung dari masyakat
A
3) Petugas kesehatan di lapangan
H
4) Tokoh masyarakat
b. Menetapkan prioritas masalah
Langkah yang harus ditempuh :
1) Menentukan status kesehatan masyarakat
2) Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
L 3) Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan
A di masyarakat
N 4) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (pendidikan, umur,
G jk, ras, letak geografis, perilaku, dan kepercayaan yang dianut)
K Hal yang harus dipertimbangkan : berat masalah dan akibat yang ditimbulkan,
A pertimbangan politis dan sumber daya yang ada di masyarakat.
H 2. Mengembangkan komponen promosi kesehatan
- a. Menentukan tujuan promosi kesehatan
L Pada dasarnya, tujuan promkes adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
A 1) Peningkatan pengetahuan dan atau sikap masyarakat
N 2) Peningkatan perilaku masyarakat
G 3) Peningkatan status kesehatan masyarakat
K Persyaratan agar tujuan tersebut dapat tercapai dan berjalan sesuai keinginan,
A yaitu Specific, Measurable, Appropriate, Reasonable, Time bound, dan dinyatakan
H dalam bentuk performance bukan effort.
b. Menentukan sasaran promosi kesehatan
Kelompok sasaran yaitu individu, kelompok maupun keduanya.
c. Menentukan isi promosi kesehatan
Isi dibuat sesederhana mungkin dan mudah dipahami, bila perlu dibuat dengan
gambar dan bahasa setempat yang ditujukan sesuai sasaran, supaya sasaran mau
melaksanakan isi pesan tersebut.
L d. Menentukan metode yang akan digunakan
A a. Aspek pengetahuan  penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk,
N penyebaran leaflet, dll.
G b. Aspek sikap  foto, slide atau pemutaran film atau video.
K c. Bila untuk mengembangkan keterampilan tertentu maka sasaran harus diberi
A kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
H e. Menentukan media yang akan digunakan
- Media yang dipilih harus tergantung pada jenis sasarannya, tingkat pendidikan
L sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang
A ada.
N f. Menyusun rencana evaluasi
G Dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana akan dilaksanakan, kelompok
K sasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi
A tersebut.
H g. Menyusun jadwal pelaksanaan
Penjabaran waktu, tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk
gan chart.
E
V Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen,
A termasuk manajemen promosi kesehatan.
L Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan menghadapi
U tantangan/pemecahan masalah dengan sumber daya yang atau dapat dimiliki.
A
S  Siklus Manajemen
I

P Perencanaan
R
O
M
K
E
S
Evaluasi Implementasi
E  Daur Perencanaan
V
A Analisis Penentuan
L Situasi Masalah
U
A
S
I
Komunikasi Menyusun Pemilihan
P Rencana Rencana Solusi
R
O  Daur Evaluasi
M
K Menentukan apa Mengembangkan Merancang
E yang akan kerangka dan desain (metode)
S dievaluasi batasan

Membuat Melakukan Menyusun


kesimpulan dan pengamatan, rencana dan
pelaporan pengukuran, dan instrumen
analisis
E 2 langkah terpenting dalam evaluasi :
V 1. Menetapkan apa yang dievaluasi
A Cara menentukan fokus evaluasi :
L a) Membahas dan membuat kesepakatan dengan pihak yang meminta evaluasi.
U b) Mengkaji secara sistem.
A c) Membuat suatu proses yang runtut.
S 2. Memilih atau merancang desain evaluasi
I  Desain evaluasi menurut Michael Ibrahim :
• Non-riset
P • Riset non-eksperimental
R • Riset eksperimental
O  Desain evaluasi menurut Stephen Isaac dan William B. Michael :
M  Historikal
K  Deskriptif
E  Studi perkembangan (developmental study)
S  Studi kasus atau lapangan (case atau field study)
 Studi korelasional (corelational study)
 Studi sebab akibat (causal comparative study)
 Eksperimen murni (true experimental)
 Eksperimen semu (quasi experimental)
 Riset aksi (action research)
E Indikator kesehatan (secara sistem) mencakup input, proses, output,
V efek dan dampak, tahap perencanaan, implementasi, maupun evaluasi suatu
A upaya kesehatan. Indikator kesehatan dapat menjadi :
L
a. Penunjuk masalah kesehatan
U
A b. Penunjuk keadaan sumber daya kesehatan
S c. Penunjuk kesehatan lingkungan
I d. Keadaan kebijakan kesehatan

P Untuk mengetahui indikator-indikator yang mencerminkan masalah


R kesehatan, dilakukan diagnosis :
O
M
K
E Diagnosis Diagnosis Diagnosis
S Epidemiologi Perilaku Administratif
E Perbedaan Diagnosis :
V
A Diagnosis Epidemiologi Diagnosis Perilaku Diagnosis Administrasi
L
Suatu kegiatan untuk Suatu kegiatan untuk Suatu kegiatan untuk
U
A mengidentifikasi masalah mengidentifikasi perilaku yang mengidentifikasi faktor pemungkin
S atau status kesehatan mempengaruhi masalah atau supaya penanggulangan masalah
I
masyarakat. status kesehatan masyarakat. kesehatan yang dipengaruhi dan atau

P Merupakan proses dengan Merupakan proses dengan mempunyai aspek perilakunya. Juga
R melakukan pengamatan melakukan pengamatan dan merupakan proses dengan
O
dan atau pengukuran atau pengukuran perilaku. melakukan pengamatan dan atau
M
K epidemiologic. pengukuran.
E Caranya dengan mengolah Karena data sekunder jarang Caranya dengan mengolah data
S
data sekunder yang berasal tersedia, selalu diperlukan data sekunder yang berasal dari aspek
dari laporan atau dari penelitian (asesmen) legal, kebijakan, alokasi sumber daya
surveillance atau penelitian khusus. dan potensi dukungan infra-struktur
khusus. pemerintah maupun masyarakat,
atau dengan melakukan penelitian
khusus.
E Kegiatan, cara, dan ukuran masalah kesehatan dan
V
A perilaku kesehatan :
L Kegiatan Cara Ukuran Indikator Parameter
U
A
S
I D/Epidemiologi Pengamatan, Ratio, Angka Nilai ideal,
surveillance, proporsi kematian optimal
P
R penelitian kesakitan
O
M D/Perilaku Pengamatan, Ordinal, Tingkat Ideal, optimal
K studi khusus proporsi perilaku
E
S (penelitian)
D/Administratif Pengamatan, Kategorikal, Eksistensi, Faktual,
studi data perkemban perubahan prospek
sekunder gan
E
V
A
L
Pertimbangan dalam evaluasi kesehatan menurut Green (1986):
U
A a. Evaluasi yang relatif terlalu cepat, sehingga upaya atau kegiatan belum
S menghasilkan apa-apa dan baru tampak pengaruhnya setelah ditinggalkan.
I b. Evaluasi dilakukan tanpa hasil yang baik, namun setelah ditinggalkan
keadaan kembali seperti semula.
P c. Kampanye dengan insentif materi kemudian perubahan menghilang ketika
R insentif tidak lagi diberikan.
O
d. Dalam waktu singkat member hasil negative, misalnya penolakan, tetapi
M
K kemudian orang akan mengikutinya juga dengan sukarela.
E e. Ada perubahan cepat, tetapi sebenarnya itu akan terjadi juga, hanya
S intervensi yang dilakukan merupakan penguat atau cambukannya,
f. Menyebabkan keadaan bertambah buruk bila suatu kegiatan dihentikan
mendadak atau tidak berkelanjutan (hit and run).
E
V
A
PROMOSI KESEHATAN MELALUI
L PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN
U
A MASYARAKAT
S
I A. PPM dalam Kesehatan Masyarakat

P Konsep Kesehatan Masyarakat seperti yang digambarkan dalam definisi


R Winslow memperlihatkan , bahwa tujuan kesehatan masyarakat dicapai melalui
O kegiatan kelompok masyarakat yang terorganisasi.
M
K B. PPM dalam “disiplin keilmuan” Pendidikan dan Promosi Kesehatan
E
S Minat pokok “disiplin keilmuan” Pendidikan dan Promosi Kesehatan dalam konteks
kesehatan masyarakat adalah masalah perubahan perilaku kesehatan.
berkaitan dengan proses perubahan perilaku. PPM merupakan teknologi yang
digunakan untuk melakukan intervensi pada faktor pendukung (enabling factors)
sebagai salah satu persyarat untuk terjadinya proses perubahan perilaku.
E
V C. PERISTILAHAN PPM
A
L PPM diambil dari konsep Pengorganisasian Masyarakat (Community
U Organization) dan Pengambangan Masyarakat (Community Development). Istilah
A yang “berbeda” tersebut terutama lebih disebabkan oleh sumber rujukan yang
S berbeda. Community Organization terutama lebih banyak muncul dalam
I kepustakaan yang berasal dari atau berkiblat pada Amerika Serikat, sedangkan
Community Development lebih banyak ditemukan dalam kepustakaan yang
P berasal atau berkiblat dari Inggris.
R
O
D. PENDEKATAN DIREKTIF DAN NON-DIREKTIF
M
Penerapan dari pendekatan direktif dan non-direktif (directive and non-
K
directive approach) seperti yang diuraikan oleh T.R. Batten.
E
Pada pendekatan yang bersifat direktif, diambil asumsi bahwa petugas tahu apa
S
yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat sedangkan Pada
pendekatan yang bersifat non-direktif, maka diambil asumsi, bahwa masyarakat
tahu apa sebenarnya yang mereka butuhkan dan apa yang baik umtuk mereka.
E
V E. KONDISI UNTUK TUMBUHNYA SELF-DIRECTED ACTION
A Untuk tumbuhnya suatu self directed action sebagai hasil dari pendekatan
L dibutuhkan beberapa kondisi, yaitu :
U 1. Adanya sejumlah orang yang tidak puas terhadap keadaan mereka dan sepakat
A tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan khusus mereka.
S 2. Orang-orang ini menyadari bahwa kebutuhan tersebut, hanya akan terpenuhi
I jika mereka sendiri berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Mereka memiliki, atau dapat dihubungkan dengan sumber-sumber yang
P memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Yang dimaksud dengan
R sumber-sumber meliputi, pengetahuan, keterampilan atau sarana dan kemauan
O yang kuat untuk melaksanakan keputusan yang telah ditetapkanbersama-sama.
M
K
F. PERAN PETUGAS UNTUK MENDORONG TERJADINYA SELF DIRECTED
E
S ACTION
1. Menumbuhkan keinginan untuk bertindak dalam masyarakat.
2. Memeberikan informasi
3. Membantu masyarakat untuk membuat analisis tentang hakikat dan penyebab
dari masalah yang dihadapi masyarakat.
4. Menghubungkan masyarakt dengan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
untuk membantu mengatasi masalah yang sedang dihadapi mereka.
E
V
A G. KEUNTUNGAN PENDEKATAN NON-DIREKTIF
L 1. Memungkinkan diperolehnya hasil yang baik dalam keterbatasan sumber yang
U ada.
A 2. Membantu perkembangan masyarakat.
S 3. Menumbuhkan rasa kebersamaan (we feeling)
I
H. KETERBATASAN PENDEKATAN NON-DIREKTIF
P
1. Petugas tidak dapat sepenuhnya menetapkan isi dan proses kegiatan serta
R
tidak dapat menjamin bahwa hasil akhir akan sesuai dengan keinginannya.
O
2. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pendekatan direktif, cenderung tidak
M
menyukai pendekatan yang non-direktif karena dengan pendekatan ini
K
masyarakat “dipaksa” untuk terlibat secara aktif dan ikut bertanggung jawab
E
sepenuhnya atas keputusan yang ditetapkan.
S
E
V
I. KONSEP PIRING TERBANG
A
Sesuai dengan hukum mekanika, maka suatu piringan yang berputar akan
L
bergerak naik jika mengalami peningkatan dalam kecepatan berputarnya dan akan
U
bergerak turun jika mengalami penurunan dalam kecepatan berputarnya.
A
PENTAHAPAN PPM
S
Pentahapan dalam PPm dilandasi pada pemikiran bahwa proses belajar berlangsung
I
secara bertahap yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelompok sasaran.
P
R J. KONSEP GOTONG ROYONG
O Pembahasan masalah gotong royong ini terutama merujuk pada tulisan
M Koentjaraningrat yang membahas konsep gotong royong dikaitkan dengan kegiatan
K pembangunan.
E
S K. KEGIATAN PPM SEBAGAI SEBUAH PENGALAMAN BELAJAR
Dalam menerapkan sebuah program keselamatan masyarakat, kita dapat
melaksanakan kegiatan tersebut dalam 3 skenario
1. Required outcome situation ( situasi belajar yang diwajibkan)
2. Recomended outcome situation ( situasi belajar yang disarankan)
3. Soft directed outcome situation (situasi belajar yang ditetapkan sendiri)
E
V
A
L
L. PARTISIPASI MASYARAKAT
Dalam pengertian partisipasi didalmnya terkandung 3 komponen yaitu :
U
1. Interaksi pengambilan keputusan,
A
2. Derajatan kekuasaan.dalam proses interaksi ini,
S
3. Kedua belah pihak berada dalam kedudukan yangs ederajat.
I

P M. PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PRIMARY HEALTH


R CARE (PCH)
O Hal ini merupakan suatu hal yang sangat mendasar sifatnya, karena salah
M satu konsekuensinya adalah sebagian dari tindakan pengobatan/kesehatan yang
K semula meupakan hak “ekslusif “ profesi kesehatan sekarang dialih teknologika
E kepada orang “awam” dalam hal ini kepada kader kesehatan.
S Dalam konteks PHC, maka partisapasi masyarakat merupaka hal yang penting,
karena uapaya kesehatan primer merupakan suatu kegiatan kontak pertama dari
suatu proses pemecahan masalah kesehatan.
E
V
A N. PERANAN DAN KEDUDUKAN KADER KESEHATAN DALAM PHC
L Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam PHC adalah menajdi
U kader kesehatan. Seorang kader kesehatan merupakan warga masyarakat yang
A terpilih dan diberi bekal keterampilan kesehatan melalui pelatihanoleh sarana
S pelayanan kesehatan/puskesmas setempat
I
O. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (NON-GOVERN-MENTAL
P
ORGANIZATION/NGO)
R
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, maka selain aparat
O
pemerintah (governmental organization) juga terlibat berbagai organisasi non-
M
pemerintah(non-governmental organization). Organisasi non-pemerintah ini
K
merupakan wadah dari sekumpulan orang yang ingin ikut berkontribusi dalam
E
upaya pembangunan.
S
E
V
A
L
P. MODEL MODEL PPM
Jack rotman mengartikan pengorganisasian masyarakat sebagai bentuk
U
intervensi pada tingkat masyarakat ( community level) yang diarahkan untuk
A
peningkatan atau perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan pemecahan
S
masalah masyarakat.
I

P Q. BEBERAPA CIRI LAIN DARI MASING MASING MODEL


R Dibedakan antara tujuan yang berorientasi kepada proses dan kepada
O penugasan (task).
M
K
E
S
E
V
A Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
L
U
A A. Urgensi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja (PKDTK)
S
I Menurut penelitian, ada kaitan erat antara pekerjaan dengan kesehatan pekerja.
Beberapa upaya dilakukan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diatur sesuai
P dengan kebijakan agar meningkatkan produktivitas pekerja yang dikemas dalam
R disiplin ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Perhatian atas perkembangan
O ini memunculkan ilmu promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK) atau health
M promotion in workplace yaitu bagaimana menciptakan tempat kerja yang
K mempromosikan kesehatan. PKDTK bertujuan meningkatkan kualitas dan kesehatan
E pekerja dengan mendorong untuk berperilaku sehat.
S
E
V B. Pengertian Promosi Kesehatan di Tempat Kerja (PKDTK)
A
L
U
A • berbagai kebijakan dan aktivitas di • Upaya promosi kesehatan yang
S tempat kerja yang dirancang untuk diselenggarakan di tempat kerja, selain
membantu pekerja dan perusahaan untuk memberdayakan masyarakat di
I disemua level guna memperbaiki dan tempat kerja untuk mengenali masalah
meningkatkan kesehatan mereka dan tingkat kesehatannya serta mampu
P dengan melibatkan partisipasi pekerja, mengatasi, memelihara, meningkatkan
R manajemen, dan stake holder lainnya. dan melindungi kesehatannya sendiri
juga memelihara dan meningkatkan
O tempat kerja yang sehat.
M
K
E
S Departemen
WHO :
Kesehatan RI :
C. Karakteristik Program PKDTK
E
V
A Menurut Li dan Cox (1986) :
L
U
Kebijakan Penyelenggaraan
A
S Sasaran
I
Tujuan
P
R
O Tema Kegiatan
M
K Kegiatan
E
S
Waktu dan Durasi

Lokasi

Penyelenggara
E
V
A D. EFEKTIVITAS PRORAM PKDTK
L
U Penelitian yang digunakan untuk membuktikan efektivitas PDKTK
A dalam meningkatkan produktivitas pekerja masih tergolong sedikit. Di studi
S evaluasi kegiatan PDKTK, dilakukan pemeriksaan secara kuantitatif dan kualitatif
I di perusahaan pabrik ditemukan berbagai manfaat kegiatan tersebut.

P E. MANFAAT PRODUK
R • Mereka memahami dan mau • Meningkatkan kepuasan kerja
berperilaku sehat. karyawan.
O
• Kepuasan bekerja akan meningkat. • Pekerja lebih loyal kepada perusahaan.
M • Mengurangi angka abseinteism pada • Meningkatkan produktivitas
K pekerja. perusahaan.
• Pekerja akan bekerja lebih optimal • Mengurangi biaya kompensasi untuk
E dalam produktivitas kerja. karyawan yang sakit.
S • Memperoleh citra positif baik dari
masyarakat, pemerintah, maupun mitra
bisnis.

Bagi Bagi
Pekerja Perusahaan
E
V
A KEMITRAAN DAN PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH
L
U Sekolah adalah perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar
A perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan.
S Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya
I peningkatan kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa :
1. Sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral, maupun
P
intelektual.
R
2. Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya
O
kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku hidup
M sehat, karena :
K a. Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai presentase yang paling tinggi
E dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
S b. Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah di jangkau
dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.
c. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan
atau pembaruan, karena kelompok anak sekolah berada dalam taraf pertumbuhan
dan perkembangan.
E
V
A Tujuan promosi kesehatan di sekolah :
L
U
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
A
2. Mencegah dan memberantas penyakit dikalangan masyarakat sekolah dan
S
masyarakat umum.
I
3. Memperbaiki dan memulihkan kesehatan masyarakat sekolah melalui usaha :
a. Mengikutsertakan secara aktif guru, murid, dan orang tua murid dalam usaha :
P
 Memeberikan pendidikan kesehatan dalam rangka menanamkan kebiasaan
R
hidup sehat sehari- hari.
O
 Mengawasi kesehatan murid serta mengenal kelainan kesehatan sendini
M
mungkin.
K
 Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan sederhana.
E
b. Imunisasi
S
c. Usaha – usaha pengobatan gigi dan pencegahannya
d. Usaha perbaikan gizi anak
e. Mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat
E
V
A Program promosi kesehatan di sekolah :
L
U
Promosi kesehatan disekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah sebagai
A
komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya. Program promosi kesehatan
S
mencakup 3 usaha pokok :
I
Menciptakan lingkungan
P sekolah yang sehat
R
O
M
K
E Pendidikan Kesehatan
S

Pemeliharaan dan pelayanan


kesehatan di sekolah mencakup
E
V
A Kemitraan Dan Promosi Kesehatan Di Sekolah
L
U
A 1. Guru
S Guru merupakan unsur yang sangat penting dalam pelaksaan promosi
I kesehatan di sekolah.
a. Melaksanakan pendidikan kesehatan kepada murid-muridnya, baik
P melalui mata ajaran yang terstruktur dalam penyuluhan kesehatan,
R misalnya, masalah imunisasi, penyakit HIV/AIDS, narkoba, dan
O sebagainya.
M b. Memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak-anak didik atau
K
murid melalui penimbangan berat badan secara berkala ataupun rutin
E
S tiap bulan.
c. Mengawasi ada kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada murid,
baik kelainan fisik maupun kelainan non-fisik.
E
V
Secara lebuh terinci peran guru dalam memotori upaya promosi kesehatan di
A
sekolah adalah sebagai berikut:
L
a. Menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi para murid, misalnya cuci tangan
U
sebelum makan, sikat gigi setelah makan, memakai alas kaki, dan sebagainya.
A
b. Bimbingan dan pengamatan kesehatan dengan jalan mengadakan pemeriksaan
S
kebersihan kukku, periksa kebersihan kulit, rambut, telinga, gigi, dan
I
sebagainya yang terkait dengan kebersihan seseorang.
c. Membantu petugas kesehatan dalam tugasnya di sekolah, misalnya melalukan
P
pertolongan pertama pada kecelakaan murid, dan memberikan obat
R
sederhana bagi murid yang sakit.
O
d. Melakukan deteksi dini terhadap penyakit-penyakit yang terjadi pada murid,
M
dan mengirimkannya ke Puskesmas atau rumah sakit bilamana perlu.
K
e. Mengoordinasikan dan menggerakkan masyarakat di sekitar sekolah untuk
E
memeliraha dan meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah, dan
S
masyarakat.
f. Membuat pecatatan dan pelaporan tentang kegiatan atau upaya-upaya
kesehatan yang dilakukan oleh sekolah.
g. Menjadi perilaku contoh bagi murid-muridnya dalam hal kesehatan. Misalnya:
berpakaian yang bersih dan rapi, tidak merokok, dan sebagainya.
E
V
A Kemitraan Dan Promosi Kesehatan Di Sekolah
L
U
A 2. Petugas Kesehatan
S
I Petugas kesehatan dari lingkungan sekolah terdekat (Puskesmas) mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan promosi kesehatan dalam bentuk Usaha
P Kesehatan Sekolah di sekolah-sekolah di wilayah kerjanya. Petugas kesehatan
R mempunyai kewajiban untuk membina dan mengembangkan kesehatan sekolah.
O Secara rinci peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan di
M sekolah, antara lain sebagai berikut:
K 1. Memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam menjalankan promosi
E kesehatan di sekolahnya masing-masing.
S 2. Menjalankan beberapa kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah yang tidak
dapat dilakukan oleh guru, misalnya: imunisasi, pemeriksaan kesehatan, dan
sebagainya.
3. Turut serta dalam pengawasan terhadap lingkungan sekolah yang sehat,
memberikan petunjuk-petunjuk kepada masyarakat tentang hal-hal yang
dianggap perlu bagi kesehatan di sekolah.
E
V
A 2. Murid
L
U Murid merupakan bibit generasi bangsa yang marih mudah menerima,
A melaksanakan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam mendidik mereka
S (murid) perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
I 1. Lungkungan keluarga.
2. Tingkat kehidupan keluarga dari masing-masing murid.
P 3. Tingkat peertumbuhan dan perkembangan murid yang meskipun secara umum
R yang berbeda satu dengan yang lain.
O 4. Pengalaman-pengalaman khusus setiap murid atau anak didik.
M Peran murid dalam melaksanakan promosi kegiatan di sekolah:
K 1. Mempraktikan dan membiasakan hidup sehat sesuai dengan petunjuk panduan
E yang diberikan oleh guru, dimanapun murid berada, baik di dalam sekolah,
S keluarga maupun di masyarakat.
2. Menjadi penghubung antar sekolah, keluarga dan masyarakat dalam
menjalankan kebiasaan-kebiasaan atau periklaku hidup sehat.
3. Menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang
tidak terjangkau oleh sekolah.
E
V
A 2. Orang Tua Murid
L
U Murid sekolah berada dalam lingkungan sekolah paling lama 8 jam sehari,
A selebihnya anak akan kembali ke keluarga dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
S sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh anak setiap hari adalah bukan di
I sekolah, tetapi di rumah dan di masyarakat. Oleh sebab itu, orang tua murid
mempunyai penting dalam menumbuhkembangkan anak. Peran orang tua murid
P dalam promosi kesehatan di sekolah antara lain:
R 1. Ikut serta dalam perencanaan dan penyelenggaraan program promosi
O kesehatan di sekolah.
M 2. Menyesuaikan diri dengan program kesehatan di sekolah dan berusaha untuk
K mengetahui atau mempelajari apa yang diperoleh anaknya di sekolah, dan
E mendorong anaknya untuk mempraktikkan kebiasaan hidup sehat di rumah.
S
E
V
A KOMPONEN PROMOSI KESEHATAN SEKOLAH
L
U Organiasi Kesehatan Dunia (WHO:2003) telah merumuskan konsep promosi
A kesehatan sekolah lebih luas dibandingkan dengan konsep Departemen Kesehatan.
S Komponen promosi kesehatan di sekolah versi WHO ini lebih luas dibandingkan
I dengan ruang lingkup Usaha Kesehatan Sekolah atau yang disebut “Trias UKS” versi
Departemen Kesehatan, seperti yang telah diuraikan di atas. Komponen-komponen
P Promosi Kesehatan menurut WHO dapat dijelaskan sebagai berikut:
R
O 1. Penerapan kebijakan kesehatan (implement healthy policy)
M
2. Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan sederhana di
K
sekolah (provide access preventive and curative health services)
E
S 3. Tersedianya lingkungan sehat (provide a safety and healthy environment)

4. Adanya prgram penyuluhan kesehatan (provide skill based health


education)
5. Partisipasi orang tua murid dan masyarakat (improved community health
through parent and community participaion)
TERIMA KASIH

Pastel Presentation

Anda mungkin juga menyukai