dr. Titiek
KEDARURATAN adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas
sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna menghindari
kematian dan atau kecacatan serta kerusakan lingkungan yang luas.
Kedaruratan kompleks biasanya ada motif politik, kekerasan sangat menonjol dan lumpuhnya pelayanan
pemerintahan.
TANGGAP DARURAT (EMERGENCY RESPONS) adalah reaksi manajemen pada tahap awal bencana/tahap
darurat berupa rescue, evakuasi (SAR) dan Rapid Assessment.
KORBAN MASSAL adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh karena sebab yang sama dan
perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari
yang tersedia sehari-hari.
BENCANA adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara perlahan tetapi
berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelarnatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya.
Pengungsi (Refugees) adalah setiap orang yang berada di luar negara tempatnya berasal dan yang diluar kemauannya
atau tidak mungkin kembali ke negaranya atau menggunakan perlindungan bagi dirinya sendiri karena :
Ketakutan mendasar bahwa dia akan dituntut karena alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok
sosial tertentu atau pendapat politik; .Ancarnan terhadap nyawa atau keamanannya sebagai akibat pertikaian
bersenjata dan bentuk-bentuk lain dari kekerasan yang meluas yang sangat mengganggu keamanan masyarakat umum
(UNHCR, 1995)
Pengungsi dalam arti pengungsi setempat (Internaliy Displaced Persons - IDPs) didefinisikan sebagai orang-orang
yang dalam jumlah yang besar telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka secara mendadak atau tanpa diduga-
duga sebagai akibat pertikaian bersenjata, perselisihan internai, kekerasan-kekerasan sistemik terhadap hak-hak asasi
manusia atau bencana alam atau yang ditimbulkan oleh manusia dan yang berada dalam wilayah kekuasaan negara
mereka (UNHCR, 1995).
DISASTER MEDICINE : The study and Kedokteran bencana: Studi dan aplikasi kolaboratif
collaborative application of various health dari berbagai disiplin kesehatan untuk pencegahan,
disciplines to the prevention, preparedness, response kesiapsiagaan, respon dan pemulihan dari masalah
and recovery from the health problems arising from kesehatan yang timbul dari bencana.
disaster.
Manajemen bencana: Badan kebijakan dan
Disaster MANAGEMENt : The body of policy and keputusan administratif dan kegiatan operasional
administrative decisions and operational activities yang berkaitan dengan berbagai tahap bencana di
which pertain to the various stages of a disaster at all semua tingkatan.
levels
Mitigasi bencana: Langkah-langkah yang diambil
Disaster MITIGATION : Measures taken in advance sebelum bencana yang bertujuan mengurangi atau
of a disaster aimed at decreasing or eliminating its menghilangkan dampaknya terhadap masyarakat
impact on society and environment. dan lingkungan.
Disease SURVEILLANCE : Health systems used Surveilans penyakit: Sistem kesehatan yang
to monitor, observe and evaluate on a continuing digunakan untuk memantau, mengamati dan
basis the progress of disease with the view to mengevaluasi secara berkelanjutan perkembangan
preventing or curing it. penyakit dengan tujuan untuk mencegah atau
menyembuhkannya.
Hazards : Situations with a potential for harm to life,
health or property, damage to the environment or Bahaya: Situasi yang berpotensi membahayakan
some combination of these. jiwa, kesehatan, atau properti, kerusakan
Hazard mitigation : Measures taken to reduce the lingkungan, atau kombinasi semuanya.
impact of hazards on a community. Mitigasi bahaya: Tindakan yang diambil untuk
mengurangi dampak bahaya pada suatu komunitas.
Mitigation : Measures taken in advance of a disaster
aimed at decreasing or eliminating its impact on Mitigasi: Tindakan yang dilakukan sebelum
society and environment. bencana bertujuan mengurangi atau menghilangkan
dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Gempa bumi
Akibat kerusakan tempat tinggal, gempa bumi akan mengakibatkan banyak kematian (lebih dari 10% populasi) dan
injury pada sebagian besar penduduk. Ratio kematian dan injury adalah 1:3. Besar ratio tergantung dengan letak
tempat tinggal dengan episentrum gempa. Besarnya korban sangat tergantung pada tipe bangunan, waktu atau saat
terjadinya gempa dan densitas populasi. Tipe injury sangat bervariasi mulai dari simple fracture, fracture vertebra,
luka robek, luka tusuk sampai dengan multiple fracture dan internal injury yang membutuhkan terapi bedah segera.
Umumnya penderita dengan luka-luka akan banyak berdatangan ke fasilitas kesehatan pada hari pertama sampai
mengalami puncak pada hari ke 5 kemudian jumlah tersebut akan menurun. ….lih lap surv
Secondary disaster
mungkin saja terjadi setelah terjadi gempa bumi misalnya terjadinya tsunami, kebakaran, gempa berulang dll.
Permasalahan kesehatan pasca gempa harus diwaspadai misalnya KLB atau outbreak penyakit menular misal diare
akibat makanan bantuan untuk pengungsi, KLB campak ataupun penyakit tidak menular misal outbreak penyakit
tetanus seperti yang terjadi pasca tsunami Aceh dan gempa Yogya 2006. Oleh karena itu program imunisasi masal
juga perlu mendapat perhatian.
Angin puyuh
Umumnya jenis bencana angin puyuh atau siklon bila tidak disertai secondary disaster hanya menimbulkan jumlah
korban kematian dan injury yang sedikit. Sistem peringatan dini sebelum bencana akan menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas.
Banjir
Banjir badang akan menimbulkan banyak korban kematian namun bagi korban yang hidup hanya menimbulkan
sedikit injury ditubuhnya. Kematian umumnya akibat tenggelam terutama dialami oleh penduduk yang lemah
misalnya anak-anak dan lansia.
Banjir yang timbul perlahan tidak mengakibatkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Umumnya
kematian disebabkan karena gigitan ular dan traumatic injury yang kurang mendapatkan perawatan
kesehatan yang tidak optimal serta penanganan sanitasi pasca banjir yang kurang sehingga terjadi
penyakit misalnya diare dan leptospirosis.
Meskipun setiap jenis disaster menimbulkan efek yang unik namun semua jenis disaster menimbulkan
dampak social, medis dan ekonomi yang membutuhkan managemen disaster yang optimal.
Nuclear (PR)
Prioritas utama intervensi pada fase emergensi disaster dan fase post emergensi disaster
• Fase emergensi ditandai dengan mortality rates yang tinggi, dimana crude mortality rate (CMR) diatas 1 kematian
per 10.000 per hari.
• Terdapat 10 prioritas intervensi pada fase ini yaitu:
a. Initial assessment
Prioritas kesehatan diidentifikasi berdasarkan pengumpulan dan analisa data yang dapat dilakukan
dengan metode survey sampel, mapping, interview dan obervasi.
b. Imunisasi campak dan tetanus
Campak merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang besar di dunia yang membunuh 1 dari 10
anak-anak di negara berkembang. Sehingga imunisasi masal pada minggu pertama perlu dilakukan, selain
itu dapat pula disertai pemberian vitamin A.
c. Air dan sanitasi
Suplay air minum merupakan prioritas yang penting untuk mencegah transmisi penyakit gastrointestinal.
Jumlah ketersediaan air perlu dihitung.
- Hari pertama fase emergensi kebutuhan air tiap orang per hari sebesar 5 liter
- Pada tahap berikutnya kebutuhan air yang perlu disediakan sebesar 15-20 liter air tiap orang per hari.
Kualitas air dapat di pantau dengan alat atau kits sampel. Pengiriman air dapat menggunakan tanker dan
plastic tanks.
d. Makanan dan nutrisi
Registrasi dan sensus pengungsi perlu dilakukan untuk dapat mengukur jumlah kebutuhan makanan yang
perlu disediakan untuk pengungsi. Kecukupan makanan dan nutrisi yaitu minimum 2.100 kilokalori per
orang per hari akan mencegah malnutrisi, defisiensi vitamin, outbreak penyakit dan kematian.
e. Shelter and site planning
Shelter yang inadekuat dan overcrowding atau densitas pengungsi yang tinggi merupakan faktor yang
menyebabkan terjadinya transmisi penyakit potensi epidemic dan outbreak penyakit. Kondisi tempat
pengungsian harus terlindung dari panas matahari, hujan, dingin dan angin.
f. Health care
Penyakit ISPA, malaria, tiphus dan diare merupakan penyakit yang sering terjadi, oleh karena itu
kebutuhan medis (jenis obat dan material) perlu dinilai secara cepat untuk antisipasi outbreak penyakit
yang sering terjadi didaerah bencana.
g. Control of communicable diseases and epidemics
Selama fase emergensi penyaki yang paling sering menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang
tinggi adalah campak, diare, ISPA, malaria, kolera, shigellosis desentriae, meningitis dan thypoid
h. Public health surveillance
Survailans epidemiologi merupakan alat untuk mengukur dan monitor status kesehatan populasi
sehingga sebagai dasar bagi semua program public health. Pengumpulan data pada fase emergensi dilakukan
secara harian. Data yang dikumpulkan lebih diprioritaskan tentang tentang penyakit dan masalah kesehatan
yang dapat dilakukan intervensi preventif atau kuratif. Lih lap. Surv
i. Human resources and training
Petugas yang yang dibutuhkan memiliki pembagian aktifitas kerja yang berbeda-beda. Petugas tersebut adalah
dokter public health, petugas sanitasi, petugas nutrisi, petugas logistic, administrasi dll. Manajemen petugas dan
organisasi merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dan tidak boleh diabaikan.
j. Coordination
Koordinasi yang baik antar organisasi atau lembaga merupakan kunci perencanaan penanganan disaster yang
efektif.