Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP Kelompok V

ANTI KORUPSI
Erlinawati
Dewi
Darnigtyas nintasari
Yosri Yanti
Syarifah kasmarazmuaty
Nurlis
Haslinda
PENDAHULUAN

Korupsi di Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh tubuh
pemerintahan sehingga sejak tahun 1980-an langkah-langkah pemberantasannya pun
masih tersendat sendat sampai kini. Korupsi berkaitan dengan pula dengan kekuasaan
karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi, keluarga atau kroninya. Ditegaskanlah kemudian bahwa korupsi
selalu bermula dan berkembang di sektor publik dengan bukti-bukti yang nyata bahwa
dengan kekuasaan itulah pejabat publik dapat menekan atau memeras para pencari
keadilan atau mereka yang memerlukan jasa pelayanan dari pemerintah (Djaja
Ermansjah, 2008).

Kontrol Pemerintah Terhadap Pemberantasan Korupsi di Indonesia merupakan suatu


bentuk pengawasan secara menyeluruh oleh pemerintah terhadap koruptor-koruptor
yang hendak menggerogoti keuangan negara, serta dapat sebagai salah satu upaya
untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia sampai ke akar-akarnya. Sebab,
korupsi tersebut merupakan suatu tindakan melawan hukum, memperkaya diri sendiri,
serta dapat merugikan keuangan negara, maka apabila tersangka koruptor tersebut
telah memenuhi unsur unsur tersebut maka bisa dikatakan sebagai suatu korupsi.
RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah Prinsip – Prinsip Anti pada Korupsi Kontrol Kebijakan

TUJUAN
Tujuan Penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami bagaimana
Prinsip – Prinsip Anti Korupsi pada Kontrol Kebijakan.

MANFAAT
Dapat menambah wawasan dan pemahaman Prinsip – Prinsip Anti Korupsi Pada
Kontrol Kebijakan
DEFENIS

Korupsi di definisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk


Pengertian kepentingan pribadi. Robert Klitgaard juga merumuskan tentang
Korupsi korupsi yaitu: C = M = D – A. Corruption (C) korupsi adalah fungsi
dari monopoly (M) monopoli ditambah Diskretion (D) kewenangan,
lalu dikurangi dengan akuntabilitas atau accountability (A). Jadi,
menurut Klitgaard, korupsi terjadi apabila ada monopoli kekuasaan
di tengah ketidakjelasan aturan dan kewenangan, tapi tidak
mekanisme akuntabilitas atau pertanggungjawaban kepada publik13.
Dari berbagai upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, ditemukan
bahwa motif perbuatan korupsi adalah kekuasaan, keuangan dan
wanita

Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,


penerimaan uang sogok dan sebagainya”. Dalam hukum positif anti
korupsi khususnya dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 30 Th. 2002
disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi
DEFENIS

Pengertian
Pengertian atau asal kata korupsi menurut Fockema Andrea dalam
Korupsi Andi Hamzah, kata korupsi berasal dari bahasa latin corruption atau
corruptus (Webster Student Dictionary ; 1960), yang selanjutnya
disebutkan bahwa corruption itu berasal pula dari kata asal
corrumpere, suatu kata dalam bahasa latin yang lebih tua. Dari
bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa Eropa seperti inggris,
yaitu corruption, corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan Belanda,
yaitu corruptive (korruptie), dapat atau patut diduga istilah korupsi
berasal dari bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia, yaitu
“korupsi”

pengertian tindak pidana korupsi, yaitu serangkaian tindakan untuk


mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitoring, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan disidang pengadilan bahkan lebih luas lagi pendefinisian
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dengan adanya peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Jenis Korupsi

Definisi tentang Korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, bergantung pada disiplin ilmu
yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste, korupsi di definisikan menjadi 4
jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam
menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang
dapat diterima oleh para anggota organisasi.
b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau
maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi tertentu.
c. Mercenery corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
d. Ideological corruption, ialah jenis korupsi Illegal maupun discreationery yang dimaksudkan
untuk mengejar tujuan kelompok. Contohnya : Kasus skandal Watergate adalah contoh
Ideological corruption, di mana sejumlah individu memberikan komitmen mereka kepada
Presiden Nixon ketimbang kepada undang-undang atau hukum. Penjualan asset BUMN untuk
mendukung pemenangan pemilihan umum dari pada partai politik tertentu adalah contoh dari
jenis korupsi ini
PRINSIP-PRINSIP
ANTI KORUPSI

AKUNTABILITAS Akuntabiltas adalah kesesuaian antara aturan


dan pelaksanaan kerja.

Tranparansi merupakan prinsip yang mengharuskan


semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
TRANSPARANSI sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik (Prasojo, 2007).
Prinsip kewajaran dimaksudkan untuk
mencegah adanya ketidakwajaran/manipulasi
KEWAJARAN
dalam penganggaran, dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran lainnya

Prinsip kebijakan adalah prinsip antikorupsi


yang dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami tentang kebijakan
KEBIJAKAN antikorupsi. Kebijakan berperan untuk mengatur
tata interaksi dalam ranah sosial agar tidak
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan
negara dan masyarakat.

Kontrol kebijakan adalah upaya agar kebijakan


yang dibuat benar-benar efektif dan menghapus
KONTROL semua korupsi. Sedikitnya terdapat tiga model
KEBIJAKAN atau bentuk kontrol terhadap kebijakan
pemerintah, yaitu berupa : partisipasi, evolusi,
dan reformasi
Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah
meletakkan landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak
pidana korupsi. Berbagai kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai
peraturan perundang-undangan, antara lain dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI / MPR / 1998
tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
nipotisme ; Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nipotisme, serta Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai