Anda di halaman 1dari 12

Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Mata Kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Topik : Prinsip – Prinsip Anti Korupsi (Akuntabilitas)

Dosen : Nurlaili Ramli, S.SiT. MPH

Kelompok I

1. Aprilia Mulyani
2. Zatia Thursina
3. Desi Arianti Isma
4. Juli Safriani
5. Khamsiah
6. Noviana
7. Dhea Tania
8. Eli Karniati

REFERENSI

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan

Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Buku Ajar Pendidikan dan budaya anti korupsi, Jakarta, 2014.

Djaja, Ermansjah. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi); Kajian Yuridis UURI Nomor 30 Tahun 1999 juncto UURI Nomor

20 Tahun 2001 versi UURI Nomor 30 Tahun 2002 juncto UURI Nomor

46 Tahun 2009, Sinar Grafindo, Balikpapan, 2008.

Dyatmiko, Soemodiharjo. Mencegah dan Memberantas Korupsi, Mencermati

Dinamikanya di Indonesia, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2008.

BAPPENAS RI (2002), Public Good Governance: Sebuah Paparan Singkat,

Jakarta: Bappenas RI

Dubnick, Melvin (2005), Accountability and the Promise of Performance, Public

Performance and Management Review (PPMR), 28 (3), March 2005

Kurniawan (2010), Akuntabilitas Publik: Sejarah, Pengertian, Dimensi dan

Sejenisnya, Jakarta.

Prasojo, Eko, Teguh Kurniawan, Defny Holidin (2007), Refomasi dan Inovasi

Birokrasi: Studi di Kabupaten Sragen, Jakarta: Departemen Ilmu

Administrasi FISIP UI dan YappikaCIDA.

Puslitbang BPKP (2001), Evaluasi Perkembangan Akuntansi Pemerintah Pusat dan

Daerah, Jakarta: BPKP

By: Kelompok I 1
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

T
indak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius,

karena tindak pidana korupsi dapat membahayakan stabilitas

dan keamanan negara dan masyarakat, membahayakan

pembangunan sosial, politik dan ekonomi

masyarakat, bahkan dapat pula merusak nilai-nilai demokrasi serta moralitas

bangsa karena dapat berdampak membudayanya tindak pidana korupsi tersebut.

Sehingga harus disadari meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak

terkendali akan membawa dampak yang tidak hanya sebatas kerugian negara dan

perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan

bernegara(Atmasasmita, 2004)

Korupsi di Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh

tubuh pemerintahan sehingga sejak tahun 1980-an langkah-langkah

pemberantasannya pun masih tersendat sendat sampai kini. Korupsi berkaitan

dengan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat

menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga atau

kroninya. Ditegaskanlah kemudian bahwa korupsi selalu bermula dan berkembang

di sektor publik dengan bukti-bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan itulah

pejabat publik dapat menekan atau memeras para pencari keadilan atau mereka

yang memerlukan jasa pelayanan dari pemerintah (Djaja Ermansjah, 2008).

Perkembangan korupsi sampai saat ini pun sudah merupakan akibat dari

sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak tertata secara tertib dan tidak

By: Kelompok I 2
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

terawasi secara baik karena landasan hukum yang dipergunakan juga mengandung

banyak kelemahan-kelemahan dalam implementasinya. Didukung oleh sistem

check and balances yang lemah di antara ketiga kekuasaan itulah maka korupsi

sudah melembaga dan mendekati suatu budaya yang hampir sulit dihapuskan.

Hampir seluruh anggota masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari

“kewajiban” memberikan upeti manakala berhadapan dengan pejabat

pemerintahan terutama di bidang pelayanan publik. Tampaknya tidak memberikan

sesuatu hadiah (graft) adalah merupakan dosa bagi mereka yang berkepentingan

dengan urusan pemerintahan (Soemodiharjo, 2008)

Praktik korupsi telah merasuk ke segala kehidupan masyarakat. Dalam hal

ini, korupsi sudah merupakan “ jasa yang diperjual belikan guna mencapai tujuan

atau kepentingan ”. Sebagai “komidatas jasa”, korupsi adalah hasil dari transaksi

dari dua pihak yang oleh Michael Foucault, filsuf Perancis abad lalu disebut

sebagai “relasi kekuasaan”. Relasi kekuasaan melibatkan aksi dua pihak, di mana

satu pihak berupaya mempengaruhi, atau mengontrol yang lain, tetapi keduanya

terlibat transaksi kepentingan dan salah satunya memainkan peran melawan

(resistence).

Korupsi harus dipandang sebagai kehajahatan yang luar biasa, oleh karena

itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memeberantasnya. Pendidikan anti

korupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup

tentang korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi.

Rumusan Masalah

By: Kelompok I 3
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok

bahasan makalah ini adalah: “Bagaimanakah Prinsip – Prinsip Anti Korupsi pada

Akuntabilitas

Tujuan Penulisan

Tujuan umum penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan

memahami bagaimana Prinsip – Prinsip Anti Korupsi pada Akuntabilitas

Manfaat Penulisan

Dapat menambah wawasan dan pemahaman Prinsip – Prinsip Anti Korupsi

Pada Akuntabilitas

By: Kelompok I 4
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

PEMBAHASAN

DEFENISI

1. Pengertian Korupsi

Korupsi di definisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk

kepentingan pribadi. Robert Klitgaard juga merumuskan tentang korupsi yaitu: C

= M = D – A. Corruption (C) korupsi adalah fungsi dari monopoly (M) monopoli

ditambah Diskretion (D) kewenangan, lalu dikurangi dengan akuntabilitas atau

accountability (A). Jadi, menurut Klitgaard, korupsi terjadi apabila ada monopoli

kekuasaan di tengah ketidakjelasan aturan dan kewenangan, tapi tidak

mekanisme akuntabilitas atau pertanggungjawaban kepada publik13. Dari

berbagai upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, ditemukan bahwa motif

perbuatan korupsi adalah kekuasaan, keuangan dan wanita

Pengertian atau asal kata korupsi menurut Fockema Andrea dalam Andi

Hamzah, kata korupsi berasal dari bahasa latin corruption atau corruptus

(Webster Student Dictionary ; 1960), yang selanjutnya disebutkan bahwa

corruption itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata dalam bahasa

latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa Eropa

seperti inggris, yaitu corruption, corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan

Belanda, yaitu corruptive (korruptie), dapat atau patut diduga istilah korupsi

berasal dari bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia, yaitu “korupsi”

Pengertian korupsi menurut Gurnar Myrdal adalah : “To include not only

all forms of improper or selfish exercise of power and influence attached to a

public office or the special position one occupies in the publik life but also the

activity of the bribers”.

Kemudian arti korupsi yang telah diterima dalam pembendaharaan kata

bahasa Indonesia, disimpulkan oleh Poerwadarminta : “Korupsi ialah perbuatan

yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”.

By: Kelompok I 5
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Dalam hukum positif anti korupsi khususnya dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 30 Th.

2002 disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi: “Tindak Pidana

Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas

UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi”

Telah secara jelas didefinisikan tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi di dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi, yaitu serangkaian tindakan

untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya

koordinasi, supervisi, monitoring, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan

pemeriksaan disidang pengadilan bahkan lebih luas lagi pendefinisian tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi dengan adanya peran serta masyarakat

berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

2. Jenis Korupsi

Mengutip ungakapan Lord Acton tersebut lebih diperkuat lagi dengan

adanya empat tipe korupsi sebagaimana dikemukakan oleh Piers Beirne dan

James Messerschmidt yang mana keempat macam atau tipe perbuatan korupsi

tersebut adalah sangat berkaitan erat dengan kekuasaan, yaitu Political Bribery,

Politica Kickbacks, Election fraud, dan Corrupt Compaign Practices. Lebih lanjut

Piers Beirne dan James Messerschmidt menjelaskan mengenai empat tipe

perbuatan korupsi tersebut sebagai berikut:

a. Political Beribery, adalah kekuasaan di bidang legisatif sebagai badan

pembentuk undangundang, yang secara politis badan tersebut

dikendalikan oleh suatu kepentingan karena dana yang dikeluarkan pada

masa pemilihan umum sering berhubungan dengan aktivitas perusahaan

tertentu yang bertindak sebagai peenyandang dana. Dimana individu

pengusaha sebagai pemilik perusahaan berharap agar anggota parlemen

yang telah diberi dukungan dana pada saat pemilihan umum dan yang kini

duduk sebagai anggota parlemen dapat membuat peraturan perundang-

undangan yang menguntungkan usaha atau bisnis mereka.

b. Politica Kickbacks, adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan system

kontrak pekerjaan borongan, antara pejabat pelaksana atau pejabat

By: Kelompok I 6
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

terkait dengan pengusaha, yang memberikan kesempatan atau peluang

untuk mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.

c. Election fraud, adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan

kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum, baik yang

dilakukan oleh calon penguasa / anggota parlemen ataupun oleh lembaga

pelaksana pemilihan umum.

d. Corrupt Compaign Practices adalah korupsi yang berkaitan dengan

kegiatan kampanye dengan menggunakan fasilitas Negara dan juga bahkan

penggunaan uang negara oleh calon penguasa yang saat itu memegang

kekuasaan.

Definisi tentang Korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, bergantung

pada disiplin ilmu yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste,

korupsi di definisikan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya

kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya

bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para

anggota organisasi.

b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud

mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi

tertentu.

c. Mercenery corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud

untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang

dan kekuasaan.

d. Ideological corruption, ialah jenis korupsi Illegal maupun discreationery

yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Contohnya : Kasus

skandal Watergate adalah contoh Ideological corruption, di mana

sejumlah individu memberikan komitmen mereka kepada Presiden Nixon

ketimbang kepada undang-undang atau hukum. Penjualan asset BUMN

untuk mendukung pemenangan pemilihan umum dari pada partai politik

tertentu adalah contoh dari jenis korupsi ini

By: Kelompok I 7
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI

Dalam konteks korupsi ada beberapa prinsip yang harus ditegakan untuk

mencegah faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi, yaitu prinsip

akuntabilitas, transparansi, kewajaran (fairness) dan adanya kebijakan atau

aturan main yang dapat membatasi ruang gerak korupsi serta control terhadap

kebijakan tersebut.

 AKUNTABILITAS

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.

Prinsip akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka mencegah terjadinya

korupsi. Prinsip ini pada dasarnya dimaksudkan agar kebijakan dan langkah-

langkah atau kinerja yang dijalankan sebuah lembaga dapat bertanggung

jawabkan. Oleh karena itu, prinsip akuntabilitas membutuhkan perangkat-

perangkat pendukuing, baik berupa perundang-undangan (dejure) maupun dalam

bentuk komitmen dan dukungan masyarakat (de facto) baik pada level budaya

(individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas, 2002)

Akuntabilas public secara tradisional dipahami sebagai alat yang

digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara

memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada

sejumlah otoritas eksternal (Dubnik, 2005).

Akuntabilitas public dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada

kemampuan menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan

(Pierre, 2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang

By: Kelompok I 8
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

memiliki legimitasi untuk melakukan pengawasan dan mengaharapkan kinerja

(Prasojo, 2005).

Akuntabilitas public memiliki pola-pola tertentu dengan mekanismenya,

Antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas

keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik

(Puslitbang, 2001). Sebagai bentuk perwujudan prinsip akuntabilitas, Undang-

undang Keuangan Negara juga menyebutkan adanya kewajiban ganti rugi yang

diberikan atas meraka yang karena kelengahan atau kesengajaan telah merugikan

Negara. Prinsip akuntabilitas pada sisi lain juga mengharusakan agar setiap

penganggaran setiap biaya dapat disusun sesuai target atau sasaran. Untuk

mewujudkan Prinsip- prinsip akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara, maka

dalam pelaksanaannya harus dapat diukur dan dapat di pertanggung jawabkan

melalui:

1. Mekanisme pelaporan dan pertanggung jawaban atas semua kegiatan yang

di lakukan. Pelaporan dan pertanggung jawaban tidak hanya diajukan

kepada penanggung jawab kegiatan pada lembaga yang bersangkutan dan

Direktorat Jenderal anggaran Kementerian Keuangan, melainkan kepada

semua pihak khususnya kepada lembaga lembaga kontrol seperti DPR yang

membidangi Nya serta kepada masyarakat. Demikian juga dengan forum-

forum untuk penentuan anggaran dana pembangunan mudah diakses oleh

masyarakat, jika forum-forum penganggaran biaya pembangunan ini rumit

atau terkesan rahasia maka akan menjadi sasaran koruptor untuk

memainkan peran jahatnya dengan maksimal.

2. Evaluasi

Evaluasi terhadap kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan

By: Kelompok I 9
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

manfaat yang diberikan oleh setiap kegiatan kepada masyarakat, baik

manfaat langsung maupun manfaat jangka panjang setelah beberapa tahun

kegiatan ini dilaksanakan. Sektor evaluasi merupakan sektor yang wajib di

akuntabilitasi demi menjaga kredibilitas keuangan yang telah dianggarkan.

Ketiadaan evaluasi yang serius akan mengakibatkan tradisi penganggaran

keuangan yang buruk

By: Kelompok I 10
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

KESIMPULAN

Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan


uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”. Dalam hukum
positif anti korupsi khususnya dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 30
Th. 2002 disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi:
“Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan
atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Mengutip ungakapan Lord Acton tersebut lebih diperkuat
lagi dengan adanya empat tipe korupsi sebagaimana dikemukakan
oleh Piers Beirne dan James Messerschmidt yang mana keempat
macam atau tipe perbuatan korupsi tersebut adalah sangat
berkaitan erat dengan kekuasaan, yaitu Political Bribery, Politica
Kickbacks, Election fraud, dan Corrupt Compaign Practices
Prinsip –Prinsip anti korupsi yaitu:
Akuntabilitas :
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Prinsip akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka
mencegah terjadinya korupsi. Prinsip ini pada dasarnya
dimaksudkan agar kebijakan dan langkah-langkah atau kinerja
yang dijalankan sebuah lembaga dapat bertanggung jawabkan.
Untuk mewujudkan Prinsip- prinsip akuntabilitas pengelolaan
keuangan Negara, maka dalam pelaksanaannya harus dapat diukur
dan dapat di pertanggung jawabkan melalui:
1. Mekanisme pelaporan dan pertanggung jawaban atas semua
kegiatan yang di lakukan.
2. Evaluasi

By: Kelompok I 11
Pendidikan Budaya Anti Korupsi

************************ Selamat Belajar ****^******************

By: Kelompok I 12

Anda mungkin juga menyukai