Anda di halaman 1dari 11

Ayat-Ayat Tentang Perbuatan Jahat

A. Al-ghadab
Surat Ali ‘Imran, Ayat 133
‫ارعُوا‬
ِ ‫ارعُوا َو َس‬ ْ ‫ات َواأْل َرْ ضُ أُ ِع َّد‬
ِ ‫ت لِ ْل ُمتَّقِينَ َو َس‬ ُ ْ‫إِلَ ٰى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ُ ‫ضهَا ال َّس َما َو‬
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Surat Ali ‘Imran, Ayat 134
َ‫اس ۗ َوهَّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
ِ َّ‫ضرَّا ِء َو ْال َكا ِظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬
Artinya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Definisi Taqwa menurut Sayyidina ali bin Abi Thalib
1. Rasa takut kepada Allah
2. Beramal dengan Al-Qur’an
3. Menerima yang sedikit dan
4. Bersiap-siap menghadapi hari akhir
(kitab minhajus sawi oleh  al Allamah Al muhaqqiq Alhatib Zain bin Ibrahim bin Smith
 Ubaid bin ka’ab: kehati-hatian
 Sabda Nabi Muhammad SAW: Taqwa itu di hati (Hr Muslim)
 Imam Al-Ghazali: Hati itu ibarat raja,apabila rajanya baik maka baik pula yang
lainnya
KESIMPULAN SURAT ALI-IMRAN AYAT 133-134 kebaikan dan tidak larut dalam dosa
serta selalu menyadari kesalahan
KESIMPULAN SURAT ALI-IMRAN AYAT 133-134

“Menyoal Ketaqwaan & Taubat kita”

Menekankan perlunya menyegerakan untu melakukan kegiatan positif( perintah agama) guna
memperoleh pengampunan.

Jumhur ulama sepakat bahwa hukum bertaubat itu wajib. Bukan hanya untuk yang berdosa
tetapi juga bagi yang saleh,sebab manusia punya potensi khilaf, sebagaimana Nabi yang
melakukan taubat 100X dalam sehari.

Bergegas dan penyegeraan dalam menjemput ampunan Allah SWT sangat dianjurkan
megingat ajal dapat menjemput kapan saja tanpa diduga
Taqwa itu sikap dan kondisi hati. Karenanya, terkait erat dengan pertaubatan.

Taubat adalah berhenti,mengakui,menyesali,tekat kuat untuk tidak kembali dan


mengembalikan yang bukan haknya.

Hendaknya setiap muslim menghiasi dirinya dengan akhlak /sifat-sifat terpuji(ciri-ciri


Muttaqin),yaitu dermawan,pemaaf,menyegerakan perintah kebaikan dan tidak larut dalam
dosa serta selalu menyadari kesalahan

QS. At Taubah (Pengampunan) – surah 9 ayat 15 [QS. 9:15]

‫َو ی ُۡذ ِہ ۡب غ َۡیظَ قُلُ ۡوبِ ِہمۡ ؕ َو یَتُ ۡوبُ ہّٰللا ُ ع َٰلی َم ۡن یَّ َشٓا ُء ؕ َو ہّٰللا ُ َعلِ ۡی ٌم َح ِک ۡی ٌم‬
Wayudzhib ghaizha quluubihim wayatuubullahu ‘ala man yasyaa-u wallahu ‘aliimun
hakiimun;

dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang mukmin).


Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki.
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. 
―QS. 9:1

Tafsir surah At Taubah (9) ayat 15

Tafsir Kementrian Agama RI

Tafsir QS. At Taubah (9) : 15. Oleh Kementrian Agama RI


Kekalahan kaum musyrikin itu akan melegakan hati dan menghilangkan kesedihan orang-
orang mukmin yang banyak menderita siksaan dan penganiayaan dari kaum musyrik selama
ini, karena mereka tidak mampu membela diri di Mekah dan tidak mampu pindah
ke Madinah atau ke tempat lain yang aman.
Selanjutnya pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah menerima tobat orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.
Ayat ini memberi isyarat bahwa kaum musyrikin banyak yang telah bertobat dan Allah telah
menerima tobat mereka.
Mereka menjadi orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan pembela
agama Islam yang tangguh.
Allah yang Maha mengatur hamba-Nya dan mengatur kepentingan perkembangan agama-
Nya di kemudian hari.

Quran Surat Asy-Syura Ayat 36 Anda belum mahir membaca Qur'an? Ingin segera bisa? Klik
ُ ‫فَ َما أُوتِيتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فَ َمتَا‬
di sini sekarang! َ‫ع ْال َحيَا ِة ال‘ ُّد ْنيَا ۖ َو َم‘‘ا ِع ْن‘ َد هَّللا ِ َخ ْي‘ ٌر َوأَ ْبقَ ٰى لِلَّ ِذينَ آ َمنُ‘‘وا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُ‘‘ون‬
Arab-Latin: Fa mā ụtītum min syai`in fa matā'ul-ḥayātid-dun-yā, wa mā 'indallāhi khairuw
wa abqā lillażīna āmanụ wa 'alā rabbihim yatawakkalụn Terjemah Arti: Maka sesuatu yang
diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah
lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka,
mereka bertawakkal. Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Apapun yang
diberikan kepada kalian (wahai manusia) baik berupa harta atau anak-anak atau lainnya
adalah kesenangan bagi kalian dalam hidup di dunia ini, ia akan lenyap dengan cepat,
sedangkan apa yang ada di sisi Allah berupa kenikmatan surga yang langgeng adalah lebih
baik dan lebih abadi bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan para utusanNya dan
mereka bertawakal kepada tuhan mereka. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi
Arabia Anda belum mahir membaca Qur'an? Ingin segera bisa? Klik di sini sekarang! 36.
Maka apa yang diberikan kepada kalian -wahai manusia- mulai dari harta, kedudukan dan
anak, maka itu adalah kenikmatan kehidupan dunia semata, dan itu akan hilang terputus.
Sementara kenikmatan yang abadi adalah kenikmatan Surga yang disiapkan Allah untuk
orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya serta bersandar hanya
kepada Rabb mereka dalam setiap urusan mereka. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir
Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil
Haram 36. ‫( ۖ فَ َمآ أُوتِيتُم ِّمن َش ْى ٍء فَ َم ٰت ُع ْال َحيَ ٰو ِة ال ُّد ْنيَا‬Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah
kenikmatan hidup di dunia) Yakni kekayaan dan kelapangan rezeki yang diberikan kepada
kalian hanyalah kenikmatan yang sedikit dan sebentar, yang akan habis dan sirna. ‫َو َما ِعن َد‬
ِ‫(هللا‬dan yang ada pada sisi Allah) Berupa pahala ketaatan, yaitu surga. ‫(خَ ْي ٌر‬lebih baik) Lebih
baik daripada kenikmatan dunia. ‫(وأَ ْبقَ ٰى‬ َ dan lebih kekal) Karena kenikmatan surga tidak akan
terputus, sedangkan kenikmatan dunia akan habis dengan cepat. ‫‘‘‘وا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم‬۟ ُ‫لِلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
َ‫(يَت ََو َّكلُ‘‘‘ون‬bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka
bertawakkal) Yakni mereka menyerahkan dan menyandarkan segala urusan mereka kepada
Allah. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 36. Kalian tidak memberikan sedikitpun nikmat
seperti kekayaan dan kekuatan. Itu tidak lain hanyalah harta benda yang terbatas untuk
dinikmati kemudian hilang. Pahala ketaatan di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal
pengaruhnya daripada harta benda dunia, karena hal itu abadi dan tidak terputus-putus.
Pahala itu diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya, dan
menyerahkan urusan mereka kepadaNya. Ali RA berkata: “Abu Bakar RA menyedekahkan
seluruh harta bendanya, kemudian semua orang mencelanya, lalu turunlah ayat ini” Tafsir Al-
Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah (Maka apa
yang diberikan kepada kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang mukmin dan
lain-lainnya (berupa sesuatu) dari perhiasan duniawi (itu adalah kenikmatan hidup di dunia)
untuk dinikmati kemudian lenyap sesudah itu (dan yang ada pada sisi Allah) berupa pahala
(lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman dan hanya kepada Rabb mereka,
mereka bertawakal) kemudian di'athafkan kepadanya ayat berikut ini, yaitu: An-Nafahat Al-
Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi Ayat ini membuat seseorang zuhud
kepada dunia dan cinta kepada akhirat serta menyebutkan amal yang dapat menyampaikan
kepadanya. Seperti kekuasaan, kedudukan, harta dan anak, serta badan yang sehat. Yang
kemudian akan hilang. Yaitu pahala yang besar dan kenikmatan yang kekal. Daripada
kesenangan dunia. Mereka menggabung antara iman yang benar yang menghendaki amal
dengan tawakkal, dimana ia (tawakkal) merupakan alat untuk setiap amal. Oleh karena itu,
setiap amal yang tidak dibarengi tawakkal, maka tidak akan sempurna. Tawakkal adalah
bersandarnya hati kepada Allah dalam mendatangkan apa yang dicintai hamba dan dalam
menghindarkan apa yang tidak disukainya dengan disertai rasa percaya kepada-Nya.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Sesuatu apa
pun yang di berikan kepadamu dari ke nikmatan lahiriah, seperti rezeki harta atau ke
nikmatan lain yang di peroleh di dunia ini, maka itu adalah ke senangan hidup di dunia yang
di nikmati buat sementara, tidak kekal abadi. Sedangkan apa, yaitu ke nikmatan, yang ada di
sisi Allah, yang di anugerahkan kepadamu sebagai balasan atas segala kebaikan yang telah di
lakukan di dunia lebih baik dari semua ke nikmatan lahiriah duniawi itu dan lebih kekal di
nikmati bagi orang-orang yang beriman. Ke nikmatan duniawi akan berakhir karena kematian
dan hanya kepada tuhan mereka, mereka bertawakal, yaitu berserah diri dan menyerahkan
segala urusannya setelah mengusahakannya dengan segala kemampuannya. 37. Dan juga
kenikmatan-kenikmatan ukhrawi itu lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang
menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah yang
disebabkan oleh karena perbuatan buruk yang di lakukan oleh orang lain terhadap mereka,
segera memberi maaf atas kesalahannya itu.
Referensi: https://tafsirweb.com/9126-quran-surat-asy-syura-ayat-36.html

Quran Surat Asy-Syura Ayat 37 Anda belum mahir membaca Qur'an? Ingin segera bisa? Klik
di sini sekarang! َ‫َض‘بُوا هُ ْم يَ ْغفِ‘رُون‬
ِ ‫ش َوإِ َذا َم‘‘ا غ‬ ِ ‫ َوالَّ ِذينَ يَجْ تَنِبُونَ َكبَائِ َر اإْل ِ ْث ِم َو ْالفَ َو‬Arab-Latin: Wallażīna
َ ‫اح‬
yajtanibụna kabā`iral-iṡmi wal-fawāḥisya wa iżā mā gaḍibụ hum yagfirụn Terjemah Arti:
Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan
apabila mereka marah mereka memberi maaf. Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi
Kandungan) Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dari apa-apa yang dilarang
Allah dan kemaksiatan-kemaksiatan yang buruk lagi jelek, dan bila mereka marah kepada
orang yang berbuat buruk kepada mereka, mereka memaafkan perbuatan buruk tersebut.
tidak membalas perilaku keburukan demi mencari pahala dan maaf dari Allah, ini termasuk
kemuliaan akhlak. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia Anda belum
mahir membaca Qur'an? Ingin segera bisa? Klik di sini sekarang! 37. Dan orang-orang yang
menghindari dosa-dosa besar dan dosa-dosa yang buruk, apabila mereka marah terhadap
orang yang berbuat jahat kepada mereka baik dengan ucapan atau dengan perbuatan, mereka
akan memaafkan kesalahannya dan tidak membalasnya. Dan sifat pemaaf ini merupakan
kelebihan mereka jika di dalamnya terdapat kebaikan dan maslahat. Tafsir Al-Mukhtashar /
Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid,
Imam Masjidil Haram 37. ‫( َوالَّ ِذينَ يَجْ تَنِبُونَ َك ٰبٓئِ َر اإْل ِ ْث ِم‬Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-
َ ‫( َو ْالفَ ٰو ِح‬dan
dosa besar) Yakni dosa-dosa besar yang telah dijelaskan pada surat an-Nisa: 31. ‫ش‬
perbuatan-perbuatan keji) Perbuatan-perbuatan keji ini termasuk juga dalam dosa-dosa besar,
namun dosanya lebih berat dari dosa-dosa besar lainnya. Perbuatan-perbuatan keji ini seperti
۟ ‫َض‘ب‬
pembunuhan, zina, dan lain sebagainya. َ‫ُوا هُ ْم يَ ْغفِ‘رُون‬ ِ ‫(وإِ َذا َم‘‘ا غ‬dan
َ apabila mereka marah
mereka memberi maaf) Yakni mereka memaafkan kesalahan yang telah membuat mereka
marah dengan memendam kemarahan mereka, dan bersabar terhadap orang yang menzalimi
mereka. Dalam hadits disebutkan: “Rasulullah tidak pernah membalas dendam untuk dirinya
sendiri, melainkan karena larangan-larangan Allah dilanggar.” Zubdatut Tafsir Min Fathil
Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam
Madinah 37. Apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman, tawakal
dan menjauhi dosa-dosa besar (yaitu Allah mengancam dan mengumumkan batasan hukum
tertentu terkait dosa tersebut) dan kemaksiatan yang buruk dan keji, seperti zina dan
pembunuhan. Itu adalah penyebutan yang khusus dengan maksud untuk menyebut yang
umum. Saat marah, mereka menjauhi dosa dan menahan amarah mereka. Ayat ini diturunkan
untuk Umar, saat dicaci di Mekah.

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
(Dan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji) yang
mengharuskan pelakunya menjalani hukuman Hadd; lafal ayat ini merupakan 'Athful Ba'dh
'Alal Kull (dan apabila mereka marah mereka memberi maaf) maksudnya, mereka selalu
bersikap maaf. An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi Menurut
Syaikh As Sa’diy, perbedaan antara dosa-dosa besar dengan perbuatan keji; dimana kedua-
duanya sama-sama dosa besar adalah, bahwa perbuatan keji adalah dosa besar dimana dalam
hati manusia ada kecenderungan kepadanya, seperti zina dan sebagainya. Sedangkan dosa
besar (selain perbuatan keji) tidak seperti itu. Hal ini ketika dipadukan antara keduanya, akan
tetapi ketika dipisahkan, maka masing-masingnya masuk ke dalam yang lain. Yakni mereka
memiliki akhlak yang mulia dan kebiasaan yang baik, dimana sifat santun menjadi tabiat
mereka, akhlak yang mulia juga sehingga ketika ada yang membuat mereka marah, baik
dengan kata-kata maupun perbuatannya, maka mereka menahan marahnya dan tidak
memberlakukannya, bahkan mereka memaafkan dan tidak membalas orang yang jahat
kecuali dengan ihsan, memaafkan dan mengampuni; sehingga dari sikap itu muncullah
berbagai maslahat dan terhindar berbagai mafsadat baik bagi mereka maupun orang lain;
bahkan yang sebelumnya terdapat permusuhan menjadi persahabatan. Hidayatul Insan bi
Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Dan juga kenikmatan-kenikmatan
ukhrawi itu lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah yang disebabkan oleh karena perbuatan
buruk yang di lakukan oleh orang lain terhadap mereka, segera memberi maaf atas
kesalahannya itu. 38. Ayat yang lalu menjelaskan kenikmatan ukhrawi yang diperoleh oleh
orang-orang yang menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar. Ayat ini juga menerangkan
bahwa kenikmatan ukhrawi yang lebih baik dan lebih kekal itu juga akan diperoleh oleh
orang-orang yang menerima seruan tuhan mereka. Dan kenikmatan ukhrawi itu akan di
anugerahkan pula kepada orang-orang yang menerima dan mematuhi seruan tuhan melalui
para rasul dan wahyu-wahyu yang di sampaikan kepada mereka dan orang-orang yang
melaksanakan salat, sebagai salah satu kewajiban yang diwajibkan kepada mereka, sedang
urusan mereka yang berkaitan dengan persoalan dunia dan kemaslahatan kehidupan mereka,
diputuskan dengan musyawarah antara mereka. Dan yang juga menerima kenikmatan
ukhrawi itu adalah mereka yang menginfakkan di jalan Allah dengan tulus dan ikhlas
sebagian dari rezeki mereka, baik dalam bentuk harta maupun lainnya yang kami berikan
kepada mereka.

Referensi: https://tafsirweb.com/9127-quran-surat-asy-syura-ayat-37.html

Dalam ayat ke 109 ini Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


ُّ ‫ب لَوْ يَ ُر ُّدونَ ُكم ِّمن بَ ْع ِ‘د ِإي َمانِ ُك ْم ُكفَّارًا َح َسدًا ِّم ْن ِعن ِد أَنفُ ِس ِهم ِّمن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ُم ْال َح‬
ْ ‫ق ۖ فَا ْعفُوا َو‬
‫اص‘‘فَحُوا‬ ِ ‫َو َّد َكثِي ٌر ِّم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
﴾١٠٩﴿ ‫َحتَّ ٰى يَأْتِ َي اللَّـهُ بِأ َ ْم ِر ِه ۗ إِ َّن اللَّـهَ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka,
sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 109)
Inilah, kedengkian itulah yang menghalangi banyak manusia dari mengikuti kebenaran.
Orang yang memiliki sifat dengki, dia akan sulit mengikuti kebenaran. Terutama jika
kebenaran itu datang dari orang yang ia dengki. Maka kemudian Allah subhanahu wa
ta’ala memerintahkan kaum muslimin tentang bagaimana bersikap kepada mereka. Allah
memerintahkan kita untuk memaafkan dan berpaling dari mereka. Jangan sibukkan diri kita
dengan perbuatan mereka yang mereka memang dengki kepada kaum muslimin.

FAIDAH AYAT:
Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan faidah dari ayat ini:
Pertama, disini Allah menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat memusuhi
umat Islam. Sampai detik ini mereka berusaha menghalangi umat Islam. Berbagai macam
cara digunakan agar umat Islam kembali kepada kekafiran dan bahkan umat Islam benci
kepada agamanya sendiri. Hal ini karena kebencian mereka kepada Islam.
Kedua, kekafiran setelah keislaman disebut dengan  ‫( ردة‬murtad). Diantara faidah ayat ini
bahwa hasad atau dengki adalah sifat Yahudi dan Nasrani. Maka dari itu ayat ini
menunjukkan haramnya hasad.
An-Nisa': 54

ِ ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوآتَ ْينَاهُم ُّم ْل ًكا ع‬


‫َظي ًما‬ َ ‫اس َعلَى َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِمن فَضْ لِ ِه فَقَ ْد آتَ ْينَا آ َل إِ ْب َرا ِهي َم ْال ِكت‬
َ َّ‫أَ ْم يَحْ ُس ُدونَ الن‬

Terjemahan
ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah
berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada
keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

Tafsir

                         Jalalain                         Ibnu Katsir                         Ringkas Kemenag                         


Lengkap Kemenag                         Ringkasan Al-Azhar                     

(Atau) apakah (mereka dengki kepada manusia) maksudnya kepada Nabi saw. (atas karunia
yang telah diberikan Allah kepada mereka itu) berupa kenabian dan banyaknya istri? Artinya
mereka mengangankan lenyapnya nikmat itu daripadanya dan mengatakan, "Sekiranya ia
nabi, tentulah ia tidak akan menghiraukan banyak istri itu!" (Sungguh, Kami telah
memberikan kepada keluarga Ibrahim) nenek moyang mereka seperti Musa, Daud dan
Sulaiman (Kitab dan hikmah) serta nubuwah (dan telah Kami berikan kepada mereka
kerajaan yang besar) Daud mempunyai 99 orang istri, sedangkan Sulaiman seribu orang
wanita, campuran dari orang merdeka dan hamba sahaya.

Tafsir Surat Al-Fath, ayat 15

ْ‫سيَقُو ُل ا ْل ُم َخلَّفُونَ إِ َذا ا ْنطَلَ ْقتُ ْم إِلَى َم َغانِ َم لِتَأْ ُخ ُذوهَا َذ ُرونَا نَتَّبِ ْع ُك ْم يُ ِريدُونَ أَنْ يُبَ ِّدلُوا َكال َم هَّللا ِ قُ ْل لَنْ تَتَّبِ ُعونَا َك َذلِ ُك ْم قَا َل هَّللا ُ ِمن‬ َ {
} )15( ‫سدُونَنَا بَ ْل َكانُوا اَل يَ ْفقَهُونَ إِال قَلِيال‬ ُ ‫سيَقُولُونَ بَ ْل ت َْح‬ َ َ‫قَ ْب ُل ف‬

Orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk 
mengambil barang rampasan.” Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu; mereka
hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, "Kamu sekali-kali tidak (boleh)mengikuti kami;
demikian Allah telah menetapkan sebelumnya," Mereka akan mengatakan, "Sebenarnya
kamu dengki kepada kami.” Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang Badui yang tidak ikut berangkat bersama
Rasulullah Saw. dalam umrah Hudaibiyah. Yaitu ketika Nabi Saw. dan para sahabatnya
berangkat menuju ke Khaibar dengan tujuan untuk menaklukkannya. Disebutkan bahwa
orang-orang Badui itu meminta (kepada Rasulullah Saw.) agar diizinkan ikut berangkat
bersama pasukan kaum muslim menuju ke tempat penjarahan Khaibar itu. Padahal
sebelumnya mereka tidak mau ikut saat mereka diminta untuk berangkat memerangi musuh
dan berjuang melawan mereka dengan penuh keteguhan hati.

Maka Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk tidak memberi izin kepada mereka
ikut dalam Perang Khaibar, sebagai hukuman terhadap mereka sesuai dengan dosa dan
pelanggaran yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Karena sesungguhnya Allah Swt.
telah menjanjikan kepada ahli Hudaibiyah untuk mendapat ganimah Khaibar, hanya mereka
semata, tiada seorang pun dari selain mereka yang menemani mereka, seperti orang-orang
Badui yang sebelumnya tidak ikut. Mereka yang tidak ikut sebelumnya bersama Rasulullah
Saw. di Hudaibiyah sama sekali tidak boleh mendapatkannya. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:

}ِ ‫{يُ ِريدُونَ أَنْ يُبَ ِّدلُوا َكال َم هَّللا‬

mereka hendak mengubah janji Allah. (Al-Fath: 15)

Mujahid dan Qatadah serta Juwaibir mengatakan bahwa yang dimaksud ialah apa yang telah
dijanjikan oleh Allah kepada ahli Hudaibiyah. Pendapat ini dipilih pula oleh Ibnu Jarir. Lain
halnya dengan Ibnu Zaid, ia mengatakan bahwa yang dimaksud adalah apa y ang disebutkan
di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

‫ا ْلقُ ُعو ِد‬ccِ‫ضيتُ ْم ب‬ ِ ‫ستَأْ َذنُو َك لِ ْل ُخ ُر‬


ِ ‫وج فَقُ ْل لَنْ ت َْخ ُر ُجوا َم ِع َي أَبَدًا َولَنْ تُقَاتِلُوا َم ِع َي َع ُد ّوًا إِنَّ ُك ْم َر‬ ْ ‫{فَإِنْ َر َج َع َك هَّللا ُ إِلَى طَائِفَ ٍة ِم ْن ُه ْم فَا‬
} َ‫أَ َّو َل َم َّر ٍة فَا ْق ُعدُوا َم َع ا ْل َخالِفِين‬

Maka jika Allah mengembalikanmu kepada satu golongan dari mereka, kemudian mereka
minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), maka katakanlah, "Kamu tidak boleh
keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku.
Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang yang pertama kali. Karena itu,
duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (At-Taubah: 83)

Tetapi pendapat Ibnu Zaid ini masih diragukan, karena ayat ini yang ada di dalam surat At-
Taubah diturunkan berkenaan dengan Perang Tabuk, sedangkan Perang Tabuk terjadi
sesudah umrah Hudaibiyah.
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka hendak mengubah
janji Allah.  (Al-Fath: 15) Yakni disebabkan keengganan mereka untuk bergabung bersama
kaum muslim dalam jihad.

}‫{قُ ْل لَنْ تَتَّبِ ُعونَا َك َذلِ ُك ْم قَا َل هَّللا ُ ِمنْ قَ ْب ُل‬

Katakanlah, "Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Allah telah


menetapkan sebelumnya.” (Al-Fath: 15)

Allah telah menjanjikan kepada ahli Hudaibiyah sebelum kalian meminta bergabung bersama
mereka.

َ َ ‫{ف‬
ُ ‫سيَقُولُونَ بَ ْل ت َْح‬
}‫سدُونَنَا‬

Mereka akan mengatakan, "Sebenarnya kamu dengki kepada kami.”(Al-Fath: 15)

Yakni tidak boleh kami ikut serta dengan kalian memperoleh ganimah.

}‫{بَ ْل َكانُوا اَل يَ ْفقَهُونَ إِال قَلِيال‬

Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali. (Al-Fath: 15)

Maksudnya, duduk perkaranya tidaklah seperti apa yang mereka kira, bahkan sebenarnya
mereka tidak mempunyai pengertian.

Al-Falaq: 5

‫اس ٍد ِإ َذا َح َس َد‬


ِ ‫َو ِمن َشرِّ َح‬

Terjemahan
dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki".

Tafsir
Jalalain Ibnu Katsir Ringkasan Al-Azhar                     

(Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki) atau apabila ia menampakkan
kedengkiannya lalu berusaha atas kedengkian yang dipendamnya itu, sebagaimana yang telah
dikerjakan oleh Lubaid si Yahudi tadi; dia termasuk orang-orang yang dengki terhadap Nabi
saw. Ketiga jenis kejahatan yang disebutkan sesudah lafal Maa Khalaq, padahal semuanya itu
telah terkandung di dalam maknanya, hal ini tiada lain mengingat kejahatan yang ditimbulkan
oleh ketiga perkara tersebut sangat parah.

Anda mungkin juga menyukai