Anda di halaman 1dari 10

TES PROYEKTIF

Dosen Pengampu:

Hema Dayita, M.Psi., Psikolog

Oleh:

Kelompok III

1. Bunga Dahlia 202310515178


2. Dania Salsabilah Azzahra202310515174
3. Fadila Fatih Arasyid 202310515176
4. M. Fadillah Nugroho 202310515043

KELAS 2A6

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

TAHUN 2024

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tes proyektif adalah metode penelitian psikologis yang digunakan untuk mengungkap atau menganalisi sifat,kepribadian, motivasi ataupun konflik

kesadaran yang yang didasarkan pada premis kecenderungan “memproyeksikan” pikiran, perasaan dan keinginan pada situasi atau objek tertentu.

Tes proyektif banyak digunakan dalam psikologi klinis dan organisasi untuk memahami dinamika psikologis individu. Contoh tes proyektif antara lain

tes TAT (Tes Persepsi Topikal) dan Tes Noda Tinta Rorschach. (Nastati, 2018)

Pengujian proyeksi memiliki sejarah yang panjang dan berpetak-petak. Salah satu tes proyeksi yang paling terkenal adalah tes bercak tinta
Rorschach, yang dikembangkan oleh Hermann Rorschach pada tahun 1921. Rorschach percaya bahwa reaksi seseorang terhadap serangkaian tinta
abstrak dapat mengungkap aspek tertentu dari alam bawah sadar orang tersebut. Selain Rorschach, TAT (Topical Appearance Test) juga merupakan
tes proyeksi yang penting. Pengembangnya adalah Henry A. Tes TAT tahun 1935 yang dilakukan Murray dan Christiana D. Morgan mengharuskan
peserta untuk membuat cerita berdasarkan serangkaian gambar yang ambigu. Tujuan dari tes ini adalah untuk membuka pikiran bawah sadar Anda
dan mengungkap pola keinginan, konflik, dan motivasi Anda. Sebelum dilakukan tes proyeksi hari ini, konsep proyeksi psikologis telah dikenal dari
teori psikoanalisis Sigmund Freud.
Freud percaya bahwa orang memproyeksikan pikiran, perasaan, dan dorongan hati yang tidak mereka sadari ke objek atau situasi eksternal. Seiring
waktu, tes proyektif telah berevolusi dan berubah, namun tetap menjadi alat penting dalam psikologi klinis, konseling, dan penilaian psikologis
organisasi. Meskipun ada kritik dan perdebatan tentang validitas dan reliabilitas tes proyektif, tes tersebut tetap menjadi salah satu alat diagnostik
terpenting dalam psikologi. (Ismail, 2022)
1.2 Rumusan Masalah
a. Sejarah tes proyektif
b. Menjelaskan secara rinci apa itu tes proyektif
c. Menjelaskan jenis-jenis tes proyektif
1.3 Tujuan Penulisan
a. Sejarah tes proyektif
b. Untuk mengetahui tentang apa itu tes proyektif
c. Untuk memahami tentang jenis-jenis tes proyektif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tes proyektif memiliki beberapa kegunaan penting dalam bidang psikologi. Beberapa di antaranya adalah: (K & S, 2019)
1. Pemahaman Kepribadian: Tes proyektif digunakan oleh para psikolog dan profesional kesehatan mental untuk membantu individu yang
sadar akan pikiran bawah mereka.
Ini membantu Anda lebih memahami kepribadian seseorang, termasuk keinginannya, motivasi, konflik batin, dan mekanisme pertahanan.
2. Penilaian Emosional dan Psikologis: Tes proyektif berguna untuk penilaian emosional dan psikologis seseorang.
Ini dapat membantu mengidentifikasi gejala gangguan psikologis atau emosional seperti kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian.
3. Psikoedukasi dan Konseling: Hasil tes proyektif dapat digunakan individu untuk lebih memahami dirinya.
Hal ini menjadi dasar proses konseling, membantu individu mengatasi konflik batin, meningkatkan kesadaran diri, dan mengembangkan strategi
adaptasi yang lebih efektif.
4. Penilaian Organisasi: Di tempat kerja, tes proyektif digunakan untuk penilaian organisasi guna menilai kesesuaian seseorang dengan
peran atau budaya perusahaan, atau untuk mengidentifikasi potensi kepemimpinan atau pola perilaku di tempat kerja.
5. Penelitian Psikologi: Tes proyektif juga digunakan dalam penelitian psikologi untuk mempelajari dinamika kepribadian, pola pikir, dan
reaksi emosional manusia terhadap berbagai situasi dan guncangan.
Meskipun tes proyektif memiliki kegunaan penting, penting untuk diingat bahwa hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati oleh para profesional yang
terlatih dalam psikodiagnosis.
Tes proyektif tidak boleh menjadi satu-satunya alat penilaian, namun harus digunakan sebagai bagian dari penilaian komprehensif yang mencakup
wawancara klinis, observasi, dan tes lainnya.
Dasar-dasar terjadinya proyeksi
Para ahli menyatakan ada tiga hal yang mendasari terjadinya proyeksi yaitu: (K & S, 2019)

2
1. Dasar mekanisme penolakan yaitu individu ingin meringankan beban psikis yang ada dalam dirinya kemudian dimanifestasikan dengan
perbuatannya dan perbuatan itu menolak keinginan yang sudah ada, Contoh: seseorang yang ingin masuk fakultas pertanian, namun tidak di terima.
Kemudian ia beralasan "saya sebenarnya tidak seneng dengan fakultas pertanian".
2. Usaha pendekatan yaitu usaha yang dilakukan individu untuk mengembalikan hubungan yang sebenarnya sudah putus lalu berusaha
mendekati kembali supaya hubungannya terjadi lagi.
3. Hubungan antara subjek dan objek yang merupakan satu kesatuan hubungan ini bukan berdasarkan komunikasi tapi afeksi apa yang
dirasakan dan dialami objek yang dirasakan pula oleh subjek.
Beberapa pandangan tentang proyeksi
Berikut beberapa pandangan tentang proyeksi secara umum, yaitu:(K & S, 2019)
1. Proyeksi adalah setiap pengamatan normal yang berwujud pemindahan, penghayatan dari seseorang ke dunia luar yang kemudian
memproses pengamatan individu terhadap proses yang diamati.
2. Proyeksi merupakan gejala-gejala yang mengarah ke halusinasi. Dalam proyeksi dapat terjadi sesuatu yang ada pada individu
dipindahkan ke dalam realita apa yang diamati itu tidak ada.
3. Proyeksi juga mengarah pada ilusi yaitu dunia pengamatan individu dilibatkan dan diorganisasir berdasarkan prinsip afek. Jadi
pengamatan pada dunia luar dipengaruhi harapan menurut caranya sendiri.
2.1 Sejarah Tes Proyeksi
Menurut Freud, psyche mengembangkan neurosis kecemasan saat merasakan ketidakseimbangan dalam menguasai kegairahan (seksual) yang
muncul ke dunia luar. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1896, didalam naskah yang berjudul “On the defence Neuropsychose”, Sigmund Freud
secara eksplisit mengatakan: “…… projection is a process of ascribing one’s own drives, feelings and sentiments to other people or to the outside
world as a defensive process that permits one to be unaware of these ‘undesireble phenomena’ in oneself”.
Sigmund Freud menyimpulkan bahwa mekanisme proyeksi digunakan untuk menyelesaikan konflik emosional dan sejumlah besar situasi psikis yang
mengarah pada neurosis. Namun proyeksi dibuat tidak sekedar untuk tujuan pertahanan, melainkan juga saat tidak ada konflik. Proyeksi dari
persepsi terhadap dunia luar, yang merupakan mekanisme yang sangat sederhana, mempengaruhi persepsi 3 terhadap rangsang-rangsang,
sehingga berperan sangat besar dalam pembentukan dunia luar individu yang bersangkutan.
Di dalam karyanya yang berjudul “De Droom”, Sigmund Freud mengatakan bahwa penghayatan juga diproyektif ke dalam mimpi. Beliau juga
membicarakan mengenai proyeksi yang bersifat mistis, yang ada kesamaan dengan apa yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung.
Peranan persepsi dalam proyeksi tidak dapat diabaikan. Ia membahas hubungannya dalam “Projective Psychology”, dengan pendekatan Teori
Persepsi. Persepsi dihubungkan dengan fungsi pertahanan untuk melindungi individu bila mengalami ancaman terhadap ego.
Sejarah Perkembangan Tes Grafis (Draw A Man, Draw A Tree, House Tree Person, Wartegg) munculnya Teknik Proyektif oleh Sigmun Freud dan
berikut akan dijelaskan tentang jenis-jenis tes proyektif yng mencakup sejarah dan teori dasarnya. Menurut Anastasi (2007), teknik proyeksi terbagi
atas : Pertama, Teknik Noda Tinta, yaitu teknik proyeksi yang menggunakan noda tinta. Misalnya Tes Rorschach, Sistem Komprehensif Exner,
Teknik Noda Tinta Holtzman. Kedua, Teknik Gambar (Pictorial), yaitu teknik yang menggunakan gambar orang atau hewan sebagai stimulus.
Misalnya TAT, CAT, Tell Me A Story, Gerontological Apperception Test, Rosenzweig Picture Frustration Study. Ketiga, Teknik Verbal, yaitu teknik
yang menggunakan kata-kata secara keseluruhan sebagai sebuah stimulus. Misalnya, SSCT, FSCT. Keempat, Teknik Kinerja, yaitu sebuah teknik
yang memberikan kesempatan subjek untuk mengungkapkan diri melalui sebuah aktivitas tertentu. Misalnya, DAM, DAT, Wartegg. Pada akhir abad
19, Fechne, Wundt dan Ebbinghaus merupakan psikiater di bidang gangguan mental, yang mempengaruhi teknik untuk melakukan asesmen klinis
terhadap para pasiennya.
Dalam pengukuran kepribadian, Tes Grafis muncul sebagai salah satu jenis tes kepribadian bentuk proyektif. Tes Grafis ini berkembang pada awal
abad 20, walaupun pada beberapa dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda tangan
dan coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Dalam bidang Grafologi, muncul tokoh penting seperti Goodenough, Machover, Moch, Kinget,
Wartegg dan yang lainnya. Bidang Grafologi ini terus berkembang hingga saat ini, untuk mengungkap proyeksi dari grafis, baik dengan metode
kualitatif maupun kuantitatif.
1. Draw A Man/Draw A Person

3
Ada dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu:
A. Berdasarkan Teori Goodenough-Harris. Tes Goodenough-Harris mengungkap kemampuan IQ, dengan dasar bahwa sebelum orang
dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah menggambar atau melakukan coretan. Tes ini meminta subjek untuk menggambar figur
manusia, karena adanya asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari suatu objek adalah bentuk manusia dan semenjak dini individu sudah
seringkali menggambar orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek lain. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan
karena adanya proses mental berdasarkan perkembangan intelektual.
Menurut Goodenough, gambaran anak kecil terkait erat antara konsep perkembangan mental dan kemampuan intelegensi secara umum. Goresan
atau coretan anak lebih menunjukkan ekspresi diri dibandingkan keindahan. Gambar yang dibuat cenderung apa yang diketahui dan bukan apa yang
dilihat. Aspek-aspek yang ada pada tes ini antara lain adalah : kepala, kaki, tangan, tubuh, bahu, leher, muka, telinga, kening, mata, bulu mata, pupil,
dagu, hidung, mulut, bibir, lubang hidung, rambut, pakaian, bagian-bagian pakaian, jari, lengan, tumit, dll.
B. Berdasarkan teori Machover (1949). Versi Machover lebih mengungkap kondisi psikis berdasarkan teori psikoanalisa. Machover
berasumsi bahwa individu menggambar orang adalah cerminan atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang melatarbelakangi. Ada aspek yang
dapat diinterpretasikan dari hasil coretan, yaitu : Cara subjek menggambar, posisi gambar, tekanan, arsiran atau bayangan bentuk gambar, detil,
penyimpangan dan penggabungan objek, ukuran.
2. Draw A Tree

Draw a Tree dikembangkan oleh Karl Koch. Materi yang digunakan dalam tes ini adalah kertas A4 80gr, pensil HB, alas menggambar yang licin dan
keras. Instruksi yang diberikan pada tes ini adalah ”Gambarlah pohon, kecuali pohon cemara, randu, kelompok palma, bambu”. Mengapa subjek
diminta menggambarkan pohon? Tanaman memiliki sistem terbuka, yaitu pertumbuhan yang menuju keluar. Segala sesuatu terjadi di permukaan,
dibentuk dibawah kulit dan ujung-ujung tunasnya. Keberadaan tanaman adalah gerakan hidup keluar, usaha menjauhi zone pertumbuhan pusat.
Hanya pohon yang memperlihatkan kondisi ini. Pohon tidak pernah berhenti berkembang, melainkan tumbuh sempurna, berbunga, berbuah
kemudian mati. Manusia merupakan sistem tertutup. Hidup fisik diarahkan kedalam. Semua organ sudah ada sejak awal.
Dalam tubuh semua organ diberi makanan (darah), sepanjang hidup. Dalam eksistensi manusia, segala sesuatu bergerak ke dalam dan dikendalikan
organ pusat. Gambar pohon yang dibuat manusia merupakan sekresi dari yang ada di dalam. Gerak keluar menjadi bentuk yang menyerupai
manusia, namun dengan sifat yang berbeda. Ini yang dikatakan sebagai proyeksi dari psyche. Dalam melakukan interpretasi gambar, perlu
diperhatikan usia dan latar belakang subjek. Kematangan usia menentukan bentuk objek yang digambar. Latar belakang subjek cenderung
berpengaruh dengan jenis pohon yang digambar.
3. House Tree Person

4
House Tree Person dikembangkan oleh JN, Buck dan WL Warren dari Western Psychological Services. Tes ini variasi dari tes DAP. Buck berasumsi
bahwa, selain manusia, pohon dan rumah juga memiliki arti simbolis. Pada tes ini, subjek diminta untuk membuat gambar bebas tanpa ukuran
berupa rumah, pohon, dan orang. Kinetic Drawing System for Family and School dikembangkan oleh HM. Knoff dan HT Prout dari Western
Psychological Services.
Tes ini ditujukan untuk anak-anak dan remaja. Pada tes ini, subjek diminta menggambar keluarganya yang sedang mengerjakan sesuatu. Setelah
gambar selesai, subjek diminta untuk : mengidentifikasi tiap anggota keluarga pada gambar itu ; mendeskripsikan apa yang dilakukan anggota
keluarga dalam gambar itu dan mengapa mereka melakukannya ; menjelaskan hubungan antar anggota keluarga itu. Prosedur ini dapat diterapkan
juga pada konteks sekolah.
4. WARTEGG (Drawing Completion Test)

Pada awalnya, tes ini dikembangkan oleh Krueger dan Sander dari Leipzig University dengan paham Ganzheit Psychologie atau Wholistic
Psychology atau Psikologi Gestalt. Kemudian, pengembangan selanjutnya dilakukan oleh Ehrig Wartegg dan Kinget. Tes Wartegg yang sering
disajikan di Indonesia merupakan versi dari Kinget. Tes ini terdiri empat deret kotak di bagian atas dan empat deret kotak di bagian bawah dengan
ukuran 1,5 x 1,5 inchi. Masing-masing kotak terdiri dari pola tertentu berupa titik, garis lengkung, garis kaku. Kinget berasumsi bahwa delapan
stimulus dapat memberi sarana bagi subjek untuk melakukan eksplorasi terhadap berbagai nilai yang relevan.
Dengan demikian, tester dapat melakukan diagnosa dari respon subjek. Sander menyatakan bahwa goresan dapat menunjukkan empat aspek.
Pertama, Emosi. Emosi terbagi dua yaitu terbuka (outgoing) dan tertutup (seclusive). Kedua, Imajinasi. Imajinasi Kombinasi didasarkan pada
persepsi dan penerimaan berbagai hubungan realitas yang ada. Imajinasi Kreatif didasarkan pada tidak adanya hubungan antara realitas dengan
fantasi pribadi. Ketiga, Intelektual. Inteligensi Praktis menekankan pada pola pikir sistematis, fakta, dan realitas konkret. Inteligensi Spekulatif
menekankan pada prinsip. Keempat, Aktivitas. Aktivitas Dinamis menunjukkan individu siap mengeksplorasi dan antusias untuk pemenuhan
kebutuhan diri. Aktivitas Terkontrol menunjukkan subjek lebih stabil dalam setiap pilihan dan tindakan.
2.2 Pengertian Tes Proyektif
Psikologi proyeksi merupakan dasar dari berbagai bentuk proyeksi termasuk tes proyektif yang bersifat verbal maupun non verbal. Istilah proyeksi
pertama kali dikemukakan oleh Frued pada awal tahun 1894 pada tulisan “The Anxiety Neurosis” yang mengatakan bahwa “Jiwa manusia memiliki

5
potensi untuk mengembangkan kecemasan yang neurotis disaat dirinya merasa tidak mampu mengatasi rangsangan atau gairah seksual.” Hal itu
diartikan bahwa jiwa bertindak seolah-olah telah memproyeksikan gairah ke dalam dunia luar. (Diah & Cahyaning, 2019)
Pada tahun 1896 dalam tulisan "On the Defense Neuropsychosis" Freud menyampaikan elaborasi lebih jauh mengenai konsep proyeksi. Secara
eksplisit Freud mengatakan bahwa proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar dorongan-dorongan perasaan dan sentimen yang ada pada diri
individu atau dunia luar sebagai proses yang sifatnya defensif dan individu tidak menyadari fenomena terjadi pada dirinya ini.
Konsep proyeksi ini serupa dengan konsep kompensasi dari Adler (Prinsip inferioritas dan kompensasi). Sejak lahir manusia memiliki kelemahan
namun manusia tidak putus asa dengan cara melakukan konpensasi untuk menutupi kelemahannya.
Healy et al., (1959) mendefinisikan istilah proyeksi serupa dengan apa yang disampaikan oleh Freud yaitu proses defensif di bawah kekuasaan
prinsip kenikmatan. Ego akan melampiaskan terus-menerus dorongan dan keinginan yang tidak disadari ke dunia luar karena bila muncul dalam
kesadaran akan menyakitkan dan membuat ego menjadi tercela untuk itu orang melakukan proyeksi.
Tes proyektif adalah alat ukur kepribadian yang di dalam mengungkap kepribadian seseorang menggunakan media atau materi sebagai tempat
untuk membuat adanya dorongan, perasaan ataupun sentimen pada seseorang tersebut. Proyeksi juga merupakan suatu proses pelampiasan
dorongan, perasaan dan sentimen seseorang yang keluar melalui suatu media sebagai suatu mekanisme pertahanan diri, proses tersebut terjadi
tanpa di sadari oleh yang bersangkutan. Tes proyektif sendiri mempunyai dua macam tes, yaitu yang berbentuk verbal maupun non verbal.
Tes proyektif verbal yaitu tes proyektif yang mana materi nya memberikan reaksi subyek dan instruksinya menggunakan bahasa yang dapat di
mengerti, sehingga dalam tes ini diwajibkan kemampuan bahasa (contohnya SSCT dan EPPS). Tes proyektif nonverbal adalah tes proyektif yang
memakai bahasa hanya instruksinya metode evaluasi psikologis yang menggunakan stimuli nonverbal, seperti gambar, gambaran, atau situasi untuk
mengungkapkan atau mengevaluasi pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Metode ini dirancang untuk menggali aspek-aspek yang mungkin sulit
dinyatakan secara verbal oleh individu.
Salah satu metode untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi anak tunarungu, yaitu metode pengumpulan bahan yang berupa hasil karya
menggambar (Endang Supartini & Purwandari: 2001). Anak-anak pada umumnya dapat menggambar dan senang menggambar. Gambaran yang
dibuat dapat berupa benda benda mainan, binatang, pemandangan atau orang. Biasanya mereka menggambar objek objek yang sesuai dengan
keinginan atau harapan anak, karena menggambar termasuk salah satu metode pengumpulan bahan yang digunakan untuk mengetahui keadaan
psikologis anak.(Supartini E, 2005)
2.3 Jenis-jenis tes proyektif
Berisi pembahasan mengenai sub-materi kedua yang dipertanyakan dalam rumusan masalah kedua.
Tes proyektif mempunyai dua jenis tes, yaitu tes proyektif verbal dan tes proyektif non verbal. Tes proyektif verbal meliputi SSCT dan EPPS, Tes
Kepribadian Saks Sentence Completion Test (SSCT) adalah salah satu jenis tes proyektif yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian,
yang dapat menampakkan diri individu dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi terhadap lingkungan, Edwards Personal Preference
Schedule atau yang lebih dikenal dengan singkatan EPPS merupakan tes kepribadian yang bersifat verbal dengan menggunakan metode forced
choice.
Berikut adalah tes yang sering digunakan dalam psikologi (Nonverbal)
1. Tes TAT (Thematic Apperception Test): Tes ini menggunakan gambar-gambar yang ambigu untuk mengungkap motif, nilai, dan
keadaan emosi yang sulit diungkapkan dalam situasi biasa.

2. Tes Rorschach: Tes bercak tinta ini bertujuan untuk mengungkap aspek kepribadian, termasuk aspek intelektual, emosi, dan fungsi ego.

6
3. Tes Bender Gestalt: Tes ini menggunakan gambar-gambar geometris yang harus diulang oleh individu.

4. Tes VMI (Visual Motoric Integration): Tes ini digunakan untuk mengukur kematangan visual motorik pada anak-anak pra sekolah dan
anak berkebutuhan khusus.

5. Tes SSCT (Sentence Stem Completion Test): Tes ini menggunakan kalimat-kalimat yang tidak lengkap dan meminta individu untuk
melengkapinya.
(Berupa goresan tangan)
1. Gravis
2. VMI
Berikut contoh tes VMI.

7
3. Bender Gestalt
(Contoh Stimulus Tes Gestalt)

(Contoh hasil test


Gestalt)
(Berupa bercak tinta)
1. Holtzman Inkblot
Technique.
Berikut adalah tes yang
sering digunakan
dalam psikologi
(Verbal).
1. SSCT

8
Tes proyektif yang menggunakan bahasa dan bersifat asosiasi bebas.
Mengungkap 4 aspek : Sikap subjek terhadap keluarga.
Sikap subjek terhadap seks.
Sikap subjek terhadap hubungan interpersonal.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Tes proyektif merupakan metode psikologis yang mengungkapkan aspek-aspek tertentu dari kepribadian seseorang, seperti minat, motivasi, dan
nilai-nilai. Tes ini sering digunakan dalam pemilihan karir, konseling, dan penelitian psikologi. Meskipun tes proyektif memberikan wawasan yang
berharga, tes tersebut memiliki keterbatasan seperti rentan terhadap interpretasi dan manipulasi subjektif. Singkatnya, tes proyektif memberikan
wawasan yang berharga, namun penggunaannya harus dipertimbangkan secara hati-hati dan
Tes proyektif merupakan metode psikologis yang mengungkapkan aspek-aspek tertentu dari kepribadian seseorang, seperti minat, motivasi, dan
nilai-nilai. Tes ini sering digunakan dalam pemilihan karir, konseling, dan penelitian psikologi.
Meskipun tes proyektif memberikan wawasan yang berharga, tes tersebut memiliki keterbatasan seperti rentan terhadap interpretasi dan manipulasi
subjektif. Singkatnya, tes proyektif memberikan wawasan yang berharga, namun penggunaannya harus dipertimbangkan secara hati-hati.
Penggunaan metode dan teknik proyeksi hanya terbatas sekitar bidang psikologi klinis. Dengan pengembangan ilmu-ilmu lainnya dan aplikasi
teknologi, maka kini metode dan teknik proyeksi sudah meluas di lapangan ilmuwan pengetahuan dan praktis lainnya.
Pelaksanaannya tidak lagi terbatas pada pemberian secara individual namun jika jarang pula terlaksana terhadap beberapa orang sekaligus atau di
dalam kelompok yang lebih besar.
Penggunaannya pun sudah meluas di lingkup psikologi anak, remaja, sosial organisasi, dan industri. Yang terakhir ini cukup banyak digunakan pada
tujuan assessment seleksi pelatihan maupun untuk salah satu tujuan terapi lainnya.
Di Indonesia, penggunaan sudah sangat meluas antara lain untuk tujuan seleksi diangkat Bersenjata, di bidang pendidikan dan beberapa lapangan
pekerjaan baik untuk tujuan seleksi rekrutmen ataupun promosi, pelatihan tertentu serta tujuan khusus lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Diah, K., & Cahyaning, S. (2019). Dasar teoritis psikologi proyektif. UMM PRESS.

Supartini E. (2005). Tes Menggambar Orang Untuk Mendiagnosis Psikologis Anak Tunarungu. In Jurnal Pendidikan Khususu (Vol. 1, Issue 2, pp. 1–

14).

Ismail, A. (2022). Validity and reliability test for the questionnaire: The role of the existence of pharmacists on pharmaceutical services in public

perceptions. Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2022, 7(1), 11–16.

K, D., & S, C. (2019). Pengantar Psikologi Proyektif. UMMPress. https://books.google.co.id/books?id=k_5wEAAAQBAJ

Nastati, D. D. N. (2018). Buku Ajar Thematic Apperception Test & Children Appreception Test (Pengantar dan Manual Penggunaan).

9
10

Anda mungkin juga menyukai