Anda di halaman 1dari 20

PENGGUNAAN DATA, METODE PENELITIAN & ALAT

UKUR DALAM PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Psikologi Kepribadian 1

Dosen Pengampu:
Liany Luzvinda, M.Si

Oleh:
Kelompok 2
Muhammad Daffa Purnama Sonita NIM. 11220700000232
Nabila Devara Roselita NIM 11220700000228
Nimah Maftuchah NIM 11220700000223
Falinka Ahsana Ulya NIM. 11220700000132
Salma Adz-dzikra Nur Azizah NIM. 11220700000047

KELAS D
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Penggunaan Data, Metode
Penelitian dan Alat Ukur Dalam Psikologi Kepribadian” dapat kami selesaikan dengan
baik.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami
ibu Liany Luzvinda, M.Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Kepribadian 1 yang
telah memberikan bimbingan serta arahannya. Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Makalah yang berjudul “Penggunaan Data, Metode Penelitian dan Alat Ukur Dalam
Psikologi Kepribadian” ini dalam pembuatannya masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya. Penulis juga
berharap semoga tujuan penulisan makalah ini dapat terwujud dan bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang Selatan, 13 September 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Mengenal Penelitian Ilmiah dalam Psikologi Kepribadian ...................................... 3

B. Teknik Pengukuran Kepribadian ............................................................................... 4

C. Bias Pengukuran ........................................................................................................... 8

D. Macam-macam Pengukuran Kepribadian ................................................................. 9

E. Psikologi Kepribadian Pra-Ilmiah ............................................................................ 11

F. Rancangan Penelitian Kepribadian .......................................................................... 12

G. Etika Pengetesan Kepribadian .................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia psikologi kepribadian, penggunaan data, metode penelitian, dan


alat ukur sangat penting untuk memahami karakteristik individu dan mengembangkan
teori-teori psikologis yang berhubungan dengan kepribadian.
Penggunaan data dalam psikologi kepribadian dapat berasal dari berbagai
sumber seperti hasil wawancara, tes psikologi, dan studi kasus. Data ini kemudian
diolah dengan menggunakan metode penelitian yang tepat untuk menghasilkan
informasi yang valid dan reliabel mengenai kepribadian individu atau kelompok.
Metode penelitian yang sering digunakan dalam psikologi kepribadian antara
lain observasi, eksperimen, dan studi kasus. Observasi berguna untuk memperoleh data
mengenai perilaku, ekspresi, dan interaksi sosial individu. Eksperimen digunakan untuk
menguji hipotesis dan mengidentifikasi hubungan antara variabel-variabel tertentu
dengan kepribadian. Studi kasus berguna untuk mempelajari kasus-kasus individu
dengan detail dan mendalam.
Alat ukur dalam psikologi kepribadian juga sangat penting karena dapat
menghasilkan data yang konsisten dan dapat diandalkan. Beberapa contoh alat ukur
yang digunakan dalam psikologi kepribadian adalah Big Five Personality Inventory,
Myers-Briggs Type Indicator, dan Minnesota Multiphasic Personality Inventory.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang penggunaan data, metode
penelitian, dan alat ukur dalam konteks psikologi kepribadian. Makalah ini akan
membahas pentingnya penggunaan data, metode penelitian, dan alat ukur yang tepat
untuk memahami dan menjelaskan karakteristik kepribadian individu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penelitian ilmiah dalam psikologi kepribadian?


2. Apa saja teknik pengukuran kepribadian?
3. Apa itu bias pengukuran?
4. Apa saja jenis-jenis pengukuran kepribadian?
5. Bagaimana psikologi pra-ilmiah?
6. Bagaimana rancangan penelitian kepribadian?

1
7. Bagaimana etika pengetesan kepribadian?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang penelitian ilmiah dalam psikologi kepribadian.


2. Untuk memahami tentang teknik pengukuran kepribadian.
3. Untuk mengetahui apa itu bias pengukuran.
4. Untuk memahami jenis-jenis pengukuran kepribadian.
5. Untuk mengetahui bagaimana psikologi pra-ilmiah.
6. Untuk mengetahui rancangan penelitian kepribadian.
7. Untuk memahami etika pengetesan kepribadian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Penelitian Ilmiah dalam Psikologi Kepribadian

Psikologi kepribadian dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah yang


mempelajari kekuatan psikologis yang membuat seseorang menjadi unik. Definisi ini
menjelaskan bahwa psikologi kepribadian memiliki fokus pada aspek-aspek psikologis
yang mempengaruhi kepribadian seseorang, seperti pola pikir, perasaan, dan perilaku.
Dalam psikologi kepribadian, para ahli berusaha untuk memahami bagaimana faktor-
faktor seperti lingkungan, genetika, dan pengalaman hidup mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang. Dengan mempelajari psikologi kepribadian, kita
dapat memahami lebih dalam tentang diri kita sendiri dan orang lain, serta memperoleh
wawasan yang lebih baik tentang bagaimana kita dapat berinteraksi dengan orang lain
secara lebih efektif (Friedman & Schustack, 2016).
Definisi lain dari psikologi kepribadian adalah susunan yang berubah-ubah
dalam diri seseorang dari berbagai sistem psikofisik yang mempengaruhi perilaku dan
cara berpikir yang spesifik. Hal itu menunjukkan menunjukkan bahwa psikologi
kepribadian melibatkan aspek yang kompleks dan terus berubah. Oleh karena itu,
memahami psikologi kepribadian merupakan hal yang penting dalam rangka
mengoptimalkan potensi individu (Allport, 1961).
Walter Mischel adalah salah satu tokoh yang membahas tentang penelitian
ilmiah dalam psikologi kepribadian. Ia memiliki pengalaman bekerja dengan para
pionir dalam bidang ini, seperti George Kelly, Jules Rotter, Gordon Allport, Henry
Murray, dan David C. McClelland. Mischel juga sangat berterima kasih kepada para
kolega dan mahasiswanya yang telah membuat bidang psikologi menjadi menarik bagi
dirinya selama lebih dari setengah abad (Mischel, W., Shoda, Y., & Ayduk, O. 2008).
Tujuan penelitian ilmiah dalam psikologi kepribadian adalah untuk memberikan
wawasan tentang kekuatan psikologis yang membuat orang menjadi unik. Penelitian
ini dilakukan melalui pengamatan sistematis tentang bagaimana dan mengapa individu
berperilaku seperti yang mereka lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami
sifat dasar dari diri manusia, termasuk aspek-aspek seperti kesadaran bawah sadar,
pengalaman masa lalu, dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian
seseorang (Friedman & Schustack, 2016).

3
B. Teknik Pengukuran Kepribadian

1. Reliability (Reliabilitas)
a. Reliabilitas Konsistensi Internal

Keandalan Tes kepribadian biasanya ditentukan dengan dua


cara. Pertama, derajat konsistensi diukur dengan melihat apakah
subbagian atau bagian yang setara dari suatu tes menghasilkan hasil
yang sama. Misalnya, kita mungkin membagi tes kertas dan pensil
menjadi dua dan kemudian menghitung reliabilitasnya dengan
menemukan korelasi antara dua bagian (kapan tes tersebut diberikan
kepada sejumlah orang). Kami harapkan separuh tes memiliki korelasi
yang tinggi; Misalnya, orang yang mendapat nilai tertinggi pada paruh
pertama tes juga harus mencetak skor sangat tinggi di babak kedua. Ini
disebut keandalan konsistensi internal. Dalam ukuran karisma ACT,
skor pada berbagai item cenderung serupa, meskipun tidak identik.
Konsistensi internal seringkali diukur dengan statistik disebut koefisien
alpha Cronbach. Kita bisa memikirkan alfa sebagai rata-rata dari semua
kemungkinan koefisien korelasi split-half. Pengukuran menjadi lebih
konsisten dan stabil saat kita berulang kali mengambil tindakan yang
relevan (Rosenthal and Rosnow, 1991). Secara statistik artinya internal
konsistensi adalah fungsi dari jumlah item dan mereka tingkat korelasi.
Dalam menyusun tes kepribadian, kami ingin menambahkan item yang
relevan hingga skor total menjadi sangat stabil. Tapi kami tidak ingin
menambahkan begitu banyak item itu ujian menjadi berat atau
membosankan. Dalam ujian yang akan terjadi digunakan secara luas,
koefisien konsistensi internal keandalan umumnya harus sekitar 0,80.
Terkadang masalah konsistensi terjadi pada pakar kami pengamat.
Dalam kasus Tes Bajak Laut baru kami, kami menginginkannya
pengamat kami untuk menyetujui penilaian mereka. Biasanya sekitar
jam 12 pengamat cukup untuk mencapai konsistensi yang tinggi.

b. Reliabilitas tes ulang

4
Ukuran kedua dari reliabilitas melibatkan tingkat konsistensi
instrumen pada kesempatan yang berbeda. Artinya, orang yang ekspresif
atau teliti pada hari Senin harus mendapat skor yang sama Kamis. Dalam
mengembangkan ACT, peneliti melakukan pengukuran orang yang
sama dua kali, dengan jarak dua bulan. Gagasan ini tentang stabilitas
temporal disebut reliabilitas tes-tes ulang. Ujian- keandalan tes ulang
ACT adalah sekitar 0,90. Namun, dalam jangka waktu yang singkat,
skor ACT tetap sama ada beberapa kesalahan pengukuran. Ketika
reliabilitas konsistensi internal dan reliabilitas tes-tes ulang tinggi, kami
tahu bahwa kita sedang mengukur sesuatu yang nyata kita mempunyai
tes kepribadian yang dapat diandalkan. Tentu kita ingin bisa
memperhitungkan hal itu orang dapat berubah seiring berjalannya
waktu. Sistem biologis kita dewasa dan bertambahnya usia, kita
dibentuk oleh pengalaman, yang kita peroleh wawasan tentang diri kita
sendiri dan orang lain, serta situasi kita menghadapi perubahan seiring
berjalannya waktu. Jadi masuk akal kepribadian itu mungkin berubah
juga. Ini bukan masalah untuk mengukur berat badan kita semua terlalu
sadar bahwa berat badan kita berfluktuasi kita diet atau makan
berlebihan.

Tapi kepribadian menurut definisi diasumsikan menjadi cukup


stabil. Semua ini memberikan kita tantangan teoritis dan pengukuran
yang signifikan: Bagaimana kita dapat memiliki penilaian kepribadian
yang andal (stabil) jika kepribadian mungkin berubah? Ada dua macam
jawaban canggih untuk ini tantangan. Pertama, seperti ditekankan
berulang kali oleh Allport, kepribadian terdiri dari pola-pola yang secara
dinamis mengarahkan aktivitas. Meskipun aktivitas seseorang tertentu
dan sehari-hari tanggapan dapat berubah, pola dasar yang mendasarinya
masih relatif stabil. Faktanya, dimensi temporal (waktu) harus
dimasukkan dalam banyak studi tentang kepribadian; yaitu, kita harus
memastikan pola perilaku individu respon dari waktu ke waktu (Larsen,
1989). Pola yang konsisten sering muncul. Misalnya, jika seseorang
dengan gangguan bipolar mengalami siklus antara manik dan depresi,
hal ini akan terjadi bukanlah masalah keandalan jika kita

5
mempertimbangkan kepribadiannya menjadi manik-depresif. Jika kita
tidak memeriksa polanya Namun, pada waktunya, kita mungkin
menyimpulkan (secara keliru) bahwa kita pengukurannya tidak dapat
diandalkan pertama orang tersebut tampak seperti manik dan kemudian
depresi.

Jawaban kedua terhadap tantangan kepribadian perubahan


adalah membiarkan kepribadian itu berubah seiring berjalannya waktu
jangka panjang (atau setelah trauma besar) dan mengharapkan stabilitas
kepribadian hanya dalam jangka waktu yang lebih pendek, mungkin
beberapa bertahun-tahun. Misalnya saja, akan berguna jika kita
mempunyai sistem yang dapat diandalkan pengukuran ekstroversi pada
usia 16 tahun jika mengidentifikasi itu sifat membantu kami memahami
perilaku seseorang di perguruan tinggi dan masa dewasa muda. Jika
orang tersebut kemudian menjadi introvert setelah bertahun-tahun,
belum tentu itu masalah untuk keandalan. Sebenarnya, ini mungkin
menarik fenomena tersendiri: Mengapa ada orang ekstrovert menjadi
lebih introvert? Mempelajari dan mengukur kepribadian selalu
melibatkan trade-off seperti ini. Mengukur sistem biologis sadar
(manusia) tidaklah seperti itu mengukur kuantitas fisik seperti tinggi dan
berat badan. Orang tumbuh dan berubah, dan bahkan pola dasar mereka
berubah merespons dapat berubah.

2. Validity (Validitas)
a. Validitas Konstruk

Validitas konstruk dipastikan dengan melihat apakah penilaian


memprediksi perilaku dan reaksi yang tersirat (secara teoritis) oleh
konstruk. Orang yang karismatik harus melakukannya lebih dari nilai
tinggi pada ukuran kertas dan pensil. Mereka harus terlibat dalam
kegiatan karismatik tertentu, dan mereka harus menunjukkan pola
tanggapan tertentu terhadap orang lain Pengukuran. Misalnya,
mereka harus lebih ekstrover daripada introvert. Validasi konstruk
adalah proses yang berkelanjutan dan melibatkan menunjukkan
bahwa (1) penilaiannya benar terkait dengan apa yang secara teori

6
seharusnya dikaitkan—ini adalah disebut validasi konvergen; dan (2)
penilaiannya tidak terkait dengan apa yang seharusnya tidak
dikaitkan—ini disebut validasi diskriminan (Campbell, 1960;
Campbell & Fiske, 1959). Jika ACT dikaitkan dengan skala
ekstroversi (seperti itu seharusnya), maka itu adalah bukti validitas
konvergen. Jika ACT terkait dengan intelijen (yang tidak
seharusnya), maka hal itu akan menjadi bukti bahwa undang-undang
tersebut kurang memiliki validitas diskriminan. Pada akhirnya,
validasi konstruk adalah sebuah proses yang erat terkait dengan
pengembangan teori. Hanya teori yang bisa memberi tahu kita apa
itu konstruksi kepribadian kita harus dan tidak boleh berhubungan.
Perkembangan teori dalam ilmu-ilmu sosial terkenal kompleks.

Teori adalah fungsi dari banyak asumsi dan banyak entitas


yang sulit diukur. Paradoksnya, teori tersebut menginformasikan
penilaian dan penilaian pada gilirannya menginformasikan teori
tersebut. Kita mulai dengan gagasan tertentu tentang kepribadian,
dan saat kita mengukur kepribadian, kita menyempurnakan
kepribadian kita teori. Inilah sebabnya mengapa penilaian
merupakan tema yang berulang kursus apa pun tentang kepribadian.
Misalnya, ACT awalnya bertujuan untuk mengukur ekspresi
nonverbal, namun sebagai Semakin banyak yang dipelajari, semakin
jelas bahwa ACT adalah a ukuran karisma pribadi yang baik.
Misalnya, penjual Toyota nomor satu di Amerika Serikat mencetak
gol sangat tinggi di ACT.

Bagaimana jika kita membuat tes kecerdasan kertas dan pensil


singkat yang berkorelasi baik dengan tes kecerdasan kertas dan
pensil lainnya tes kecerdasan, tapi kami tidak pernah peduli untuk
mengetahui apakah itu benar atau tidak skor terkait dengan
kemampuan pemecahan masalah di dunia nyata? Untuk
menunjukkan validitas tes kami, kami juga harus menunjukkannya
pengujian kami berkaitan dengan kriteria hasil yang diharapkan cara,
menggunakan metode penilaian yang berbeda. Hal ini terkadang

7
disebut validitas terkait kriteria apakah ukuran yang kita prediksi
akan melebihi kriteria Misalnya, ACT memprediksi siapa yang akan
menjadi pemimpin sebagaimana mestinya. Karena validasi uji
kepatutan melibatkan penilaian yang beragam sifat-sifat dan
memanfaatkan beberapa metode penilaian, pendekatan validasi
disebut perspektif multitrait-multimetode (Campbell & Fiske, 1959).

b. Validitas Isi
Validitas isi mengacu pada apakah tes mengukur domain yang
seharusnya ukur. Misalnya, sebuah tes mungkin tampak mengukur
kemampuan kreatif, namun sebenarnya hanya mengukur
kemampuan artistik dan mengabaikan kemampuan musikal,
kemampuan menulis, dan aspek kemampuan kreatif lainnya. Dalam
mengumpulkan barang untuk ACT, kami mengumpulkan berbagai
karakteristik yang tampaknya relevan untuk memiliki gaya yang
sangat ekspresif. Item yang tidak dapat diandalkan dan item yang
ambigu dibuang, namun skala terakhir mencakup item tentang
ekspresi nonverbal (seperti sentuhan dan tawa serta ekspresi wajah),
tentang akting, tentang hubungan sosial (seperti perilaku di pesta),
dan tentang ekspresif interpersonal komunikasi (seperti memberikan
pandangan yang menggoda). Itu ACT mencoba menangkap banyak
dimensi konten karisma pribadi.

C. Bias Pengukuran

Salah satu masalah paling pelik dalam penilaian kepribadian melibatkan potensi
bias dalam pengukuran dan penilaian. Ada tiga sumber bias menurut buku Personality:
Classic theories and modern research, yaitu bias etnis, bias gender, dan set respons.

1. Bias Etnis
Seperti disebutkan, salah satu jenis bias tes yang paling umum adalah
bias etnis. Seringkali, pengujian gagal memperhitungkan budaya atau
subkultur yang relevan dari orang yang diuji; teori dan ukuran yang

8
dikembangkan dalam satu budaya adalah diterapkan secara tidak benar pada
budaya lain.

2. Bias Gender
Katakanlah kita sedang mengembangkan tes baru terhadap
ekstroversi, dan hasil awal skala kami menunjukkan bahwa perempuan
skornya lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Apa yang kita lakukan? Apakah
kita membuangnya item-item yang mana perempuan mendapat skor lebih
tinggi, sehingga “menyamakan” skornya? Kita mungkin melakukan hal ini
jika kita mempunyai alasan teoritis yang kuat untuk berasumsi bahwa laki-
laki dan perempuan adalah setara terbuka. Namun biasanya kita tidak
mempunyai teori seperti itu alasan; kita hanya punya prasangka. Kami
menyesuaikan tes skor agar sesuai dengan prasangka kita. Jadi, tipe umum
kedua bias tes adalah bias gender.

3. Responses Sets
Kumpulan respons adalah bias yang tidak terkait dengan karakteristik
kepribadian yang diukur. Salah satu cara untuk melawan bias ini adalah untuk
menggunakan penilaian terbalik. Dalam menilai ACT, misalnya, item 2, 5, 6,
8, 9, dan 11 (Tabel 2.1) dituliskan dalam arah sebaliknya. Setuju dengan butir-
butir tersebut menunjukkan kurangnya ekspresi. Kata-kata terbalik dilakukan
untuk memerangi satu set respons persetujuan. Beberapa orang lebih mungkin
mengalaminya daripada orang lain untuk menyetujui apa pun yang Anda
tanyakan kepada mereka. Jadi, di menangani rangkaian respons persetujuan,
penting untuk disertakan item yang kata-katanya berlawanan arah.

D. Macam-macam Pengukuran Kepribadian

1. Wawancara
Sumber informasi yang berharga dalam penelitian adalah wawancara, di

mana terjadi pertukaran verbal antara peserta dan pemeriksa. Wawancara ini lebih

disukai oleh pekerja di bidang Psikodinamika-Motivasi dan mereka yang berfokus

pada Fenomenologi. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu yang terstruktur dengan

ketat dan formal. Namun, wawancara ini memiliki beberapa kelemahan, seperti

9
mahalnya biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya, serta kesulitan

dalam memberikan kode atau skor karena sulit untuk menjalankannya secara

konsisten dengan berbagai individu. Oleh karena itu, banyak peneliti lebih memilih

untuk menggunakan berbagai tes standar, terutama pada tahap awal perkembangan

bidang ini, yang sering berbentuk penilaian dan laporan diri.

2. Tes dan Laporan Mandiri


Tes adalah alat pengukuran perilaku yang telah diatur standarnya, termasuk
perilaku verbal. Banyak tes yang mengambil bentuk laporan diri, yang merujuk
pada pertanyaan yang diajukan kepada individu tentang diri mereka sendiri.
Individu diminta untuk merespons serangkaian pertanyaan atau item dengan
memilih salah satu opsi yang telah ditentukan sebelumnya (seperti “ya,” “tidak,”
“sangat setuju,” “sering,” “tidak tahu”), mirip dengan pilihan ganda dalam tes
akademis. Laporan diri memberikan cara yang cepat untuk mendapatkan informasi
yang dapat diungkapkan oleh individu yang bersedia.

3. Tindakan Proyektif
Tes proyektif pertama kali dikembangkan lebih dari 60 tahun yang lalu dan
masih tetap digunakan secara luas dalam penggunaan klinis. Metode ini melibatkan
pemberian pertanyaan yang ambigu kepada individu yang diuji, yang tidak
memiliki jawaban yang benar atau salah. Sebagai contoh, penilai dapat bertanya
kepada mereka, “Apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika melihat gambar ini?”
dengan gambar yang sangat ambigu sebagai rangsangan. Tindakan semacam ini
memiliki signifikansi teoritis yang besar, terutama dalam konteks pekerjaan di
bidang Psikodinamika-Motivasi.

4. Observasi Naturalistik dan Pengambilan Sampel Perilaku


Sama seperti astronom yang tidak dapat mengontrol gerakan benda-benda
langit, psikolog seringkali tidak memiliki kemampuan atau tidak diperbolehkan
untuk mengendalikan sebagian aspek perilaku manusia. Sebagai contoh, seseorang
tidak dapat dan tidak akan menciptakan lingkungan di rumah yang secara sengaja
membuat anak-anak berperilaku nakal atau memicu konflik dalam pernikahan.
Walaupun fenomena semacam itu tidak bisa dimanipulasi, mereka seringkali dapat
diamati secara cermat dan sistematik.

10
Bahkan ketika beberapa variabel dapat dimanipulasi dalam eksperimen,
peneliti seringkali lebih memilih untuk mengamati perilaku yang terjadi secara
alami, tanpa campur tangan ilmiah. Metode yang digunakan dalam hal ini disebut
observasi naturalistik dan sering memberikan wawasan yang sangat berguna.
Dalam konteks aplikasi klinis, pengamatan dapat memberikan kesempatan
bagi klien dan penilai untuk memahami masalah kehidupan dan menentukan tujuan
pengobatan yang sesuai. Pengamatan langsung terhadap contoh perilaku juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas berbagai prosedur perawatan.
Sementara observasi adalah metode yang umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam konteks ilmiah, pengamatan dilakukan dengan
cermat, subjektif, dan sistematis untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

E. Psikologi Kepribadian Pra-Ilmiah

Usaha-usaha yang bersifat pra ilmiah adalah sebagai berikut:


1. Chirologi
Dasar pemikiran ilmu gurat-gurat tangan ini adalah setiap individu
memiliki guratan tangan yang berbeda satu sama lain. Jika seseorang
mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dan karakteristik khusus
dalam guratan tangan, maka mereka akan dapat mengenali perbedaan dan
karakteristik khas dari individu tersebut. Namun dalam prakteknya,
seringkali orang hanya memperhatikan beberapa garis saja dan tidak
melakukan analisis yang lebih mendalam.
2. Astrologi
Dasar pemikiran dari ilmu perbintangan ini adalah keyakinan bahwa
alam semesta memiliki pengaruh terhadap manusia sejak lahir. Ketika
seseorang dilahirkan, posisi mereka terhadap benda langit tertentu dianggap
memiliki dampak pada karakter dan nasib mereka.
3. Grafologi
Sejarah ilmu grafologi atau ilmu tulisan tangan ini adalah ilmu yang
mempelajari antara tulisan tangan dan kepribadian individu. Ilmu ini
berkeyakinan bahwa setiap gerakan menulis mencerminkan ekspresi dari
kehidupan jiwa mereka. Melalui analisis tulisan dari berbagai aspek
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari penulisnya.

11
4. Physiognomy
Ilmu tentang wajah adalah pengetahuan yang berusaha untuk memahami
kepribadian seseorang berdasarkan ciri dari wajahnya. Ilmu ini
berkeyakinan bahwa terdapat keterkaitan antara tampilan fisik dan
karakteristik kepribadian individu.
5. Phrenologi
Pengetahuan ini bertujuan untuk memahami kepribadian seseorang
berdasarkan struktur tengkoraknya. Dasar pemikiran ilmu ini adalah bahwa
setiap fungsi atau kemampuan memiliki pusatnya sendiri di otak. Jika
kemampuan ini berada pada tingkat yang luar biasa, maka pusat di otak akan
berkembang secara proporsional yang mengubah bentuk otak dan
menyebabkan benjolan.
6. Onychologi
Usaha onkologi mempelajari kepribadian seseorang berdasarkan
kondisi kukunya. Kuku memiliki hubungan yang erat dengan sistem saraf
manusia. Warna dan bentuk kuku bisa menjadi dasar untuk mengetahui
kepribadian seseorang.

F. Rancangan Penelitian Kepribadian

1. Studi Kasus
Studi kasus dapat digunakan dengan berbagai penilaian terstruktur,
untuk wawasan yang lebih mendalam. Sebagai contoh, satu studi menguji
kepribadian luar biasa dari pelaut Dodge Morgan, yang berlayar sendirian
mengelilingi dunia dengan perahu kecil. Para peneliti menggunakan sumber
biografi dan autobiografi, termasuk wawancara, buku harian, dan kuesioner
kepribadian, untuk mempelajari narasi hidupnya dari masa kecil hingga akhir
perjalanannya (Nasby & Read, 1997). Namun, studi kasus seperti ini biasanya
digunakan untuk mengumpulkan gagasan dan hipotesis tentang kepribadian,
tetapi hipotesis tersebut memerlukan penelitian sistematis lebih lanjut untuk
menjadi ilmiah. Studi kasus tidak dapat dengan mudah digeneralisasi ke orang
lain, dan studi kasus juga tidak memberi kita banyak informasi tentang
hubungan sebab-akibat.

12
2. Studi Korelasional
Dalam studi korelasional, tingkat hubungan antara dua variabel
dievaluasi atau dinilai sejauh mana hubungan antara variabel tersebut dengan
mengumpulkan serangkaian hubungan antara variabel-variabel dan mana yang
terkait maupun tidak dengan yang lain. Namun, korelasi tidak memberikan
informasi tentang arah kausal hubungan. Sebagai contoh, korelasi tidak
memberi tahu apakah orang yang termotivasi untuk menjadi pemimpin yang
sukses mulai menggunakan gerakan ekspresif, atau apakah orang dengan
gerakan ekspresif dipilih untuk menjadi pemimpin, atau apakah baik
kepemimpinan maupun gerakan adalah hasil dari variabel ketiga yang
mendasarinya, seperti kecenderungan biologis untuk aktif dan mencari
rangsangan. Untuk memahami lebih banyak tentang pola-pola sebab-akibat,
diperlukan peralihan ke desain penelitian eksperimental dan quasi-
eksperimental.

3. Studi Eksperimental
Penelitian eksperimental dilakukan dengan merancang kondisi di mana
peneliti dapat mengubah satu atau lebih faktor dan kemudian mengukur
dampaknya terhadap variabel lain. Pendekatan ini memungkinkan peneliti
untuk menguji hipotesis tentang apakah faktor yang diubah adalah penyebab
atau peningkat perilaku tertentu. Jika dua atau lebih kelompok peserta yang
setara atau serupa diperlakukan secara identik dalam semua aspek kecuali
variabel yang sengaja diubah, dan jika perilaku kelompok tersebut berbeda,
maka perbedaan dalam perilaku tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh
faktor yang diubah. Metode paling konvensional dan valid untuk menganalisis
inferensi kausal adalah melalui perancangan eksperimen sejati (Campbell dan
Stanley, 1963). Dalam perancangan eksperimen sejati, subjek secara acak
ditempatkan dalam dua kelompok: kelompok perlakuan (yang akan menerima
perlakuan yang sedang diuji) dan kelompok kontrol (yang akan digunakan
sebagai acuan perbandingan), dan setelahnya kedua kelompok akan
dibandingkan untuk menarik kesimpulan.

13
G. Etika Pengetesan Kepribadian

Misalnya, meskipun tes mungkin berbahaya ketika mereka secara sembarangan


menegaskan perbedaan kepribadian yang dramatis di antara kelompok etnis,
(katakanlah, di antara orang Amerika-Asia).

Tujuannya untuk menemukan siswa yang benar-benar cukup cerdas tetapi


disalah artikan sebagai “bodoh” akibat dari masalah seperti gangguan pendengaran atau
bahasa. Tujuan Binet ini adalah untuk membantu mereka yang selama ini diabaikan
oleh masyarakat (Binet & Simon, 1916 dalam Friedman & Schustack, 2016).

Untuk membantu orang dengan masalah, diagnosis yang akurat dari masalah
mereka dan kekuatan mereka berguna. Pengujian yang adil dan valid dapat bermanfaat
bagi semua orang. Pengujian yang tidak akurat akan menjadi masalah besar jika
pengujian dilakukan untuk mengidentifikasi orang-orang yang kurang “layak”. Dalam
hal ini, bias merupakan hal yang sangat tragis. Pengujian yang adil dan valid dapat
berguna bagi semua orang dengan diagnosis yang akurat dari masalah mereka.

Peneliti mungkin saja tidak menyadari distorsi dalam datanya. Misalnya, tes
mungkin dirancang secara sah untuk menyaring pelamar kerja. Tetapi tes semacam itu
dengan mudah dapat menjadi bias (sengaja atau tidak sengaja) terhadap mereka yang
berasal dari kelompok yang secara tradisional kurang bekerja. Tes kepribadian dapat
dan telah digunakan secara tidak benar. Meskipun banyak penelitian yang dapat
disalahgunakan, tetapi banyak juga penelitian kepribadian tidak menggunakan
manipulasi semacam itu. Privasi peserta penelitian, menurut APA. Jika peserta
penelitian adalah anak-anak, pasien gangguan jiwa berat, atau orang lain yang tidak
dapat memberikan persetujuan yang benar terlibat. Begitu halnya untuk narapidana,
pedoman ketat juga berlaku untuk penelitian di penjara. Dalam penelitian yang
berhubungan dengan program rehabilitasi. Peneliti yang melanggar.

Masalah etika dan moral dalam psikologi tidak sederhana. Mereka sangat mirip
dengan yang dihadapi peneliti medis. Dalam beberapa kasus, satu-satunya cara untuk
menemukan pengetahuan penting tentang perilaku atau untuk mengembangkan teknik
baru untuk meningkatkan kesejahteraan manusia adalah dengan menipu peserta atau
memaparkan mereka pada situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Untuk
membantu peneliti menyeimbangkan potensi manfaat dengan risiko yang terlibat dan
untuk memastikan bahwa kesejahteraan peserta dilindungi. Jika studi yang diusulkan

14
dianggap dipertanyakan secara etis, atau jika hak, kesejahteraan, dan privasi pribadi
peserta tidak cukup dilindungi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi kepribadian dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah yang


mempelajari kekuatan psikologis yang membuat seseorang menjadi unik. Definisi ini
menjelaskan bahwa psikologi kepribadian memiliki fokus pada aspek-aspek psikologis
yang mempengaruhi kepribadian seseorang, seperti pola pikir, perasaan, dan perilaku.
Dalam buku personality: Classic theories and modern research terdapat dua
teknik pengukuran kepribadian yaitu Reliability (keandalan) dan Validity (validitas).
Reliability terbagi menjadi dua, yaitu Reliabilitas Konsistensi Internal dan Reliabilitas
Tes Ulang. Sama halnya dengan validitas yang terbagi menjadi dua, yaitu validitas isi
dan validitas konstruk.
Ada tiga sumber bias menurut buku Personality: Classic theories and modern
research, yaitu bias etnis, bias gender, dan set respons. Macam-macam pengukuran
kepribadian itu ada wawancara, tes dan laporan mandiri, tindakan proyektif, observasi
naturalistik dan pengambilan sampel perilaku.
Usaha-usaha psikologi yang bersifat pra-ilmiah diantaranya ada Chirologi,
Astrologi, Grafologi, phrenologi dan onychology. Rancangan penelitian kepribadian
terbagi menjadi tiga, yaitu studi kasus, studi korelasional dan studi eksperimental.
Meskipun tes mungkin berbahaya ketika mereka secara sembarangan
menegaskan perbedaan kepribadian yang dramatis di antara kelompok etnis,
katakanlah, di antara orang Amerika-Asia. Tujuannya untuk menemukan siswa yang
benar-benar cukup cerdas tetapi disalah artikan sebagai bodoh akibat dari masalah
seperti gangguan pendengaran atau bahasa. Tujuan Binet ini adalah untuk membantu
mereka yang selama ini diabaikan oleh masyarakat Binet Simon, 1916 dalam Friedman
Schustack, 2016. Untuk membantu orang dengan masalah, diagnosis yang akurat dari
masalah mereka dan kekuatan mereka berguna. Pengujian yang adil dan valid dapat
bermanfaat bagi semua orang. Pengujian yang tidak akurat akan menjadi masalah besar
jika pengujian dilakukan untuk mengidentifikasi orang-orang yang kurang layak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Allport, G. W. (1961). Pattern and growth in personality. New York: Holt, Rinehart and
Winston.
Friedman, H. S., & Schustack, M. W. (1999). Personality: Classic theories and modern
research (p. 576). Boston, MA: Allyn and Bacon.
Mischel, W., Shoda, Y., & Ayduk, O. (2008). Introduction to personality: Toward an
integrative science of the person. John Wiley & Sons.

17

Anda mungkin juga menyukai