Anda di halaman 1dari 21

Periode Pertengahan

dan Akhir Anak


(Middle and Late Childhood)

MK Psikologi Perkembangan
Ratna D. Suryaratri
Middle and Late Childhood
• Rentang usia  6 tahunsampai 11 tahun
(Santrock, 2007)
• Atau 6 sampai 13 tahun pada anak perempuan
dan sampai 14 tahun pada anak laki-laki
(Hurlock, 1995).
• “Usia sekolah”
• Hal penting:
– tumbuh kembang anak
– Prestasi
– pengendalian diri mereka mulai meningkat
(Hurlock, 1995 dan Santrock, 2007).
Middle and Late Childhood
• Pertumbuhan adalah berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan dimensi tingkat sel, organ,
maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang
dan keseimbangan metabolik.
• Misalnya dari berat badan 3 kilogram
menjadi 50 kilogram, terlihat secara kasat
mata.
Middle and Late Childhood
• Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan.
• Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi
sel tubuh, organ dan sistem organ sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
• Perkembangan emosi, kognitif (intelektual) dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Perkembangan Fisik
• Pertumbuhan lambat dan konsisten.
• Periode tenang sebelum pertumbuhan yang cepat
menjelang masa remaja.
• Perkembangan fisik:
– pertumbuhan otak, otot, sistem saraf, struktur tulang, hormon,
dan organ-organ panca indra
– berat anak-anak bertambah rata-rata 3,2 kg hingga 4 kg per
tahun. Berat meningkat terutama karena bertambahnya ukuran
sistem rangka dan otot serta ukuran beberapa organ tubuh.
– Massa dan kekuatan otot berangsur-angsur bertambah
– “gemuk bayi” (baby fat) berkurang
– Gerakan-gerakan dan lutut yang fleksibel (faktor keturunan dan
olahraga)
– anak laki-laki umumnya lebih kuat daripada anak-anak
perempuan.
Perkembangan Fisik
• Perkembangan fisiknya mulai tampak seimbang dan
proporsional.
• Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
• Motorik kasar  menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
– Contoh: duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dsb.
• Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
– Contoh: memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis, meronce dsb.
• Periode ini: perkembangan motoriknya menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi
• Harus terlibat secara aktif daripada pasif di dalam
kegiatan-kegiatan.
Perkembangan Kognitif
• Piaget (1976)  tahap operasional konkret (concrete operational
thought).
• Kemampuan mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
• Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir yaitu:
identifikasi (mengenali sesuatu); negasi (mengingkari sesuatu) dan
reprokasi (mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal).
• Ciri-ciri perkembangan kognitif:
– anak mulai meninggalkan sifat egosentris
– memecahkan masalah konkret
– mulai mengerti tentang suatu hubungan, misalnya ukuran, mengerti
kanan dan kiri
– anak dapat membuat alasan mengenai suatu hal, tetapi tidak dapat
membuat hipotesa mengenai apa kemungkinannya dan dengan
demikian tidak dapat berpikir mengenai masalah ke depan.
Perkembangan Kognitif
• Pada tahapan ini anak masih memerlukan
bantuan untuk mencerna informasi yang masuk,
dalam arti semakin konkret informasi itu, maka
semakin mudah dimengerti.
• Misalnya materi belajar klorofil, zat hijau daun,
dapat dibantu dengan alat peraga, seperti
disediakan daun-daun yang berwarna hijau
untuk memperlihatkan daun yang mengandung
klorofil, sedangkan daun yang berwarna kuning
tidak mempunyai klorofil.
Perkembangan Kognitif
• Pengulangan ialah suatu proses kontrol yang
meningkatkan memori dengan mengulang setelah
informasi disajikan.
• Para peneliti menemukan bahwa pengulangan yang
spontan meningkatkan terutama pada usia antara 5
hingga 10 tahun.
• Penggunaan organisasi juga meningkatkan memori.
Seperti pada pengulangan, anak-anak masa
pertengahan dan akhir anak-anak tampaknya cenderung
secara spontan mengorganisasikan informasi untuk
diingat dibandingkan dengan anak-anak yang masih di
usia masa awal anak-anak.
Perkembangan Kognitif
• Sifat-sifat anak mempengaruhi memori, banyak
sifat-sifat anak menentukan efektivitas memori.
Sifat-sifat ini meliputi sikap, motivasi, dan
kesehatan.
• Tetapi sifat yang paling diuji secara menyeluruh
adalah pengetahuan yang telah diperoleh oleh
anak sebelumnya (acquired knowledge).
• Pemantauan kognitif (cognitif monitoring) ialah
proses mengadakan pemeriksaan atas apa yang
sedang dikerjakan, apa yang akan dikerjakan
selanjutnya dan seberapa efektif kegiatan
mental berkembang.
Perkembangan Sosioemosional
• Interaksi anak dengan orangtua mengalami
penurunan, namun orangtua tetap menjadi
pelaku sosialisasi  penting
• Anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa di
luar keluarga dan lebih banyak berinteraksi
dengan sebaya.
• Beberapa kendali dialihkan dari orangtua
kepada anak, walaupun prosesnya bertahap dan
merupakan co regulation (aturan yang dibuat
bersama-sama) antara orangtua dan anak
(Maccoby dalam Santrock, 2007).
Perkembangan Sosioemosional
• Proses koregulasi : periode transisi antara kuatnya
kendali orangtua pada awal masa kanak-kanak dengan
berkurangnya pengawasan secara umum pada masa
remaja.
• Pada masa koregulasi ini, orangtua tetap harus:
– Memonitor, menuntun dan mendukung
– Menggunakan waktu secara efektif ketika mengadakan kontak
langsung dengan anak;
– Memperkuat kemampuan anak untuk memantau perilakunya
sendiri, mengadopsi standar-standar perilaku yang sesuai,
menghindari resiko-resiko yang membahayakan, dan
merasakan kapan dukungan dan kontak dengan orangtua
dibutuhkan (Santrock, 2007).
Perkembangan Sosioemosional
• Barker & Wright (dalam Santrock, 2007):
– anak usia 7 – 11 tahun menghabiskan 40% waktu siangnya
untuk berinteraksi dengan sebaya, lebih banyak daripada kanak-
kanak awal yang hanya sebesar 10 – 20 %.
• Kegiatan yang umumnya lakukan adalah bermain, jalan-
jalan dan bersosialisasi.
• Kebanyakan interaksi dengan teman sebaya terjadi di
luar rumah (walaupun dekat dengan rumah)
• terjadi di antara anak-anak yang sama jenis kelamin
daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelamin
(Medrich dkk, dalam Santrock, 2007).
Teman sebaya
• Peran penting teman sebaya:
– Proses sosialisasi anak
– Penerapan nilai yang dapat diterima oleh lingkungan sosial
dalam suatu permainan (Hetherington dan Parke, 1999)
– Sumber informasi untuk mengetahui nilai dan bagaimana
bersikap baik
– modeling dan reinforcement.
– membantu anak mengembangkan self image dan self esteem 
perbandingan sosial (social comparison) dengan kelompok
teman sebaya.
– petualangan untuk mencapai kompetensi sosial yang penting.
Juga berperan penting dalam mengembangkan self control dan
kemampuan mereka untuk berpikir atau memodifikasi problem
perilaku  bermain pura-pura
Kognisi Sosial
• Pada periode ini, kognisi sosial anak semakin
berkembang dan mempengaruhi perilakunya.
• Kognisi ini berkaitan dengan bagaimana anak mengolah
informasi yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya.
• Pemrosesan informasi sosial secara tepat akan
membantu anak dalam menentukan dan mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan interpersonal, seperti
bagaimana memulai dan memelihara suatu ikatan sosial.
• Tingkat kognisi sosial ini akan mempengaruhi
keterampilan dan kompetensi sosial anak yang akan
berdampak pada penerimaan anak oleh teman sebaya
(Santrock, 2007, dan Hethrington dan Parke, 1999).
Kognisi Sosial
• Anak-anak yang memilki keterampilan sosial yang baik
akan diterima oleh teman sebaya, sedangkan anak-anak
yang keterampilan sosialnya rendah ada dua
kemungkinan, ditolak atau diabaikan teman sebaya.
• Penerimaan atau penolakan ini berpengaruh pada anak,
penelitian menunjukkan bahwa anak yang diterima akan
mengembangkan sikap prososial dan mampu
memelihara hubungan dengan sebaya, sedangkan anak
yang ditolak cenderung mengembangkan sikap agresif
dan anak yang diabaikan cenderung menarik diri dari
interaksi sosial (Hethrington dan Parke, 1999).
Perkembangan Moral
• Ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan
dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dsb
• Moral  kemampuan seseorang untuk
membedakan antara perbuatan yang
benar dan yang salah.
• Piaget: heteronomous morality 
autonomous morality
Perkembangan Moral
• Tahap realisme moral:
– anak melihat peraturan dari orangtua dan orang dewasa lainnya
sebagai sesuatu yang tidak akan pernah berubah sehingga
mereka harus senantiasa mentaati tanpa perlu
– mentaati peraturan secara kaku dan menilai kebenaran atau
kebaikan berdasarkan konsekuensi perilaku, bukan berdasarkan
maksud atau motivasi si pelaku.
– immanent justice (keadilan abadi), yaitu suatu pemikiran bahwa
pelanggaran peraturan pasti akan mendapatkan hukuman
dengan segera, baik itu dari orang, objek, maupun Tuhan.
– Misalnya, anak yang berbohong kepada ibunya dan kemudian
jatuh dari sepeda sehingga lututnya terluka, akan berpikir bahwa
kecelakaan itu terjadi sebagai hukuman karena ia berbohong
pada ibunya
Perkembangan Moral
• Tahap moralitas berdasarkan hubungan timbal balik:
– sudah menyadari bahwa peraturan merupakan kesepakatan
sosial yang dapat berubah dan dapat dipertanyakan
– ia tidak perlu patuh pada keinginan orang lain dan bahwa
pelanggaran peraturan tidak selalu merupakan kesalahan atau
pasti akan mendapat hukuman
– dalam menilai perilaku orang lain, anak sudah mampu
mempertimbangkan perasaan dan melihat dari sudut pandang
orang tersebut
– Equalitarianisme  percaya bahwa keadilan hukum harus
ditetapkan pada semua orang.
– Menyadari bahwa pemberian hukuman harus berdasarkan
pertimbangan maksud si pelaku dan kondisi saat terjadinya
pelanggaran, dan hukuman yang diberikan tidak harus selalu
berbentuk kekerasan, namun juga dapat berupa pengajaran
agar si pelaku menjadi lebih baik dikemudian hari
Perkembangan Moral
• Kohlberg  perkembangan moral kanak-kanak
menengah dan akhir secara umum berada pada
tingkat pra konvensional dan konvensional.
• Anak usia 7 tahun paling banyak berada pada
tahap pertama, dan selanjutnya tahap 2, tahap 3
dan sangat sedikit pada tahap 4.
• Anak usia 10 tahun memiliki pola yang lebih
tetap dibandingkan kelompok usia lainnya.
• Frekuensi tahap yang paling dominan pada usia
ini adalah tahap 1, dan selanjutnya diikuti tahap
2, 3, 4, 5 dan 6
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai