Anda di halaman 1dari 2

MENGONEKSIAKAN PERKEMBANGAN DENGAN KEHIDUPAN

STATEGI BAGI ORANG TUA DAN ANAK-ANAKNYA YANG TELAH DEWASA

Orang tua sebaiknya memperlakukan anak-anak yang telah dewasa itu sebagai seorang
dewasa bukan sebagai anak-anak lagi dan tidak berusaha mengasuh anak-anaknya lagi. Bentuk
interaksi antara orangtua dengan anak-anaknya itu sebaiknya tidak lagi seolah olah mereka adalah
anak-anak yang masih perlu diamati dan dilindungi dari dekat. Sebaiknya orangtua memperlakukan
anak-anaknya sebagai seorang yang sudah dewasa yang mampu bertanggung jawab dan bertindak
matang. Anak-anak yang telah dewasa berhak untuk menentukan sendiri seberapa banyak mereka
hendak tidur dan makan, karier yang hendak dikejar, bagaimana mereka hendak berpakaian,
menentukan siapa yang akan menjadi teman-teman dan kekasihnya dan bagaimana cara
menggunakan uangnya. Meskipun demikian , jika tindakan anak-anak yang telah dewasa itu
menggangu gaya hidup orangtua maka orangtua perlu mengatakan hal tersebut kepada anak-
anaknya. Diskusi diantara mereka sebaiknya tidak difokuskan pada pilihan anak-anak dewasa muda
itu , namaun pada bagaimana aktivitas mereka itu tidak dapat diterima jika tinggal di rumah yang
sama.

Beberapa orangtua tidak membiarkan anak-anaknya yang terlah beranjak dewasa itu pergi.
Orangtua itu tejebak di dalam “permaparenting” yang tidak hanya dapat menghalangi pertumbuhan
anak-anak itu ke arah kemandirian dan tanggung jawab,namun juga menunda akhir dan tugasnya
sebagai orangtua. Meskipun maksudnya baik, tetapi campur tanagn orangtua dapat memperlambat
proses pendewasaan anak-anak mereka.

RELASI DENGAN SAUDARA KANDUNG DAN PERSAHABATAN

Bagi sebagian besar orang dewasa, relasi dengan saudara kandung akan berlangsung terus
seumur hidup. Kini, 85% orang dewasa paling tidak memiliki satu orang saudara kandung. Relasi
dengan saudara kandung di masa dewasa bisa sangat dekat , apatis atau sangat bersaing. Sebagian
besar relasi dengan saudara kandung di maasa dewasa adlah relasi yan dekat . Saudara kandung
yang di masa dewasa ini memiliki relasi secara psikologis dekat satu sama lain, cenderung sudah
memiliki kedekatan serupa di masa kanak-kanak. Kedekatan anatara saudara kandung yang baru
terjadi di masa dewasa jarang terjadi (Dunn, 1984).

Dimasa dewasa tengah , persahabatan tettap merupakan hal yang penting seperti halnya di
masa dewasa awal. Dibutuhkan waktu untuk mengembangkan persahabatan yang akra. Oleh karena
itu persahabatan yang telah berjalan selama masa-masa dewasa , seringkali akan menjadi lebih
dalam dibandingkan dengan persahabatan yang baru terbentuk di masa dewasa tengah.

KAKEK-NENEK

Kakek-nenek memainkan peran penting dalam kehidupan cucu mereka. Banyak orang
dewasa yang menjadi kakek-nenek untuk pertama kali di usia paruh baya. Secara konsisten, para
peneliti menemukan bahwa nenek lebih sering melakukan kontak dengan para cucu dibandingkan
kakek. Kecenderungan wanita untuk mendefinisikan peran mereka sebagai nenek, sebagian
disebabkan oleh tanggung jawab untuk membina ikatan dengan anggota keluarga antargenerasi
tersebut. Sedangkan pria mungkin memiliki harapan yang lebih rendah sehubungan dengan peran
sebgai kakekdan melihat peran itu lebih sebagai sesuatu yang bersifat sukarela.
Peran sebagai kakek nenek memiliki berbagai fungsi yang berbeda di keluarga yang berbeda,
di kelompok etnis dan budaya yang berbeda dan situasi yang berbeda (Watson, Randolph, & Lyons,
2005). Perbedaan peran sebagai kakek-nenek juga terlihat di penyelidikan awal mengenai
bagaimana kakek-nenek berinteraksi dengan para cucu.

Kakek-nenek yang menjadi pengasuh penuh waktu untuk cucu mereka mengalami
peningakatn risiko masalah kesehatan, depresi dan stres. Sedangkan kakek-nenek yang menjadi
cucunya paruh waktu memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami gangguan kesehatan
dibanndingkan mereka yang menjadi pengasuh cucu penuh waktu.

RELASI ANTARGENERASI

Orang dalam dewasa tengah memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang muda
dan tu. Orang dewasa paruh baya membagiakan pengalaman mereka dan meneruskan nilai-nilainya
pada generasi yang lebih muda . mereka dapat mengantarkan anak-anak keluar dari rumah dan
mengalami sindrom empety nest, melakukan penyesuaian ketika anak-anak yang telah tumbuh
dewasa itu kembali ke rumah atau menjadi kakek-nenek. Merka mungkin juga memberi atau
menerima bantuan finansial , merawat orangtuanya yang telah menjanda ayau menduda atau yang
sedang sakit sebagai generasi tertua setelah kedua orang tua mereka meniggal (Silverstein, Gans &
Yan, 2006)

Dalam setiap Generasi baru , karakteristik kepribadian, sikap-sikap, niali-nilai yang ada
mengalami replikasi baru atau perubahan. Ketika ada anggota keluarga yang meninggal, warisan
biologis, intelektual, emosional dan personal mereka diteruskan ke generasi selanjutnya. Anak-anak
mereka menjadi generasi tertua dan cucu-cucu mereka menjadi generasi kedua

Perbedaan gender juga memberi ciri pada relasi antargenerasi. Wanita khususnya punya
peran penting dalam menghubungkan relasi keluarga antargenerasi. Relasi wanita antargenerasi
dianggap lebih dekat dibandingkan ikatan keluarga lainnya. Dalam sebuah studi, para ibu dan anak
perempuannya memiliki relasi yang lebih dekat ketika dewasa dibandingkan ibu dengan anak laki-
lakinya, ayah dengan anak perempuannya dan ayah dengan anak laki-lakinya (Rossi, 1989).Meskipun
peneliti sudah mendokumentasikan bahwa para ibu dan anak perempuannya di masa dewasa secara
umum melakukan kontak yang sering dan memiliki perasaan positif yang bersifat mutual, hanya
sedikit yang diketahui tentang hal apa yang disuaji ibu dan anak perempuannya dari relasi mereka.

Anda mungkin juga menyukai