1. Identitas Subyek
Nama : Inisial D
Usia : 21 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ---
Agama : Islam
Hobi : Makan
Selama pelaksanaan wawancara klien terlihat tenang tidak ada gerakan ataupun gestur yang
aneh dalam menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh modifikator. Dalam hal penampilan
subjek juga berpenampilan bersih dan rapi sama dengan orang seusianya.
3. Problem Subyek
Subyek memiliki permasalahan yang berkaitan dengan hal kebersihan, dimana subyek merasa
bahwa orang lain yang selesai beraktifitas dan kemudian masuk ke kamar subjek, dianggap sebagai
pembawa kuman penyakit. Akibat dari hal demikian subyek merasa bahwa ruangan tersebut telah
tercemari dan tidak steril sehingga subyek beranggapan bahwa ruangan tersebut harus disapu sampai
dua kali, lalu di pel dengan air bersih, lalu di pel lagi dengan pembersih lantai yang berbau wangi,
kemudian mencuci sapu yang telah digunakan untuk menyapu ruangan tadi dengan detergen dan
menjemur sapu tersebut, selanjutnya, ketika lantai dan sapu yang dijemur tadi sudah kering maka
subyek akan menyapu ruangan untuk yang terakhir kalinya dan menyemprotkan pengharum ruangan di
ruangan yang telah dibersihkannya tadi.
4. Riwayat Problem
Fenomena tersebut berawal ketika subyek mulai memasuki dunia perkuliahan, yang mana
diawali ketika ada beberapa teman subyek yang enggan mencuci kaos kakinya sehingga berbau busuk
dan menyengat sehingga bau tersebut mampu membuat pusing kepala bagi yang menciumnya. Selain
itu, hal lain yang juga mendukung adalah subyek juga memiliki seorang teman satu kos yang jarang
mandi dan suka masuk ke dalam kamar subyek hanya untuk bercermin, dan bau teman yang jarang
mandi tadi juga tak kalah dahsyatnya .
5. Dimensi Problem
SELF REPORT
Teman habis
makan Menyapu, di
krupuk di pel, disemprot
kamar Kotor, pengharum
Jam banyak ruangan jam 9
19.00 minyak jatuh malam
Frekuensi Durasi
Subyek merasa dalam keadaan terganggu ketika ruangan yang subyek tempati terdapat bau
yang tak sedap, menyengat, serta ada beberapa kotoran yang di sebabkan oleh orang lain dan jika
tidak segera dibersihkan hal tersebut mampu membuat subyek merasa pusing kepala sampai sekitar 3
jam.
6. Konsekuensi Problem
Agar subyek tidak sampai sakit kepala atau pusing, maka hal yang harus dilakukan dengan
cepat oleh subyek adalah menyapu ruangan sampai duakali atau lebih, mengepelnya, lalu
menyapunya lagi dan kemudian menyemprotkan pengharum ruangan.
7. Personnal Asset
Subyek mempunyai daya nalar yang lumayan baik, disamping itu, subyek juga merupakan
orang yang rapi dan teratur dalam mengkondisikan ruang kamarnya. Selain itu, ia juga merupakan
orang yang menyukai kebersihan. Hal tersebut terlihat dari kondisi kamar subyek yang sangat bersih
sekali, bahkan hampir – hampir tidak ada debu yang berada dikamar subyek.
Modifikasi yang diberikan kepada klien diharapkan mampu mengubah pola pikir klien
mengenai kuman – kuman yang akan terkontaminasi kepada klien dari hal – hal yang kotor yang berada
di sekitar lingkungan klien.
Meyakinkan klien bahwa cukup dengan meyapu kotoran-kotoran sekali saja, ruangan itu sudah
bersih dan pastinya juga sudah tidak ada kuman sehingga subyek tidak perlu menyapu berkali-kali
bahkan sampai mengepel lantai
11. Prognosis
Sebelum menjalankan proses terapi ini, kelompok kami memprediksikan bahwa keberhasilan yang
akan kami terima ketika selesai proses terapi ini adalah dalam kategori sedang. Sedang yang kami
maksudkan adalah minimal hasil atau efek dari terapi tersebut mampu mengurangi perilaku
menyapu/membersihkan ruangan, yang kami anggap perilaku tersebut adalah perilaku berlebihan
dalam artian kami berharap subyek cukup menyapu ruang kamarnya dua kali saja dalam sehari, yakni
pagi dan sore.
o Mampu mengurangi intensitas perilaku menyapu berlebihan dalam hal ini subyek merasa
kurang bersih jikalau tidak di sapu lebih dari dua kali
o Jika ruangan tidak segera dibersihkan ( di sapu, di pel dan di semprot parfum ) maka subyek
merasa kepalanya pusing.
Dapat mengurangi anggapan bahwa kamarnya masih kotor jika hanya disapu sekali saja.
Dapat menghilangkan rasa sakit kepala yang dirasa klien sangat mengganggu
Obsesi, pikiran yang berulang dan menetap, implus-implus, atau dorongan yang menyebabkan
kecemasan
Kompulsif – perilaku dan tindakan mental repetitif yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan
ketegangan
Pelaksanaan terapi :
Disini klien diminta untuk menuliskan apa – apa saja pikiran negatif yang klien pikirkan
mengenai lingkungan yang kotor terhadap diri klien sendiri. Selanjutnya setelah dirasa sudah tidak ada
lagi ungkapan - ungkapa klien yang negatif maka klein diminta untuk mengungkapkan hal – hal lain yang
dapat mengurangi kekhawatiran klien tentang lingkungan kotor yang berada disekitar klien.
Dan setelah mendapatkan informasi diatas dari klien, modifikator melakukan tehnik exposure yang
mana menghkondisikan kamar kos klien dengan mengotorinya yakni dengan tumpahan kopi, kaos kaki yang
baunya menyengat, rambut yang rontok, remah biskuit dan buku-buku yang berserakan. (disini modifikator
menghadapkan klien pada situasi nyata dimana situai itu di buat oleh modifikator).
1. Target waktu tiga jam tidak terpenuhi (subjek pada jam ke dua mengalami sakit
kepala)
2. Target 4 jam (gagal)
3. Target 5 jam(gagal)
Setelah melakukan terapi selama 2 hari, maka perilaku yang diharapkan tidak muncul. Teknik pertama
yang diberikan kepada klien dirasa kurang mengena pada diri klien walaupun dengan kesepakatan pemikiran
positif klien tapi pada saat exposure klien tidak dapat memenuhi target perilaku sehingga insight informasi
kurang menancap kuat. Selain itu pemikiran tersebut sangat bertentangan dengan afeksi klien benci pada
kotoran. Pada teknik yang kedua, sebenarnya subyek telah mengetahui apa yang menjadi masalah dari klien
sendiri, namun klien juga sudah mengertahui solusi akan masalah tersebut. Akan tetapi dalam proses problem
solving tidak ditemui adanya niat klien untuk melaksanakan alternatif – alternatif solusi. Untuk itu, dari kedua
teknik yang digunakan dirasa hasilnya kurang memilki efek apa pun pada klien.
Gangguan OCD merupakan salah satu masalah psikologis yang paling sulit untuk ditangani. Oleh karena itu
para penderita OCD jarang memperoleh kesembuhan. Waalau berbagai macam intervensi dapat
mengakibatkan perbaikan yang signifikan, kecenderungan OCD biasanya tetap ada hingga satu titik
tertentu walaupun dalam kontrol yang lebih besar dan dengan penampakan yang lebih sedikit dalam gaya
hidup klien.