Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Abusive Relationship Terhadap Self Esteem Pada Wanita

Dewasa Awal

TUGAS AKHIR
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Dewasa dan Lanjut Usia
yang dibina oleh Bapak Aryudho Widyatno., S.Psi., M.A

oleh
Dinda Dwi Parameitha
180811642052
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
April 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia akan membutuhkan bantuan dan juga menjalin hubungan dengan
orang lain dalam hidupnya karena sudah menjadi kodratnya sebagai makhluk sosial. Pada
masa transisi usia remaja yang akan masuk ke usia dewasa awal, maka setiap individu akan
melalui berbagai perubahan dalam perkembangannya yaitu salah satunya adalah dengan
memiliki ketertarikan untuk menjalin suatu hubungan romantis dengan lawan jenisnya.
Dalam menjalin suatu hubungan romantis ini juga dapat disebut dengan berpacaran.
Berpacaran (dating) merupakan kondisi antara laki-laki dan perempuan menjalin suatu
bentuk hubungan intim atau sangat dekat (Ardhianita & Andayani, 2015). Dalam suatu
hubungan pasti tidak bisa terhindar dari yang namanya konflik antar pasangan. Terlebih
apabila suatu konflik tersebut tidak dapat diselesaikan secara baik-baik maka hal tersebut
dapat memberikan dampak yang tidak menyenangkan dalam suatu hubungan tersebut, salah
satu dampaknya adalah perlakuan kasar yang diterima dari salah satu pasangannya. Hal ini
juga biasa disebut sebagai Abusive Relationship. Menurut Murray (2007 dalam Widiyanti,
2012) mengatakan bahwa abusive relationship adalah tindakan atau perilaku kekerasan yang
dilakukan secara sengaja dalam suatu hubungan dan diarahkan perilaku kekerasan tersebut
kepada pasangan. Sagala (2008 dalam Pratiwi, 2017) menyatakan bahwa pada usia sekitar 18
hingga 30 tahun yang merupakan paling banyak terdapat kasus kekerasan dalam pacaran.
Dalam suatu hubungan yang terdapat kekerasan tersebut dapat dilakukan oleh semua
jenis kelamin, baik itu pasangan yang perempuan atau laki-laki yang menjadi pelaku
kekerasan tersebut. Namun terdapat pernyataan bahwa kaum laki-laki cenderung lebih
mendominasi sebagai pelaku kekerasan dalam suatu hubungan sehingga kaum perempuan
berujung sering menjadi korban kekerasan tersebut (Taylor, 2009 dalam Pemayun &
Widiasavitri, 2015). Kebanyakan perempuan yang rentan menjadi korban dalam kekerasan
dalam hubungan ini karena perempuan cenderung dipandang lemah serta posisi perempuan
dianggap lebih rendah daripada kaum laki-laki. Kekerasan yang dimaksud dalam hubungan
berpacaran ini bukan hanya kekerasan dalam bentuk fisik seperti memukul, tetapi terdapat
berbagai macam kekerasan lainnya. Terdapat beberapa macam bentuk dalam kekerasan
dalam berpacaran yaitu kekerasan pada fisik, mental atau psikis seseorang, seksual dan
ekonomi (Ayu, Hakimi & Hayati, 2012). Saat ini banyak hubungan berpacaran di masyarakat
yang terdapat hal-hal negatif didalamnya yaitu seperti kekerasan dalam hubungan yang
terutama korbannya adalah wanita dewasa awal. Karena banyak terjadi fenomena kekerasan
dalam suatu hubungan di sekitar masyarakat sehingga saat ini banyak film-film yang
mengusung tema mengenai abusive relationship ini, salah satunya adalah film Indonesia yang
berjudul Posesif.
Terdapat perbedaan tujuan melakukan kekerasan dalam hubungan antara laki-aki dan
perempuan. Menurut Hickman, Jaycox & Aronoff, 2004 dalam Fajri & Nisa, 2019)
menyatakan bahwa kebanyakan laki-laki melakukan kekerasan dalam suatu hubungan
tujuannya adalah untuk mengatur atau mengontrol pasangannya, sedangakan kaum
perempuan yang melakukan kekerasan dalam hubungannya adalah sebagai self defense.
Kekerasan yang paling kerap terjadi pada wanita dewasa awal adalah emotional abuse atau
kekerasan yang menyerang mental dan psikis seseorang. Emotional abuse sendiri merupakan
tindakan melanggar integritas emosional atau psikologis seseorang dengan cara merenggut
dan juga tipu daya atau memanipulasi (King, 2009 dalam Paramita, 2012). Kekerasan yang
dialami ketika adanya kekerasan dalam hubungan berpacaran ini juga akan memberikan
dampak kepada korban tersebut. Menurut Matud (2005 dalam Sukmawati, 2014) menjelaskan
bahwa kekerasan yang terjadi pada perempuan yang menjadi korban dalam hubungan
tersebut akan memiliki dampak psikologis yaitu diantaranya adalah kecemasan yang bertahan
lama, insomnia, hingga depresi dan juga memiliki harga diri yang rendah. Perempuan yang
menjadi korban kekerasan dalam suatu hubungan dapat terjadi ketidakstabilan dalam konsep
dirinya dan juga self esteem yang rendah. Self esteem yang rendah ini dapat terjadi karena
berkali-kali mendapatkan verbal abuse atau perkataan-perkataan yang kasar dan mengkritik,
hal tersebut memiliki dampak yang sangat besar terhadap tingkat harga diri seseorang
sehingga korban akan merasa bergantung pada pasangannya yang telah melakukan kekerasan
tersebut. Dari hal tersebut, dimana korban kekerasan yang memiliki harga diri rendah dan
merasa ketergantungan maka akan menjadi alasan penguat bagi individu tersebut bertahan
dalam abusive relationship ini dan terus-menerus mengalami kekerasan dalam hubungan
tersebut.
Sehingga dari uraian diatas penulis tertarik untuk membahas topik mengenai abusive
relationship serta elemen-elemen lainnya seperti bagaimana pengaruh abusive relationship
terhadap self esteem dan apa saja dampak-dampak yang akan terjadi dalam abusive
relationship pada wanita dewasa awal.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam pemaparan diatas ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh abusive relationship terhadap self esteem pada wanita dewasa awal?
b. Bagaimana dampak abusive relationship pada wanita dewasa awal?

C. Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, tujuan dari penelitian ini
dilakukan adalah untuk menjelaskan mengenai pengaruh abusive relationship terhadap self
esteem pada wanita dewasa awal dan dampak abusive relationship pada wanita dewasa awal.

D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memperbanyak penelitian dalam bidang psikologi
terutama yang berkaitan dengan perkembangan dewasa dan usia lanjut khususnya pada topik
mengenai abusive relationship pada dewasa awal.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memperbanyak pemahaman mengenai
abusive relationship dan elemen-elemen lainnya bagi masyarakat secara umum dan dewasa
awal secara khusus serta bagi peneliti selanjutnya, serta dapat memberikan informasi
mengenai pengaruh abusive relationship terhadap self esteem pada wanita dewasa awal.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Self Esteem

Menurut Rosenberg (1965 dalam Srisayekti & Setiady, 2015) self esteem merupakan
bentuk hasil penilaian positif atau negatif terhadap diri sendiri, atau dengan artian
lainnya adalah bagaimana cara pandang individu terhadap dirinya sendiri (self).
Sedangkan menurut Coopersmith (1993 dalam Prawesti & Dewi, 2016) menyatakan
bahwa self esteem merupakan evaluasi individu baik positif maupun negatif terhadap
dirinya sendiri dan membuktikan fase dimana individu tersebut yakin bahwa dirinya
adalah individu yang mampu dan berhasil. Individu dengan harga diri yang tinggi
cenderung akan lebih mampu megambil langkah untuk meningkatkan diri serta memiliki
kepercayaan terhadap dirinya. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah
cenderung mengambil langkah melindungi diri dan tidak akan mengambi resiko yang
akan menghambat pengungkapan dirinya. Maka dari itu dinyatakan bahwa salah satu
faktor penyebab korban kekerasan dalam hubungan sulit untuk keluar dari hubungan
tersebut adalah karena adanya harga diri yang rendah (Aguilar & Nightingale, 1994
dalam Pratiwi, 2017). Menurut Hawkins dkk (2004 dalam Pratiwi, 2017) menyatakan
bahwa salah satu aspek yang menentukan keberhasilan perkembangan well-being pada
dewasa awal adalah harga diri tersebut.

Abusive Relationship

Menurut Sugerman (1989 dalam Sekarlina & Margaretha, 2013) menyatakan bahwa
abusive realtionship suatu bentuk hubungan yang keadaannya mengancam dan menyiksa
yang dilakukan satu individu terhadap pasangannya dalam hubungan yang masih dalam
keadaan pacaran atau belum menikah. Sedangkan menurut Wolfe dkk (1996 dalam
Wekerle & Wolfe, 199) menyatakan bahwa abusive relationship adalah bentuk tindakan
yang berusaha untuk mengatur atau mendominasi pasangannya secara fisik, seksual atau
psikologis yang dapat menyebabkan beberapa orang terluka. Kekerasan dalam hubungan
pacaran juga dapat diartikan sebagai perlakuan seseorang yang memiliki aspek
pemaksaan, desakan, menghancurkan dan juga pelecehan secara fisik maupun psikologis
(Ferlita, 2008). Berdasarkan beberapa defisini yang sudah dipaparkan diatas mengenai
abusive relationship , maka dapat dibuat kesimpulan bahwa abusive relationship adalah
segala bentuk tindakan individu yang mengancam dan menyiksa pasangannya dalam
suatu hubungan baik secara fisik, seksual maupun psikologis dan bahkan dapat
menyebabkan beberapa tingkat luka atau kerusakan.
Bentuk Kekerasan dalam Hubungan Berpacaran

Kekerasan yang dapat terjadi pada korban dalam abusive relationship bukan saja
dapat terjadi secara fisik, tapi juga dapat melalui berbagai bentuk seperti seksual, psikologis
serta ekonomi. Terdapat macam-macam bentuk kekerasan dalam hubungan menurut Blue
Cross Blue Shield of Michigan and Blue Care Network (2007 dalam Sukmawati, 2014) yaitu:

a) Kekerasan secara fisik, terkadang kekerasan ini terjadi secara berulang dan
frekuensinya akan semakin meningkat serta tingkat kekerasan yang dilakukan,
contohnya seperti mendorong, menampar, mencekik, menolak untuk membantu
ketika seseorang sedang terluka.
b) Kekerasan secara seksual, salah satu bentuk pelecehan seksual atau pemaksaan seks
contohnya seperti mencoba melakukan perbuatan seks terhadap pasangan secara
memaksa, melakukan aktivitas seksual ketika pasangan tidak sepenuhnya sadar.
c) Kekerasan secara emosional atau psikologis terjadi lebih dahulu sebelum terjadinya
kekerasan secara fisik, contohnya seperti mengancam korban, keluarga hingga teman-
temannya, kecemburuan yang berlebihan atau posesif, mengontrol setiap aktivitas,
perampasan kebutuhan dasar, mengintimidasi, meremehkan, memberikan kritik yang
berlebih, menyalahkan pasangannya untuk segalanya serta menghina.
d) Kekerasan secara ekonomi dapat diartikan sebagai bentuk tindakan memanfaatkan
pasangaan dalam hal material, contohnya adalah ketika individu memaksa
pasangannya untuk membiayai keperluan-keperluannya, memaksa pasangannya untuk
memberikan uang, dan juga mengendalikan tabungan yang dimiliki pasangan
(Yayasan Pulih, 2015 dalam Pratiwi 2017).

Faktor terjadi kekerasan dalam hubungan

Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kekerasan dalam hubungan


berpacaran, diantaranya adalah sebagai berikut (Haes, 2017) :

a) Ketidakpatuhan. Beberapa kasus kekerasan dalam hubungan dapat terjadi karena


korban tidak patuh dengan pasangannya atau tidak melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan pasangannya sehingga pasangannya tersebut mulai mengintimidasi
korban untuk menimbulkan rasa takut dan akan mematuhi pasangannnya maka
terjadilah penggunaan kekerasan dalam hubungan.
b) Rasa cemburu yang ekstrem. Rasa cemburu yang ada ini kemudian menjadi sikap
posesif terhadap pasangannya. Individu kerap mengintimidasi korban dan tidak jarang
kecemburuan itu berubah menjadi sikap posesif dan membatasi ruang gerak
pasangannya.
c) Kurang perhatian. Dalam menjalin suatu hubungan dengan seseorang maka individu
tersebut ingin merasa diterima dan dicintai, dan apabila pasangannya tidak lagi atau
kurang memberikan perhatian sesuai dengan yang ia inginkan maka akan kerap terjadi
kekerasan dalam bentuk verbal maupun nonn verbal.
d) Kurangnya komunikasi. Dalam hubungan dibutuhkan komunikasi yang baik maka
akan tercipta persepsi yang baik juga, begitupun sebaliknya. Ketika komunikasi tidak
lancar maka akan memicu seringnya pemberian kata-kata kasar yang tidak pantas
terhadap pasangan.
e) Kekerasan masa lalu. Karena adanya kekerasan masa lalu yang pernah dialami yang
masih membekas didalam diri individu sehingga ia menerapkannya kembali dalam
hubungannya yang mengakibatkan ia merasa wajar atau pantas untuk melakukan
kekerasan terhadap pasangannya.

Dampak terjadinya kekerasan dalam hubungan

Kekerasan yang pernah dialami oleh korban tidak akan punah begitu saja, hal tersebut
pasti akan meninggalkan bekas bagi korban kekerasan dalam hubungan. Menurut Safitri &
Sama’i (2013) terdapat beberapa dampak yang dialami korban setelah mengalami kekerasan
dalam hubungan adalah sebagai berikut :

a) Dampak psikologis. Dampak yang diterima adalah korban dapat mengalami depresi,
stres, kecemasan yang berlebih, insomnia dan memiliki rasa harga diri yang rendah.
b) Dampak fisik. Dampak yang ditimbulkan adalah seperti lebam, memar, luka hingga
sakit yang berkelanjutan.
c) Dampak seksual. Dampak yang terjadi ketika korban perempuan diambil
kehormatannya maka akan menunjukkan gejala traumatis, beberapa korban juga
memperlihatkan stres yang dirasakan dalam bentuk perkataan maupun tangisan.
d) Dampak sosial. Karena telah terlalu dikendalikan oleh pasangannya, maka interaksi
korban dengan keluarga dan teman-temannya menjadi terputus akibat terlalu diisolasi
oleh pasangannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel dependen : Abusive Relationship
Variabel independen : Self Esteem
B. Definisi Operasional
a) Abusive Relationship
Menurut Sugerman (1989 dalam Sekarlina & Margaretha, 2013) menyatakan bahwa
abusive realtionship suatu bentuk hubungan yang keadaannya mengancam dan menyiksa
yang dilakukan satu individu terhadap pasangannya dalam hubungan yang masih dalam
keadaan pacaran atau belum menikah. Sedangkan menurut Wolfe dkk (1996 dalam
Wekerle & Wolfe, 199) menyatakan bahwa abusive relationship adalah bentuk tindakan
yang berusaha untuk mengatur atau mendominasi pasangannya secara fisik, seksual atau
psikologis yang dapat menyebabkan beberapa orang terluka.
b) Self Esteem
Menurut Rosenberg (1965 dalam Srisayekti & Setiady, 2015) self esteem merupakan
bentuk hasil penilaian positif atau negatif terhadap diri sendiri, atau dengan artian
lainnya adalah bagaimana cara pandang individu terhadap dirinya sendiri (self).
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun
yang sedang berada dalam suatu hubungan yang abusive.
D. Metode pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif menggunakan studi pustaka. Studi
pustaka ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan penelitian-penelitian yang
sebelumnya, dengan cara memperoleh informasi dari buku, jurnal dan artikel yang
berkaitan dengan abusive relationship.

DAFATR PUSTAKA

Ardhianita, I., & Andayani, B. (2015). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Berpacaran dan
Tidak Berpacaran. Jurnal Psikologi. Vol. 32, No. , 101—111

Ayu, S.M., Hakimi, M., & Hayati, E.N. (2012). Kekerasan dalam Pacaran dan Kecemasan
Remaja Putri di Kabupaten Purworejo. Kesehatan Masyarakat. Vol. 6 No. 1, 1—74

Fajri, P.M, & Nisa, H. (2019). Kecemburuan dan Perilaku Dating Violence pada Remaja
Akhir. Proyeksi. Vol. 14 (2), 23—33

Ferlita, G. (2008). Sikap Terhadap Kekeran dalam Berpacaran (Penelitian Pada Mahasiswa
Reguler Universitas Esa Unggul Yang Memiliki Pacar). Jurna Psikologi. Vol. 6
No. 1, 10—24

Haes, P. (2017). Kekerasan pada Remaja Perempuan dalam Masa Pacaran (Dating Violence)
di Kota Denpasar dalam Perspektif Analisis Interaksi Simbolik. Jurnal Ilmiah
Dinamika Sosial. Vol. 1 No. 2, 166—176

Paramita, G. (2012). Emotional Abuse dalam Hubungan Suami-Istri. Humaniora. Vol. 3 No.
1, 253—260

Pemayun, C., & Widiasavitri, P.N. (2015). Perbedaan Emotional Abuse Pada Remaja Akhir
yang Berpacaran Berdasarkan Pola Komunikasi dalam Keluarga. Jurnal Psikologi
Udayana. Vol.. 2 No.2, 300—310

Pratiwi, P.C. (2017). Upaya Peningkatan Self-Esteem Pada Dewasa Muda Penyitas Kekerasan
Dalam Pacaran Dengan Cognitive Behavior Therapy. Jurnal Psikologi Ulayat. Vol.
4 (2), 141—159
Prawesti, F., & Dewi, D. (2016). Self Esteem dan Self Disclosure pada Mahasiswa Psikologi
Pengguna Blackberry Messenger. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan. Vol. 7,
No.1, 1—8

Safitri, W., & Sama’i. (2013). Dampak Kekerasan dalam Pacaran. (The Impact Of Violence
In Dating). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ. Vol. 1 (1): 1—6

Sekarlina, I., & Margaretha. (2013). Stockholm Syndrome pada Wanita Dewasa Awal yang
Bertahan dalam Hubungan yang Penuh Kekerasan. Jurnal Psikologi Klinis Dan
Kesehatan Mental. Vol. 2 No.3, 1—6

Srisayekti, W., & Setiady, D. (2015) Harga Diri (Self-Esteem) Terancam dan Perilaku
Menghindar. Jurnal Psikologi. Volume 42 No. 2, 141—156

Sukmawati, B. (2014). Hubungan Tingkat Kepuasan Pernikahan Istri dan Coping Strategy
dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi.
Volume 2 (3), 205—218

Wekerle, C., & Wolfe, D. (1999). Dating Violence In Mid-Adolescence: Theory,


Significance, And Emerging Prevention Intiatives. Clinical Psychology Review.
Vol. 19, No. 4, 435—456

Widiyanti, P.D.R. (2012). Studi Kasus Mengenai Decision Making Untuk Keluar dari Abuse
Relationship Pada Remaja Akhir. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.
Vol. 1 No. 1, 1—10

Anda mungkin juga menyukai