Makalah Ilmiah
Sebagai syarat kelengkapan Ujian Tengah Semester Metode Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Hj. Nur Fitriyah, MS
Disusun Oleh:
Suci Ashari
NIM: 1902056043
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
A. LATAR BELAKANG
Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk mencapai
prestasi tertentu, apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang bersangkutan
akan lebih percaya diri, Setyobroto (dalam Wayan, 2012). Tinggi rendahnya
kepercayaan diri seseorang akan tergantung pada beberapa hal, namun yang sudah
jelas menurut Sarwono (2002) kepercayaan diri tergantung pada interaksi sosial
seseorang.
Melalui interaksi ini, individu akan mendapatkan umpan balik dalam aktifitas
yang dilakukannya. Kepercayaan diri diawali dengan pengenalan secara fisik,
bagaimana seseorang menilai dirinya, menerima atau menolak, perasaan inilah yang
nantinya akan memberikan rasa puas ataupun sebaliknya yang akan mempengaruhi
perkembangan jiwanya.
Kepercayaan diri seseorang juga akan sangat dipengaruhi oleh masa
perkembangan yang sedang dilaluinya. Terutama bagi mahasiswa seusia remaja,
kepercayaan diri ini akan mudah berubah. Hal ini tergantung pada pengalaman
pengalaman dalam hubungan interpersonalnya (Andayani dan Afianti, 1996). Selain
itu juga, remaja yang memiliki kepercayaan diri akan selalu berupaya untuk
mengenali potensi yang ada pada dirinya dan berupaya untuk meyakini bahwa setiap
orang memiliki potensi. Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya didasari
oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orang tua dan masyarakat, hingga
tanpa sadar melandasi motivasi remaja untuk harus menjadi orang sukses. Selain itu
persepsi yang kelirupun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri
hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang
nyata. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja dibesarkan, dari
teman atau dari dirinya sendiri (Brewer, 2005).
Menurut Afiatin dan Martaniah (1998) Kepercayaan diri merupakan aspek
kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya. Afiatin dan Martaniah menggambarkan bahwa orang yang mempunyai
kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa yakin terhadap tindakan yang dilakukan,
individu merasa diterima oleh kelompoknya, dan individu percaya sekali terhadap
dirinya serta memiliki ketenangan sikap.
Lauster (1978) juga mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri adalah
tidak mementikangkan diri sendiri, cukup toleran, cukup berambisi, tidak perlu
dukungan orang lain, tidak berlebihan, optimistik, mampu berkerja secara efekif,
bertanggung jawab atas pekerjaannya, dan bergembira. Dapat disimpulkan bahwa
orang yang percaya diri mempnyai hubungan sosial yang baik, mempunyai aspirasi
yang sehat, kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu bekerja dengan afektif,
bertanggung jawab, dan sehat secara emosional. Dengan kemampuan-kemampuan
tersebut individu mempunyai kemungkinan untuk sukses bila dibandingan dengan
individu yang kurang atau tidak percaya diri. Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri
nya bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang
kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki.
Ciri diatas mengatakan tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan
kemampuan mendengar yang meyakinkan, disini karena bentuk lemahnya komunikasi.
Namun wujud dari harapan seperti itu, tidaklah dialami oleh semua orang, sebab dari
berbagai kasus dalam kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa keluarga tidak selalu
menjadi arena perkembangan yang sehat, dan kebanyakan masalah yang terjadi dapat
ditelusuri, karena kurang adanya proses komunikasi dalam keluarga tersebut. (Irwanto
1985).
Menurut pakar pendidikan, William Bennett (dalam Megawangi, 2003), keluarga
merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Apabila keluarga gagal, untuk mengajarkan
kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan
kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain
untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya. Pendidikan keluarga merupakan upaya
pemerintah untuk memberdayakan keluarga agar memiliki akses, dan kontrol terhadap
berbagai sumber daya termasuk sumber daya ekonomi dan partisipasi lebih besar
dalam pembangunan karakter bangsa.
Maka dari itu, peranan ayah dan ibu di rumah sangat penting. Mereka inilah yang
harus selalu menciptakan kondisi yang membuat remaja cukup betah di rumah dan
lebih penting lagi membuat anak menyukai keluarga sebagai panduan ideal keluarga
yang kelak ia akan dibina sebagai orang dewasa.
Pada hakekatnya orang tua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan apa yang baik dan tidak
baik, tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan ini kiranya akan lebih mudah
terwujud apabila sejak mula orang tua telah menyadari peranan mereka sebagai orang
tua yang besar hubungan terhadap perkembangan moral anak. (Gunarsa, 1986).
Berangkat dari permasalahan yang telah di uraikan di atas, akhirnya peneliti
merasa terdorong untuk menulis topik tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara Intensitas komunikasi orang tua dengan kepercayaan
diri remaja?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi orang tua
dengan kepercayaan diri remaja mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman.
D. MANFAAT PENELITIAN
Memberikan sumbangsih kepada remaja maupun orang tua, tentang suatu komunikasi
timbal-balik yang efektif, sehinga dapat menambah kepercayaan diri pada remaja di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Rendah Tinggi
F. HIPOTESIS
Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan
antara komunikasi orang tua dan anak dengan kepercayaan diri remaja. Semakin
tinggi komunikasi orang tua dan anak, maka akan samakin baik rasa kepercayaan diri
remaja. Demikian juga sebaliknya semakin rendah komunikasi orang tua dan anak,
maka semakin rendah kepercayaan diri remaja. Maka dari itudapat dituliskan dalam
bentuk sebagai berikut:
H1 = Ada hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dengan tingkat
kepercayaan diri pada anak.
H0 = Tidak ada hubungan antara intensitas komunikasi orang tua dengan tingkat
kepercayaan diri pada anak.
G. DEFINISI KONSEPSIONAL
Definisi konsepsional merupakan definisi dalam arti universal atau umum.
Definisi konsepsional menggambarkan konsep-konsep yang akan di teliti.
a. Intensitas Komunikasi
Menurut Djamarah (dalam Pinem, 2011) intensitas komunikasi adalah sebuah
tingkatan kedalaman penyampaian pesan dari seseorang ke orang lainnya. Menurut
Devito (2009) intensitas komunikasi adalah tingkat kedalaman dan keluasan pesan
yang terjadi saat berkomunikasi dengan orang. Intensitas komunikasi yang terjadi
secara mendalam ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan dan saling percaya
yang dapat dapat memunculkan suatu respon dalam bentuk perilaku atau tindakan
(Gunarsa, 2004). 6 aspek yang dapat mengukur intensitas komunikasi: frekuensi,
durasi, perhatian, keteraturan, jumlah orang&topik yang dibicarakan, serta kedalaman
berkomunikasi
Dalam hal ini, intensitas komunikasi oranf tua terhadap anak berarti seberapa
dalam atau jauh komunikasi di antara mereka dalam hal kejujuran, keterbukaan dan
saling percaya yang diukur dengan sebarapa banyak dan seberapa lama aktivitas
berkomunikasi itu dilakukan sehingga menghasilkan efektivitas komunikasi yang baik
antar orang tua dan anak nya.
b. Kepercayaan Diri
Definisi dari kepercayaan diri adalah sikap pada diri seseorang yang dapat
menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki
kemandirian, mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu
yang diinginkan. (Anthony,1992).
Percaya diri menurut Lauster (2002) adalah suatu sikap atau perasaan yakin akan
kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam
tindakan-tindakannya, merasa bebas untuk melakukan hal-hal sesuai keinginan dan
bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangannya.
Dari dua definisi diatas, percaya diri berarti suatu keadaan seseorang yang merasa
yakin terhadap dirinya untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta
mampu untuk menilai dan memahami apa-apa yang ada pada dirinya tanpa rasa
ragu-ragu dan bimbang. Kepercayaan diri memiliki ciri-ciri, diantaranya, selalu
bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu, mampu menetralisir ketegangan yang
muncul dalam berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi
diberbagai situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya,
memiliki kemampuan bersosialisasi dan selalu bereaksi positif dalam menghadapi
masalah.
H. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah dimensi penelitian yang menyediakan data bagi peneliti
untuk mengetahui bagaimana metode dalam mengukur atau menilai variabel. Definisi
operasional dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikutt:
I. SAMPLING
N
n
( N d 2 1)
Di mana:
n = jumlah sample
N = jumlah populasi
d = presentase presisi
1 = angka konstanta
N
n
( N d 2 1)
7000
n
(7000.(0.15) 2 1)
n = 44,30
n ≈ 44
Berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 15%, maka diperoleh jumlah
sample sebanyak 44,30 sample. Namun, dibulatkan bentuk desimal nya menjadi
bilangan sempurna yakni 44 sample.
Selanjutnya, angka random start yang terpilih adalah 4000, nomor-nomor yang
terpilih sebagai responden dapat ditemukan dengan rumus systematic sampling
sebagai berikut:
N
I=
n
7000
I
44
I 159,09
I 159