Anda di halaman 1dari 17

Expected Satisfaction dan Komitmen Hubungan Berpacaran dalam

Emerging Adulthood: Eksperimen dengan Cerita Roleplay


Kezia Kevina Harmoko*
1
School of Psychology Universitas Ciputra;kharmoko@student.ciputra.ac.id

Richelleen Widjaja
3
School of Psychology Universitas Ciputra;rwidjaja02@student.ciputra.ac.id

Josephine Aurel Carissa


4
School of Psychology Universitas Ciputra;jcarissa@student.ciputra.ac.id

Josephine Valentina
4
School of Psychology Universitas Ciputra;jvalentina02@student.ciputra.ac.id

Nicholas Oswald Poniman


5
School of Psychology Universitas Ciputra;nicholas02@student.ciputra.ac.id

Livia Yuliawati
6
School of Psychology Universitas Ciputra;livia@ciputra.ac.id

Putri Ayu Puspieta Wardhani


7
School of Psychology Universitas Ciputra;putri.ayu@ciputra.ac.id

Audrey Devina Setiawan


8
School of Psychology Universitas Ciputra;audrey.devina@ciputra.ac.id

*Corresponding author: kharmoko@student.ciputra.ac.id

Jurnal tujuan: Psychopreneur Journal


Template: https://docs.google.com/document/d/1SZ1cthqwF4s6pTcI2H9g6pmAXr_oW5W-/edit
PENDAHULUAN hubungan. Meskipun istilah yang
Indonesia kerap digemparkan digunakan berbeda, ia mulai menggagas
dengan berita permasalahan hubungan penelitian terkait pengaruh expected
romantis dari figur publik. Yang tak jarang satisfaction. Lemay (2016) menyusun
menjadi sorotan adalah ketika masalah sebuah konsep bernama Forecasted Model
timbul, salah satu pasangan memilih tetap of Commitment. Ia berargumen bahwa
bertahan dan berharap pasangannya dapat expected satisfaction dapat memprediksi
berubah. Misalnya kasus Lesty Kejora komitmen karena individu tidak hanya
menjadi korban kekerasan dalam rumah termotivasi dari konsekuensi yang sudah
tangga (KDRT) oleh suaminya yaitu Rizky terjadi, tetapi juga peluang konsekuensi
Billar. Meski menerima kekerasan, Lesty yang terjadi di masa depan. Maka dari itu,
akhirnya mencabut laporan kepolisian dan expected satisfaction berpotensi membawa
rujuk dengan Rizky karena berharap pengaruh yang besar pada komitmen
suaminya dapat berubah dan tidak hubungan.
melakukan KDRT lagi (Lestari, 2022). Melihat adanya peluang pengaruh
Tidak hanya itu, publik juga sempat signifikan yang ditemukan dari expected
diramaikan dengan kasus perceraian antara satisfaction terhadap tingkat komitmen
Wendy Walters dengan Reza Oktovian. dalam hubungan, penting untuk membahas
Wendy sempat menyebut bahwa rumah konsep ini dalam konteks hubungan yang
tangganya beberapa kali mengalami dijalani emerging adulthood. Mereka
masalah karena tindakan Reza, tetapi ia adalah sosok yang berusia 18-25 tahun
berulang kali memberikan kesempatan (Santrock, 2019). Menurut Erikson,
pada mantan suaminya itu (Prastiwi, emerging adulthood sedang berada dalam
2022). Dari kasus-kasus tersebut, terlihat tahap Intimacy vs. Isolation (Friedman &
jelas bahwa meski ada ketidakpuasan Schustack, 2016). Dalam tahap ini,
dalam hubungan, mereka melakukan emerging adulthood memiliki tugas
upaya mempertahankan komitmen perkembangan untuk menjalani hubungan
hubungan mereka. romantis yang berkomitmen (Wood dkk.,
Kasus-kasus hubungan yang tak 2018). Penting untuk mereka memiliki
memuaskan, tetapi tetap dipertahankan hubungan romantis yang berkomitmen
merupakan fenomena komitmen hubungan agar mereka tidak merasa kesepian dan
yang unik. Teori Investment Model of terisolasi (Friedman & Schustack, 2016).
Commitment oleh Rusbult (1983) Selain pasangan dalam kasus-kasus yang
menjelaskan bahwa salah satu faktor disebutkan di bagian sebelumnya, banyak
individu berkomitmen dalam hubungan emerging adulthood yang sebenarnya saat
adalah kepuasan. Faktor kepuasan ini ini tidak puas dalam hubungannya, tetapi
absen dalam kasus-kasus hubungan yang masih bertahan dalam hubungannya
dipaparkan sebelumnya, tetapi pasangan karena mereka memiliki komitmen yang
dalam hubungan tersebut tetap berupaya kuat (Fincham, Stanley & Rhoades, 2011).
berkomitmen. Salah satu penjelasan yang Oleh karena itu, pembahasan
dapat menerangkan fenomena tersebut variabel-variabel yang dapat memengaruhi
adalah pasangan memiliki harapan bahwa komitmen, salah satunya adalah expected
hubungannya akan membaik sehingga satisfaction, perlu dilakukan.
memiliki bayangan akan kepuasan yang Sayangnya, penelitian yang
dapat ia rasakan di masa depan. Hal berfokus pada expected satisfaction di
tersebut merupakan ciri dari expected hubungan romantis yang dijalani emerging
satisfaction, bukan kepuasan yang umum. adulthood masih terhitung sedikit (Lemay,
Pada tahun 2015, Edward P. 2016). Mayoritas penelitian masih
Lemay Jr telah melakukan penelitian menggunakan konsep Investment Model of
terkait hal-hal yang diharapkan dalam Commitment yang dicetuskan oleh Rusbult
(Monk, dkk., 2014; Whitton & Kuryluk, hubungan pada pasangan (Lemay, 2016).
2012). Selain itu, di Indonesia sendiri Komitmen di dalam hubungan romantis
belum ada penelitian yang mengeksplorasi adalah tekad kuat yang mencakup
pengaruh expected satisfaction pada kesetiaan, kejujuran dan keterlibatan
komitmen hubungan. Padahal fenomena emosional untuk melibatkan diri dengan
hubungan di Indonesia menunjukkan niat dalam menjaga dan membangun masa
adanya indikasi expected satisfaction. depan hubungan secara serius (Mikulincer
Maka dari itu, penelitian ini akan & Shaver, 2016).
membuktikan apakah expected satisfaction Komitmen berpacaran sering
memang berpengaruh pada komitmen dikaitkan dengan gaya kelekatan (Angela
berpacaran hubungan yang dijalani & Ariela, 2021), kualitas hubungan yang
emerging adulthood. mencakup komunikasi yang sehat dalam
hubungan berpacaran (Liana &
Tinjauan Pustaka Herdiyanto, 2017) dan dinamika hubungan
Variabel independen dari romantis (Syahputri & Khoirunnisa, 2021).
penelitian ini adalah expected satisfaction. Penelitian komitmen juga sering dilakukan
Expected satisfaction adalah ekspektasi pada emerging adulthood (Gala &
adanya pemenuhan kebutuhan dan Kapadia, 2014).
kesenangan dari kondisi hubungan di masa Expected satisfaction dapat
depan (Lemay, 2016). Expected memprediksi komitmen karena individu
satisfaction atau disebut juga forecasted tidak hanya termotivasi dari konsekuensi
satisfaction adalah bagian dari konsep yang sudah terjadi, tetapi juga peluang
Forecast Model of Relationship konsekuensi yang terjadi di masa depan
Commitment. Konsep ini mengeksplorasi (Lemay, 2016). Expected satisfaction
peran ekspektasi masa depan berupa dapat muncul karena seseorang yang
forecasted satisfaction atau expected menjalin hubungan tidak akan hanya
satisfaction pada komitmen sebagai termotivasi oleh reward dan cost yang
pembaruan dari konsep Investment Model dialami dalam hubungannya tetapi apa
of Commitment yang dicetuskan oleh yang dapat dialami di masa depan (Lemay,
Rusbult (Lemay, 2016). 2016). Pada kenyataannya, beberapa
Investment Model of Commitment penelitian menemukan bahwa
merupakan suatu model teoritis yang pengambilan keputusan individu
digunakan untuk menjelaskan mengapa didominasi oleh ekspektasi akan hasil yang
individu tetap berkomitmen pada diinginkan di masa depan, bukan sekadar
hubungan romantis. Teori model ini kondisi masa lalu atau masa kini (Baker,
dikembangkan oleh Rusbult (1983) dan dkk, 2020).
berfokus pada tiga faktor yang dapat Secondary variable dalam
mempengaruhi tingkat komitmen yakni penelitian kali ini adalah kepuasan. Dalam
satisfaction (kepuasan), alternatives konsep Investment Model of Commitment,
(alternatif), dan investment (investasi). ditemukan bahwa kepuasan memang
Meski model tersebut banyak didukung paling berpengaruh pada peningkatan
oleh penelitian-penelitian tentang komitmen (Lemay, 2016). Kepuasan dapat
komitmen, model ini mengabaikan peran memengaruhi keputusan individu untuk
ekspektasi masa depan yang berpeluang tetap berada dalam hubungannya (Baker,
membentuk komitmen (Lemay, 2016). McNulty & VanderDrift, 2017). Ini
Variabel dependen dari penelitian merupakan keputusan yang menentukan
ini adalah komitmen. Komitmen individu memiliki komitmen dalam
merupakan orientasi jangka panjang pada hubungannya atau tidak. Namun, expected
hubungan yang melibatkan perasaan, satisfaction ditemukan merupakan
kelekatan, dan keinginan mempertahankan prediktor komitmen hubungan yang lebih
kuat dibandingkan kepuasaan saat ini yang berada dalam jangkauan peneliti.
(Baker, McNulty & Vanderdrift, 2017). Alat ukur. Variabel independen
Meskipun expected satisfaction merupakan dari penelitian ini adalah expected
prediktor komitmen yang lebih kuat dari satisfaction. Variabel dependen dari
kepuasan, peneliti tetap ingin mengetahui penelitian ini adalah komitmen berpacaran.
tingkat kepuasan saat ini yang dimiliki Pengaruh expected satisfaction pada
partisipan. Hal ini dilakukan untuk komitmen akan diukur melalui pre-test dan
memperkaya pembahasan penelitian. post-test. Tes menggunakan alat ukur
Tujuan dari penelitian ini adalah komitmen dari Sternberg Triangular Love
untuk membuktikan expected satisfaction Scale oleh Sternberg (1997) versi revisi
dapat memprediksi komitmen dalam yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia
hubungan berpacaran di emerging dan melalui proses pemeriksaan bahasa.
adulthood. Manfaat teoritis dari penelitian Alat ukur komitmen ini berisi 15
ini adalah dapat membantu para peneliti pertanyaan seperti, “Saya merasa selalu
selanjutnya dalam memahami lebih dalam memiliki tanggung jawab yang besar atas
terkait bagaimana hubungan berpacaran pasangan saya.” Partisipan diminta
berkembang dalam masa emerging menjawab dengan memilih angka dari
adulthood khususnya tentang expected skala dari satu (tidak sama sekali) sampai
satisfaction dan komitmen. Penelitian ini sembilan (sangat sesuai). Reliabilitas skala
juga dapat membantu individu dan ini ditunjukkan dengan koefisien alfa α ≥
pasangan yang berpacaran dalam fase 0.9. Validitas alat ukur ini ditunjukkan
emerging adulthood untuk memahami dengan adanya korelasi positif dengan
lebih lagi tentang apa yang mereka skala Rubin Liking and Loving (Sternberg,
harapkan dari hubungan romantis tersebut. 1997). Pre-test akan diberikan sebelum
Peneliti berhipotesis bahwa expected sesi eksperimen. Post-test akan diberikan
satisfaction memengaruhi komitmen pada partisipan tepatsetelah manipulasi
berpacaran di emerging adulthood. dilakukan.
Terdapat alat ukur lain yang
METODE digunakan yaitu alat ukur kepuasan dari
Desain. Penelitian ini skala Investment Model Scale oleh
menggunakan pendekatan kuantitatif Rusbult, Martz, & Agnew (1998). Alat
dengan one-group pretest-posttest ukur ini terdiri dari tiga dimensi yaitu
experimental design. Penelitian ini kepuasan, alternatif, dan investasi.
merupakan quasi-experiment karena hanya Penelitian ini hanya menggunakan alat
terdapat grup eksperimen, tidak ada grup ukur kepuasan saja. Alat ukur kepuasan
kontrol. Penelitian ini akan menelusuri digunakan sebagai upaya mendapatkan
apakah expected satisfaction berpengaruh data tambahan dari partisipan. Alat ukur
pada komitmen berpacaran di emerging ini terdiri dari item global dan facet.
adulthood. Validitas skala ini ditunjukkan dengan
Partisipan. Populasi dari hasil analisis regresi tiga faktor untuk
penelitian ini adalah masyarakat Indonesia mengukur kontribusi setiap dimensi pada
berusia 18-25 tahun yang masuk ke dalam komitmen yaitu R2s berkisar antara .69 to
kategori usia emerging adulthood. .77; all ps < .01. Validitas skala ini juga
Partisipan dalam penelitian ini adalah yang ditunjukkan dengan adanya korelasi positif
sedang menjalani hubungan romantis, dengan skala Dyadic Adjustment and
yaitu berpacaran, dan berdomisili di Inclusion of Other in the Self. Reliabilitas
Surabaya. Jumlah partisipan dalam skala item global skala ini ditunjukkan
penelitian ini adalah 12 orang. Peneliti dengan koefisien alfa antara 0.92 sampai
menggunakan teknik convenience 0.95. Item global skala ini berisi 5
sampling yaitu mendapatkan partisipan pertanyaan seperti, “Saya merasa puas
dengan hubungan yang saya jalani.” 2008). Jika hasil kedua tes normal, maka
Reliabilitas skala item facet skala ini akan dilakukan analisis parametrik. Jika
ditunjukkan dengan koefisien alfa antara kedua atau salah satu tes tidak normal
0.79 sampai 0.93. Item facet skala ini maka akan dilakukan analisis
berisi 5 pertanyaan seperti, “Pasangan saya nonparametrik. Setelah dua tes tersebut,
memenuhi kebutuhan saya akan keintiman data akan dianalisis menggunakan analisis
(membagikan pemikiran pribadi, rahasia, independent samples t-test. Hipotesis lalu
dan lain-lain).” Skor item global dan facet akan diuji dengan independent sample
masing-masing ditotal terlebih dahulu t-test dengan bantuan aplikasi JASP.
untuk mengukur kepuasan partisipan
(Rusbult, Martz, & Agnew, 1998). Data HASIL DAN PEMBAHASAN
tambahan dari alat ukur kepuasan akan Hasil
digunakan untuk melengkapi pembahasan Tabel 1.
hasil penelitian. [Distribusi Usia Partisipan]
Prosedur. Partisipan akan
Usia N Persentase
diberikan dua pre-test yaitu satu tes berisi
alat ukur komitmen. Partisipan juga akan 19 2 16.67%
diberikan tes kepuasan saat ini sebagai 20 5 41.67%
secondary variable dalam penelitian ini.
Kelompok eksperimen menerima 21 1 8.33%
manipulasi berupa membaca esai roleplay 23 1 8.33%
yang mengandung aspek-aspek expected
24 1 8.33%
satisfaction. Manipulasi berbentuk esai
roleplay pernah dilakukan oleh Rusbult 25 2 16.67%
(1980) dalam penelitiannya tentang
komitmen. Esai yang diberikan akan Penelitian ini diikuti oleh 12
bercerita tentang seseorang yang menjalin partisipan. Data tabel satu menunjukkan
hubungan berpacaran, tetapi tidak puas bahwa yang terbanyak mengikuti
dengan hubungannya saat ini. Ia tetap penelitian ini adalah partisipan berusia 20
bertahan karena ia percaya ke depannya tahun dan yang paling sedikit adalah
pacarnya dapat menjadi sosok yang lebih partisipan berusia 21, 23, dan 24 tahun.
baik. Ia juga merasa bahwa di masa depan,
tidak ada orang lain yang dapat memenuhi Tabel 2.
kebutuhannya akan relasi romantis selain [Distribusi Jenis Kelamin Partisipan]
pasangannya. Setelah sesi eksperimen
selesai, partisipan akan diberikan post-test Sex N Percentage
berupa alat ukur komitmen.
Perempuan 7 58.33%
Analisis. Analisis data akan
dilakukan menggunakan aplikasi JASP Laki-laki 5 41.67%
0.16.4.0 untuk Microsoft. Peneliti akan
melakukan pemeriksaan data dengan tes Tabel 2 menunjukkan distribusi
normalitas dan tes homogenitas sebelum jenis kelamin partisipan. Sejumlah tujuh
melakukan tes hipotesis. Tes normalitas orang (58,33%) partisipan adalah
adalah tes untuk mengukur apakah data perempuan sedangkan lima orang lainnya
penelitian memiliki distribusi yang normal (41,67%) adalah laki-laki.
atau tidak (Kim & Park, 2019). Tes
homogenitas adalah tes untuk Tabel 3.
membandingkan proporsi respons dari dua [Tes Normalitas]
atau lebih populasi atau subpopulasi
terhadap satu variabel tertentu (Kirch, W p
Pre-Test - Post-Test 0.904 0.177 Tabel 6.
[Independent Samples T-Test]
Tabel 3 menunjukkan hasil tes
Test Statistic df p
normalitas. Peneliti menggunakan Shapiro
Wilk untuk mengukur kenormalan Pre-Test Student -1.448 10 0.178
distribusi data. Hasil tes ini menunjukkan Post-Test Student -2.047 10 0.068
bahwa data penelitian memiliki distribusi
yang normal (p=0.177).
Tabel 6 menunjukkan hasil
Tabel 4. independent samples t-test yang dilakukan
[Test of Equality of Variances untuk melihat apakah jenis kelamin
(Brown-Forsythe)] partisipan memiliki pengaruh pada
komitmen. Uji asumsi telah terpenuhi
F df₁ df₂ p sehingga data yang dilihat adalah analisis
student test. Berdasarkan data pre-test
Pre-Test 0.409 1 10 0.537
(p=0.178) dan post-test (p=0.068), jenis
Post-Test 1.511 1 10 0.247 kelamin tidak signifikan memengaruhi
komitmen berpacaran.
Tabel 4 menunjukkan hasil tes
homogenitas. Hasil tes ini menunjukkan Tabel 7.
bahwa data penelitian bersifat homogen [Tes Korelasi Kepuasan dengan
berdasarkan pre-test (p=0.537) dan Komitmen]
post-test (p=0.247).
Pearson's r p

Tabel 5. Post-Test -
TOTAL
0.580 0.048
[Paired Samples T-Test] _SAT

Measure 1 Measure 2 t df p Tabel 7 menunjukkan hasil tes


Pre-Test - Post-Test -0.620 11 0.548 korelasi antara kepuasan sebagai
secondary variable dengan komitmen
berpacaran. Adanya korelasi antara
Uji asumsi berdasarkan tes kepuasan dengan komitmen berpacaran
normalitas dan homogenitas telah ditunjukkan dengan p=0.048.
terpenuhi sehingga hipotesis akan
dianalisis menggunakan statistik Tabel 8.
parametrik. Tabel 5 menunjukkan hasil [Tes Regresi Linear Kepuasan dan
paired samples t-test yang Komitmen]
membandingkan data pre-test dan post-test
dari partisipan. Peneliti menggunakan Model R R² F p
Student’s paired samples t-test. Expected
H₁ 0.580 0.336 5.065 0.048
satisfaction ditemukan tidak signifikan
memengaruhi komitmen berpacaran
(p=0.548). Skor komitmen berpacaran Tabel 8 menunjukkan hasil tes
partisipan di post-test (M=123.583; regresi linear antara kepuasan dengan
SD=6.201) menunjukkan peningkatan komitmen berpacaran.Kepuasan memiliki
yang tidak signifikan dibanding dengan pengaruh signifikan pada komitmen
skor komitmen berpacaran di pre-test berpacaran ditunjukkan dengan p=0.048.
(M=121.833; SD=12.648).
Pembahasan (Rusbult, 1983). Kepuasan bersama
Tujuan dari penelitian ini adalah variabel lain seperti kualitas
untuk membuktikan expected satisfaction berkomunikasi, kesetiaan, tingkat
dapat memprediksi komitmen dalam keterikatan emosional, dan kepercayaan
hubungan berpacaran di emerging menjadi prediktor komitmen hubungan
adulthood. Dari hasil paired samples t-test, (Rhoades, Stanley, & Markman, 2012).
hipotesis penelitian ini ditolak yang berarti Kepuasan juga disebut mempunyai
expected satisfaction tidak berpengaruh pengaruh yang lebih besar daripada
signifikan pada komitmen berpacaran. expected satisfaction dalam mengukur
Jika hasil tes dibedah lebih detail, tingkat komitmen individu dalam
dapat terlihat bahwa rata-rata skor pre-test hubungan romantis (Rhoades, Stanley, &
dan post-test partisipan tidak meningkat Markman, 2012). Kepuasan memiliki
signifikan. Dilihat dari data individu, maka pengaruh yang lebih besar dikarenakan
terlihat bahwa secara kuantitas, mayoritas memberikan fondasi yang kuat bagi
partisipan mengalami penurunan dari individu untuk melibatkan diri dan tetap
perbandingan hasil pre-test kepada berkomitmen sedangkan expected
post-test. Ini menunjukkan bahwa setelah satisfaction cenderung lebih fleksibel serta
membaca cerita roleplay yang mendorong bisa berubah seiring berjalannya waktu
expected satisfaction, partisipan justru (Rusbult, 1983). Kepuasan dapat
mengalami penurunan komitmen. Hal ini memengaruhi komitmen karena
dapat terjadi karena cerita roleplay memunculkan keamanan dan stabilitas
dirancang kurang realistis. Karena cerita hubungan yang diberikan oleh komitmen,
yang tertulis ingin mengarahkan partisipan motivasi yang ditimbulkan oleh komitmen,
untuk roleplay dan menempatkan dirinya serta emosi positif yang dihasilkan oleh
sebagai seseorang yang tidak puas dengan satisfaction (Niehuis dkk., 2022).
hubungannya, namun tetap berada dalam Secara prosedur eksperimen,
hubungan dengan komitmen yang tinggi terdapat beberapa hal yang dapat
karena memiliki expected satisfaction, memengauhi hasil penelitian. Yang
maka itu dapat membuat partisipan merasa pertama adalah sesi eksperimen yang
hal itu tidak realistis (Murray dkk., 2011). hanya dilakukan satu kali. Komitmen
Memiliki harapan yang tidak realistis memang merupakan prediktor terkuat dari
dalam hubungan dapat membuat motivasi kepuasan hubungan, tetapi komitmen
untuk mengejar ekspektasi berkurang dapat terbentuk dari upaya konsisten
(Murray dkk., 2011). Hal kurang realistis mempertahankan hubungan dalam waktu
dapat memicu partisipan untuk yang panjang (Dharmawijayati, 2015).
menurunkan ekspektasi dengan kesadaran Maka dari itu, komitmen adalah sesuatu
sendiri (Shepperd, Ouellette, & Fernandez, yang perlu waktu untuk dibangun.
1996). Kesadaran sendiri dan dapat dipicu Padahal, eksperimen yang dilakukan satu
oleh pertanyaan, seperti post-test yang kali dalam waktu singkat. Terdapat
diberikan (Naess, 2002). Pertanyaan dapat peluang bahwa perubahan komitmen baru
distrukturkan menjadi pemicu kesadaran dapat dilihat dalam jangka yang lebih
diri dengan bertanya mengenai individu lama, tidak dapat langsung terlihat dari
sendiri (Naess, 2002). Kesadaran diri juga satu kali eksperimen saja.
dapat dipicu oleh literatur, seperti cerita Hal kedua dari aspek prosedur
roleplay (Shutenko dkk., 2017). eksperimen adalah isu terkait konten
Di sisi lain, secondary variable manipulasi yaitu cerita role play. Dalam
dari penelitian ini yaitu kepuasan saat ini eksperimen ini, cerita roleplay telah
ditemukan berpengaruh signifikan pada dirancang mengikuti item mengikuti item
komitmen. Hal ini sesuai dengan konsep alat ukur expected satisfaction oleh Baker,
dasar Investment Model of Commitment dkk. (2020). Namun, terdapat peluang
bahwa cerita yang dirancang tidak dapat teks cerita dapat menunjang partisipan
sepenuhnya mewakili makna alat ukur untuk berimajinasi.
orisinal karena melalui proses terjemahan. Selain aspek prosedur eksperimen,
Oleh sebab itu, terdapat peluang bahwa aspek kuantitas partisipan eksperimen juga
cerita tidak dapat sepenuhnya mewakili dapat memengaruhi hasil penelitian.
setiap item expected satisfaction. Jumlah partisipan yang digunakan dalam
Hal ketiga dari aspek prosedur penelitian ini adalah 12 orang. Jumlah
eksperimen adalah isu terkait perspektif partisipan tergolong rendah ini berpeluang
cerita. Terdapat keterbatasan cerita jika menghasilkan data yang perbedaan kurang
dilihat berdasarkan jenis kelamin signifikan. Berdasarkan aplikasi G*Power
partisipan. Partisipan dalam eksperimen ini versi 3.1.9.7, angka partisipan yang
adalah perempuan dan laki-laki. Namun, direkomendasikan untuk eksperimen ini
cerita ditulis secara netral dan tidak adalah 27 orang
menggunakan unsur jenis kelamin. (Heinrich-Heine-Universität Düsseldorf,
Dikarenakan penulisan dilakukan oleh 2023). Dengan peningkatan jumlah
perempuan, terdapat kecenderungan partisipan, ini dapat membantu
bahwa cerita berunsur feminim meskipun meningkatkan power dari eksperimen.
tidak menggunakan kata-kata berunsur Tabel 9.
jenis kelamin. Oleh karena itu, partisipan [Kategori Skor Alat Ukur Komitmen]
laki-laki cenderung tidak dapat
sepenuhnya mengikuti alur cerita sesuai Batas Atas Batas Bawah Kategori
harapan.
15 39 Sangat rendah
Hal keempat dari aspek prosedur
adalah format cerita. Dalam eksperimen 39 63 Rendah
ini, cerita diberikan hanya berupa tulisan 63 87 Sedang
saja, tidak ada gambaran visual yang dapat
menjadi imajinasi partisipan. Sehingga 87 111 Tinggi
partisipan membayangkan cerita tersebut 111 135 Sangat tinggi
dengan imajinasinya masing-masing dan
terdapat peluang tidak membayangkan Karakteristik partisipan eksperimen
konsep expected satisfaction sepenuhnya. juga memegang peranan penting pada hasil
Terlebih saat ini zaman telah bermunculan penelitian. Dalam penelitian ini, partisipan
media yang lebih beragam daripada teks ditemukan telah memiliki komitmen yang
esai. Jika dalam eksperimen yang tinggi sebelum mengikuti eksperimen.
dilakukan Rusbult (1980) masih Partisipan diberikan pre-test beberapa hari
menggunakan teks esai roleplay dan sebelum eksperimen berlangsung. Hasil
manipulasi tersebut efektif, manipulasi pre-test termasuk dalam kategori sangat
tersebut dapat berbeda pengaruh di latar tinggi (M=121.833). Setelah membaca
waktu saat ini. Visualisasi yang diterima cerita roleplay, partisipan diarahkan untuk
oleh indra penglihatan yaitu mata dapat mengisi post-test. Hasil post-test juga
membantu seseorang dalam menangkap termasuk dalam kategori sangat tinggi
informasi (Smiciklas, 2012). Terlebih di (M=123.583). Maka dari itu, pada
zaman ini, digitalisasi informasi membuat dasarnya, partisipan telah memiliki skor
format visual kian marak dan membuat komitmen yang tinggi sebelum terjadinya
manusia lebih terbiasa memproses manipulasi. Hal ini dapat menjadi salah
informasi secara visual (Makarova & satu faktor tidak adanya peningkatan
Makarova, 2019). Hal ini menjadi alasan signifikan setelah eksperimen berlangsung.
untuk memberikan gambar berupa video
ataupun bentuk lainnya daripada sekadar Poin kedua mengenai
karakteristik partisipan adalah tingkat
literasi. Berdasarkan penelitian yang telah selanjutnya dapat merancang dua versi
dilakukan oleh PISA (Programme for cerita roleplay, yaitu versi tokoh utama
International Student Assesment) di tahun perempuan dan veri tokoh utama laki-laki,
2018, Indonesia berada pada kategori agar cerita dapat lebih relevan kepada
performa membaca pada peringkat partisipan.
terendah. Rata-rata perfoma membaca dari
individu berjenis kelamin laki-laki lebih DAFTAR PUSTAKA
rendah dari perempuan. Dalam penelitian
OECD (2018), performa membaca dapat Angela, I., & Ariela, J. (2021). Pengaruh
mengukur kemampuan individu untuk
dimensi attachment avoidance dan
mengerti dan menggunakan kata-kata
tertulis. Performa membaca juga dapat anxiety terhadap kualitas hubungan
mengukur kemampuan individu untuk berpacaran dewasa muda. Jurnal
memiliki pandangan mengenai kata-kata Psikologi Udayana, 8(1), 36.
tertulis untuk meraih tujuan, https://doi.org/10.24843/jpu.2021.v
mengembangkan potensi, pengetahuan dan 08.i01.p04
membawa dampak kepada lingkungan. Baker, L. R., McNulty, J. K., &
Dengan paparan survey diatas menunjukan
VanderDrift, L. E. (2017).
bahwa masyarakat Indonesia memiliki
performa membaca yang sangat kurang. Expectations for future relationship
Sehingga saat partisipan diberikan satisfaction: Unique sources and
rangkaian cerita/bacaan, partisipan kurang critical implications for
mampu mendalami cerita yang diberikan. commitment. Journal of
Jika dilihat dari perspektif Experimental Psychology:
framework theory, penelitian ini termasuk
General, 146(5), 700.
sebagai preliminary experimental study.
Ini karena expected satisfaction yang Baker, L. R., McNulty, J. K., Brady, A., &
merupakan bagian dari Forecasted Model Montalvo, S. (2020). A New
of Commitment merupakan konseo yang Measure of Expected Relationship
terhitung baru. Maka dari itu, eksperimen Satisfaction, Alternatives, and
ini telah diupayakan semaksimal mungkin Investment Supports an
menghadirkan variabel expected Expectations Model of
satisfaction dari penelitian-penelitian yang
Interdependence. Semantic
jumlahnya masih terbatas. Maka dari itu
masih ada beberapa hal yang dapat Scholar, 293–315.
dikembangkan agar penelitian ini dan https://doi.org/10.1017/978110864
penelitian ke depannya tentang expected 5836.015
satisfaction dapat lebih baik. Dharmawijayati, R. D. (2015). Komitmen
Terdapat beberapa saran bagi dalam berpacaran jarak jauh pada
peneliti selanjutnya yang akan membahas wanita dewasa awal. Psikoborneo:
expected satisfaction. Peneliti selanjutnya
Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(3).
dapat memperbanyak jumlah partisipan
agar dapat memiliki peluang perbedaan https://doi.org/10.30872/psikoborn
skor yang dapat lebih terlihat. Lalu, cerita eo.v3i3.3790
roleplay yang dirancang oleh peneliti Fincham, F. D., Stanley, S. M., & Rhoades,
dapat menggunakan media lain agar dapat G. K. (2011). Relationship
lebih mendorong dan mengarahkan education in emerging adulthood:
partisipan untuk mengikuti cerita. Salah
Problems and prospects. In F. D.
satu media yang cocok adalah video
(Smiciklas, 2012). Lalu, penelitian Fincham & M. Cui (Eds.),
Romantic Relationships in https://www.suaramerdeka.com/hib
Emerging Adulthood (pp. uran/pr-045201453/lesti-kejora-ber
293–316). Florida: Cambridge harap-rizky-billar-berubah-ahli-psi
University Press. kologi-dan-mikro-ekspresi-bisa-leb
Friedman, H. S., & Schustack, M. W. ih-parah
(2012). Personality : classic Liana, J., & Herdiyanto, Y. (2017).
theories and modern research. Hubungan antara intensitas
Boston, Mass.: Allyn & Bacon. komunikasi dengan komitmen pada
Gala, J., & Kapadia, S. (2014). Romantic pasangan yang menjalani hubungan
love, commitment and marriage in berpacaran. Jurnal Psikologi
emerging adulthood in an indian Udayana, 4(1), 84–91.
context. Psychology and Makarova, E. A., & Makarova, E. I.
Developing Societies, 26(1), (2019). The functional model of
115–141. using visualization and
https://doi.org/10.1177/097133361 digitalization for media literacy
3516233 development in media education
Heinrich-Heine-Universität Düsseldorf. process. Медиаобразование,
(2023). Universität Düsseldorf: 59(4), 547–556. Retrieved from
G*Power. Retrieved from https://cyberleninka.ru/article/n/the
www.psychologie.hhu.de website: -functional-model-of-using-visuali
https://www.psychologie.hhu.de/ar zation-and-digitalization-for-media
beitsgruppen/allgemeine-psycholog -literacy-development-in-media-ed
ie-und-arbeitspsychologie/gpower ucation-process
Kim, T. K., & Park, J. H. (2019). More Mikulincer, M., & Shaver, P. R. (2016).
about the basic assumptions of Attachment in adulthood :
t-test: normality and sample size. Structure, dynamics, and change.
Korean Journal of Anesthesiology, New York: Guilford Press.
72(4), 331–335. Monk, J. K., Vennum, A. V., Ogolsky, B.
https://doi.org/10.4097/kja.d.18.00 G., & Fincham, F. D. (2014).
292 Commitment and sacrifice in
Kirch, W. (2008). Encyclopedia of public emerging adult romantic
health (p. 1386). Dordrecht: relationships. Marriage & Family
Springer. Review, 50(5), 416–434.
Lemay, E. P. (2016). The forecast model of https://doi.org/10.1080/01494929.2
relationship commitment. Journal 014.896304
of Personality and Social Murray, S. L., Griffin, D. W., Derrick, J.
Psychology, 111(1), 34–52. L., Harris, B., Aloni, M., & Leder,
https://doi.org/10.1037/pspi000005 S. (2011). Tempting Fate or
2 Inviting Happiness? Psychological
Lestari, N. A. P. (2022, October 15). Lesti Science, 22(5), 619–626.
Kejora berharap Rizky Billar https://doi.org/10.1177/095679761
berubah, ahli psikologi dan mikro 1403155
ekspresi: Bisa lebih parah. Suara
Merdeka. Retrieved from
Naess, A. (2002). Self Realization (Vol. 4, https://doi.org/10.1016/0022-1031(
p. 195). Applied Ethics: Critical 80)90007-4
Concepts in Psychology. Rusbult, C. E. (1983). A longitudinal test
Niehuis, S., Davis, K., Reifman, A., of the investment model: The
Callaway, K., Luempert, A., development (and deterioration) of
Rebecca Oldham, C., … satisfaction and commitment in
Willis-Grossmann, E. (2022). heterosexual involvements. Journal
Psychometric evaluation of of Personality and Social
single-item relationship Psychology, 45(1), 101–117.
satisfaction, love, conflict, and https://doi.org/10.1037/0022-3514.
commitment measures. Personality 45.1.101
and Social Psychology Bulletin, Rusbult, C. E., Martz, J. M., & Agnew, C.
014616722211336. R. (1998). The investment model
https://doi.org/10.1177/014616722 scale: Measuring commitment
21133693 level, satisfaction level, quality of
OECD. (2018). Reading performance alternatives, and investment size.
(PISA). International Student Personal Relationships, 5(4),
Assessment (PISA). 357–387.
https://doi.org/10.1787/79913c69-e https://doi.org/10.1111/j.1475-6811
n .1998.tb00177.x
Prastiwi, D. (2022, October 10). 6 Santrock, J. W. (2019). Life-span
pengakuan Wendy Walters development (17th ed.). New York,
tanggapi isu perselingkuhan sang NY: McGraw-Hill Education.
suami reza arap. Retrieved October Shepperd, J. A., Ouellette, J. A., &
10, 2023, from liputan6.com Fernandez, J. K. (1996).
website: Abandoning unrealistic optimism:
https://www.liputan6.com/news/rea Performance estimates and the
d/5092479/6-pengakuan-wendy-wa temporal proximity of self-relevant
lters-tanggapi-isu-perselingkuhan-s feedback. Journal of Personality
ang-suami-reza-arap and Social Psychology, 70(4),
Rhoades, G. K., Stanley, S. M., & 844–855.
Markman, H. J. (2012). The impact https://doi.org/10.1037/0022-3514.
of the transition to cohabitation on 70.4.844
relationship functioning: Shutenko, A. I., Shutenko, E. N., Sitarov,
Cross-sectional and longitudinal V. A., & Romaniuk, L. M. (2017).
findings. Journal of Family Psychological possibilities and
Psychology, 26(3), 348–358. functions of modern information
https://doi.org/10.1037/a0028316 technologies as the means for
Rusbult, C. E. (1980). Commitment and students’ self-realization in
satisfaction in romantic university training. International
associations: A test of the Journal of Pharmaceutical
investment model. Journal of Research & Allied Sciences, 6(1).
Experimental Social Psychology, Smiciklas, M. (2012). The power of
16(2), 172–186. infographics: Using pictures to
communicate and connect with
your audiences. Pearson Education.
Sternberg, R. J. (1997). Construct
validation of a triangular love
scale. European Journal of Social
Psychology, 27(3), 313–335.
Retrieved from
http://vivanautics.com/pdf/Sternber
g1997.pdf
Syahputri, S. E., & Khoirunnisa, R. N.
(2021). Hubungan antara
komitmen dengan forgiveness
dalam menghadapi konflik pada
dewasa muda yang menjalin
hubungan jarak jauh. Character:
Jurnal Penelitian Psikologi, 8(9),
142-153.
Whitton, S. W., & Kuryluk, A. D. (2012).
Relationship satisfaction and
depressive symptoms in emerging
adults: Cross-sectional associations
and moderating effects of
relationship characteristics. Journal
of Family Psychology, 26(2),
226–235.
https://doi.org/10.1037/a0027267
Wood, D., Crapnell, T., Lau, L., Bennett,
A., Lotstein, D., Ferris, M., & Kuo,
A. (2017). Emerging Adulthood as
a Critical Stage in the Life Course.
Handbook of Life Course Health
Development, 123–143.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-
47143-3_7
Lampiran 1.
Gambaran Prosedur Eksperimen

Eksperimen akan dilakukan selama kurang lebih 45 menit. Sebelum sesi eksperimen,
setiap partisipan akan diberikan pre-test terlebih dahulu. Tester akan mengarahkan partisipan
ke ruangan kelas yang kondisinya tenang dan sejuk sebagai upaya mengeliminasi variabel
yang dapat memengaruhi penelitian.
Tester akan memperkenalkan diri dan mengucapkan terima kasih pada partisipan.
Tester menjelaskan informasi dasar mengenai eksperimen yaitu merupakan bagian dari mata
kuliah Psikologi Eksperimen, akan berdurasi kurang lebih 45 menit, dan topik eksperimen
adalah tentang hubungan romantis. Setelah itu, tester akan memberikan arahan tentang
eksperimen. Tester menjelaskan bahwa setiap partisipan akan diberikan kertas berisi cerita
roleplay. Cerita akan mengangkat topik expected satisfaction sesuai dengan item-item alat
ukur dalam penelitian Baker, dkk. (2020). Partisipan diharapkan membaca cerita sambil
menempatkan diri sebagai tokoh utama cerita tersebut. Partisipan diberitahu bahwa durasi
membaca cerita dilakukan selama kurang lebih 10 menit sehingga dapat benar-benar
memahami cerita secara mendalam. Setelah sesi membaca cerita selesai, tester akan
membagikan tautan Google Form berisi post-test. Sesi dengan pembagian konsumsi. Tester
menutup sesi dengan mengucapkan terima kasih dan menekankan kerahasiaan data
partisipan.
Lampiran 2.
Instruksi Eksperimen

Selamat siang teman-teman. Perkenalkan kami mahasiswa Psikologi angkatan 2021.


Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menjadi partisipan dalam eksperimen kami kali
ini.
Sebelum kita mulai, ada beberapa informasi yang harus teman-teman ketahui. Untuk
eksperimen pada hari ini hanya akan digunakan untuk pembelajaran kami dalam mata kuliah
Psikologi Eksperimen. Seperti yang terlampir dalam informed consent yang telah
teman-teman tandatangani, seluruh informasi dan hasil dari eksperimen ini akan kami jaga
kerahasiaannya. Oleh karena itu, teman-teman tidak perlu khawatir dan dapat mengikuti tes
ini dengan sesungguh-sungguhnya. Untuk eksperimen pada hari ini, durasinya akan tidak
lebih dari satu jam. Teman-teman tidak perlu mempersiapkan apa-apa dan hanya perlu
mengikuti instruksi dari kami. Untuk eksperimen kali ini, teman-teman yang dipilih berada
hubungan berpacaran. Ini karena topik eksperimen kali ini mengenai hubungan romantis,
sehingga pertanyaan yang diberikan akan seputar hubungan teman-teman dengan pasangan
kalian. Untuk memastikan, apakah semua diantara teman-teman telah mengisi google forms
yang telah diberikan oleh salah satu dari kami yang mengajak kalian? Baik jika sudah, kami
akan melanjutkan dengan instruksi eksperimen pada hari ini.
Untuk eksperimen kali ini, teman-teman akan diberikan sebuah cerita. Tugas teman
adalah untuk membaca cerita tersebut. Teman-teman akan diberikan kurang lebih 10 menit
untuk membacanya agar dapat benar-benar memahami cerita tersebut. Teman-teman tidak
diperbolehkan untuk membuka handphone dan pergi ke toilet selama membaca cerita
tersebut. Oleh karena itu kami akan memberi waktu selama 5 menit untuk teman-teman pergi
ke toilet. Sebelum itu, apakah ada pertanyaan? Jika tidak ada-ada teman dipersilahkan untuk
pergi ke toilet.
Baik karena semua partisipan sudah kembali, rekan-rekan saya akan memulai bagi
ceritanya. Teman-teman diperbolehkan untuk memulai membaca.
Baik waktu membaca sudah selesai. Apakah semuanya sudah selesai membaca? Baik,
rekan-rekan saya akan mengambil kertas yang berisi cerita kembali. Selanjutnya,
teman-teman diperbolehkan untuk membuka handphone dan scan QR code yang ada di PPT.
Teman-teman diberi waktu 10 menit untuk mengisi google forms tersebut. Teman-teman
diharapkan untuk mengisinya sesungguh-sungguhnya dan sejujur-jujurnya. Apakah ada
pertanyaan? Jika tidak ada, teman-teman boleh melanjutkannya.
Baik, apakah semuanya sudah selesai? Jika ada yang masih dalam proses pengisian,
mohon mempercepat pengisiannya.
Terima kasih kepada seluruh partisipan yang telah meluangkan waktu dalam
mengikuti eksperimen kami. Sebelum kami mengakhiri sesi kali ini, kami ingin
mengingatkan kembali kepada seluruh peserta bahwa seluruh hasil dan informasi yang
didapatkan dari eksperimen ini akan kami rahasiakan, sehingga teman-teman tidak perlu
khawatir. Terima kasih sekali lagi atas kehadiran teman-teman. Sekarang, kami ingin
mengajak teman-teman untuk foto bersama.
Baik, sebelum teman-teman meninggalkan kelas, kami ingin memberi apresiasi
kepada teman-teman yang telah meluangkan waktu dengan sedikit konsumsi dari kami.
Terima kasih sekali lagi dan sampai jumpa di lain waktu.
Lampiran 3.
Bahan Manipulasi (Cerita untuk Kelompok Eksperimen)

“Aku Harap Dia Berubah”


(Bayangkan dirimu adalah Aku, Si Tokoh)

Tik… tik… tik…. tetesan air hujan membasahi tanah di taman belakang rumahku, aku
berpikir sudah berapa lama tidak mengobrol dengannya. Semakin hari, semakin menjauh
jarakku dengan dia. Bak hujan yang membasahi tanah, tak aku sangka ternyata pipiku juga
sudah dibasahi oleh air mata. Aku berpikir dan berharap semua akan kembali seperti dulu.
Mungkin ini hanya fase, fase yang berat dan hampa.
Aku adalah seorang mahasiswa yang dapat dibilang cukup sibuk. Aku harus membagi
waktu antara kuliah dan pekerjaan. Sudah cukup rumit membagi waktu antara kedua hal itu,
ditambah aku memiliki seorang pacar. Tenang saja, aku mahir membagi waktuku untuknya,
tetapi kebalikannya aku merasa dia tidak bisa membagi waktunya untukku. Hubungan kami
sudah berjalan selama dua tahun. Selama itu hubungan kami baik-baik saja, karena saat itu
aku dan dia tidak terlalu sibuk. Namun berbeda dengan tahun ini, tahun yang cukup berat
buatku.
Berbeda denganku, dia bekerja ikut dengan orang lain sedangkan aku bekerja dengan
keluargaku sendiri, family business. Terkadang waktu kami bertabrakan. Dia menjadi bagian
penting dari salah satu perusahaan start-up yang membuatnya harus terus-menerus
berdedikasi pada perusahaan sehingga mengorbankan waktunya. Bahkan aku merasa
lama-lama ia mulai mengorbankan hubungan ini. Aku percaya dia tidak main di belakangku,
tapi kita tidak tahu semua kejadian di balik layar yang kita tidak thau bukan?
Aku mencoba untuk menyelesaikan tugasku sembari menyeduh kopi hangat. Isi
pikiranku berisik dengan perubahan sifatnya akhir-akhir ini. Apa ini salahku? Sesibuk itukah
kita sampai tidak ada quality time? Aku tidak bisa fokus mengerjakan apa yang sedang aku
kerjakan di laptop yang ada di depanku ini. Sesekali rasa sakit hati muncul ketika teringat
kejadian dua hari lalu.
"Kamu selalu cuekkin aku kalau kita ketemu, untuk ketemu aja susah tapi pas ketemu
kamu fokus banget sama ponselmu?" ucapku ke dia.
"Ya orang kerjaan, lagi pula aku gak selingkuh! Sudah bagus aku datang ke rumahmu.
Yang penting kita bersama sekarang kan?!" bentaknya.
Aku terkejut dan sakit hati mendengar perkataannya, yang aku inginkan adalah
kebersamaan yang hangat, saling bertukar cerita dan menghabiskan waktu berdua dengan
kegiatan yang menyenangkan untuk kami berdua. Dia seperti ada raganya namun bukan
jiwanya. Terkadang ketika kita bertemu, aku ingin bercerita dengannya. Namun dia sangat
sering ketemu aku terlihat karena terpaksa. Mukanya tidak senang, hanya fokus dengan
ponselnya Jadi aku berpikir dia sedang banyak masalah di kantornya. Aku jadi ragu buat
cerita soal masalahku karena takut semakin membebaninya. Memang ini sulit buatku, tapi
aku percaya ke depannya dia lebih bisa mendengarkan aku.
Aku satu kali, dua kali, tiga kali, bahkan berkali-kali tidak bisa berhenti mengecek
notifikasi yang muncul di layar ponselku. Tiba-tiba Instagramku muncul dengan berita
tentang pasangan yang terkena isu verbal abuse namun tetap mempertahankan hubungan
mereka. Kupikirkan niatku untuk menyudahi hubungan ini, tapi tidak jadi karena harga diriku
tergores. Mereka yang verbal abuse aja masih bertahan, apalagi hubunganku yang hanya
masalah kesibukan dan aku merasa kesepian, masa harus disudahi. Aku hanya berharap dia
akan berubah suatu saat. Aku percaya, dia akan sadar bahwa dia berubah.
Aku berharap perusahaan bisa segera settle dan dia tidak perlu lembur lagi, biar dia
punya lebih banyak waktu luang untuk menghabiskan waktu denganku seperti dulu. Meski
memang sekarang aku merasa kesepian, tapi aku yakin mungkin satu dua tahun lagi ketika
perusahaannya sudah lebih berkembang dia akan lebih longgar. Jadi aku berharap kamu bisa
meluangkan waktu untukku sehingga aku bisa merasa lebih percaya dan nyaman dalam
sebuah hubungan yang lebih stabil.
Saat menjelang tidur, terkadang aku membayangkan memelukmu. Aku merindukan
pelukan hangatnya. Saking sibuknya dia, saat kita jalan dia suka lupa menggandeng
tanganku. Aku seperti jalan sendiri. Sedih, tapi aku berekspektasi sebagai mekanisme
pertahanan diri. Aku berekspektasi dia akan merangkul ketika kami jalan bersama di
pertemuan selanjutnya. Aku meyakinkan diriku bahwa mungkin saat itu dia sedang capek.
Tapi aku juga capek? Huft. Ah, sudahlah.
Selagi dia tidak main di belakangku, aku akan mencoba untuk mempertahankan
hubungan ini. Sesekali dia masih memperbolehkanku untuk mengintip isi chat-nya saat kerja
dan aku berharap ini akan terus berlaku hingga masa depan. Agar aku tidak overthinking,
terserah saja kalau aku dianggap posesif. Seperti waktu PDKT, dia selalu menenangkanku
ketika aku overthinking. Ya sekarang sudah jarang sih, tapi mungkin karena kesibukannya.
Semoga saja dia bisa menenangkanku seperti biasanya. Aku percaya ke depannya ia bisa
turut bahagia ketika aku bahagia, turut bersedih ketika aku bersedih, dan menjadi sosok yang
memenuhi dukungan emosional yang aku perlukan.
Aku bertahan juga karena aku masih memiliki harapan. Harapan untuk merasa puas
dengan hubungan ini, harapan untuk hubungan ini bisa lebih baik daripada hubungan orang
lain. Bagaimana tidak, pasangan yang verbal abuse aja bisa bertahan, masa kami tidak bisa.
Jadi kalau dia sudah tidak terlalu sibuk dan kami sudah lebih dewasa lagi, hubungan kita bisa
mendekati kualitas hubungan yang ideal. Semoga saja hubungan kita ke depannya bisa
membuat kita sama-sama bahagia, tidak seperti ini terus dan ke depannya aku harap aku dan
dia bisa saling memberikan support secara emosional. Tentu saja semakin hangat, banyak
menghabiskan waktu bersama, dan dipenuhi dengan kecupan manis seperti hubungan kami
yang seharusnya. Sudah waktunya untuk kembali kerja, aku berdoa hubungan kami membaik
dan semua ekspektasi terjadi di kemudian hari.
Lampiran 4.
Alat Ukur Komitmen (Pre-Test dan Post-Test)
https://drive.google.com/drive/folders/1xq_s60k_QkiZTS2lBu61gSVtsqBi7t_q?usp=sharing

Lampiran 5.
Alat ukur Kepuasaan (Upaya Blocking)
https://docs.google.com/forms/d/1Ggq6ELDRAyOWUk5r7VDUFMKM3xs0Q__QwENYkL
ChQB4/edit?usp=drive_web

Anda mungkin juga menyukai