Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)

PENTINGNYA SKILL DALAM DUNIA KERJA

NAMA MAHASISWA : MARIA MAGDALENA MARPAUNG

NIM : 1192411010

KELAS : B (REGULER)

DOSEN PENGAMPU. : MAHFUZI IRWAN S.Pd,M.Pd

MATA KULIAH : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
PENTINGNYA SKILL DALAM DUNIA KERJA

Kerja ??sana-sini sibuk membicarakan tentang pekerjaan, suatu masalah ekonomi yang di
perbincangkan oleh masyarakat kita untuk mencari nafkah dan melangsungkan hidup. Tak
pandang siapa itu baik laki-laki maupun perempuan, tua muda mereka sama-sama
membicarakan soal pekerjaan. Tapi bukan berarti mereka yang tak bisa bekerja mereka tak
dapat melangsungkan kehidupan karna rejeki kita sudah ada yang mengatur hanya saja kita
berusaha untuk mengatur rejeki itu, selebihnya kita sarankan pada Sang Pencipta. Dalam
masalah ekonomi yang bersifat makro yang berarti keseluruhan hampir semua membutuhkan
pekerjaan lain dengan masalah dalam ekonomi yang masih bersifat mikro pekerjaan yang di
bahas hanya di lingkungan rumah tangga saja. 

Berbicara tentang  kebutuhan kerja banyak hal cara yang harus diketahui sebelum
memutuskan untuk bekerja. Nah, disini saya sedikit akan menulis beberapa hal, yang menurut
saya, harus kita punya kalau kita mau bekerja. Saya mengambil contoh untuk bekerja di
kantoran di bagian teknisi ya kita harus mempunyai keahlian teknisi, notaris ya harus faham
soal hukum, dan lainnya. Setidaknya keahlian-keahlian dalam bekerja itu sudah disiapkan
sebelum kita memasuki pekerjaan itu.

Skill sangat mempengaruhi pada jenis pekerjaan. Jadi saat kita memutuskan untuk bekerja,
satu hal penting yang perlu kita miliki adalah hard skill. Hard skill ini bisa dan lebih mudah
untuk dipelajari oleh siapapun. Selama kita menjalani dunia pendidikan, sebenarnya apa
pendidikan kita, kita sudah diajarkan hard skill ini.

Di zaman yang sudah modern ini apalagi sudah banyak orang-orang pintar, lulusan-lulusan
dari universitas terbaik, maka semakin ketat pula persaingan yang kita hadapi. Yang sudah
terlihat jelas oleh mata begitu banyak pengangguran yang terjadi di negara kita sendiri,
padahal begitu banyak lapangan kerja yang dibuka hanya saja skill yang kita miliki masih
belum matang, kurang PD yang masih menjadi hantu dalam hidup kita.Hal ini banyak
disebabkan karena permasalahan tidak seimbangnya jumlah lulusan dari perguruan tinggi ini
mereka masih belum siap pakai artinya mereka disini masih belum mempunyai skill atau
keahlian dalam bidang tersebut mereka hanya mengandalkan teorinya saja namun praktek
masih belum menguasai.

Kebutuhan akan tenaga kerja yang profesional dan mempunyai skill yang kuat itu sangat
diajukan bahkan tuntutan dalam bekerja. Terlebih di dunia kerja sekarang, banyak
dipengaruhi oleh perusahaan pasar, ekonomi dan teknologi. Tenaga kerja yang memiliki
kecerdasan dan skill yang kuat sangat mendukung pemenuhan kebutuhan pada tenaga kerja.

Ketrampilan teknis disebut juga (hard skill) dan ketrampilan mengelola diri dan orang lain ini
di sebut juga (soft skill) jika seseorang sudah menguasai keduanya maka orang tersebut akan
lebih mudah menciptakan lapangan kerja baik untuk diri sendiri maupun di lingkungan
sekitar. Soft skill ini tidak kalah pentingnya dengan hard skill karena soft skill ini
menyangkut diantaranya, kemampuan komunikasi dengan sesama, kejujuran,kerjasama,
motivasi, serta beradaptasi yang baik dengan pekerjaannya.
Tapi banyak orang beranggapan bahwa dengan ijazah atau gelar yang dimiliki nya sudah bisa
menjamin dirinya mendapat pekerjaan yang dia inginkan,banyak dari kita beranggapan
bahwa hard skill adalah yang utama,sehingga mengesampingkan soft skill kita.Tanpa kita
sadari soft skill yang kita miliki merupakan aspek pendukung yang sangat berpengaruh.

SOFT SKILL DALAM DUNIA KERJA…

Mengapa ?

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak
hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skill. Dunia
pendidikan pun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard university
Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola
diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.
Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar
untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard
skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?,
kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh
unsur soft skillnya.
Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam
dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik
seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya.
Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang
harus melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya
untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.

Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah
diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja,
indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi
oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes,
meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam
menempatkan ‘the right person in the right place’.

Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara
hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM,
pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft
skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang
juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan
interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan
cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih
rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada
pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for
Attitude, Train for Skill“.
Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja,
namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya
yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama
keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi,
kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan
merupakan soft skill.

Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama,
maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih
baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata
memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.

Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang berkaitan
dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang
berada di posisi manajerial atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin
tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi
semakin penting baginya. Pada posisi ini dia akan dituntut untuk berinteraksi dan mengelola
berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya
diuji.

Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang.
Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang
stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada
banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft
skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun
seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill
adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.

Pentingnya Softskill bagi saya mahasiswa..

Soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain maupun
dirinya sendiri.
Oleh karena itu, peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills sangat dibutuhkan.
Apabila hal ini tercapai maka kebutuhan para pengguna lulusan perguruan tinggi di dunia
kerja yang berorientasi produktivitas tinggi akan terpenuhi. Selain itu perbaikan karakter
bangsa melalui profesionalisme di segala bidang bisa terpenuhi. Dengan demikian bisa
meningkatkan kesiapan kita dalam menghadapi persaingan di pasar bebas. Hal ini bisa
dicapai dengan pengaplikasian soft skill ke dalam perkuliahan.
Menurut beberapa penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri diperoleh fakta bahwa
untuk meraih suatu kesuksesan ada karakter khusus (soft skill) yang harus dikuasai. Beberapa
diantaranya yaitu: mampu bekerja sama, motivasi kerja yang tinggi, bertanggung jawab,
dapat mengatasi masalah dengan baik, Jujur, mempunyai kepercayaan diri, ketrampilan
berkomunikasi dll.

Saat ini angka pengangguran lulusan perguruan tinggi semakin meningkat . Menurut Ketua
Umum Kadin Jawa Timur, Erlangga Satriagung, lapangan kerja rata-rata hanya menyerap 37
persen lulusan perguruan tinggi. Data dari Depdiknas menyebutkan hampir sejuta lulusan
perguruan tinggi pada 2009 ini masih belum memiliki pekerjaan. Selain itu kami juga melihat
bahwa banyak lulusan UM yang kesulitan mencari kerja. Hal ini tidak terlepas dari rendahnya
kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini. Kalangan industri menginginkan lulusan yang
tangguh, jujur, tidak cepat bosan, bisa bekerja teamwork, juga terampil berkomunikasi, baik
lisan maupun tulisan. Banyak terdapat lulusan yang pintar, tetapi tidak bisa bekerjasama
dengan orang lain. Atau hebat dalam hal perencanaan, tetapi tidak bisa meyakinkan ide hebat
itu kepada orang lain.
Dari masalah-masalah di atas ada kecenderungan bahwa materi yang diberikan di bangku
kuliah tidak sepenuhnya serasi dengan kebutuhan di lapangan kerja. Sebagian besar materi
hanya berupa keterampilan keras (hard Skill). Padahal, bukti-bukti menunjukkan penentu
kesuksesan justru kebanyakan adalah keahlian yang tergolong lunak (soft skill). 

Para pengguna tenaga kerja sarjana seringkali mengeluhkan bahwa kebanyakan nilai kualitas
lulusan perguruan tinggi itu payah. Kata “payah”, bisa berarti sarjana sekarang tidak tangguh,
cepat bosan, bertabiat seperti kutu loncat, tidak dapat bekerja sama, kurang jujur, tidak
memiliki integritas, dan kurang rasa humor.

Ada lagi yang mengatakan, sarjana saat ini banyak yang suka “muntaber” alias mundur tanpa
berita. Maksudnya, jika mereka sudah teken kontrak dua tahun, baru enam bulan sudah
bosan, tidak tahan menghadapi dunia kerja. Masih bagus, kalau mereka mundur memberi
tahu pimpinan. Yang banyak, mereka pergi begitu saja tanpa pemberitahuan alias
“muntaber”. Demikian menurut hasil penelitian Illah Sailah, peneliti dari Ditjen Dikti
Depdiknas dan dosen senior IPB.

Tampaknya, apa yang diberikan di bangku kuliah tidak lagi sesuai dengan apa yang
dibutuhkan di lapangan kerja. Sebagian besar menu yang disajikan, boleh dibilang berupa
keterampilan keras (hard skills). Padahal, banyak bukti yang menunjukkan bahwa penentu
kesuksesan justru keahlian yang tergolong lunak (soft skills).

Ketidakseimbangan itu, tentu saja perlu segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot
yang lebih kepada pengembangan soft skills. Para pendidik, khususnya pendidikan tinggi,
diharapkan mengembangkan soft skills, baik melalui intrakurikulum maupun kegiatan
ko/ekstrakurikuler. Peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills sangat mendesak,
karena, pertama, untuk memenuhi kebutuhan para pengguna lulusan perguruan tinggi di
dunia kerja dengan orientasi produktivitas tinggi.

Kedua, untuk mewarnai dunia kerja ke arah perbaikan karakter bangsa. Hal itu diperlukan
dengan alasan, fakta bahwa sejak dahulu belum terwujud kejayaan bangsa di bidang
ekonomi, hukum, politik, dan moral. Ratusan ribu sarjana ekonomi dihasilkan tiap tahun,
namun ekonomi masih belum membaik. Begitu pula ratusan ribu sarjana hukum dihasilkan
tiap tahun, tetapi hukum masih belum menemukan bentuk, dan seterusnya.

Ada pelajaran menarik dari buku Lesson from The Top karya Neff dan Citrin (1999).Selain
memuat hasil wawancara, buku itu juga menampilkan satu bab simpulan yang memuat 10
kiat sukses yang menurut 50 orang tersebut paling penting.
Sepuluh kiat sukses itu, kebanyakan menyebutkan pentingnya memiliki keterampilan lunak
sebagai syarat sukses di dunia kerja. Mereka juga sepakat, yang paling menentukan
kesuksesan bukanlah keterampilan teknis, melainkan kualitas diri yang termasuk dalam
kategori soft skills atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Sepuluh kiat sukses ke-50 orang sukses tersebut adalah:
pertama, nafsu yakni unsur dalam kecerdasan emosional yang merupakan kiat sukses, yang
meliputi gairah atau semangat membara.
Kedua, intellegence quotient thinking (IQ). Indikatornya kemampuan menghitung,
menganalisis, mendesain, berwawasan, berpengetahuan luas, membuat model, dan
kritis.Ketiga, kemampuan berkomunikasi dalam mengembangkan/ membangkitkan diri dan
mengembangkan orang lain. Keempat, kesehatan dan energi tinggi, meliputi kemampuan
menjaga stamina fisik dan kesehatan organ-organ tubuh.
Kelima, kecerdasan spiritual. Kecerdasan itu di AS masih menduduki urutan tinggi dalam
mendukung sukses. Kecerdasan spiritual mampu menjawab untuk apa dia hidup, mau ke
mana setelah hidup, dan apa yang ditargetkan setelah kehidupan ini. Orang yang mempunyai
kecerdasan itu akan berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan dan menyejahterakan
orang sebanyak mungkin, bukan justru membuat orang lain menderita.Keenam, kreatif dan
inovatif. Ketujuh, rendah hati. Kedelapan, selalu bersikap positif. Kesembilan, hidup dalam
keluarga yang harmonis; dan kesepuluh, fokus dan mengerjakan yang benar.
Kesepuluh indikator sukses tersebut merupakan kecerdasan holistik yang harus disiapkan.
Tampaknya, nilai spiritualitas dan aspek moral tidak kalah pentingnya, yang terangkum ke
dalam delapan soft skills dan dua hard skills (nomor dua dan empat). Jadi, syarat yang harus
dipenuhi lebih banyak unsur soft skills.

Oleh karena itu, tak dapat disangkal lagi bahwa communication dan interpersonal skill
merupakan syarat terpenting untuk sukses di profesi manapun. Komunikasi merupakan
sesuatu yang selalu kita lakukan baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Komunikasi juga mengambil peranan penting dalam team working skill. Jika kita tidak dapat
bekerja sama dengan baik dengan orang-orang lain di dalam organisasi, maka tujuan akan
semakin sulit untuk dicapai.
Karena sesungguhnya ketika saya memiliki softskill yang baik maka saya bisa menerapkan /
mengaplikasikan segala ilmu yang saya punya. Dengan softskill saya mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru didunia kerja nanti,  berkomunikasi dengan orang baru, mampu
bekerja sama dengan tim (teamwork), sukses dalam bernegosiasi, mampu memecahkan
konflik, serta  mampu dan berani dalam pengambilan keputusan. Artinya ketika saya tidak
mampu melakukan hal-hal tersebut di atas sama saja dengan  ilmu yang saya punya tidak
berguna karena saya tidak bisa membagikannya dengan orang lain.

Pentingnya Keterampilan Lain Dalam Dunia Kerja...

Tidak hanya bidang akademik atau pengetahuan yang di butuhkan di dalam dunia
pekerjaan,keterampilan lain pun di butuhkan untuk menambah nilai lebih bagi tiap individu
dan memperbesar peluang kita untuk di terima di dalam suatu instasi.Mengapa keterampilan
sangat penting di butuhkan?
Kamu akan memiliki keterampilan-keterampilan ini selamanya

Seberapa sering, sih, kamu diberi tahu bahwa bakat atau keterampilan yang menjadi
kebanggaan kamu selama bertahun-tahun tidak akan dipakai ketika sudah masuk dunia kerja?
Kalau kamu seperti saya, mungkin kamu sudah mendengar ucapan itu seribu kali—“buat apa
buang waktu berpikir lama-lama dalam menulis artikel kalau nanti ketika sudah kerja kamu
akan lebih banyak berkomunikasi langsung dengan banyak orang?” Okay, resume dan
prestasi akademik kamu kemungkinan besar memang akan mengantarkan kamu sampai
melewati tahap wawancara, tapi apa yang membuat kamu melakukan pekerjaan kamu dengan
baik nantinya?

Merasa keterampilan yang kamu miliki sudah sempurna? Yakin? Hmm, yang kamu perlu
ingat adalah, proses belajar tidak pernah berhenti. Berikut alasan kenapa kamu sebaiknya
terus meningkatkan keterampilan yang sudah kamu miliki.

Semuanya tergantung skill set. Kemampuan interpersonal kamu akan berperan penting dalam
menjalin relasi dengan kolega, kepemimpinan kamu akan menentukan pantas tidaknya kamu
menangani suatu project, keterampilan kamu dalam menulis akan membuat kamu mampu
menyampaikan ide dengan jelas dan terarah. Semua ini adalah keterampilan yang sebenarnya
kamu miliki seumur hidup dan bisa diaplikasikan dalam berbagai aspek. Jadi wajar jika kamu
terus-menerus meningkatkannya agar dapat selalu memperbaiki dan mengembangkan diri.
Proses belajar tidak pernah berakhir
Kalau kamu pikir kamu sudah ahli dalam keterampilan tertentu,seperti saya perlu
menginterupsi kamu, deh. Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, “the greatest enemy of
learning is knowing”. Pasti selalu ada hal baru yang bisa dipelajari untuk meningkatkan
keterampilan kamu, misalnya dengan mengaplikasikan keterampilan tersebut pada bidang
atau orang baru. Selain itu, lingkungan kerja kamu juga akan selalu berkembang.
Kemampuan kamu dalam memecahkan masalah hari ini belum tentu bisa digunakan untuk
memecahkan masalah terkait hal yang sama di bulan depan. Dengan berpikiran terbuka
bahwa masih ada banyak hal yang belum kamu ketahui dan perlu dipelajari, kamu akan
termotivasi untuk terus meningkatkan keterampilan-keterampilan kamu.

Memiliki berbagai keterampilan membuatmu unggul


Okay, mari kita bandingkan dua karyawan: A dan B. Mereka memiliki prestasi akademik dan
pengalaman kerja yang mirip. Mereka juga disukai oleh orang-orang di sekitar mereka.
Namun, A lebih mudah beradaptasi dan belajar hal baru dibandingkan B. Nah, kelihatan kan,
siapa yang peluangnya lebih besar dalam mencapai jenjang karier yang lebih tinggi?
Ketika terus-menerus meningkatkan keterampilan yang sudah kamu miliki, kamu pasti akan
lebih unggul dibandingkan dengan karyawan-karyawan lain (kecuali jika mereka juga terus
meningkatkan keterampilan mereka). Akan lebih baik jika kamu mempersiapkan diri
menghadapi berbagai tantangan, project dan peluang baru di masa depan.
Hasil penelitian menunjukkan , justru soft skill yang menentukan kesuksesan seseorang
dalam kepemimpinan suatu bisnis. Seperti artikel pada CPA Journal yang mengemukakan
bahwa 20% kesuksesan seseorang diperkirakan berasal dari intelegensia yaitu kemampuan
untuk belajar dan memahami. Sementara itu, 80% sisanya berasal dari kemampuan untuk
memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain.
Meningkatkan Keterampilan Bisa Meningkatkan Prospek Karir Anda,
Bagaimana Bisa?
Mempelajari kemampuan dan keterampilan baru merupakan cara terbaik agar
Anda bisa lebih sukses di dalam karir. Keterampilan akan sangat bermanfaat,
saat Anda mencari peluang karir baru atau ingin meningkatkan tujuan karir di
masa depan.
Sebagian profesi atau pekerjaan, seseorang yang meningkatkan keterampilan dan
kemampuan akan sangat dihargai dan menjadi salah satu syarat bagi banyak
perusahaan. Oleh karena itulah, Anda harus menjadi seseorang yang dinamis,
terus berkembang, dan beradaptasi dengan pertumbuhan bidang.
Pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba untuk menjelaskan kepada Anda
semua tentang manfaat penting dan cara mudah meningkatkan keterampilan.
1.Meningkatkan Rasa percaya diri
Saat Anda menguasai keterampilan baru, maka hal ini bisa membantu Anda
mengambil tugas-tugas baru di tempat kerja. Pemilik perusahaan pasti mencari
kandidat yang proaktif, kompeten, dan memiliki banyak pengetahuan. Dengan
demikian, seseorang yang memiliki keterampilan tertentu bisa dipandang sebagai
aset perusahaan.
2.Meningkatkan daya saing Anda
Dengan keterampilan kerja yang lebih baik dalam bidang pekerjaan, maka Anda
bisa menjadi seorang pelamar kerja yang kompetitif. Saat pemilik perusahaan
melihat bahwa Anda mempunyai keterampilan yang diperlukan, maka peluang
Anda untuk diterima kerja sangat tinggi.
3.Bisa membantu menyelesaikan masalah
Dengan keterampilan kerja yang mumpuni, maka Anda bisa dengan mudah
menawarkan solusi sebuah masalah yang bisa saja terjadi di dalam perusahaan.
Pemilik perusahaan akan sangat menghargai karyawan yang mandiri dan bisa
menyelesaikan masalah yang terjadi.
4.Mendapat peluang karir yang lebih baik
Pemilik perusahaan akan sangat menghargai karyawan yang mandiri dan bisa
menyelesaikan masalah yang terjadi. Misalnya saja, Anda mulai meningkatkan
keterampilan Microsoft Excel, maka bisa saja Anda melamar pekerjaan yang
mengharuskan untuk menganalisis data, membuat spreadsheet, atau membuat
laporan.
Namun bagaimana kita memperoleh semua keterampilan yang sangat di butuhkan tersebut?
Anda bisa mulai meningkatkan keterampilan kerja dengan mengikuti kursus di
lembaga pendidikan non-formal. Kursus yang Anda ikuti bisa membantu untuk
mengembangkan pengetahuan teoritis dan praktis yang dibutuhkan untuk
meningkatkan keterampilan Anda.
Sebaiknya Anda memilih kursus yang memiliki lebih banyak praktik daripada
sekedar teori saja. Orang-orang yang patut dipertimbangkan untuk Anda jadikan
seorang mentor adalah guru, mantan manajer, atau rekan kerja yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dari Anda.

Pembelajaran dan pengembangan kursus melalui pendidikan luar sekolah


Pendidikan luar sekolah sebenarnya sudah ada sebelum pendidikan formal
lahir. Pendidikan luar sekolah (PLS) sesungguhnya bukan merupakan hal yang baru
dalam kehidupan manusia (Faure, 1981: 2). Pendidikan luar sekolah berjalan sesuai
dengan peradaban manusia yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pelaksanaan, masyarakat
melakukannya melalui upacara-upacara tradisional, keagamaan, kebudayaan, dan
kegiatan belajar membelajarkan dalam bentuk magang oleh orang tua kepada anaknya
atau orang yang sudah tahu kepada orang yang ingin tahu secara tradisional.
Pendapat para pakar pendidikan luar sekolah mengenai definisi PLS cukup
bervariasi. Philip H.Coombs berpendapat bahwa pendidikan luar sekolah adalah
semua kegiatan pendidikan yang terorganisasi, sistematis dan dilaksanakan di luar
sistem pendidikan formal, yang menghasilkan tipe-tipe belajar yang dikehendaki oleh
kelompok orang dewasa maupun anak-anak.
Russel Kleis, dalam bukunya Non-formal Education mengemukakan bahwa
pendidikan luar sekolah adalah usaha pendidikan yang dilakukan secara sengaja dan
sistematis. Biasanya pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama
yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendidikan luar sekolah dilaksanakan
dengan sukarela dan selektif sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik
yang ingin belajar dengan sungguh-sungguh.

Axinn mengemukakan bahwa pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan


yang ditandai dengan kesengajaan dari kedua belah pihak, yaitu pendidik yang
sengaja membelajarkan peserta didik, dan peserta didik yang sengaja untuk belajar.
Suzanna Kindervatter mengemukakan definisi pendidikan luar sekolah sebagai
berikut: pendidikan luar sekolah sebagai suatu metoda penerapan kebutuhan, minat
orang dewasa dan pemuda putus sekolah di negara berkembang, membantu dan
memotivasi mereka untuk mendapatkan keterampilan guna menyesuaikan pola
tingkah laku dan aktivitas yang akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan
standar hidup. Suzanna Kindervatter mengusulkan pendidikan pendidikan luar
sekolah sebagai "empowering process”. Empowering process adalah pendekatan
yang bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada seseorang atau
kelompok guna memahami dan mengontrol kekuatan sosial ekonomi dan politik
sehingga dapat memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat.

Programpembelajaran dalam empowering process dirancang untuk memberi kesempatan


kepada para anak putus sekolah, dengan menganalisis keadaan kehidupan mereka
guna, mengembangkan keterampilan yang dikehendaki agar dapat merubah keadaan
kehidupan mereka.Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis
pendidikan non formal. Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti
halnya sekolah. Perbedaannya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu
pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu, Peserta Kursus yang telah
mengikuti kursus dengan baik dapat memperoleh sertifikat atau surat keterangan. Untuk
keterampilan tertentu seperti, kursus ahli kecantikan atau penata rambut diwajibkan
menempuh ujian negara. Ujian negara ini dimaksudkan untuk mengawasi mutu kursus yang
bersangkutan, sehingga pelajaran yang diberikan memenuhi syarat dan peserta memiliki
keterampilan dalam bidangnya.Kursus merupakan salah satu pendidikan pada jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Penyelenggaraannya yang
sangat fleksibel dengan kebutuhan masyarakat, perkernbangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tuntutan dunia usaha/ industri, menjadikan peran kursus sangat strategis
dalam dunia pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.X

Pada tahun 2001 jumlah kursus tercatat sebanyak 22.510 buah, terdiri dari 139 jenis
keterampilan. Pelaksanaan pernbinaan dan pengembangan kursus dilaksanakan dengan
bekerja sama dengan organisasi mitra dan subkonsorsium yang terdiri dari unsur para pakar,
praktisi, tenaga pendidik, dan penyelenggara kursus.
Peran Pendidikan Luar Sekolah
Masalah pendidikan dalam pendidikan sekolah, menyebabkan pendidikan luar
sekolah mengambil peran untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam
mengurangi masalah tersebut. Sudjana (1989:107) mengemukakan peran pendidikan
luar sekolah adalah sebagai “pelengkap, penambah, dan pengganti".

Sebagai pelengkap pendidikan sekolah


Pendidikan luar sekolah berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta
didik dengan jalan memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh dalam
pendidikan sekolah. Isi pogram didasarkan atas kebutuhan peserta didik. program
dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan dan bekerja sama dengan masyarakat.
Programnya bermacam-macam, seperti pendidikan keterampilan produktif, olah raga,
kesenian, kelompok belajar, kelompok rekreasi dan kelompok pencinta alam.
Pendidikan luar sekolah sebagai pelengkap ini dirasakan perlu oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat dan mendekatkan fungsi
pendidikan sekolah dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu
program-program PLS pada umumnya dikaitkan dengan lapangan kerja dan dunia
usaha seperti latihan keterampilan kayu, tembok, las, pertanian, makanan, dan lain-lain.

Sebagai penambah pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah sebagai penambah pendidikan sekolah bertujuan


untuk menyediakan kesempatan belajar kepada:
1. Peserta didik yang ingin memperdalam materi pelajaran tertentu yang diperoleh
selama mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah. Kegiatan
belajar tambahan ini dilakukan di luar jam pelajaran dengan menggunakan ruang
kelas di sekolah yang bersangkutan atau ditempat lain. Materi pelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Para pendidik pada umumnya adalah
guru-guru mata pelajaran yang bersangkutan sangkutan atau sumber belajar lain
yang ada di ma syarakat.

2. Alumni suatu jenjang pendidikan sekolah dan masih memerlukan layanan


pendidikan untuk memperluas materi pelajaran yang telah diperoleh. Kebutuhan
ini berkaitan dengan dua hal, yaitu : 1) Memperluas materi pelajaran yang telah
diperoleh untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Kebutuhan ini
biasanya dilakukan melalui bimbingan studi, bimbingan tes, kursus-kursus dan
kelompok belajar; 2) Menambah pengetahuan tentang materi belajar yang
dirasakan penting sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin cepat. Kebutuhan ini dilakukan melalui kursus-kursus, diskusi,
seminar lokakarya, penelitian dan studi kepustakaan.

3. Mereka yang putus sekolah dan memerlukan pengetahuan serta keterampilan


yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan atau penampilan diri dalam
masyarakat. Upaya ini dikaitkan dengan keterampilan kerja dan berusaha.
Pendidikan luar sekolah sebagai penambah ini diarahkan untuk
membekali para lulusan dan mereka yang putus sekolah untuk memasuki dunia kerja.
Sebagai pengganti pendidikan sekolah

Pendidikan luar sekolah sebagai pengganti

pendidikan sekolah meyediakan kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa yang
karena berbagai alasan
tidak memperoleh kesempatan untuk memasuki satuan pendidikan sekolah,
umumnya sekolah dasar. Program pendidikan ini sering diselenggarakan di
daerah-daerah terpencil atau daerah yang disebut kantong terasing yang belum
memiliki sekolah dasar.
Kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar
membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan praktis dan sederhana yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti pemeliharaan kesehatan
lingkungan dan pemukiman, gizi keluarga, cara bercocok tanam, dan jenis-jenis
keterampilan lainnya. Kegiatan ini sanya dikelola oleh lembaga-lembaga pemerintah
dan badan-badan sosial yang mempunyai tugas pelayanan pada masyarakat.

Bentuk-bentuk kegiatan Belajar dalam PLS


Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang selalu dilakukan dalam PLS antara lain: 1)
Belajar kelompok, 2) Magang, 3) Latihan-latihan keterampilan, 4) Lain-lain.

Belajar Kelompok
Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang
mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status
dan peranannya (Sherif,. 1962). Pada bagian lain Hare (1962) mengemukakan
bahwa, kelompok bukanlah sekedar kumpulan orang-orang. Anggota kelompok
mengadakan interaksi satu sama lain dan mempunyai tujuan yang memberi haluan
dan arah gerak kelompok maupun anggota kelompok agar tercapai tujuannya.
Burgon menjelaskan bahwa kelompok kecil yang terdiri dari 2-20 orangTujuan mengikuti
kursus adalah sebagai bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, pengembangan
diri, pengembangan profesi, modal kerja, usaha mandiri atau untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.  
memiliki ciri interaksi tatap muka, yang anggotanya terdiri dari 3 orang atau lebih
memiliki tujuan tertentu seperti menyebarluaskan informasi, mempertahankan diri
atau memecahkan masalah.
Istilah belajar kelompok sesungguhnya memberikan konotasi, bahwa
kegiatan belajar dilakukan secara bersamasama. Merupakan proses pertukaran ide
dimana dua orang atau lebih mengekspresikan, menjelaskan dan mengumpulkan
pengetahuan, pengalaman, pendapat dan perasaan-perasaannya (Malcom S.Knowles,
1950).
Dalam belajar kelompok, pengalaman belajar tidak hanya diperoleh dan
berasal dari sumber belajar, melainkan terdapat pula melalui interaksi kelompok antar
peserta didik itu sendiri. kegiatan belajar kelompok adalah terjalinnya interaksi antara
sumber belajar dengan warga belajar secara efektif.

Magang
Magang merupakan salah satu kegiatan belajar yang asli dan yang paling tua.
Setelah manusia mengenal perkakas, senjata, pakaian, perumahan dan bahasa maka
hasrat untuk mengetahui, menguasai, dan sikap untuk memiliki benda-benda tersebut
menjadi bagian dari kehidupannya. Dengan adanya hasrat itu maka pada masa lampau
telah terjadi kegiatan.atau proses pemberian dan menerimaan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tertentu dari seseorang yang memiliki aspek-aspek tersebut
kepada orang yang ingin memiliki aspek-aspek tersebut.
Menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Lembang Bandung, magang
adalah proses belajar dimana seseorang memperoleh dan menguasai keterampilan
dengan jalan melibatkan diri dalam proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk
orang yang sudah terampil dalam bidangnya.
Selanjutnya Sudjana mengemukakan: "Magang sebagai cara memberi dan
menerima informasi yang telah ada dalam kehidupan manusia telah berhasil dalam
menjembatani pemindahan pengalaman seseorang kepada orang lain yang belum
memiliki pengalaman sehingga orang disebut terakhir itu berdiri sendiri (1983 : 3)".
Magang yang merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar dalam pendidikan
luar sekolah, dalam pelaksanaannya t:idak dibatasi oleh waktu dan tempat serta
mempunyai gagasan life long education sebagai konsep utama dalam pendidikan luar
sekolah, serta berupaya untuk mengatasi kebutuhan masyarakat secara efisien, efektif
dan relevan dengan yang dibutuhkan masyarakat (Santoso S.Hamidjoyo,1982:31)
Selanjutnya menurut Sumarna (1990), lembaga formal yang ada saat ini tak
bisa diharapkan mampu mencetak tenaga kerja terampil yang sangat dibutuhkan pasar
kerja, sebab kurikulum maupun sarana pendidikan formal yang digunakan umumnya
sudah ketinggalan atau tak mampu mengikuti derap dunia usaha dan industri yang
berkembang sangat pesat dan cepat berubah. Oleh sebab itu pendidikan luar sekolah
memiliki peluang dan potensi untuk menjawab tantangan ini.
Dalam kegiatan belajar magang, terdapat unsur-unsur yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Menurut Sudjana, dalam kegiatan
magang terdapat : 1) Tujuan, 2) Bahan, 3) Sumber belajar, 4) Warga belajar,
5) Sarana, 6) Tempat, 7) Waktu, dan 8) Biaya akomodasi (Sudjana, 1983:36).

Latihan Keterampilan
Menurut Suparman "penyampaian materi pendidikan tidak cukup diberikan
secara ceramah atau teori yang muluk-muluk, tetapi harus melalui latihan dan
perbuatan-perbuatan yang Bagian lain Emil Salim mengemukakan" dalam
mengembangkan sumber daya manusia sebagai faktor produksi maka produktivitas
manusia harus ditingkatkan melalui keterampilan-keterampilan (1990 : 6).
Latihan keterampilan bertujuan untuk mengembangkan mental, keuletan,
disiplin dan lain-lain yang kesemuanya itu harus diperaktekkan secara kongkret
di dalam kehidupan masyarakat. Latihan keterampilan secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu cara sistematik yang diberikan, kepada seorang untuk
mendapatklan suatu keterampilan tertentu (Goldstsin, 1973: 3) pada bagian lain
Roberts (1937:337) membagi latihan katerampilan kedalam dua macamlatihan
berdasarkan jenisnya yaitu 1) latihan keterampilan prajabatan untuk menyiapkan
calon pekerja dalam menghadapi suatu jenis pekerjaan tertentu dan 2; latihan
keterampilan tambahan bagi mereka yang sudah bekerja dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan efisiensi kerja.
Di bidang teknik, latihan ini direncanakan untuk meny iapkan
peserta didik dalam menghadapi pekerjaan yang membutuhkan keterampilan
sekaligus pemahaman tentang hukum-hukum sains yang sukar untuk dikerjakan
secara teori.
Menurut Butler (1974: 4) keberhasilan peserta didik dalam mengikuti
suatu latihan keterampilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : 1)
kemampuan umumnya tingkat pendidikan, 2) pengetahuan serta keterampilan yang
diperoleh sebelumnya dan yang berhubungan dengan yang dipelajari saat
ini; 3) bakat dan kecerdasan dalam bidang tertentu; 4) sikap dan minatnya
terhadap apa yang dipelajari; 5) fasilitas belajar yang diperolehnya melalui mata,
telinga dan pengalaman-pengalaman; 6) cara pengajaran yang ada.

Pola Pengelolaan PLS yang Ideal

Untuk pengelolaan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan dan


pemukiman masyarakat melalui Pendidikan Luar Sekolah, harus diperhatikan pola
pengelolaan PLS yang meliputi tiga unsur penting yaitu manajemen, program dan
pendidikan luar sekolah. Manajemen disini meliputi :

Perencanaan
Perencanaan di atas terfokus pada upaya menghasilkan rencana yang harus
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan program PLS yang telah ditetapkan.
Perencanaan ini meliputi aspek : 1) Perencanaan fasilitas pendidikan/ penyuluhan kesehatan
lingkungan dan pemukiman. Hal-hal yang direncanakan disini
meliputl persiapan kerangkan konsepsional, persiapan para pelaksana, persiapan
fasilitas kerja yang dibutuhkan, gambaran organisasi yang akan melaksanakan
penyaluran. 2) Perencanaan atau gambaran masalah kesehatan lingkungan dan
pemukiman ada di masyarakat.

Pengorganisasian
Pengorganisasian didasarkan atas kebermaknaan, keluwesan, dan
kedinamisan. Organisasi ini memiliki sembilan prinsip yaitu kejelasan tujuan, alur lalu
lintas, komunikasi, tanggung jawab, aturan-aturan tertulis, pembagian tugas,
koordinasi, keluwesan, keamanan dan kreativitas kerja.
Tahap pengorganisasian dilakukan bersama masyarakat sedemikian rupa
sehingga masyarakat merasa memiliki, tanggung jawab untuk ikut melaksanakan
kegiatan yang akan dilakukan.
Agar pengorganisasian masyarakat ini berjalan baik perlu dilakukan langkah-
langkah kegiatan sebagai berikut :1) Memilih dan menentukan daerah yang akan
dijadikan sasaran pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan da pemukiman. 2)
Melakukan pendekatan dengan pamong setempat (Camat dan Kepala Desa) serta
pemuka masyarakat. 3) Pembentukan kelompok kerja yang tugasnya mengkoordinir
kegiatan yang akan dilakukan. 4) Pembentukan pelaksana yang tugasnya aksanakan
penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman, yaitu (1) Melakukan
pengumpulan data yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. (2) Penyajian
data oleh dan kepada masyarakat, (3) Pertemuan dengan masyarakat guna
merumuskan program kerja yang akan dilaksanakan.

Penggerakan
Penggerakkan merupakan upaya pengelola untuk memotivasi staf dengan
membangkitkan dorongan (motives) sehingga mereka mau dan mampu melakukan
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Pada tahap ini
masyarakat diharapkan akan mampu melaksanakan rencana yang telah disusunnya.
Peranan pengelola, perencana, pelaksana lapangan berfungsi sebagai penasehat,
pembimbing, pendamping.

Evaluasi Program
Evaluasi program disini merupakan kegiatan sistimatis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data atau informasi guna dijadikan
masukan dalam pengambilan keputusan. Sasaran yang dievaluasi adalah .perencanaan,
pelaksanaan, hasil dan dampak dari program pendidikan Luar Sekolah. Sasaran
pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman adalah masyarakat
(manusia) dengan aspek tingkah asunya serta fisik lingkungan dan pemukiman dengan
prasarananya.

Alasan mengikuti kursus adalah keterbatasan waktu belajar, tidak ada kesempatan lagi untuk
mengikuti pendidikan formal, faktor biaya belajar, lebih terfokus dengan apa yang akan
dipelajari, meningkatkan ketrampilan yang telah dimiliki.
Dalam. Pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal ada kursus atau lembaga yang
dibuat untuk meningkatkan keterampilan,seperti :
Kelompok Belajar Usaha (KBU)
kelompok Belajar Usaha (KBU)adalah program pembelajaran yang memberikan peluang
kepada masyarakat melalui kelompok belajar untuk belajar, bekerja dan berusaha, sebagai
pelajaran pasca program KF dan kesetaraan Paket B dan C Tujuan KBU adalah untuk
memperluas kesempatan belajar usaha bagi masyarakat yang tidak mampu, agar memiliki
penghasilan yang tetap, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.
Pola pelaksanaan KBU dibedakan menjadi dua, yaitu pola bersama dan pola sendiri-sendiri.
Pola bersama yaitu warga belajar mengelola dana belajar usaha secara bersama dalam
kelompok, karena jenis usahanya sama. Pola sendiri-sendiri yaitu KBU yang mengelola dana
belajar usahanya dikelola atau diusahakan oleh masing-masing warga belajar secara terpisah
karena jenis usahanya berbeda-beda, tetapi tetap dalam ikatan kelompok.
Program KBU ini dikatakan berhasil apabila warga belajar dapat mengembangkan dan
memasarkan hasil usahanya, memiliki penghasilan yang tetap, serta dapat memutarkan atau
mengembangkan dana belajar usahanya.Ada juga kursus seperti kursus
kecantikan,masak,menjahit,otomotif,dll.Semua nya dapat menarik keterampilan kita agar
menjadi individu yang memiliki nilai lebih dan memperbesar peluang kita di dalam dunia
kerja.

Anda mungkin juga menyukai