Anda di halaman 1dari 13

BIDAN PRENEURSHIP

Stay Hungry. Stay Foolish...... Saatnya Berkarya.

Rabu, 01 Februari 2012

MEMBELAJARKAN HARD SKILL DAN SOFT SKILL MENUJU PENDIDIKAN BIDAN BERKUALITAS

Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana
dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuannya. Menurut UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
klakecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Kebidanan dalam fungsinya untuk menghasilkan tenaga Bidan Profesional meningkatkan
daya saing bangsa melalui peningkatan soft skill mempunyai peran yang sangat strategis, karena para
lulusannya dipersiapkan bukan hanya untuk dapat terjun ke dunia kerja tetapi juga dipersiapkan
merubah perilaku masyarakat. Oleh karena itu untuk ikut meyukseskan tujuan pendidikan nasional
mahasiswa kebidanan selain dibekali dengan hard skill kebidanan juga harus dibekali dengan soft skill
yang memadai. Hal ini disebabkan karena soft skill mutlak dibutuhkan di dunia kerja, baik ketika bidan
bekerja di RS maupun di Komunitas. Dengan demikian dosen harus memiliki soft skill yang memadai
untuk diajarkan kepada mahasiswa sehingga bisa menghasilkan lulusan yang memiliki soft skill yang
dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.

Dampak dari globalisasi pada institusi pendidikan terlihat dari banyaknya lulusan yang tidak dapat
diterima di dunia kerja. Salah satu penyebab para lulusan tidak dapat diterima di dunia kerja atau
menimbulkan kekecewaaan pada user adalah karena kurangnya penguasaan soft skill para lulusan
tersebut. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian NACE (National Association of Colleges and
Employers) pada tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pada umumnya pengguna tenaga kerja
membutuhkan keahlian kerja berupa 82% soft skills dan 18% hard skills.

Keinginan menciptakan lulusan terbaik dan dapat diterima di dunia kerja dan dalam masyarakat
merupakan keinginan setiap perguruan tinggi. Lulusan yang baik dan dapat diterima di dunia kerja akan
sangat sulit tercapai mengingat saat ini banyak perguruan tinggi yang hanya mementingkan hard skill
dan kurang memperhatikan soft skill. Padahal soft skill menjadi syarat mutlak untuk masuk ke dunia kerja
dan sangat diperlukan mahasiswa dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Hal ini bukan berarti
hard skill tidak di butuhkan, tetapi keduanya harus berjalan bersamaan. Dengan soft skill yang baik,
mahasiswa akan terampil dalam berkomunikasi, memimpin, membina hubungan dengan orang lain dan
mengembangkan diri. Sedangkan hard skill akan sangat dibutuhkan ketika mahasiswa baru memasuki
dunia kerja.

Kecenderungan pelajaran yang diberikan di institusi pendidikan sebagian besar merupakan keterampilan
teoritik menyebabkan para mahasiswa mementingkan hard skill dalam belajar, keterampilan tersebut
yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal tersebut berdasarkan kenyataaan seperti
yang disampaikan dalam Rakerwil Pimpinan PTS tahun 2006 (Pikiran Rakyat 3/12/2007) bahwa di dalam
sistem pendidikan saat ini 10% adalah soft skills sedangkan 90% adalah hard skills (Santoso 2006).
Kurangnya soft skill pada peserta didik menyebabkan mereka hanya pandai menghafal pelajaran dan
sudah merasa sukses dengan mempunyai keterampilan. Padahal tuntutan di dunia kerja adalah apakah
teori dan keterampilan tersebut mampu diaplikasikan oleh lulusan tersebut dengan baik.

APA ITU SOFT SKILLS ?

Soft Skills didefinisikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja humanis à Transferable Skills à General skills. Sementara Hard skills adalah
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
ilmunya.

Wikipedia (2005) memaparkan sebagai berikut soft skills merupakan istilah sosiologis yang merujuk pada
sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi,
kepekaan atau kepedulian, serta optimisme. Ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang
lain) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (INTRA-PERSONAL SKILLS) yang mampu
mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua
kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self
confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self
control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Interpersonal skill
mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service
orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management,
cooperation, team work, synergy).

Soft skill merupakan bagian keterampilan seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas
perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan soft skill lebih mengarah kepada
ketrampilan psikologis, maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa
dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja
sama, membantu orang lain dan lainnya. Menurut Patrick S. O'Brien dalam bukunya Making College
Count, soft skill dapat dikategorikan ke dalam 7 area yang disebut Winning Characteristics, yaitu, (1)
communication skills, (2) organizational skills, (3) leadership,( 4) logic, (5) effort, (6) group skills, dan (7)
ethics. Kemampuan nonteknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan itu
disebut soft skill (Siswo, 2008).
Dalam wawancara terhadap 50 orang paling sukses di Amerika, termasuk didalamnya: Jack Welch
(General Electric), Bill Gates (Microsoft), Andy Grove (Intel), Lou Gerstner (IBM), Michael Dell (Dell
Computer), Mike Armstrong (AT&T), John Chambers (Cisco System), Frederick Smith (Federal Express),
Steve Case (America Online), Elizabeth Cole (American Red Cross), Bob Eaton (DaimlerChrysler), Michael
Eisner (Walt Disney), Ray Gilmartin (Merck), Hank Greenberg (AIG), Sandy Weill (Citigroup), Alex Trotman
(Ford Motor Company), Bill Steere (Pfizer), Howard Schultz (Starbucks), Ralph Larsen (johnson&Johnson),
Walter Shipley (Chase Manhattan). Dalam wawancara tersebut antara lain ditanyakan rahasia sukses
para pengusaha tersebut. Jawaban mereka kemudian di rangkum di dalam bab kesimpulan yang memuat
10 kiat yang menurut 50 orang tersebut paling menentukan kesuksesan mereka.

Berikut ini adalah 10 kiat sukses 50 orang tersukses di Amerika tersebut.

Ten Common Traits of the Best Business Leaders

Passion

Intelligence and clarity of thinking

Great communication skills

High energy level

Egos in check

2Inner peace

Capitalizing early life experience

Strong family lifes

Positive attitude

Focus on “doing the right things right”

Mari kita perhatikan, kiat sukses nomor satu ternyata adalah “passion”, gairah, atau semangat yang
membara. Orang bijak menterjemahkan semangat sebagai burning desire yang diwujudkan dalam
bentuk: “bersedia mencurahkan apapun yang dipunyai untuk apapun yang sedang dikerjakan.” Karena
definisinya demikian, tak mengherankan jika 50 orang sukses tadi menempatkan “semangat” sebagai
modal pertama untuk meraih kesuksesan. Yang menjadi pertanyaan, apakah semangat itu bisa diajarkan;
“semangat” itu -andaikan bisa diajarkan- akan diajarkan melalui mata pelajaran apa dan diajarkan oleh
siapa dengan cara bagaimana? Kata orang bijak, semangat itu tidak bisa diajarkan, tetapi bisa ditularkan.
Dengan demikian tugas dosen di perguruan tinggi bukan mengajarkan semangat, melainkan
menularkannya. Artinya, para dosen perlu bersemangat terlebih dahulu supaya dapat menularkan.
Apakah mahasiswa akan bersemangat jika selama 100 menit tatap muka di kelas, dosen mengajar sambil
duduk dengan tayangan berbentuk transparansi yang sudah usang 10 tahun yang lalu ?
Pada era awal tahun 80-an, ada seorang bidan di suatu kota. Ibu-ibu lebih senang ditangani bidan
tersebut saat persalinan. Namun sikapnya kurang ramah, bahkan cenderung “judes”. Setelah beberapa
saat bermunculan bidan lainnya, yang lebih ramah dan sabar saat menunggui persalinan, maka para
pasien bidan itu mulai mundur teratur. Kita juga sering menghadapi seorang bidan yang kemampuan
untuk menangani persalinan sangat bagus, namun kurang mampu berkomunikasi, sikap yang arogan dan
cenderung kurang berempati terhadap pasien.

Di masa persaingan yang ketat saat ini, rasanya sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi bahwa hard skills
dan soft skills harus seiring dan sejalan dalam pengembangannya di perguruan tinggi sebagai pencetak
sumberdaya yang tangguh dan unggul. Ibarat mendaki gunung, tugas pendidikan adalah mengantarkan
mahasiswa sampai ke dusun terakhir sebelum memulai pendakian. Mendaki gunung tentu saja bukan
hanya masalah teknik pendakian tetapi bagaimana supaya pendaki tersebut tetap bertahan bahkan
menikmati pendakian tersebut.

Selain 10 kiat sukses tersebut, para pengusaha di dalam buku Lesson From the Top juga menambahkan
enam prinsip utama (six core principles) bagi suksesnya orang-orang sukses, yaitu:

¨ live with integrity,

¨ develop a winning strategy,

¨ build a great management team,

¨ inspire employees,

¨ create a flexible organization, and

¨ implement relevant systems.

Sepuluh kiat sukses dan enam prinsip inti tersebut di atas semakin menegaskan pentingnya
softskills bagi para lulusan perguruan tinggi sebagai calon pekerja dan pengusaha serta pemimpin
masyarakat. Sadar atau tidak, diri kita seringkali menilai orang lain (terutama yang kita kagumi) dari sikap
dan perilakunya. Artinya apa? Kita pun akan dinilai orang karena sikap dan perilaku kita. Jadi betapa
pentingnya bagi kita untuk selalu memelihara sikap dan perilaku yang menyenangkan dan diterima baik
oleh masyarakat.

Bila sejak awal mahasiswa dibekali dengan pengetahuan tentang softskills yang cukup dan bahkan
sudah terbiasa mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari maka peluang mereka untuk menjadi
orang sukses di masyarakat akan semakin besar. Perlu banyak contoh yang mahasiswa lihat di
lingkungan kampus. Contoh ini mulai dari pimpinan, dosen dan para staf penunjang yang menjadi
frontliners yang berhubungan langsung dengan mahasiswa. Jika mahasiswa terbiasa diperlakukan baik
dan terhormat, lambat atau cepat mereka akan menjadi pelayan yang baik di masyarakat. Inilah yang
dimaksud dengan penularan yang paling sederhana.
Sesuatu yang akan kita tularkan kepada orang lain menghendaki diri kita tertular terlebih dahulu.
Layaknya seseorang yang menularkan penyakit flu, dapat dipastikan dirinya telah tertular terlebih
dahulu, sebelum menular kepada orang lain. Artinya, apabila kita ingin menerapkan aturan disiplin untuk
datang tidak terlambat kepada mahasiswa, maka seyogyanya dosen harus datang tepat waktu di dalam
kelas dan juga tidak terlalu cepat untuk mengakhiri tatap muka di kelas. Apabila dosen ingin menularkan
rasa tanggungjawab kepada mahasiswa dengan memberi tugas dan tugas tersebut dikumpulkan dalam
waktu dua minggu (misalnya), maka dosen pun harus berupaya untuk mengembalikan tugas tersebut
dengan umpan balik kepada mahasiswa sesuai dengan waktu yang dijanjikan kepada mahasiswa. Itu
hanya beberapa contoh sikap dan perilaku yang perlu dicermati dan dimiliki dosen terlebih dahulu.

Bukan berarti tidak mementingkan hard skills dalam dunia kerja atau dunia bisnis sekalipun.
Namun beberapa buku selalu menekankan bahwa di dalam dunia nyata tersebut soft skills sangat
menonjol peranannya dalam membawa orang mampu bertahan di puncak sukses. Dengan kata lain:

”We HIRE people for their technical skills,

but then….

We FIRE them for behavioral faults”

Dosen sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pembelajaran, memiliki peranan yang penting
dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan
oleh para pendidik seharusnya lebih dari sekedar hard skill yang meliputi ranah kognitif dan psikomotorik
yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan keterampilan, namun juga ranah kepribadian
(afektif) peserta didik. Pada ranah ini peserta didik diharapkan akan mempunyai rasa percaya diri
sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri (berkepribadian), memiliki
kemantapan emosional dan intelektual, mampu mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki
rasa empati. Pada saat ini baik secara sadar maupun tidak para pendidik sebagai salah satu faktor kunci
dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu SDM bangsa masih banyak yang lebih mementingkan
hard skill para peserta didiknya, hal ini terlihat dalam proses mengajar yang masih terpusat pada
BAGAIMANA DOSEN MENGAJAR DENGAN BAIK (TEACHER CENTERED LEARNING=TCL) yang
mengutamakan pembelajaran mentransfer pengetahuan. Pada tahap ini KEMAMPUAN MINIMAL
PENGUASAAN PENGETAHUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP SESUAI SASARAN KURIKULUM PROGRAM
STUDINYA merupakan indicator yang diinginkan tapi harus dirubah dengan paradigma BAGAIMANA
MAHASISWA BISA BELAJAR DENGAN BAIK DAN BERKELANJUTAN (STUDENT CENTERED LEARNING)
sehingga memungkinkan mahasiswa KOMPETEN dan DAPAT MELAKUKAN TINDAKAN CERDAS, PENUH
TANGGUNG JAWAB sebagai syarat untuk dianggap MAMPU OLEH MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN
TUGAS-TUGAS DI BIDANG PEKERJAAN TERTENTU.

Bagaimana pengembangan soft skills?


.Pengembangan soft skill bagi peserta didik agar mempunyai hasil yang baik tidak dapat dilakukan
melalui kegiatan ekstra kulikuler saja, tetapi juga harus diintegrasikan ke dalam kegiatan intrakulikuler (di
dalam kelas), sehingga nantinya akan terwujud keseimbangan antara hard skill dan soft skill. "Hermana
(2007) menyatakan pengembangan soft skills tidak hanya sekedar memberikan pelatihan atau kursus soft
skills, misalnya kursus kepribadian atau teknik komunikasi saja". Dalam pengintegrasian soft skill ke
dalam kegiatan intrakulikuler, model pembelajaran para guru akan mengalami perubahan yakni berpusat
pada peserta didik (Student Center Learning), dari proses yang demikian akan timbul paling tidak proses
berinteraksi, dalam pembelajaran seperti ini guru bertindak sebagai fasilitator dan bukan pemberi ilmu.
Prinsip pengembangan soft skills menuntut Ketersediaan Role Model, Dilakukan secara terus menerus
(Continuous) serta ditanamkan bukan diajarkan secara instruksional.

Usaha Penyepadanan:

KBK – KEPMENDIKNAS 045/U/2002

IBE UNESCO (1999)

Konsep PENGEMBANGAN SOFT SKILLS

Landasan kepribadian

learning to be

ROLE MODEL; HIDDEN CURRICULUM; ACADEMIC ATMOSPHERE

Penguasaan ilmu dan ketrampilan.

learning to know

WRITTEN CURRICULUM

Kemampuan berkarya.

learning to do

CO-CURRICULUM

Sikap dan perilaku dalam berkarya.

learning to be

CO DAN EXTRA CURRICULUM

Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.

learning to live together

CO DAN EXTRA CURRICULUM


Beragam model pembelajaran dengan pendekatan SCL, di antaranya :

· Small Group Discussion

• Role-Play & Simulation

• Case Study

• Discovery Learning (DL)

• Self-Directed Learning (SDL)

• Cooperative Learning (CL)

• Collaborative Learning (CbL)

• Contextual Instruction (CI)

• Project Based Learning (PjBL)

• Problem Based Learning and Inquiry (PBL)

Langkah menyusun pengembangan soft skills:

1. Identifikasi soft skills

2. Definisi soft skills

3. Program pengembangan:

– Written curriculum: Rancangan dan Implementasi Pembelajaran

– Hidden curriculum: Interaksi dosen-mahasiswa; ROLE-MODEL; ACADEMIC ATMOSPHERE

– Co – Curriculum: Internsip/magang; PKK, PKL

– Extra – Curriculum: organisasi mahasiswa (BEM,IKM, HIMA)

4. Evaluasi soft skills: alat penilaian, alat ukur; indikator dll

PERENCANAAN Implementasi Soft Skills dalam INTRAKURIKULER dan KO- KURIKULER


1. Mulailah dari GBPP (Garis Besar Program Pembelajaran)

2. Cek Kompetensi akhir tiap mata ajaran/TIU/learning goals

· Apakah secara tersurat sudah mencantumkan atribut soft skill yang ingin dicapai

· Bila belum tentukan atribut yang dominan or benar-benar diperlukan lulusan terkait mata ajaran
tersebut,

3. Cek Kompetensi khusus or TIK

* Bila belum tambahkan atribut yang dominan

* Setiap TIK tidak harus mengandung atribut soft skills

4. Tentukan metode implementasi soft skills yang sesuai

5. Tentukan cara dan waktu untuk evaluasi atribut tersebut,

6. Jabarkan pada SAP

7. Nyatakan dalam Kontrak Perkuliahan

8. Bagaimana caranya agar tetap sustain

MATRIKS GBPP (1)

A. IDENTITAS MATA AJARAN :

• Nama Mata Ajaran : Praktikum …………….

• Semester : III

• Kode Mata Ajaran : BIO413

• Beban Studi : 3 (tiga) sks

• Deskripsi Singkat : …………………………

• Tujuan Mata Ajaran: Pada akhir pembelajaran, mhs akan

dapat …………………….. dalam kelompok

• Atribut Soft Skills : Disiplin, bekerjasama, menghargai orang lain

• Prasyarat : ………….

B. RENCANA PEMBELAJARAN :
atau

MATRIKS GBPP (2)

A. IDENTITAS MATA AJARAN :

B. RENCANA PEMBELAJARAN :

No.

Kompetensi Khusus

STRATEGI PEMBELAJARAN

Baca

an

Pokok Bahasan

Sub PB

Metode

Media

Alokasi Waktu

Atribut Soft Skills

Mempresentasikan …………..
Presentasi

Percaya diri

Komunikasi efektif

…………………

Kelompok

Kerjasama

Menghargai

Disiplin

Catatan:

Soft Skills dalam intra-kurikuler: bukan kegiatan Kognitif yang ber sks (diajarkan, dilatihkan, dicontohkan
dan ditularkan) tapi Diintegrasikan dalam setiap mata ajaran dan secara eksplisit dinyatakan dalam
Kompetensi

Contoh:

Kompetensi: Mahasiswa mampu mengobservasi kemajuan persalinan menggunakan partograf dan


mempresentasikan hasilnya didepan kelas.

Metode : Mahasiswa bekerja dalam kelompok

Soft Skills : Kerjasama, menghargai teman, taat system.

EVALUASI SOFT SKILLS

Cara Penilaian

1. Rubrik

2. CHECKLIST

- Skala Likert

- Skala Thrustone

- Skala Guttmann

3. Wawancara

4. Catatan Anekdotal
5. Dll
CURICULLUM VITAE

NAMA : BEBASKITA BR GINTING, S.Si.T, MPH

Pendidikan :

1. SD Inpres Ajinembah Tanah Karo (1986)

2. SMPN Tigapanah tanah Karo (1989)

3. SPK Kesdam-I/BB Binjai (1992)

4. PPB SPK Sembiring Delitua (1993)

5. D.III Kebidanan Depkes RI Medan (2000)

6. D.IV Bidan Pendidik FK UGM Yogyakarta (2001)

7. S2 IKM MKIA-KR FK UGM Yogyakarta (2009)

Pekerjaan:

1. Pelaksana Bidan di Desa Sudirejo Kab Deli Serdang (1993-1997)

2. Dosen di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan (2002-sekarang)

Alamat : Jl. Sei Bengawan 89, Kel Babura Kec Medan Sunggal, Medan

Email : reborn_life@yahoo.com

Unknown di 01.09

Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai