Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 5 :

Agung Hadi Prabowo


Ilmiyatus Sa’diah
Ajeng Restiyo Rini
Kadek Dwiyani Novi Taman Sari
Rizky Tiara Damayanti

Analis kasus-kasus plagiasi :


1. Tingkatan : ringan, sedang, berat
2. Pola : Mozaik, Swaplagiarisme, Auto plagiarism (Selfplagiarisme)

Kasus Plagiasi

1. Tingkatan
a. Ringan
Merupakan tindakan menjiplak karya orang lain, tidak lebih dari 30% keseluruhan karya aslinya.

Contoh Kasus :

Massachusetts - Sungguh memalukan! Sekitar 60 mahasiswa dari salah satu universitas paling bergengsi di
Amerika Serikat (AS), Harvard University ketahuan curang saat ujian akhir. Mahasiswa-mahasiswa ini pun
dikenai sanksi skorsing, sementara pihak kampus melakukan penyelidikan.

Media kampus setempat, Harvard Crimson, mengutip pernyataan Dekan Fakultas Ilmiah dan Seni, Michael Smith
yang mengatakan, sebagian kasus ini telah diselidiki oleh otoritas kampus. Kasus mencontek massal ini disebut-
sebut terjadi tahun 2012 lalu.

Beberapa mahasiswa yang diduga terlibat disebut-sebut mengambil jurusan Fashion. Pihak Harvard sendiri
enggan memberi penjelasan lebih lanjut soal kasus ini. Demikian seperti dilansir AFP, Sabtu (2/2/2013).

Skandal menyontek massal ini terungkap ke publik pada Agustus 2012 lalu. Saat itu, dilaporkan sekitar 125
mahasiswa Harvard saling mencontek ketika mengikuti ujian akhirnya. Saat itu, pihak kampus menyatakan
adanya sejumlah mahasiswa yang melakukan tindakan tidak terpuji.

"Mereka mungkin telah saling mengkolaborasikan jawaban secara tidak layak, atau saling menyalin jawaban
teman sekelasnya, pada ujian akhir," demikian pernyataan pihak kampus.

Harvard University yang terletak di Cambridge, Massachusetts ini dikenal sebagai salah satu universitas paling
bergengsi di dunia. Setiap mahasiswa yang belajar di universitas ini bukan mahasiswa biasa. Mereka bahkan
harus membayar uang kuliah sebesar US$ 63 ribu (Rp 611 juta) per tahun.
Contoh Kasus :
b. Berat
Merupakan tindakan menjiplak karya orang lain, lebih dari 70% keseluruhan karya aslinya.

Contoh Kasus :
Jakarta, kasus dugaan plagiarism yang ditujukan pada prof. Dr. Anak Agung Banyu Perwita, Dosen
Universitas Katolik parahyangan (UNPAR) Bandung, mendapat perhatian MENDIKNAS M. Nuh.
“kasusnya termasuk kategori berat,” ujar m. Nuh saat ditanga wartawan di Istana Negara, Jakarta,
Kamis(11/2/2010).
Menurut M. Nuh, plagiarism merupakan persoalan akademik dan dunia akademik. Sehingga sanksinya
menjadi kewenangan pimpinan perguruan tinggi.
“Apalagi itu PTS, pelaku bukan PNS,” kata Nuh. Pada Senin 8 Februari, Banyu mengajukan pengunduran diri
dari UNPAR. Pengunduran diri belum disetujui, pihak yayasan malah merencanakan memberhentikan banyu
secara tidak terhormat, Gelar Prof. nya juga di cabut. Banyu disinyalir melakukan penjiplakan atas 4 artikelnya
yang dimuat di media massa.

c. Sedang
Merupakan tindakan menjiplak karya orang lain, antara 30% - 70% keseluruhan karya aslinya.

Contoh Kasus :
BANDUNG – kasus plagiarisme kategori sedang terjadi pada Tiga dosen Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) diduga melakukan praktik plagiat hasil karya yang ajukan ke Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menjadi guru besar.
Kejadian memalukan institusi pendidikan ini telah sampai ke Dikti Kemendikbud, meski belum mengantongi
nama-nama dosen yang bersangkutan. Menurut sumber yang enggan disebutkan identitasnya, akibat kejadian
ini UPI menerima moratorium dari Dikti.
"Dari tiga dosen itu, salah satunya plagiat dari hasil karya Universitas Padjadjaran (Unpad). Selama satu tahun
UPI tidak boleh mengajukan guru besar dan semua dosen tidak bisa naik golongan atau pangkat," ujarnya,
kemarin.
Pembantu Rektor Bidang Penelitian dan Pengembangan UPI Aminudin Azis mengatakan, akan menggelar
rapat meski tidak mengetahui persis apa yang dibahas.
"Kalau urusan kemiripan, saya tidak tahu karena tidak menjadi tim pemeriksa. Biasanya kalau ada
plagiarisme akan tergantung pelanggaran norma akademik atau aturan kementerian, bukan masalah tegas atau
tidak, karena ini tidak bisa digeneralisasi," ucapnya.
Menurut dia, surat dari Dikti tidak hanya untuk UPI, rektor perguruan tinggi lain juga menerimanya. Isinya
semua rektor berhati-hati tindak plagiat, karena dianggap kurang bermartabat.
Kepala Humas UPI Suwatno Fakhrudin mengatakan, tim evaluasi sudah selesai bekerja merespons
rekomendasi Dikti dan akan dibawa ke senat akademik.
"Kami juga sekaligus merumuskan langkah-langkah penyelesaian terkait masalah ini," ucapnya.
Asisten Direktur I Pascasarjana Unpad Engkus Kuswarno mengungkapkan, satu minggu lalu Unpad menerima
surat dari Dikti untuk mengecek karya tulis pengajuan guru besar mengenai sub judul ilmu pemerintahan studi
kasus di Cianjur.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Djoko Santoso membenarkan adanya pelanggaran norma
akademik. Hal ini terlihat dari kemiripan karya tulis yang diajukan ke Dikti.

"Kalau dari data-data yang ada tampak ada pelanggaran akademik," ucapnya. (masita ulfah/koran si) (//rfa)

2. Pola
a. Autoplagiarisme (selfplagiarisme
memakai karya sendiri secara identik tanpa melampirkan sumber karya aslinya.
Contoh kasus:
Mochammad Zuliansyah, Suhano Harso Supangkat, Yoga Priyana dan Carmadi Machbub dari ITB
melakukan plagiat dalam paper yang berjudul ‘3D Topological Relations for 3D Spatial Analysis karya Siyka
Zlatanova. Makalah ini berisi duplikasi lengkap makalah sebelumnya (karya Siyka Zlatanova). Teks aslinya
disalin tanpa mencantumkan sumber (dikutip dari http://isnifauziiah.blogspot.com/2014/03/makalah-
filsafatplagiat.html)
b. Mozaik
Pola penjiplakan dengan menyisipkan kata, frase atau kalimat dari penulis lain lalu menyambungkannya
secara acak
Contoh Kasus :
Ahli sejarah Stephen Ambrose dikritik karena mengambil banyak kalimat dari karya penulis-penulis
lain. Ia pertama dituduh pada 2002 oleh dua penulis karena menyalin sebagian tulisan mengenai pilot-pilot
pesawat pembom dalam Perang Dunia II dari buku karya Thomas Childers The Wings of Morning dalam
bukunya The Wild Blue.( http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme)

c. Swaplagiarisme : penggunaan kembali sebagian atau seluruh karya penulis sendiri tanpa menuliskan
sumber aslinya.
Contoh Kasus :
Seseorang yang sedang membuat makalah menjiplak beberapa kalimat dari makalah yang telah dibuat
oleh dirinya sendiri sebelumnya tanpa mencantumkan sumbernya.

Anda mungkin juga menyukai