Disusun Oleh:
Kelompok 5
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Puskesmas adalah fasilitas sarana pelayanan kesehatan terdepan
dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di seluruh Tanah Air, utamanya
dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Keberhasilan pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan
kesehatan. Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja.
Fungsi Puskesmas yang semula lebih berorientasi kepada upaya kuratif dan
rehabilitatif, bergeser kepada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Fungsi Puskesmas juga semakin kompleks karena menjadi
pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat tingkat
pertama yaitu meliputi pelayanan kesehatan perorangan dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pembangunan suatu bangsa memerlukan dua asset utama atau “daya” yang
disebut sumber daya (resource), yakni sumber daya alam (natural resources) dan
sumber daya manusia (human resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting
dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Sumber daya manusia dapat kita
lihat dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah
sumber daya manusia, sedangkan kualitas menyangkut kemampuan, baik kemampuan
fisik maupun kemampuan non-fisik (kecerdasan dan mental). Keberhasilan program
Puskesmas tentunya tergantung pada sumber daya tersebut, khususnya Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) salah satunya adalah tenaga SKM. SDM kesehatan
dapat dikatakan merupakan “jantung” dari SKN (Sistem Kesehatan Nasional). Tanpa
adanya tenaga yang menjadi penggerak dan melayani, maka pilar-pilar yang lain
dalam SKN menjadi tidak berjalan, begi juga sebaliknya. Untuk melaksanakan fungsi
Puskesmas tersebut tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat ikut serta mempunyai
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsi Puskesmas serta
bertanggungjawab atas keberhasilan program Puskesamas.
Dalam lingkungan institusi pendidikan tinggi bagi tenaga kesehatan di
Indonesia, kedudukan materi ilmu kesehatan masyarakat baik sebagai ilmu maupun
pengetahuan dan teknologi dirasakan semakin penting peranannya. Sebagai ilmu
pengetahuan dan teknologi, ilmu kesehatan masyarakat telah dikembangkan dari
induknya yaitu ilmu kedokteran. Awalnya IKM memang telah berkembang sebagai
salah satu bagian dari ilmu kedokteran, sehingga ruang lingkup ipteknya banyak
tumpang tindih dengan ilmu induknya tersebut bahkan dasar-dasarnya sebagian besar
sama, hanya beda pada beban muatan materinya.
Perbedaan IKM dengan ilmu kedokteran terlihat pada tingkat Para-Klinik,
yaitu di fakultas kedokteran lalu mengarah ke klinik, sedangkan pada tingkat yang
setara di FKM arahnya menuju ke materi iptek yang khusus IKM dengan berbagai
peminatan-peminatan yang tersedia, seperti: AKK (Administrasi Kebijakan
Kesehatan), Epidemologi, Bio-Statistik, KL/KK (Kesehatan Lingkungan/Kesehatan
Kerja), PK/IP (Pendidikan Kesehatan/Ilmu Perilaku), dan lain-lain.
Dalam definisi IKM yang seolah-olah menunjukan pemisahan peran bidang
kedokteran dalam bidang kesehatan masyarakat. Pemisahan peran yang demikian
sekarang sudah tidak relevan dan tidak perlu lagi dipersoalkan karena pada
hakikatnya dalam segala komponen peran keduanya hampir tidak terpisahkan secara
jelas.
Perlu untuk mengembangkan jalur khusus yang bisa menampung
perkembangan ilmu kesehatan masyarakat. Dengan adanya perkembangan
pengetahuan tersebut, supaya lebih dalam dan lebih luas penguasaan materi ilmu
kesehatan masyarakat dibutuhkan kurikulum untuk tenaga kesehatan yang
mengkhususkan kompetensinya dalam materi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :
1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah
yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja
yang baru.
2. Lintas sektor
a) Masukan
a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab
staf dan kewenangan Puskesmas
b) Informasi tentang kebijakan ,program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA)
Puskesmas.
b) Proses
c) Keluaran
Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah
pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan hal-hal direncanakan, pelaksanaannya serta
hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan
berdayaguna.
a) Masukan
b) Proses
c) Keluaran
Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan dari tahapan kegiatan tersebut diatas, dapat
diketahui materi yang akan diberikan/dibahas,
3) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal
bulan atau hari sabtu, minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya
dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam
10.00-15.00
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta
dapat tercapai tujuan.
4) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai
contoh susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut :
a) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama disebut juga dengan Lokakarya Penggalangan
Tim
b) Lokakarya Mini Bulanan Rutin
5) Tempat
6) Persiapan
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus :
a) Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan
yang dihadapi.
b) Dirumuskannya mekanisme/rencanakerjalintas sektoral yang baru untuk
tribuan yang akan datang.
Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
a) Masukan
b) Proses
c) Keluaran
1) Masukan
a. Lapran kegiatan pelaksanaan program kesehatan dari masingatan dan dukungan sektor
terkait
b. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam pelaksanaan program
kesehatan
c. Pemberian informasi baru.
2) Proses
a. Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
b. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor
c. Merumuskan cara penyelesaian masalah
d. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
3) Keluaran
a. Rencana kerja tribulan yang baru
b. Kesepakatan
b) Puskesmas melaksanakan :
a. Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh
sector,antara lain dalam bentuk PWS
b. Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor
c. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat yang
berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan
d. Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokarya.
e. Pembuatan surat-surat undangan lokarya untuk ditandatangani camat.
2) Peserta
Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat, adapun pesera Lokarya
Mini Tribulanan adalah sebagai berikut:
Pembukaan
Dinamika kelompok
Kegiatan sektoral
Inventarisai peran bantu sektor
Analisa hambatan dan masalah
Pembagian peran dan tanggungjawab sektor
Perumusan rencana kerja
Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
Pembukaan
Dinamika kelompok, manumbuhkan motivasi
Kegiatan sektor terkait
Masalah dan hambatan masing-masing sektor
Analisis masalah dan hambatan
Upaya pemecahan masalah
Rencana kerja tribulan mendatang
Kesepakatan pembinaan
Kesepakatan bersama
Penutup
4) Tempat
LAMPIRAN
A. Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
Kepala Puskesmas
10.30-11.15 Dinamika Kelompok
+ Staf
Kepala Puskesmas
11.15-12.15 Pengenalan Program Baru
+ Staf
12.15-13.15 Istirahat
Kepala Puskesmas
13.15-14.00 POA Puskesmas
+ Staf
Kepala Puskesmas
10.30-11.15 Pengenalan Program Baru
+ Staf
Pembagian masing-masing
13.45 – 14.15 Camat
sektor
Masalah/hambatan dari
11.15 – 11.45 Kepala Puskesmas
masing-masing sektor
input/output yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat
saling berkomunikasi, akibatnya data yang dihasilkan dari masing-masing daerah
tidak seragam, akurasi dan validitas data diragukan, apalagi ditambah dengan
lambatnya pengiriman data baik ke Dinas Kesehatan maupun ke Kementrian
Kesehatan, pada akhirnya para pengambil keputusan/pemangku kepentingan
mengambil keputusan dan kebijakan kesehatan tidak berdasarkan data yang akurat
(Kemenkes RI, 2011).
Simpulan Untuk komponen input seperti SDM cukup bagus, tetapi untuk
petugas SP2TP tidak ada yang jurusan rekam medis, fasilitas khusus untuk SP2TP
belum ada,dan dana khusus untuk SP2TP tidak ada. Untuk komponen proses yaitu
pencatatan dan pelaporan masih manual kebijakan tentang pelaksanaan SP2TP belum
ada, dan monitoring dan evaluasi di puskesmas Nanggalo belum ada dilaksanakan.
D. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupahkan salah satu upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
yang
dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
anak (Kemenkes RI, 2018).
2. Manfaat dan Tujuan Posyandu
1. Tujuan Posyandu
Kegiatan Posyandu dikatakan berhasil apabila peran aktif ibu balita dan peran serta
masyarakat semakin tinggi dalam pencapaian target cakupan program
kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemeriksaan
ibu hamil, dan pelayanan KB yang meningkat. Selain itu, tujuan dari Posyandu
yaitu memantau peningkatan status gizi masyarakat khususnya anak balita dan
ibu hamil, sehingga status gizi balita juga dapat terpantau (Risqi, 2013).
1. Manfaat Posyandu
Manfaat adanya Posyandu diantaranya adalah mempermudah
mendapatkan informasi pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita, dapat
memantau pertumbuhan anak balita sehingga tidak menderita masalah gizi,
sebagai tempat pembagian kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe),
imunisasi lengkap, pemantauan berat badan ibu hamil, sebagai wadah
penyebaran informasi penyuluhan kesehatan tentang ibu dan anak, sebagai
tempat identifikasi kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dan dapat merujuk ke puskesmas, serta sebagai wadah berbagi
informasi yang menambah pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan
ibu, bayi dan anak balita antara petugas kesehatan dengan para ibu serta antara
ibu dengan ibu lainnya dalam kegiatan Posyandu (Kementerian Kesehatan RI,
2012).
2. Jenjang Posyandu
Menurut Kemenkes (2011), jenjang Posyandu dibagi
menjadi 4 tingkatan berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu sebagai berikut :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah
kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata- rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah,
yaitu kurang dari 50%.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata- rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata- rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu.
E. Kader
Pelaksaaan kegiatan posyandu peran kader sangat besar karna selain sebagai
pemberi
informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak didalam
masyarakat untuk
datang ke posyandu dan dapat diharapkan untuk membantu dalam
meningkatkan derajat
kesehatan yang ada dimasyarakat keaktifan kader dalam hal ini kehadiran
kader sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan posyandu untuk tercapainya tujuan
dari posyandu (Kemenkes RI, 2011).
Program Posyandu dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan
Kelarga berencana. Anggota Posyandu berasal dari anggota PKK, tokoh
masyarakat dan para kader masyarakat. Kader kesehatan merupakan
perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan
adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima
program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan
yang mereka tidak kompeten memberikannya.
E. Polindes
1. Pengertian Polindes
Pondok bersalin desa (Polindes) ialah wujud keikutsertaan warga untuk menyediakan
tempat bantuan melahirkan serta jasa kesehatan ibu dan anak, seperti KB di desa. Polindes ini
dirintis dan diatur oleh warga setempat. Polindes dalam memberikan pelayanan memiliki
keterkaitan dengan eksistensi bidan, jasa di Polindes merupakan jasa profesi kebidanan.
Kader Posyandu dapat berpartisipasi di Polindes, dimana memiliki peran yang sama dalam
melakukan aktivitas Posyandu ialah untuk menggerakkan warga dan memberikan
pengarahan. Idealnya Polindes wajib mempunyai gedung sendiri namun untuk sementara bisa
menumpang di kediaman warga setempat atau di kediaman seorang bidan di desa tersebut
dan ada dibawah pengontrolan seorang dokter (Bisma dalam Agustyaningrum et al., 2015).
Bantuan dalam proses melahirkan yang dilakukan di Polindes ialah melahirkan secara
normal dengan kasus resiko sedang (yang tidak membahayakan ibu hamil sebab proses
melahirkan membutuhkan pengawasan serta perawatan dari para ahli). Pondok bersalin desa
ialah upaya kesehatan yang melibatkan sumber daya dari warga setempat sebagai wujud
peran serta warga guna memberikan tempat dalam membantu proses melahirkan dan jasa
kesehatan ibu dan anak , termasuk KB di desa. (Malik, 2017).
3. Fungsi Polindes
DAFTAR PUSTAKA
Putri,A.T.A. 2013. Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) dengan
Penerapan Simpus Puskesmas Karangmalang
Semarang Tahun 2013. Artikel Ilmiah. FKM Universitas Dian Nuswantoro. Semarang
Indirwan Hasanuddin, Jumiarsi Purnamah AL, Hariadi Sulaeman. 2021. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu. Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, ITKeS Muhammadiyah Sidrap. (Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pencerah, 10(1), 2021, 38-44)
Encang Saepudin1, Edwin Rizal, Agus Rusma. (2017). Posyandu Roles as Mothers and
Children Health Information Center. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjajaran.
B.Melina. 2016. Pengertian Posyandu Ibu Bayi Dan Balita. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Agustyaningrum, A., Hidayati, E.N., Fadhilah,N., Fitriani, R., dan Anita, S. (2015).
Kesehatan Masyarakat “Polindes”. Makalah. Sekolah Tinggi Ilmu Kemasyarakatan.
Jombang.