Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ ILMU KESEHATAN MASYARAKAT”

Disusun Oleh:

Kelompok 5

 Ajeng Nur Leni Saputri (P07224320074)


 Oci Vera Dahlia Leonard (P07224320097)
 Alviani Elizabeth (P07224320075)
 Siti Sarah Aulia (P07224320105)
 Shervina Putri Alya (P07224320104)
 Putri Meyliani (P07224320101)
 Noer Hijriani (P072243200

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya. Puskesmas adalah fasilitas sarana pelayanan kesehatan terdepan
dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di seluruh Tanah Air, utamanya
dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Keberhasilan pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan
kesehatan. Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja.
Fungsi Puskesmas yang semula lebih berorientasi kepada upaya kuratif dan
rehabilitatif, bergeser kepada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Fungsi Puskesmas juga semakin kompleks karena menjadi
pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat tingkat
pertama yaitu meliputi pelayanan kesehatan perorangan dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pembangunan suatu bangsa memerlukan dua asset utama atau “daya” yang
disebut sumber daya (resource), yakni sumber daya alam (natural resources) dan
sumber daya manusia (human resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting
dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Sumber daya manusia dapat kita
lihat dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah
sumber daya manusia, sedangkan kualitas menyangkut kemampuan, baik kemampuan
fisik maupun kemampuan non-fisik (kecerdasan dan mental). Keberhasilan program
Puskesmas tentunya tergantung pada sumber daya tersebut, khususnya Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) salah satunya adalah tenaga SKM. SDM kesehatan
dapat dikatakan merupakan “jantung” dari SKN (Sistem Kesehatan Nasional). Tanpa
adanya tenaga yang menjadi penggerak dan melayani, maka pilar-pilar yang lain
dalam SKN menjadi tidak berjalan, begi juga sebaliknya. Untuk melaksanakan fungsi
Puskesmas tersebut tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat ikut serta mempunyai
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan fungsi Puskesmas serta
bertanggungjawab atas keberhasilan program Puskesamas.
Dalam lingkungan institusi pendidikan tinggi bagi tenaga kesehatan di
Indonesia, kedudukan materi ilmu kesehatan masyarakat baik sebagai ilmu maupun
pengetahuan dan teknologi dirasakan semakin penting peranannya. Sebagai ilmu
pengetahuan dan teknologi, ilmu kesehatan masyarakat telah dikembangkan dari
induknya yaitu ilmu kedokteran. Awalnya IKM memang telah berkembang sebagai
salah satu bagian dari ilmu kedokteran, sehingga ruang lingkup ipteknya banyak
tumpang tindih dengan ilmu induknya tersebut bahkan dasar-dasarnya sebagian besar
sama, hanya beda pada beban muatan materinya.
Perbedaan IKM dengan ilmu kedokteran terlihat pada tingkat Para-Klinik,
yaitu di fakultas kedokteran lalu mengarah ke klinik, sedangkan pada tingkat yang
setara di FKM arahnya menuju ke materi iptek yang khusus IKM dengan berbagai
peminatan-peminatan yang tersedia, seperti: AKK (Administrasi Kebijakan
Kesehatan), Epidemologi, Bio-Statistik, KL/KK (Kesehatan Lingkungan/Kesehatan
Kerja), PK/IP (Pendidikan Kesehatan/Ilmu Perilaku), dan lain-lain.
Dalam definisi IKM yang seolah-olah menunjukan pemisahan peran bidang
kedokteran dalam bidang kesehatan masyarakat. Pemisahan peran yang demikian
sekarang sudah tidak relevan dan tidak perlu lagi dipersoalkan karena pada
hakikatnya dalam segala komponen peran keduanya hampir tidak terpisahkan secara
jelas.
Perlu untuk mengembangkan jalur khusus yang bisa menampung
perkembangan ilmu kesehatan masyarakat. Dengan adanya perkembangan
pengetahuan tersebut, supaya lebih dalam dan lebih luas penguasaan materi ilmu
kesehatan masyarakat dibutuhkan kurikulum untuk tenaga kesehatan yang
mengkhususkan kompetensinya dalam materi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Loka Karya Mini


1. Pengertian
Pelaksanaan lokakarya mini puskesmas merupakan salah satu kegiatan
wajib dan rutin dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka mengumpulkan data
permasalah kesehatan diwilayah kerjanya, membantu mencarikan solusi kegiatan
dalam rangka pemecahan masalah terebut dan menyepakati kegiatan-kegiatan
tersebut. Untuk itulah perlu adanya materi pelatihan tentang lokakarya mini
puskesmas sehingga seluruh staf puskesmas memiliki wawasan pengetahuan dan
keterampilan yang sama dalam melaksanakan lokakarya mini puskesmas di
lapangan.
Lokakarya mini puskesmas merupakan salah satu bentuk kegiatan
penggerakan dan pelaksanaan sebagai kegiatan lanjutan dari RPK (Rencana
Pelaksanaan Kegiatan). Lokakarya mini adalah salah satu bentuk kegiatan dalam
perencanaan yang melibatkan peran serta masyarakat dalam mengenal masalah
kesehatan, serta merencanakan tindakan pemecahan masalah sesuai dengan potensi
yang dimiliki (Destriana et al.,2019). Tujuan dilakukannya lokakarya mini adalah
untuk meningkatkan fungsi puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim baik
lintas program maupun lintas sektoral serta terlaksananya kegiatan puskesmas
sesuai dengan perencanaan.
Lokakarya mini puskesmas ini seyogyanya terlaksanaan dengan baik dan
rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan yaitu lokakarya mini
bulanan mini rutin yang dilaksanakan setiap bulan dan lokakarya mini triwulanan
yang dilaksanakan setiap tiga bulan, untuk itulah diperlukan adanya pelatihan
manajemen puskesmas kepada seluruh manajerial di puskesmas di seluruh
Indonesia (Puslat SDMK BPPSDM,2017).
2. Ruang Lingkup Lokakarya Mini Puskesmas

Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :

1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah
yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja
yang baru.

2. Lintas sektor

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan


sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk :

a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan


mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama

3. Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas


A. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas

Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan


rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.

1) Tujuan umum : terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas.


2) Tujuan khusus
a) Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu
b) Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
c) Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu
d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e) Disusunnya rencana kerja bulan baru.
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:

1)      Lokakarya Mini Bulanan yang pertama

Lokakarya Mini bulanan yang pertama merupakan lokarya penggalangan Tim


diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksana rencana kegiatan
puskesmas (RPK).

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan pelaksana


setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja
Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas, dengan
mempertimbangkan  kemampuan  yang dimilikinya.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :

a)   Masukan

a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab
staf dan kewenangan Puskesmas
b) Informasi tentang kebijakan ,program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA)
Puskesmas.

b)   Proses

a) Inventaris kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan / daerah binaan


b) Analisis beban kerja setiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.
d) Penyusunan rencana kegiatan  (Plan of Action = POA).

c)      Keluaran

a) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA ) Puskesmas tahunan


b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

2)      Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari


lokakarya mini bulanan yang pertama.

Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA


puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Penanggung jawab penyelenggaraan
lokakarya mini bulanan adalah kepala puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu staf
puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya.

Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah
pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan  hal-hal direncanakan, pelaksanaannya serta
hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan
berdayaguna.

3). Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut :

a)      Masukan

a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu


b) Informasi tentang hasil rapat dikabupaten/ kota
c) Informasi tentang hasil rapat dikecamatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b)      Proses

a) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.


b) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan.
c) Merumuskan alternatif pemecahan masalah.

c)      Keluaran

a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.


b) Rencana kerja bulan yang baru.

4). Penyelenggaraan lokakarya mini bulanan

Setelah dipahami tujuan dari lokakarya dan dari tahapan kegiatan tersebut diatas, dapat
diketahui materi yang akan diberikan/dibahas, 

3)      Waktu

Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal
bulan atau hari sabtu, minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya
dengan waktu penyelenggaraan diatur  oleh Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam
10.00-15.00

Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas pelayanan serta
dapat tercapai tujuan.

4)      Acara

Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis, dapat disusun
sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai
contoh susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut :
a) Lokakarya Mini Bulanan yang pertama disebut juga dengan Lokakarya Penggalangan
Tim
b) Lokakarya Mini Bulanan Rutin

5)      Tempat

Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat di selenggarakan di Puskesmas, apabila tidak


memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang lokasinya berdekatan dengan
Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya mampu menampung semua peserta.

6)      Persiapan

Sebelum pertemuan diadakan ,perlu persiapan yang meliputi :

a) Pemberitahuan hari,tanggal,dan jam


b) Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”
c) Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik
d) Rencana Kerja Harian bulan lalu
e) Membuat vistualisasi hasil pelaksanaan bulan lalu dibandingkan dengan target
bulanan per Desa, antara lain menggunakan KWS.
f) Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas Sektor/Kecamatan
g) Materi Pelajaran dan alat peraga yang digunakan
h) Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya

2.      Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas

Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan lokakarya


mini yang diselenggarakan setiap tribulan.

1) Tujuan umum

Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sektoral dalam rangka mengkaji hasil


kegiatan lintas sektoral dan tersusunya rencana kerja tribulan berikutnya.

2) Tujuan khusus :
a) Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan
yang dihadapi.
b) Dirumuskannya mekanisme/rencanakerjalintas sektoral yang baru untuk
tribuan yang akan datang.
Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :

1)      Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama

Lokakarya mini Tribulan yang pertama merupakan Lokakarya penggalangan


tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawaban dan


pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja  dan
wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor terkait,
dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya. Pelaksanaan
lokakarya mini tribulan adalah sebagai berikut :

a)    Masukan

a. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok


b. Informasi tentang program lintas sektor
c. Informasi tentang program kesehatan
d. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b)    Proses

a. Inventarisasi  peran bantu masing-masing sektor


b. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
c. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor

c)     Keluaran

a. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan


b. Rencana kegiatan masing-masing sektor.
c. Lokakarya Mini Tribulan Rutin

Sebagaimana lokakarya bulanan puskesmas maka lokakarya tribulan lintas sektoral 


merupakan tindak lanjut dari lokakarya  Penggalangan kerjasama Lintas Sektoral yang
telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.

Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait  di


kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut :

1) Masukan
a. Lapran kegiatan pelaksanaan program kesehatan dari masingatan dan dukungan sektor
terkait
b. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam pelaksanaan program
kesehatan
c. Pemberian informasi baru.
2) Proses
a. Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
b. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor
c. Merumuskan cara penyelesaian masalah
d. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru

3) Keluaran
a. Rencana kerja tribulan yang baru
b. Kesepakatan

c.       Penyelenggaraan Lokakarya Tribulan Lintas Sektoral

Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi :

a)      Pendekatan kepada Camat

a. Memimpin lokakarya dengan menjelaskan caranya


b. Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan pembinaan
c. Mempersiapkan tempat dan penyelenggaraan lokakarya

b)      Puskesmas melaksanakan :

a. Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh
sector,antara lain dalam bentuk PWS
b. Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor
c. Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat yang
berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan
d. Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokarya.
e. Pembuatan surat-surat undangan lokarya untuk ditandatangani camat.

2)      Peserta

Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat, adapun pesera Lokarya
Mini Tribulanan adalah sebagai berikut:

a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


b. Tim Penggerak PKK Kecamatan
c. Pukesmas di wilayah Kecamatan
d. Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait.
e. Lintas sektor di Kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN,
Sosial.
f. Lembaga /organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan,
BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan ( apabila sudah terbentuk)
3)      Waktu

Lokarya Mini Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada


bulan pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan
setiap tribulan. Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat.
Yang perlu dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat
menghadiri lokarya.lokarya ini diselenggarakan dalam waktu ± 4 jam. Secara umum
jadwal acara lokarya mini tribulanan adalah sebagai berikut :

a)      Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama

 Pembukaan
 Dinamika kelompok
 Kegiatan sektoral
 Inventarisai peran bantu sektor
 Analisa hambatan dan masalah
 Pembagian peran dan tanggungjawab sektor
 Perumusan rencana kerja
 Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

b)      Lokakarya Mini Tribulanan rutin

 Pembukaan
 Dinamika kelompok, manumbuhkan motivasi
 Kegiatan sektor terkait
 Masalah dan hambatan masing-masing sektor
 Analisis masalah dan hambatan
 Upaya pemecahan masalah
 Rencana kerja tribulan mendatang
 Kesepakatan pembinaan
 Kesepakatan bersama
 Penutup

4)      Tempat

Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di kecamatan


atau tempat lain yang dianggap sesuai (Depkes RI, 2006).

LAMPIRAN
A.    Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama

JAM ACARA PENGARAH

09.30 -10.00 Pembukaan Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas
10.30-11.15 Dinamika Kelompok
+ Staf

Kepala Puskesmas
11.15-12.15 Pengenalan Program Baru
+ Staf

12.15-13.15 Istirahat

Kepala Puskesmas
13.15-14.00 POA Puskesmas
+ Staf

-Analisis beban kerja Kepala Puskesmas


14.00-15.00 + Staf
-Pembagian tugas dan
daerah binaan

Kesepakatan untuk Kepala Puskesmas


15.00-15.15 melaksanakan rencana kerja
baru

15.15-15.30 Penutupan Kepala Puskesmas

B.     Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Bulanan – Rutin

JAM ACARA PENGARAH

10.00 -10.30 Pembukaan Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas
10.30-11.15 Pengenalan Program Baru
+ Staf

Inventarisasi kegiatan bulan Pimpinan Rapat


11.15-12.15
baru
12.15-13.15 Istirahat

Analisa masalah dan Pimpinan Rapat


13.15-14.00
pemecahan

Penyusunan kegiatan dan Pimpinan Rapat


14.00-15.00 pembagian tugas bulan yang
akan datang

Kesepakatan untuk Kepala Puskesmas


15.00-15.30 melaksanakan rencana kerja
baru

15.30-15.45 Penutupan Kepala Puskesmas

C.     Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Tribulanan yang Pertama

JAM ACARA PENGARAH

09.00 - 09.15 Pembukaan Camat

09.15 - 10.00 Dinamika Kelompok Tim

10.00 - 10.15 Istirahat

Kegiatan masing-masing sektor


10.15- 11.15 dalam mngembangkan peran Camat
serta masyarakat

Inventarisasi peran bantu


11.15 – 12.15 Sektor terkait
masing-masing sektor

12.15 – 13.00 Istirahat

Analisa hambatan dan masalah


13.00 – 13.45 dalam peran bantu masing- Sektor terkait
masing sektor

Pembagian masing-masing
13.45 – 14.15 Camat
sektor

14.15 -  14.45 Perumusan rencana kerja Sektor terkait


masing-masing dalam 3 bulan
yang akan datang

14.45 – 15.00 Kesepakatan dan penutupan Camat

D.    Contoh Susunan Acara pada Lokakarya Mini Tribulanan – Rutin

JAM ACARA PENGARAH

10.00 – 10.15 Pembukaan Camat

Leporan kegiatan sektor


10.15 – 11.15 Camat
terkait

Masalah/hambatan dari
11.15 – 11.45 Kepala Puskesmas
masing-masing sektor

Analisi masalah dan


11.45 – 12.15 Kepala Puskesmas
hambatan

Kepala Puskesmas dan


12.15 – 12.45 Pemecahan masalah
Camat

Kepala Puskesmas dan


12.45 – 13.15 Rencana kerja tribulan
Camat

Ketua Tim Penggerak


13.15 – 13.30 Kesepakatan pembinaan
PKK dan Camat

Kesepakatan bersama dan


13.30 – 13.45 Camat
penutupan
B. Supervisi
1. Pengertian
Supervisi atau tindakan pengawasan merupakan hal yang paling efektif dalam
meningkatkan kinerja dan kompetensi tenaga kesehatan, dimana salah satunya, yaitu
perawat (Bradley, 2019). Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang
berperan dalam mempertahankan kegiatan yang telah diprogramkan agar dapat
dilakukan dengan baik dan lancar (Nuritasari et al., 2020). Salah satu jenis supervisi
yang mendukung lingkungan kerja yang positif dan memberikan hasil perawatan
berkualitas yakni supervisi klinis (Cutcliffe et al., 2018). Supervisi klinis melibatkan
hubungan antara supervisor (pelaksana supervisi) dan supervisee (orang yang
disupervisi) dalam memfasilitasi pembelajaran reflektif.supervisi klinis, terjadi
peningkatan kepercayaan diri, memberikan kesempatan untuk merefleksikan praktik,
dapat saling berbagi ide dengan rekan-rekan perawat, dan dapat membandingkan
praktik yang telah dilakukan dengan sudut pandang ataupun pengalaman rekan yang
lain sehingga dapat memperoleh pengetahuan yang baru. Selain itu, supervisi klinis
juga dapat membantu mengurangi terjadinya insiden dalam tindakan perawatan,
meningkatkan kepuasan kerja, meningkatkan retensi dan efektivitas staf dengan
mendukung peningkatan kualitas, mengelola resiko, dan meningkatkan
akuntabilitasperawat di rumah sakit (Cutcliffe et al., 2018).
Supervisi klinis merupakan suatu elemen penting untuk memastikan
perawatan pasien yang berkualitas tinggi. Supervisi klinis menyediakan pendekatan
reflektif terstruktur pada praktik klinis yang dapat mengarah pada peningkatan
layanan dengan mengembangkan pengetahuan profesional dalam praktik, mendukung
pengembangan keterampilan klinis perawat, meningkatkan standar kualitas asuhan
keperawatan,mendukung dan memberdayakan perawat untuk bekerja secara efektif,
dan memfasilitasi proses dukungan bagi perawat dari tekanan emosional (Driscoll et
al., 2019; Snowdon et al., 2019; West, 2019).

manfaat pelaksanaan supervisi untuk tenaga kesehatan seperti

Perawat bidan dan lainnya adalah :

a. dapat melakukan tindakan sesuai dengan SPO


b. tenaga kesehatan dapat berkomunikasi dengan baik
c. tenaga kesehatan memiliki emosional yang terkontrol, perawat dapat sharing
dengan supervisor
d. Tenaga kesehatan dapat semakin memperbaiki diri
e. saran dari perawat dapat diterima
f. Tenaga kesehatan semakin nyaman dalam bekerja
g. pemahaman tenaga kesehatan semakin meningkat
h. dan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap pemberian edukasi meningkat.

C. Sistem Pencatatan Dan Pelayanan Terpadu Puskesmas


Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan
kegiatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan Kesehatan di
masyarakat Departemen Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi
Puskesmas (SP2TP), namun sistem tersebut belum terintegrasi dengan baik dan
sempurna. Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan telah mengalami kemunduran
secara nasional seperti menurunnya kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian
data SP2TP / SIMPUS, karena belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan
bidang kesehatan termasuk mengenai data dan informasi mengakibatkan persepsi
masing-masing pemerintah daerah berbeda-beda hal ini menyebabkan Sistem
Informasi Kesehatan yang dibangun tidak standar,baik variabel maupun format

input/output yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat
saling berkomunikasi, akibatnya data yang dihasilkan dari masing-masing daerah
tidak seragam, akurasi dan validitas data diragukan, apalagi ditambah dengan
lambatnya pengiriman data baik ke Dinas Kesehatan maupun ke Kementrian
Kesehatan, pada akhirnya para pengambil keputusan/pemangku kepentingan
mengambil keputusan dan kebijakan kesehatan tidak berdasarkan data yang akurat
(Kemenkes RI, 2011).

Simpulan Untuk komponen input seperti SDM cukup bagus, tetapi untuk
petugas SP2TP tidak ada yang jurusan rekam medis, fasilitas khusus untuk SP2TP
belum ada,dan dana khusus untuk SP2TP tidak ada. Untuk komponen proses yaitu
pencatatan dan pelaporan masih manual kebijakan tentang pelaksanaan SP2TP belum
ada, dan monitoring dan evaluasi di puskesmas Nanggalo belum ada dilaksanakan.

D. Posyandu

1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupahkan salah satu upaya kesehatan  berbasis  masyarakat  (UKBM) 
yang 
dikelola  dari,  oleh,  untuk dan bersama masyarakat  guna  memberdayakan 
masyarakat  dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
anak (Kemenkes RI, 2018).
2. Manfaat dan Tujuan Posyandu 
1. Tujuan Posyandu

Tujuan   diadakanya   posyandu   adalah   supaya   meningkatnya   peran   masyarakat


dalam 
penyelenggaraan  upaya  kesehatan  dasar,  pelaksanaan  kegiatan  ini  peran  kader 
bertanggung jawab  dalam  kegiatan  posyandu  yang  mempunyai  pengaruh 
besar  terhadap  penurunan  angka kematian ibu dan bayi (onthonie, et,al,
2015).

Kegiatan Posyandu dikatakan berhasil apabila peran aktif ibu balita dan peran serta
masyarakat semakin tinggi dalam pencapaian target cakupan program
kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemeriksaan
ibu hamil, dan pelayanan KB yang meningkat. Selain itu, tujuan dari Posyandu
yaitu memantau peningkatan status gizi masyarakat khususnya anak balita dan
ibu hamil, sehingga status gizi balita juga dapat terpantau (Risqi, 2013).

1. Manfaat Posyandu
Manfaat adanya Posyandu diantaranya adalah mempermudah
mendapatkan informasi pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita, dapat
memantau pertumbuhan anak balita sehingga tidak menderita masalah gizi,
sebagai tempat pembagian kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe),
imunisasi lengkap, pemantauan berat badan ibu hamil, sebagai wadah
penyebaran informasi penyuluhan kesehatan tentang ibu dan anak, sebagai
tempat identifikasi kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dan dapat merujuk ke puskesmas, serta sebagai wadah berbagi
informasi yang menambah pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan
ibu, bayi dan anak balita antara petugas kesehatan dengan para ibu serta antara
ibu dengan ibu lainnya dalam kegiatan Posyandu (Kementerian Kesehatan RI,
2012).

Menurut Kemenkes (2011), manfaat penyelenggaraan Posyandu yaitu : 


a) untuk mendukung perbaikan perilaku; 
b) mendukung perilaku hidup bersih dan sehat; 
c) mencegah penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi; 
d) mendukung pelayanan Keluarga Berencana; 
e) mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan.

2. Jenjang Posyandu
Menurut Kemenkes (2011), jenjang Posyandu dibagi
menjadi 4 tingkatan berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu sebagai berikut :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah
kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata- rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah,
yaitu kurang dari 50%.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata- rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata- rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu.

D. Kegiatan Bayi Dan Balita Di Posyandu


Menurut Kemenkes (2011), Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak
balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu
giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas
bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan
kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur
balita.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi badan.
Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan oleh kaderPosyandu dengan melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi badan.
2) Penentuan status pertumbuhan.
Hasil penimbangan berat badan yang dilakukan akan dicatat pada KMS (kartu menuju
sehat) yang akan menilai status gizi dan mendeteksi secara dini jika terjadi
gangguan pertumbuhan. KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri BB/U (Aritonang, 2013).
3) Penyuluhan dan konseling.
Menurut Harfi (2015) penyuluhan gizi di Posyandu
dilakukan oleh kader kepada ibu/keluarga balita. Penyuluhan dilakukan melalui
pendekatan perorangan, sehingga bukan merupakan penyuluhan kelompok
namun kader dapat melakukan penyuluhan kelompok pada hari Posyandu atau
di luar hari Posyandu.
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas. dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi
dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk
ke Puskesmas.

E. Kader

Menurut Adisasmito (2010) dalam Wicaksono (2015), mendefinisikan kader


posyandu sebagai tenaga masyarakat yang paling dekat dengan masyarakat.
Hal tersebut disebabkan karena kader merupakan masyarakat setempat
sehingga alih pengetahuan dan alih ketrampilan dari kader kepada masyarakat
sekitar menjadi lebih mudah.

Menurut Kemenkes RI (2011), tugas kader dalam Posyandu


dijabarkan sebagai berikut :
1) Sebelum hari buka Posyandu kader menyebarluaskan hari buka Posyandu,
mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu, mempersiapkan sarana
Posyandu, melakukan pembagian tugas antar Posyandu, berkoordinasi dengan
petugas kesehatan dan mempersiapkan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT).
2) Pada hari buka Posyandu kader melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu,
melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu, mencatat hasil penimbangan di buku KIA dan KMS, pengukuran
LILA pada ibu hamil dan WUS, melaksanakan kegiatan penyuluhan dan
konseling gizi, membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan KB, dan
melengkapi pencatatan sekaligus membahas tindak lanjut dari kegiatan
bersama petugas kesehatan.
3) Di luar hari buka Posyandu kader mengadakan pemutakhiran data sasaran
Posyandu, membuat diagram batang SKDN, melakukan tindak lanjut terhadap
sasaran yang tidak datang maupun sasaran yang memerlukan penyuluhan
lanjut, memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke
Posyandu pada saat hari buka, dan melakukan kunjungan tatap muka kepada
tokoh masyarakat.

Pelaksaaan  kegiatan  posyandu  peran  kader  sangat  besar  karna  selain  sebagai 
pemberi 
informasi  kesehatan  kepada  masyarakat  juga  sebagai  penggerak    didalam 
masyarakat  untuk 
datang  ke  posyandu  dan  dapat  diharapkan  untuk  membantu  dalam 
meningkatkan  derajat 
kesehatan   yang  ada  dimasyarakat  keaktifan  kader  dalam  hal  ini  kehadiran 
kader  sangat 
berpengaruh  dalam  pelaksanaan  kegiatan  posyandu    untuk  tercapainya  tujuan 
dari  posyandu (Kemenkes RI, 2011).

Program Posyandu dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan
Kelarga berencana. Anggota Posyandu berasal dari anggota PKK, tokoh
masyarakat dan para kader masyarakat. Kader kesehatan merupakan
perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan
adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima
program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan
yang mereka tidak kompeten memberikannya. 

E. Polindes
1. Pengertian Polindes

Pondok bersalin desa (Polindes) ialah wujud keikutsertaan warga untuk menyediakan
tempat bantuan melahirkan serta jasa kesehatan ibu dan anak, seperti KB di desa. Polindes ini
dirintis dan diatur oleh warga setempat. Polindes dalam memberikan pelayanan memiliki
keterkaitan dengan eksistensi bidan, jasa di Polindes merupakan jasa profesi kebidanan.

Kader Posyandu dapat berpartisipasi di Polindes, dimana memiliki peran yang sama dalam
melakukan aktivitas Posyandu ialah untuk menggerakkan warga dan memberikan
pengarahan. Idealnya Polindes wajib mempunyai gedung sendiri namun untuk sementara bisa
menumpang di kediaman warga setempat atau di kediaman seorang bidan di desa tersebut
dan ada dibawah pengontrolan seorang dokter (Bisma dalam Agustyaningrum et al., 2015).

Bantuan dalam proses melahirkan yang dilakukan di Polindes ialah melahirkan secara
normal dengan kasus resiko sedang (yang tidak membahayakan ibu hamil sebab proses
melahirkan membutuhkan pengawasan serta perawatan dari para ahli). Pondok bersalin desa
ialah upaya kesehatan yang melibatkan sumber daya dari warga setempat sebagai wujud
peran serta warga guna memberikan tempat dalam membantu proses melahirkan dan jasa
kesehatan ibu dan anak , termasuk KB di desa. (Malik, 2017).

2. Tujuan Dibentuknya Polindes

a. terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan


diwilayah desanya
b. terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan
c. terselenggarakannya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan keawaspadaan dan kesigapan masyarakat terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor
resikonya
d. tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dibidang kesehatan
e. terselenggaranya pelayanan kesehatan dasr yang dilaksanakan oleh masyarakat dan
tenaga professional kesehatan
f. terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada didesa

3. Fungsi Polindes

a. Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk KB)


b. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
c. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan masyarakat
dan dukun bayi maupun kader.

DAFTAR PUSTAKA

Putri,A.T.A. 2013. Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) dengan
Penerapan Simpus Puskesmas Karangmalang

Semarang Tahun 2013. Artikel Ilmiah. FKM Universitas Dian Nuswantoro. Semarang

Indirwan Hasanuddin, Jumiarsi Purnamah AL, Hariadi Sulaeman. 2021. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Pelaksanaan Posyandu. Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, ITKeS Muhammadiyah Sidrap. (Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pencerah, 10(1), 2021, 38-44)

Encang Saepudin1, Edwin Rizal, Agus Rusma. (2017). Posyandu Roles as Mothers and
Children Health Information Center. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjajaran.

Knowledge of Posyandu’s Cadres and Mothers as well as Health Officer’s Perspective


Related to Posyandu Activities in West Aceh Regency

Lasbudi P. Ambarita, Asmaul Husna, Hotnida Sitorus. 2019. Knowledge of Posyandu’s


Cadres and Mothers as well as Health Officer’s Perspective Related to Posyandu
Activities in West Aceh Regency. Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang, Baturaja Loka Litbang Biomedis, Aceh

B.Melina. 2016. Pengertian Posyandu Ibu Bayi Dan Balita. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Agustyaningrum, A., Hidayati, E.N., Fadhilah,N., Fitriani, R., dan Anita, S. (2015).
Kesehatan Masyarakat “Polindes”. Makalah. Sekolah Tinggi Ilmu Kemasyarakatan.
Jombang.

Diah Widyatun. (2012). Artikel "Polindes". Poltekkes Semarang

Anda mungkin juga menyukai