Suleha (191FK01127)
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan selesai. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk kami
menyampaikan banyak terimakasih Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang unsur pembentukan perilaku ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………i
Kata Pengantar………………………………………………………………..…..ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II Pembahasan………………………………………………………………...
Dengan kata lain di samping sikap, faktor utama lain yang mempenga. ruhi tindakari
seseorang adalah norma sosial.Menurut Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1973
lewat Siregar, 1993: 17), di antara variabel sikap dan perilaku (tindakan)ada variabel yang
mengantarainya yaitu maksud (disposisi). Seseorangyang akan melakukan suatu tindakan
didasari oleh maksud tertentu.Teori ini menempatkan sikap di tempat yang sentral dalam
kaitannyadengan tindakan manusia, sikap mereka katakan sebagai fungsi keyakinan.Seseorang
yang yakin biihwa tindakan yang akan dilakukan menimbulkan dampak positif pada dirinya, ia
akan bersikap cenderung melakukantindakan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika ia yakin
tindakan yang akan dilakukan berdampak negatif pada dirinya, ia bersikap menolakmelakukan
tindakan tersebut. Hal ini disebut behavior belief Di samping keyakinan pribadi (behavior
belief), keyakinan kelompok (group belief) juga turut menentukan tindakan seseorang. Apabila
orang tersebut yakin bahwa tindakannya itu akan disetujui oleh kelompoknya atau Iingkungan
sosialnya, maka dia akan melakukannya. Sebaliknya jika ia yakin bahwa lingkungan sosialnya
tidak akan mendukungnya maka ia tidak bermaksud melakukan tindakan tersebut.Menyadari
akan kekompleksan sikap seperti yang dikemukakan diatas, perlu dipikirkan secara sungguh
sungguh bagaimana seharusnya sikap diajarkan. Bagaimana sikap dapat beruhah atau diubah,
dan bagaimanapula cara mengukur sikap.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan sikap?
2. Bagaimana cara mengetahui Kesehatan mental?
3. Apa saja fungsi-fungsi utama mental?
4. Komponen apa saja yang ada dalam komponen sikap?
5. Apakah kebudayaan berpengaruh terhadap perilaku manusia?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami proses pembentukan sikap
2. Dapat mengetahui Kesehatan mental
3. Dapat memahami fungsi-fungsi utama mental
4. Dapat mengetahui fungsi apa saja yang ada dalam komponen sikap
5. Dapat mengetahui pengaruh sikap terhadap kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Stuktur Sikap
Dilihat dari struicturnya, sik'ap terdiri atas tigak()tnPonen yaitukomponen kognitif,
komponen afektif, dankomponen konatif. Komponen kognitif berupa keyakinan seseorang
(behavior belief dan group belief), komponen afektif menyangkut aspek emosional, dan
komponenkonatif merupakan aspekkecenderungan bertindak sesuai dengan sikap- nya.
Komponen afektif atau aspek emosional biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap,
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruhyang mungkin mengubah sikap (Azwar,
1988:17-18).
2.1.1 Komponen Kognitif
. Komponen Kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipeyang dimiliki individu
mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaanseseorang mengenai objek sikap berwujud
pandangan (opini) dan seringkali merupakan stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam
pikirannya. Komponen kognitif dari sikap ini tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan
justru timbul tanpa adanya informasi yangtepat mengenai suatu objek. Kebutuhan emosional
bahkan sering merupakan determinan utama bagi terbentuknya kepercayaan.
2.1.2 Komponen Afektif
Komponen afektif melibatkan perasaanatau emosi. Reaksi emosionalkita terhadap suatu
objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek tersebut. Reaksi emosional ini
banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu objek, yakni kepercayaan suatu objek baik atau
tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Komponen Konatif.
2.1.3 Komponen Konatif
Komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku)dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorangdalam situasi tertentu dan dalam situasi
menghadapi stimulus tertentu,banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap
stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengankepercayaan dan
perasaan ini membentuk sikap individual (Azwar,1988:21).Sebagai halnya karakteristik afektif
yang lain, sikap memiliki target, arah, dan intensitas. Target ialah objek,. kegiatan, atau gagasan
yang menjadisasaran suatu sikap. Yang dimaksud dengan arah sikapialah orientasi sikap yang
dapat positif atau negatif. Sedangkan intensitas adalah deraja atau kekuatan sikap. Sikap terhadap
suatu objek dapat sangat kuat, misalnya sangat senang pada karya karya sastra atau sangat benci
pada perjudian.
Arah dan intensitas sikap itu dapat dibibarkan sebagai suatu kontinum. titik tengah menunjukkan
intensitas sikap.
2.1.4 Kebutuhan Fisiologis
Kepuasan kebutuhan fisiologis (tempat tinggal, makanan,pakaian), biasanya berhubungan
dengan uang. Kemampuan sejumlahuang untuk memuaskan kebutuhan menjadi hilang jika
seseorang menihgkat dari mengutamakan kehutuhan fisiologi dan keselamatan kehirarki
kebutuhan yang lebih tinggi. Ketika seseorang memperhatikanharga diri dan aktualisasi diri,
uang menjadi kurang berfungsi sebagai alat untuk merperluaskan keblltuhan, oleh karenanya
kurang efektif. Semakinterlihatseseoning pada harga diri dan aktualisasi diri, ia akan ,
memperoleh ker.masan secara langsllng oleh karena itu semakin kurang pentinng kedudukan
uang sebagai tlljuan yang harus dicapai ("Uang bukan segalanya"). Dengan kata lain intensitas
sikap orang tersebut terhadap uang menjadi menurun.
2.1.5 Kebutuhan Keamanan
Kesadaran akan kebutuhan keamanan (keselamatan) cukup jelas pada kebanyakan orang.
Kita semua mengharapkan terhindar dari kecelakaan, perang, bencana alam, penyakit, dan
ketidaksetabilan ekonomi.Namun demikian kesadaran akan kebutuhan keamanan ini tidak
merupakan pendorong utama munculnya perilaku, melainkan hanya berfungsi melatarbelakangi.
Seseorang yang sangat mementingkan kebutuhan akan keamanan menjadikuiang kompetitif dan
tidak bersikap kritis. Dia lebih senang berada pada posisi yang aman, kurang siap menghadapi
tantangan. Kreativitasnya juga tidak berkembang dengan baik. Namun demikian berbagai segi
kehidupan dalam masyarakat bahkan memandang kebutuhan ini sebagai kebutuhan yang sangat
penting.
2.1.6 Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial biasanya sangat dominan dalam kehidupan.Kebanyakan individu
oerhubungan dengan orang-orang lain dan merasa menjadi anggota dan diterima dalam suatu
kelompok sosiaI. Bagi orang-orang tertentu kebutuhan sosial ini lebih besar daripada orang-
orang lain.
Aktualisasi Diri
Harga Diri
Sosial
Keselamatan
Fisiologis
Stanley Schachter telah menyelidiki bahwa kesenangan akan sosialisasi merupakan tujuan itu
sendiri (an end in itself). Artinya, orang berhubungan karena hanya menyenangi hal itu, tidak ada
tujuan yang lain (lewat Hersey dan Blanchard, 1993"41).
2.1.7 Kebutuhan Harga diri
Kebutuhan akan harga diri muncul dalam berbagai bentuk. diantaranya ialah prestise dan
kekuasaana. Motif berprestise menjadisemakin jelas dalam masyarakat di negara yang sudah
maju. Prestise adalah suatukeadaan yang diharapkan darioranglain dalam posisi tertentu.Manusia
mencari prestise dengan berbagai cara.Banyak yang mencarinya lewat materi, sedangkan yang
lain lewat capaian pribadi atau aktualisasi diri.Kekuasaan merupakan sumber yang
memungkinkan seseorang mempengaruhi orang lain. Ada dua macam kekuasaan yaitu yang
berasal dari posisi atau kedudukan dan yang karena kepribadian.
2.1.8 Kebutuhan akan Aktualisasi diri
Dua motif yang berhubungan dengan aktualisasi diri ialah kompetensi
dan capaian. Kompetensi, menurut White adalah salah satu dasar dari tindakan manusia, Kompetensi
membuat orang mengontrol lingkungannya,baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hal ini
menyebabkan orang tersebut memanipulasi Iingkungannya agar sesuatu yang diinginkan dapat terwujud.
Kompetensi ini berkaitan erat denganharapan. Keberhasilan dan kegagalan pada masa lampau
menyebahkanseseorang memiliki kompetensi yang lehih rendah atau tinggi.
Aktualisasi
Harga Diri
Sosial
Keselamatan
. Fisiologis
Beberapa orang mempunyai maksud untuk mempunyai tingkatcapaian tertentu,
sedangkan yang lain tidak memiliki perhatian terhadapapa yang dapat dicapai. Orang-orang
bermaksud mencapai,s~suatu, lebih memperhatikan pada capaian pribadi dari pada hadiah atas
keberhasilannya.Mereka tidak menolak hadiah: tetapi hadiah-hadiah tersebut tidaksepenting
makna keberhasilannya meJ:jcapai sesuatu itu sendiri. Dengan kata lain orang itu bersikap positif
~e"badap keberhasilan.
b. Teori Gestal
Bagian-bagian merupakan hal primer
2. Hukum Persepsi
Menurut teori Gestal :
a. Hukum Prananz (simplicity)
Pada saat individu mengamati objek ia akan cenderung memberi kesan
bentuk,ukuran dan warna pada objek tersebut
b. Hukum Figure-Ground
Individu akan membedakan antara gambar dan latar belakang
Stimulus
• Stimulus harus memiliki batas kekuatan minimal agar dapat menimbulkan kesadaran di
pihak individu.
• Batas kekuatan minimal itu dinamakan ambang absolut sebelah bawah atau ambang
stimulus.
• Kurang dari ambang tersebut, stimulus tidak dapat disadari oleh individu
Panca Indera
1. Bayangan terbalik
2. Gelombang cahaya
3. Kornea
4. Pupil
5. Iris
6. Lensa
7. Retina
• Bagian-bagian yang memroses impuls-impuls syaraf sehingga menghasilkan penglihatan
o Syaraf optik/ optic nerve
o Cortex penglihatan utama
o Area asosiasi penglihatan
o Scan otak
o Buta warna
• Buta warna : ketidakmampuan membedakan dua atau lebih corak /jenis spectrum warna
• Jenis-jenis buta warna
o Monokromat
o Dikromat
• Indera Pendengaran
1. Telinga luar
2.Telinga tengah
3. Telinga dalam
Bayangan
• Proses menanggap atau membayangkan kembali tersebut merupakan representasi dari
hasil persepsi
• Perbedaan antara persepsi dan tanggapan :
Persepsi dibutuhkan adanya objek yang dipersepsi
Persepsi terikat oleh objek, waktu, dan ruang
Persepsi berlansung selama stimulus ada sedangkan tanggapan berlansung
selama perhatian tertuju pada bayangan tersebut
• Bayangan eidetic merupakan bayangan yang sama jelas dan sama terang dengan hasil
persepsi
• Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah di mana sebenarnya tidak terdapat
stimulus sensorik yang berkaitan dengannya
• Delusi atau waham adalah suatu keyakinan yang salah.
Fantasi
• Fantasi adalah kemampuan mental untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau
bayangan-bayangan baru. (Walgito, 2004: 139)
• Fantasi dapat terjadi secara disadari dan tidak disadari
• Fantasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Fantasi yang mengabstraksi
Fantasi yang mendeterminasi
Fantasi yang mengombinasi
Ingatan
• Ingatan (memory) adalah hubungan antara pengalaman dengan masa lampau
• Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning),
menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah
lampau. (Woodworth dan Marquis, 1957 dalam Walgito, 2004: 145)
• Tiga macam proses dalam ingatan (memory), yaitu:
Ingatan sensori (sensory memory)
Ingatan jangka pendek (short-term memory)
Ingatan jangka panjang (long-term memory)
Belajar
• Belajar merupakan: “perubahan perilaku atau performance yang relatif permanen,
sebagai hasil latihan atau pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau kelelahan
atau karena obat-obatan.”
• Beberapa Teori Belajar
o Teori Belajar yang Berorientasi pada Behaviorisme
o Teori Belajar yang Berorientasi Psikologi Kognitif
o Teori Belajar Albert Bandura
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa hampir dalam semua hand out perkuliahan Pendidikan Kewiraan tidak tertera
rumusan tujuan afektif (termasuk di dalamnya sikap) .Suasana belajar juga belum kondusif untuk
pengembangan ranah afektif. Demikian juga analisis soal-soal ujian Pendidikan Kewiraan
menunjukan bahwa aspek afektif belum memperoleh p'erhatiatl khusus.Hasil penelitian tersebut
ticlak dapat digeneralisasikan pada Pendidikan Kewiraan di lembaga-Iembaga pendidikim yang
lain. Namun demikian setidak-tidaknya dapat berupa balikan hagi penyelenggaraan program
Pendidikan Kewiraan.
korelasi positif yang signlfikan antara religiusitas dan kebermaknaan hid up dengan
kesehatan mental. Semakin tinggi religiusitas dan kebermaknaan hidup maka semakin tinggi
kesehatan mental mahaslswa Fakultas Oakwah lAlN Walisongo, sebaliknya semakin rendah
religiusitas dan kebermaknaan hidup maka semakin rendah kesehatan mentalnya.
3.2 Saran
Mudah-mudahan balikan tersebut dan makalah singkat ini dapatmerupakan sumbangan yang
bermakna bagi perencanaan pelaksanaan program Pendidikan Kewiraan. Yangsaya makSudkan
dengan perencanaandan pelaksanaan ini meliputi aspek materi, media, strategi belajar mengajar,
evaluasi, dan suasana kelas serta lemhaga pendidikan
kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Kerena sedemikian pentingnya, maka
semua pihak, termasuk mereka, perlu memupuk kesehatan mental itu. Cara yang dapat ditempuh
adalab meningkatkan refigiusitas dan kebemaknaan hidup. Untuk meningkatkan retigiusltas dan
kebemaknaan hldup, di samping memanfaatkan perkuliahan agama pada khususnya dan
perkuliahan pada umumnya secara optimal, para mahasiswa juga pertu memanfaatkan aktivitas
ekstra kurikuler yang terdapat di kampusnya. Aktivitas mahasiwa di organisasi kemahaslswaan,
keagamaan, kepemudaan per1u dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/viewFile/9191/pdf
https://journal.uii.ac.id/index.php/Psikologika/article/viewFile/272/7385