Anda di halaman 1dari 18

UNSUR PEMBENTUKAN PRILAKU

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi


Dosen Pengampu: Ermilda,S.Psi., M.Psi., Psikolog

Di susun oleh kelompok 5 :

Padilla Mutiara N (191FK01086)

Putri kania Syahrani (191FK01090)

Riri Rismawati (191FK01100)

Sapreni Agustina (191FK0101110)

Siti Nuraeni (191FK01124)

Suleha (191FK01127)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan selesai. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk kami
menyampaikan banyak terimakasih Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang unsur pembentukan perilaku ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 13 oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………i
Kata Pengantar………………………………………………………………..…..ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II Pembahasan………………………………………………………………...

2.1 Struktur Sikap


2.2 Pembentukan Sikap
2.3 Pengalaman Pribadi
2.4 Pengaruh Kebudayaan
2.5 Media massa
2.6 Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Keagamaan
2.7 Perubahan Sikap
2.8 Pengukuran Sikap
2.9 Fungsi-Fungsi Utama Mental
2.10 Kesehatan Mental

BAB III Penutup…………………………………………………………………….


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….……
3.2 Saran…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi perilaku (tindakan) sehari-hari,
meskipun masih ada faktor-faktor lain, Yakni lingkungan dan keyakinan seseorang. Hal ini
berarti bahwa kadangkadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi kadangkadang
sikap tidak mewujud menjadi tindakan. Pertimbangan akan segala dampak positif dan negatif
suatu tindakan turut menentukan
apakah sikap seseorang menjadi tindakan yang nyata ataukah tidak.

Dengan kata lain di samping sikap, faktor utama lain yang mempenga. ruhi tindakari
seseorang adalah norma sosial.Menurut Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1973
lewat Siregar, 1993: 17), di antara variabel sikap dan perilaku (tindakan)ada variabel yang
mengantarainya yaitu maksud (disposisi). Seseorangyang akan melakukan suatu tindakan
didasari oleh maksud tertentu.Teori ini menempatkan sikap di tempat yang sentral dalam
kaitannyadengan tindakan manusia, sikap mereka katakan sebagai fungsi keyakinan.Seseorang
yang yakin biihwa tindakan yang akan dilakukan menimbulkan dampak positif pada dirinya, ia
akan bersikap cenderung melakukantindakan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika ia yakin
tindakan yang akan dilakukan berdampak negatif pada dirinya, ia bersikap menolakmelakukan
tindakan tersebut. Hal ini disebut behavior belief Di samping keyakinan pribadi (behavior
belief), keyakinan kelompok (group belief) juga turut menentukan tindakan seseorang. Apabila
orang tersebut yakin bahwa tindakannya itu akan disetujui oleh kelompoknya atau Iingkungan
sosialnya, maka dia akan melakukannya. Sebaliknya jika ia yakin bahwa lingkungan sosialnya
tidak akan mendukungnya maka ia tidak bermaksud melakukan tindakan tersebut.Menyadari
akan kekompleksan sikap seperti yang dikemukakan diatas, perlu dipikirkan secara sungguh
sungguh bagaimana seharusnya sikap diajarkan. Bagaimana sikap dapat beruhah atau diubah,
dan bagaimanapula cara mengukur sikap.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan sikap?
2. Bagaimana cara mengetahui Kesehatan mental?
3. Apa saja fungsi-fungsi utama mental?
4. Komponen apa saja yang ada dalam komponen sikap?
5. Apakah kebudayaan berpengaruh terhadap perilaku manusia?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami proses pembentukan sikap
2. Dapat mengetahui Kesehatan mental
3. Dapat memahami fungsi-fungsi utama mental
4. Dapat mengetahui fungsi apa saja yang ada dalam komponen sikap
5. Dapat mengetahui pengaruh sikap terhadap kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Stuktur Sikap
Dilihat dari struicturnya, sik'ap terdiri atas tigak()tnPonen yaitukomponen kognitif,
komponen afektif, dankomponen konatif. Komponen kognitif berupa keyakinan seseorang
(behavior belief dan group belief), komponen afektif menyangkut aspek emosional, dan
komponenkonatif merupakan aspekkecenderungan bertindak sesuai dengan sikap- nya.
Komponen afektif atau aspek emosional biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap,
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruhyang mungkin mengubah sikap (Azwar,
1988:17-18).
2.1.1 Komponen Kognitif
. Komponen Kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipeyang dimiliki individu
mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaanseseorang mengenai objek sikap berwujud
pandangan (opini) dan seringkali merupakan stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam
pikirannya. Komponen kognitif dari sikap ini tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan
justru timbul tanpa adanya informasi yangtepat mengenai suatu objek. Kebutuhan emosional
bahkan sering merupakan determinan utama bagi terbentuknya kepercayaan.
2.1.2 Komponen Afektif
Komponen afektif melibatkan perasaanatau emosi. Reaksi emosionalkita terhadap suatu
objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek tersebut. Reaksi emosional ini
banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu objek, yakni kepercayaan suatu objek baik atau
tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat. Komponen Konatif.
2.1.3 Komponen Konatif
Komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku)dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorangdalam situasi tertentu dan dalam situasi
menghadapi stimulus tertentu,banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap
stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengankepercayaan dan
perasaan ini membentuk sikap individual (Azwar,1988:21).Sebagai halnya karakteristik afektif
yang lain, sikap memiliki target, arah, dan intensitas. Target ialah objek,. kegiatan, atau gagasan
yang menjadisasaran suatu sikap. Yang dimaksud dengan arah sikapialah orientasi sikap yang
dapat positif atau negatif. Sedangkan intensitas adalah deraja atau kekuatan sikap. Sikap terhadap
suatu objek dapat sangat kuat, misalnya sangat senang pada karya karya sastra atau sangat benci
pada perjudian.
Arah dan intensitas sikap itu dapat dibibarkan sebagai suatu kontinum. titik tengah menunjukkan
intensitas sikap.
2.1.4 Kebutuhan Fisiologis
Kepuasan kebutuhan fisiologis (tempat tinggal, makanan,pakaian), biasanya berhubungan
dengan uang. Kemampuan sejumlahuang untuk memuaskan kebutuhan menjadi hilang jika
seseorang menihgkat dari mengutamakan kehutuhan fisiologi dan keselamatan kehirarki
kebutuhan yang lebih tinggi. Ketika seseorang memperhatikanharga diri dan aktualisasi diri,
uang menjadi kurang berfungsi sebagai alat untuk merperluaskan keblltuhan, oleh karenanya
kurang efektif. Semakinterlihatseseoning pada harga diri dan aktualisasi diri, ia akan ,
memperoleh ker.masan secara langsllng oleh karena itu semakin kurang pentinng kedudukan
uang sebagai tlljuan yang harus dicapai ("Uang bukan segalanya"). Dengan kata lain intensitas
sikap orang tersebut terhadap uang menjadi menurun.
2.1.5 Kebutuhan Keamanan
Kesadaran akan kebutuhan keamanan (keselamatan) cukup jelas pada kebanyakan orang.
Kita semua mengharapkan terhindar dari kecelakaan, perang, bencana alam, penyakit, dan
ketidaksetabilan ekonomi.Namun demikian kesadaran akan kebutuhan keamanan ini tidak
merupakan pendorong utama munculnya perilaku, melainkan hanya berfungsi melatarbelakangi.
Seseorang yang sangat mementingkan kebutuhan akan keamanan menjadikuiang kompetitif dan
tidak bersikap kritis. Dia lebih senang berada pada posisi yang aman, kurang siap menghadapi
tantangan. Kreativitasnya juga tidak berkembang dengan baik. Namun demikian berbagai segi
kehidupan dalam masyarakat bahkan memandang kebutuhan ini sebagai kebutuhan yang sangat
penting.
2.1.6 Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial biasanya sangat dominan dalam kehidupan.Kebanyakan individu
oerhubungan dengan orang-orang lain dan merasa menjadi anggota dan diterima dalam suatu
kelompok sosiaI. Bagi orang-orang tertentu kebutuhan sosial ini lebih besar daripada orang-
orang lain.
Aktualisasi Diri
Harga Diri
Sosial
Keselamatan
Fisiologis
Stanley Schachter telah menyelidiki bahwa kesenangan akan sosialisasi merupakan tujuan itu
sendiri (an end in itself). Artinya, orang berhubungan karena hanya menyenangi hal itu, tidak ada
tujuan yang lain (lewat Hersey dan Blanchard, 1993"41).
2.1.7 Kebutuhan Harga diri
Kebutuhan akan harga diri muncul dalam berbagai bentuk. diantaranya ialah prestise dan
kekuasaana. Motif berprestise menjadisemakin jelas dalam masyarakat di negara yang sudah
maju. Prestise adalah suatukeadaan yang diharapkan darioranglain dalam posisi tertentu.Manusia
mencari prestise dengan berbagai cara.Banyak yang mencarinya lewat materi, sedangkan yang
lain lewat capaian pribadi atau aktualisasi diri.Kekuasaan merupakan sumber yang
memungkinkan seseorang mempengaruhi orang lain. Ada dua macam kekuasaan yaitu yang
berasal dari posisi atau kedudukan dan yang karena kepribadian.
2.1.8 Kebutuhan akan Aktualisasi diri
Dua motif yang berhubungan dengan aktualisasi diri ialah kompetensi
dan capaian. Kompetensi, menurut White adalah salah satu dasar dari tindakan manusia, Kompetensi
membuat orang mengontrol lingkungannya,baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hal ini
menyebabkan orang tersebut memanipulasi Iingkungannya agar sesuatu yang diinginkan dapat terwujud.
Kompetensi ini berkaitan erat denganharapan. Keberhasilan dan kegagalan pada masa lampau
menyebahkanseseorang memiliki kompetensi yang lehih rendah atau tinggi.
Aktualisasi
Harga Diri
Sosial
Keselamatan
. Fisiologis
Beberapa orang mempunyai maksud untuk mempunyai tingkatcapaian tertentu,
sedangkan yang lain tidak memiliki perhatian terhadapapa yang dapat dicapai. Orang-orang
bermaksud mencapai,s~suatu, lebih memperhatikan pada capaian pribadi dari pada hadiah atas
keberhasilannya.Mereka tidak menolak hadiah: tetapi hadiah-hadiah tersebut tidaksepenting
makna keberhasilannya meJ:jcapai sesuatu itu sendiri. Dengan kata lain orang itu bersikap positif
~e"badap keberhasilan.

2.2 Pembentukan Sikap


Sikap sosial terbentuk oleh ada.nya interaksi sosial. Dalam interaksisosial itu, individu
membentuk ,p,ola sikap tertentu terhadap objekpsikologis yang dihadapinya. Berqagaifaktor yang
mempengaruhipembentukan sikap itu antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting l~igllificallt other), media massa,lembaga pendidikan atau lembagaag faktor
emosi dalam diri individu (Azwar, 1988:24). "Menyadari akan beberapa faktor tersebut, dalam
mengajarkansikap, masing-masing faktor secara sendiri-sendiri atau bersama-samaharus
dimanipulasi demi terbentuknyasikap positif yang kita kehendaki.
2.3 Pengalaman Pribadi
Tak ada pengalaman sarna' sykalidengan objek psikologis cenderung akan membentuk sikap
negatif terhadap objek tersebut. Sebaliknya pengalaman dengan objek psikologis menimbulkan
adanya tanggapan dan penghayatan. Penghayatan inrmemberituk sikap seseorang, tetapi apakah
sikap itu positif atau negatif rnasib tergantung pada berbagaifaktor yang lain. Untuk dapat
menyadari dasar.sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang hat. Olehkarena itu sikap
akan mudah terbentuk jika faktor emosiqnaf: terlibat dalam pengalaman pribadi. Pengalaman
pribadi ini sifat saling terkait dalam kehidupan seseorang Dalam Pendidikan Kewiraan,'apabila
'kita inginmembentuk sikap positif terhadap nilai-nilai kewiraan t:n;lka pengalaman pribadi
tersebut kiranya perlu dimunculkan. Penayangapfii~~fijm, yang menggambarkan perjuangan
dalam merebut dan kiranya merupakan salah satu alternatif untuk mernbedki;m respon
psikologis yang diharapkan menimbulkan penghayatan . Terhadap peristiwa-peristiwa tersebut
sehingga kemungkinan dapat terhentl.lkslkap positif terhadapnya.Pengaruh orang lain yang
dianggap pentingsignificant other).Orang-orang yang kita 'tllggap penting dalam hidup kita
misalnya orangtua, ternan, dan guru/dosen, dapat mempengaruhi sikap kita. Kita cen derung
bersikap sarna dengan sikap orang-orang yang kita anggap penting bagi diri kita. Kecenderungan
ini timbul karena adanya motivasiuntuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik.Dalam
kaitannya dengan Pendidikan Kewiraan, interaksi dosendengan mahasiswa, demikian juga
interaksi sesama mahasiswa sangat
penting dalam pembentukan sikapnya. Apabila interaksi tersebut cukup bermakna, dalam arti
para mahasiswa dapat memperoleh hal-hal yang dibutuhkan, dan tidak terjadi pertentangan-
pertentangan, maka diharapkansikap positif terhadap materi kewiraan juga akan terbentuk.Untuk
mencapai kondisi semacam ini, seharusnya mahasiwa dilibatkandalam proses pengembangan
materi perkuliahan. Salah satucaranya dengan menyediakan berbagai alternatif materi penunjang
yangdiperkirakan relevan dan menarik. Bacaan-bacaan yang mendukung perkuliahan yang
berupa karya sastra atau biografi pahlawan dan tokohmasyarakat dapat dijadikan literatur
menunjang. Lewat bacaan seperti ini diharapkan nilai-nilai perjuangan dan bela negara dapat
terserap denganrasa senang, tidak dengan rasa terpaksa.Hubungan dosen mahasiswa, mahasiswa-
mahasiswa, bahkan antaranggota masyarakat kampus secara keseluruhan hendaknya
diwarnaioleh rasa saling menghargai dan semangat bekerja sarna untuk mencapaitujuan yang
baik. Hubungan yang tidak serasi yang penuh dengan konflikdan kecurigaan tidak mungkin
membentuk sikap positif terhadap nilai-nilai yaang dikembangkaan.
2.4 Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan sangat berpengaruh pada pembentukan sikap. Apabila kita hidup dalam budaya
menjunjung tinggi nilai-nilai religius,maka sikap positif terhadap nilai-nilai religius kemungkinan
besar akan terbentuk. Demikian juga apabila kita hidllp dalam masyarakat yangmenjunjung tinggi
sifat-sifat ksatria dan penuh dedikasi dalam membangun dan membela negara, maka sikap positif
terhadap sifat-sifattersebut jugaterbentuk.Bagaimana kita dapat mengembangkan budaya kamplls
yang positifsemacam itu? Cara yang mungkin dilakukan ialah memulainya dengan pengembangan
budaya kelas. Sliasana kelas yang demokratis, bersatu,dan bertanggung jawab perlu diciptakan.
Suasana seperti ini tentu sajaperlu dikembangkan pula dalam pergaulan di lllar kelas,
antarsegenapsivitas akademika di suatu kamplls, dikembangkan lagi dalam pergaulanantar kampus.,
dan akhirnya juga perlu diperluas dalam hubungan antara masyarakat kampus dan masyarakat di luar
kampus secara umum.

2.5 Media Massa


Informasi yang disampaikan melalui berbagai sarana informasiyang berbentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,dan lain-lain memberikan landasan kognitif
bagi terbentuknya sikap.Apabila pesan-pesan yang disampaikanitu cukup sugestif, akan
memberidasar afektif dalam terbentuknya sikap Dalam menanggapi berbagai informasi
diperlukan diperlukan sikap kritis. Oleh karena itu sikap kritisperlu dikembangkan lewat proses
belajar belajarmengajar.Strategi pemecahan masalah, lebih-lebih masalah yang dilematis,dapat
memacu timbulnya kebiasaan berfikir kritis. Kemampuan berfikir kritis inifah yang dapat
membentuk kepribadian yang kuat, yang rnarnpu melindungi diri dari pengaruh informasi yang
bersifat negatif. Hal ini sangat relevan untuk pembentukan pribadi menghadapi arus globalisasi.
2.6 Lembaga pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan demikian juga lembaga agama berfungsi menanamkan konsep
motaldalam diri individu. Ajaran moral yang diterima dad lembaga pendidikan dan lembaga
agama sering kali menjadi deterrninantunggal yang menentukan sikap. Sebagai contoh, menurut
ajaran agama (Islam) SDSB termasuk judi dan judi merupakan perbuatan yang terlarang. Mereka
yang tidak melihathubungan antara SDSB denganajaran agama, kebanyakan bersikap
menerimanya sebelum terbukti SDSB berdampak negatif. Sedangkan mereka yang meyakini
bahwa SDSB bertentangan dengan ajaran agama bersikap menolak tanpa adanya keraguan Dari
kenyataan. tersebut, apabila kita dapat menghubungkan nilai nilai yang dikembarigbm lewat
jalur pendidikan dengan ajanfn agamaakan mempermudah pembentukan sikap positif terhadap
nilai-nilai tersebut yang diharapkan juga akan terwujud dalam tindakan sehari-hari.
2.7 Perubahan Sikap
Bagaimana cara mengubah sikap? Perubahan sikap terjadi apabilainformasi yang bersifat
persuasif dipahami dan diterima oleh penerimainformasL Informasi ini kemudian mengendap
dan disetujui oleh penerirna informasi. Strategi pengubahan.sikap lewat komunikasi dan persuasi
ini terjadi dengan memanipulas.
2.8 Pengukuran Sikap
Ada berbagai pendekatan yang dapat .digunakan untuk mengukur sikap. Yang pertama
adalah laporan diri (self report) dan laporan orang orang lain (report of others). Yang termasuk
dalam laporan diri ialah semua prosedur yang memungkinkan seseorang dapat diminta
melaporkan sikapnya sendiri. Informasi tersebut dapat diperoleh secara lisandengan
menggunakan wawancara, survei, atau pol, dapat pula secaratertulis dengan kuesioner, skala
sikap, log, jurnal, atau catatan harian(Henerson, Morris, dan Fitz-Gibson, 1987:20-21) Prosedur
laporan diri merupakan jenis pengukuran yang paling langsung dan seharusnya digunakan,
kecuali jika kita mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa orang-orang yang kita selidiki tidak
dapat atautidak bersedia memberikan informasi yang diperlukanProsedur yang kedua, laporan
oleh orang-orang lain, menghasilkan informasi yang didasarkan atas pengukuran perasaan,
kepercayaan,atau perilaku seseorang bleh orang yang ditunjuk oleh penyelidik. Pelapor itu dapat
orang yang memiliki hubungan dengan subjek yang diselidiki(orang tua, guru, ternan sekerja,
supervisor), atau pengamat yang belum pernah berhubungan dengan subjek. Untuk yang terakhir
ini perludilatih lebih dulu. Laporan orang-orang lain dapat digunakan dalam situasi
yangkebanyakan samadevgan situasi penggunaan lapor diri. Jika .yang diselidiki anak-anak kecil
atau yang keinungkinan memberikan informasi yang kurang dapat dipercaya, maka
laporanorang-orang lain ini kiranya merupakan cara yang baik. Prosedur ini juga baik digunakan
untuk memperoleh laporan tentang tingkah laku. lapora orang-orang yang melihat tingkah laku
tersebut pada umumnya lebih dapat dipercaya dari pada laporan diri setelah terjadi peristiwa.
Prosedur ketiga, sosiometrik, secara relatif merupakan alat yang paling sederhana untuk
memperoleh informasi mengenai struktur sosial suatu kelompok. Prosedur ini digunakan untuk
memperoleh informasi.
2.9 Fungsi-Fungsi utama mental
 Persepsi
 Stimulus
 Panca Indera
 Bayangan
 Fantasi
 Ingatan
 Belajar
 Persepsi
.Pengertian Persepsi : Proses mengenali objek atau peristiwa yang terjadi pada individu
setelah mendapat stimulus melalui penginderaan
• Menurut Walgito : Pengorganisasian dan penginterpretasian stimulus yang diindera
sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang terintegrasi dalam
diri individu
• Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi:
1. Objek yang dipersepsi
2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
3. Perhatian
• Proses terjadinya persepsi
1. Organisasi persepsi
a. Teori Strukturalisme
Keseluruhan merupakan hal primer

b. Teori Gestal
Bagian-bagian merupakan hal primer
2. Hukum Persepsi
Menurut teori Gestal :
a. Hukum Prananz (simplicity)
Pada saat individu mengamati objek ia akan cenderung memberi kesan
bentuk,ukuran dan warna pada objek tersebut
b. Hukum Figure-Ground
Individu akan membedakan antara gambar dan latar belakang
 Stimulus
• Stimulus harus memiliki batas kekuatan minimal agar dapat menimbulkan kesadaran di
pihak individu.
• Batas kekuatan minimal itu dinamakan ambang absolut sebelah bawah atau ambang
stimulus.
• Kurang dari ambang tersebut, stimulus tidak dapat disadari oleh individu
 Panca Indera
1. Bayangan terbalik
2. Gelombang cahaya
3. Kornea
4. Pupil
5. Iris
6. Lensa
7. Retina
• Bagian-bagian yang memroses impuls-impuls syaraf sehingga menghasilkan penglihatan
o Syaraf optik/ optic nerve
o Cortex penglihatan utama
o Area asosiasi penglihatan
o Scan otak
o Buta warna
• Buta warna : ketidakmampuan membedakan dua atau lebih corak /jenis spectrum warna
• Jenis-jenis buta warna
o Monokromat
o Dikromat
• Indera Pendengaran
1. Telinga luar
2.Telinga tengah
3. Telinga dalam
 Bayangan
• Proses menanggap atau membayangkan kembali tersebut merupakan representasi dari
hasil persepsi
• Perbedaan antara persepsi dan tanggapan :
Persepsi dibutuhkan adanya objek yang dipersepsi
Persepsi terikat oleh objek, waktu, dan ruang
Persepsi berlansung selama stimulus ada sedangkan tanggapan berlansung
selama perhatian tertuju pada bayangan tersebut
• Bayangan eidetic merupakan bayangan yang sama jelas dan sama terang dengan hasil
persepsi
• Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah di mana sebenarnya tidak terdapat
stimulus sensorik yang berkaitan dengannya
• Delusi atau waham adalah suatu keyakinan yang salah.
 Fantasi
• Fantasi adalah kemampuan mental untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau
bayangan-bayangan baru. (Walgito, 2004: 139)
• Fantasi dapat terjadi secara disadari dan tidak disadari
• Fantasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Fantasi yang mengabstraksi
Fantasi yang mendeterminasi
Fantasi yang mengombinasi
 Ingatan
• Ingatan (memory) adalah hubungan antara pengalaman dengan masa lampau
• Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning),
menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah
lampau. (Woodworth dan Marquis, 1957 dalam Walgito, 2004: 145)
• Tiga macam proses dalam ingatan (memory), yaitu:
Ingatan sensori (sensory memory)
Ingatan jangka pendek (short-term memory)
Ingatan jangka panjang (long-term memory)
 Belajar
• Belajar merupakan: “perubahan perilaku atau performance yang relatif permanen,
sebagai hasil latihan atau pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau kelelahan
atau karena obat-obatan.”
• Beberapa Teori Belajar
o Teori Belajar yang Berorientasi pada Behaviorisme
o Teori Belajar yang Berorientasi Psikologi Kognitif
o Teori Belajar Albert Bandura

2.10 Kesehatan Mental


Kesehatan Mental Untuk mengetahui apakah seseorang terganggu mentalnya atau tidak
bukantah hal yang mudah, sebab tidak mudah diukur, diperiksa ataupun dideteksi dengan
alat.alat ukur seperti halnya dengan kesehatan jasmani/badan (Oaradjat, 2001 ). Bisa dikatakan
bahwa kesehatan mental adalah relatif, dalam arti tidak terdapat batas-batas yang tegas antara
wajar dan menyimpang. Akibatnya, tldak ada batas yang tegas antara kesehatan mental dengan
gangguan kejiwaan. Keharmonisan yang sempuma di dalam jiwa tidak ada, yang diketahui
adalah seberapa jauh kondisi seseorang dari kesehatan mental yang nonnal. Meskipun demikian
ada beberapa ahli yang berusaha
merumuskan tolok ukur kesehatan mental seseorang. Hal tersebut terlihat dari pengertian
kesehatan mental yang mereka ungkapkan. Oaradjat (2001) menyatakan bahwa ada banyak
definisi tentang kesehatan mental yang diberikan para ahll, sesuai dengan pandangan dan
bidangnya rnastnqmasing. Oefinisi tersebut antara lain: 1 ). Kesehatan mental adalah
terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala--gejala penyakit
jiwa (psychose). 2). Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 3). Kesehatan
mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehlngga
membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindardarl gangguan dan penyakit
jiwa. 4). Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh antara
fungsi·fungsi jiwa, serta mempuny ai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa
yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Sadl i ( B
astaman, 1 9 9 5 ) mengemukakan tiga orientasi datam kesehatan jiwa, yakni; 1 ).Orientasi
Klasik: Seseorang dianggap sehat bila la tak mempunyai keluhan tertentu, seperti: ketegangan,
rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan
"saklt" atau "rasa tak sehar serta mengganggu efisiensi keglatan sehari-harl, 2). Orientasi
penyesuaian din': Seseorang dianggap sehat secara psikoJogis bila ia mampu mengembangkan
dirinya sesuai dengan tuntutan orang..orang lain serta tingkungan sekitamya. 3). Oriantasi
pengembangan potensi: Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat
kesempatan untuk mengembangkan potenslalitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa
dihargai oleh orang laln dan dirinya sendiri. Atas dasar pengertian kesehatan mental yang
diberikan oleh kedua ahli terse but dapat diajukan tolok ukur kesehatan mental atau kondisi
mental yang sehat, yaitu: a. Bebas dari gangguan dan penyakltpenyakit kejiwaan. b. Mampu
secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan an tar prlbadi yang bennanfaat dan
menyenangkan. c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat. kemampuan, sikap, stfat, dan
sebagainya) yang baik dan · bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa hampir dalam semua hand out perkuliahan Pendidikan Kewiraan tidak tertera
rumusan tujuan afektif (termasuk di dalamnya sikap) .Suasana belajar juga belum kondusif untuk
pengembangan ranah afektif. Demikian juga analisis soal-soal ujian Pendidikan Kewiraan
menunjukan bahwa aspek afektif belum memperoleh p'erhatiatl khusus.Hasil penelitian tersebut
ticlak dapat digeneralisasikan pada Pendidikan Kewiraan di lembaga-Iembaga pendidikim yang
lain. Namun demikian setidak-tidaknya dapat berupa balikan hagi penyelenggaraan program
Pendidikan Kewiraan.
korelasi positif yang signlfikan antara religiusitas dan kebermaknaan hid up dengan
kesehatan mental. Semakin tinggi religiusitas dan kebermaknaan hidup maka semakin tinggi
kesehatan mental mahaslswa Fakultas Oakwah lAlN Walisongo, sebaliknya semakin rendah
religiusitas dan kebermaknaan hidup maka semakin rendah kesehatan mentalnya.

3.2 Saran
Mudah-mudahan balikan tersebut dan makalah singkat ini dapatmerupakan sumbangan yang
bermakna bagi perencanaan pelaksanaan program Pendidikan Kewiraan. Yangsaya makSudkan
dengan perencanaandan pelaksanaan ini meliputi aspek materi, media, strategi belajar mengajar,
evaluasi, dan suasana kelas serta lemhaga pendidikan
kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Kerena sedemikian pentingnya, maka
semua pihak, termasuk mereka, perlu memupuk kesehatan mental itu. Cara yang dapat ditempuh
adalab meningkatkan refigiusitas dan kebemaknaan hidup. Untuk meningkatkan retigiusltas dan
kebemaknaan hldup, di samping memanfaatkan perkuliahan agama pada khususnya dan
perkuliahan pada umumnya secara optimal, para mahasiswa juga pertu memanfaatkan aktivitas
ekstra kurikuler yang terdapat di kampusnya. Aktivitas mahasiwa di organisasi kemahaslswaan,
keagamaan, kepemudaan per1u dioptimalkan.

DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/viewFile/9191/pdf
https://journal.uii.ac.id/index.php/Psikologika/article/viewFile/272/7385

Anda mungkin juga menyukai