Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas 1

Dosen : Suarni, S.Kep. Ns. M.Kep

“SPERMATOGENESIS”

Di susun oleh kelompok 4 :


1. ALADIN : 22006002
2. RAIHAN NURUL MUCHLISHAH SUNAN : 22006016
3. ELSIYA SAMALIWU : 22006061
4. SARAFIA ROSA DELIMA JEUJANAN : 22006019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
SPERMATOGENESIS

Spermatogeneis berarti proses pemebentukan sperma.


Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional.
Proses ini sebenarnya sudah berlangsung sejak embrio dan dilanjutkan kembali saat pria sudah
mulai memasuki pubertas, sekitar usia 12-14 tahun hingga seumur hidupnya, dengan lama setiap
siklus spermatogenesis selama 74 hari. Proses-proses tersebut meliputi:
a. Saat masa embrio, sel germinal prmordial bermigrasi menuju testis dan menjadi sel
germinal imatur (bakal spermatogonia) saat sudah berada di tubulus seminiferus.
b. Setelah memasuki masa pubertas, hormon gonadotropin disekresi oleh hipofisis anterior
untuk merangsang terjadinya spermatogenesis lanjutan dan menyebabkan spermatogonia
memasuki sel sertoli sehingga menjadi lebih besar dan telah berdiferensiasi, kemudian
membelah secara mitosis menjadi 2 spermatogonia, tetapi 1 spermatogonia saja yang
akhirnya berkembang menjadi spermatosit primer dan lainnya mengalami regresi. Fase ini
memerlukan wakti 25 hari.
c. Setelah mengalami diferensiasi dan perkembangan dalam sel sertoli, spermatogonia keluar
dari sel sertoli dan menjadi spermatosis primer, kemudian mengalami meiosis 1 dan
membelah menjadi 2 buah spermatosit sekunder yang sudah mulai bersifat haploid (n). Fase
ini membutuhkan waktu 9 hari.
d. Setelah berkembang menjadi spermatosit sekunder, proses berikutnya adalah meiosis 2 yang
menyebabkan terbelahnya tiap spermatosit sekunder menjadi 2 spermatid, sehingga
dihasilkan total 4 spermatid. Selama proses ini, kromosom kelamin laki-laki (XY) juga ikut
membelah dan menjadikan spermatid tersebut menjadi 2 jenis, yaitu spertid jantan (dengan
kromosom Y) dan spermatid betina (dengan kromosom X). Fase ini berlangsung selma 19
hari.
e. Setelah menjadi spermatid, akan terjadi perubahan dari early spermatid (bentuk bulat)
menjadi late spertmatid (bentuk bulat dengan ekor) dan terjadi diferensiasi lanjutan menjadi
sperma. Fase ini membutuhkan waktu selama 21 hari.
f. Sperma yang telah terbentuk belum sepenuhnya matur dan perlu menjalani maturasi di
epididimis sehingga sperma kembali bermigrasi selama beberapa hari hingga mencapai
epidididmis. Saat berada di epididimis selama 18-24 jam, sperma tersebut berkembang dari
awalnya tidak motil menjadi sperma motil, tetapi sampai sperma ini dikeluarkan saat
ejakulasi, sperma ini dicegah motilitasnya oleh inhibitor protein yang disekresi oleh
epididimis.
g. Dari epididimis, sperma mengalami migrasi lagi untuk disimpan di vas deferens. Dari
keselurhan 120 juta sperma yang diahsilkan kedua testis per harinya, hanya sedikit yang
disimpan dalam epididimis dan sebagian besar disimpan di vas derfens. Sperma ini dapat
disimpan selama 1 bulan, tetapi pada pria dengan aktivitas seksual yang tinggi
menyebabkan waktu penyimpanan sperma ini menurun hingga selama beberapa hari saja.
h. Saat ejakulasi sperma keluar bersama beberapa cairan dan bahan-bahan lain yang
membantunya untuk menjadi benar-benar matur dan mampu bertahan di lingkungan vagina
yang asam selama 1-2 hari dan campuran sperma dan cairan tersebutlah yang disebut semen.
Cairan tersebut berasal dari 2 tempat, yang pertama adalah dari vesikula seminalis. Cairan
yang disekresikan berupa mukus yang mengandung fruktosa, asam sitrat, dan nutrisi, serta
prostaglandin, dan fibrinogen yang dikuluarkan saat terjadi emisi dan ejakulasi ke dalam
duktus ejakulatoris, sehingga kan keluar berasama sperma. Yang kedua berasal dari kelenjar
prostat dan berupa sekresi cairan encer seperti susu yang mengandung kalsium, ion sitrat,
ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin yang berperan sebagai pembuat suasana
basa saat semen berada dalam vagna yang bersifat asam. Selain sekresi tersebut, sperma
juga mendapatkan testosteron, esterogen, ezim-enzim, dan nutrisi lain dari sel sertoli dan
epididimis yang juga mebantu sperma matang dan bertahan dalam vagina, serta melakukan
pembuahan.
Spermatogenis tidak dapat terjadi sendiri tanpa bantuan berbagai hormon dan suasana yang
kondusif untuk membuat sperma. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya spermatogenesis
adalah sebagai berikut.
a. Testosteron yang disekresi sel leydig dan berfungsi untuk pertumbuhan dan pembelahan sel
germinal testis menjadi spermatogonia.
b. Hormon LH (leutinizing) yang disekresi oleh hipofsis anterior untuk merangsang terjadinya
spermatogenesis dan menyebabkan sekresi pada sel sertoli yang dapat mengubah spermatid
menjadi sperma.
c. Hormon esterogen yang disekresi sel sertoli dari testosteron yang sedikit banyak membantu
dalam proses spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan (growth) yang mengatur metabolisme testis dan meningkatkan laju
terjadinya pembelahan spermatogonia hingga menjadi spermatid.
e. Suhu 1-2°C lebih rendah dari suhu tubuh yang dibujtuhkan untuk terjadinya
spermatogenesis.

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

1. Spermatocytogenesis

Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi


spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari
sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat
diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara
mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel
ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid Spermatosit primer
mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu
spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom
(haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk
empat buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak
membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang
gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu


fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat
spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki
bentuk seperti sel- sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma,
akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.

Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:


a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon
/ FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).

b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas,
androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang
akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.

Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada


spermatogenesis.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis sehingga bisa terjadi
kemandulan:

1. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan
sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.Pembentukan
sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis
bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar)
yang berada diluar rongga tubuh.
2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-
obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
3. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan
pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa
menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.

Gambar yang terkait :

Anda mungkin juga menyukai