Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hadi Suwanto

Nim :2020206203118P
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan 3F
Mk : Kecerdasan Spritual

Analisis Kisah Keluarga Abu Dahdah Al Anshoriy


Dengan Aspek Ibadah Haji (Insan Kamil)

Bersama Rasulullah

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,


maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya.” [Quran Al-
Hadid: 11]

Abu Dahdah al-Anshari berkata, “Sungguh Allah menginginkan pinjaman


(pengorbanan) dari kita.” Rasulullah menanggapi, “Iya, Abu Dahdah.” Abu
Dahdah berkata, “Ulurkan tangan Anda, wahai Rasulullah.” Rasulullah menjabat
tangannya. Lalu Abu Dahdah berkata, “Sesungguhnya kupinjamkan
(kupersembahkan) kebunku kepada Rabbku.” Ia melanjutkan, “Di kebunku ini
terdapat 600 pohon kurma. Dan istriku tinggal di dalamnya.”

Ia pergi menuju kebunnya, lalu berseru pada istrinya, “Ummu Dahdah!”


“Kupenuhi panggilanmu, suamiku”, jawab Ummu Dahdah. Ia berkata, “Keluarlah
dari kebun! Sungguh kebun ini telah kupinjamkan kepada Rabku.”

Dalam riwayat lain, tatkala istrinya mendengar ucapan suaminya, ia


keluarkan kurma dari mulut anaknya. Dan menumpahkan yang sudah ada di
kantong mereka. Mengomentari hal itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Alangkah banyak tandan besar kurma di surga milik Abu Dahdah.”

Alquran surat Al-Hadid ayat 11 di atas adalah motivasi dari Allah


Subhanahu wa Ta’ala untuk bersedekah. Dan sedekah yang diberikan seseorang
pasti mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala. Saking menunjukkan kepastian
balasan, Allah ungkapkan dengan kalimat “Allah meminjam”.

Yang namanya pinjaman atau utang, wajib dibayar. Inilah aturannya.


Kalau makhluk saja wajib untuk membayar utangnya. Bagaimana dengan Allah
Yang Maha menepati janji. Yang tidak pernah berbuat zalim kepada hamba-
hamba-Nya. Inilah yang dipahami dan diyakini Abu Dahdah. Sehingga ia tak
perlu berpikir panjang. Begitu mendengar ayat ini, ia langsung memberi respon
yang luar biasa.

Abu Dahdah memberikan pinjaman kepada Allah dengan hartanya yang


paling istimewa. Kebun beserta 600 pohon kurma yang ada di dalamnya.
Hebatnya lagi, ia memiliki istri yang luar biasa. Menyambut seruan Allah, Rasul-
Nya, dan suaminya.

Dari Anas, ia mengatakan ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam. orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, si fulan memiliki pohon
kurma yang tumbuh di kebunku yang aku garap. Tolong, perintahkan dia agar
memberinya padaku sehingga aku dapat menyelesaikan penggarapan kebunku
itu.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada si pemilik satu pohon,


“Berilah pohon itu untuknya, maka bagimu satu pohon kurma di surga.”
Sayangnya orang tersebut menolak tawaran Rasulullah.

Lalu Abu Dahdah menemui orang tersebut. Ia berkata, “Juallah satu


pohonmu itu. Kubeli dengan semua pohon kurma di kebunku.” Setelah itu Abu
Dahdah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, aku telah menukar pohon kurmanya dengan kebunku.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Alangkah banyak tandan besar kurma di surga milik Abu Dahdah.” Nabi
mengulang-ulangi ucapannya ini.

Abu Dahdah berangkat menemui istrinya. Ia mengatakan, “Hai Ummu


Dahdah, keluarlah dari kebun. Aku telah menjual semuanya dengan satu pohon
kurma di surga.” Sang istri berkata, “Alangkah besarnya untung perdagangan.
Alangkah besarnya untuk perdagangan.” Atau ia mengucapkan kalimat yang
semakna dengan itu.

Motivasi di Perang Uhud

Diriwayatkan oleh al-Waqidi dari Abdullah bin Amir, ia berkata bahwa


Tsabit bin ad-Dahdah berkata di Perang Uhud saat kaum muslimin tengah porak-
poranda barisannya, “Hai orang-orang Anshar, dengarkan aku. Dengarkan aku.
Kalau Muhammad telah terbunuh, maka Allah Maha Hidup tidak akan pernah
mati. Berperanglah untuk agama kalian!!”

Tergugahlah beberapa orang dari Anshar. Mereka berangkat bersama Abu


Dahdah. Saat itu, tibalah divisi pasukan lengkap, yang di dalamnya terdapat
Khalid bin al-Walid, Amr bin al-Ash, dan Ikrimah. Khalid bin al-Walid
menembakkan tombaknya dan berhasil membunuh Abu Dahdah. Dan ia pun
berhasil membunuh orang-orang yang bersamanya.

aspek-aspek ibadah haji yang terkandung dari kisah keluarga Abu


Dahdah Al Anshoriy yaitu :
1. Ibadah : abu dahdah semenjak masuk islam ia selalu menjalankan ibadah
dengan taat
2. Taat : abu dahda sangat taat kepeda tuhan dan ia selalu menjalankan perintah-
perintah dari Allah
3. Ikhlas : abu dahda selalu iklas dalam menjalankan sesuatu yang di
perintahkan oleh Allah
4. Semanggat : abu dahda selalu semangaat dan tidak pernah mengeluh apa yang
ia kerjakan
5. Pantang menyerah : abu dahda selalu menjalan yang ia kerjakan tanpa
pantang menyerah dan tidah pernah putus asa
6. Pengorbanan : abu dahda mengorbankan kebunnya demi kebaikan untuk
Allah

Anda mungkin juga menyukai