Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Kepala (Menurut Maulana, 2010)


A. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective
tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau
jaringan penunjang longgar dan pericranium.
B. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan
basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu
frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria
khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak
rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak
akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa
anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian
bawah batang otak dan serebelum.

C. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1.Dura mater (luar)
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu
lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater
merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa
yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.
Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya,
maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang
terletak antara dura mater dan arachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-
pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah
atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.
Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus.
Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningeal terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari kranium (ruang
epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan
menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea
media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).

2. Selaput Arakhnoid (tengah)


Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput arakhnoid
terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput
ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater
oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid
umumnya disebabkan akibat cedera kepala.
a) Ruang subaraknoid memisahkan lapisan arakhnoid dari pia mater dan mengandung cairan
serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan penghubung seperti selaput yang
memepertahankan posisi arakhnoid piamater di bawahnya.
b) Berkas kecil jaringan arakhnoid. Vili arakhnoid, menonjol ke dalam sinus vena (dural) dura
mater.

3. Pia mater (dalam)


Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah membrana vaskular
yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam.
Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang
masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.
D. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana
berat pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri
dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak
depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon,
mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon
(otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata
dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi,
fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan
orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital
bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem
aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan
keseimbangan.

E. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh
plexus khoroideus dengan kecepatan produksi
sebanyak 20 ml/jam. Pleksus koroid adalah jaring-jaring
kapiler berbentuk bungan kol yang menonjol dari
piamater ke dalam dua ventrikel otak. CSS mengalir dari
ventrikel lateral melalui foramen monro menuju
ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS
akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio
arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid
sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan
kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok
populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari system
ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang meliputi seluruh susunan
saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan ruang subaraknoid adalah melalui
foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel IV.
Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel
III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui
foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan
sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler (Ngastiyah,
1997).
CSS yang berada di ruang subarakhnoid, merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna.
Merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap
trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml,
volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah
sekitar 150 ml.

F. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi
ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa
kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii
posterior).

G. Inervasi Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat arteri ini
beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi. Vena-vena otak
tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.
Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.

H. Tekanan Intra Kranial (TIK)


Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah intracranial
dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada 1 satuan waktu. Keadaan normal dari TIK
bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15 mmHg. Ruang cranial yang kalau berisi jaringan
otak (1400 gr), Darah (75 ml), cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3 komponen
ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan Hipotesa Monro – Kellie menyatakan :
Karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah 1 dari
komponen ini menyebabkan perubahan pada volume darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK
akan naik.
Peningkatan TIK yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang otak (Herniasi batang
otak) yang berakibat kematian.
I. Ventrikel otak
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral,
ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel lateral
terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing
ventrikel terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior,
kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis
tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di
tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela
tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding
hipothalanus. Disebelah anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus
sylvii. Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral
serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata.

Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan secebrospinal
dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang sama
dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 – 10 mmHg. Kenaikan TIK dapat
menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. Prognosis yang buruk
terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila menetap.
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah
sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler
mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana
dapat menerangkan tentang dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial
harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac
output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran darah otak (ADO) normal ke
dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per menit. Pada anak,
ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama
sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari
berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal sampai beberapa
hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada
level 60-70 mmHg sangat direkomendasikan untuk meningkatkan ADO.

2.2 Pengertian Hidrosefalus


Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air
dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan
jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Harus di bedakan dengan pengumpulan
cairan lokal tanpa tekanan intrakranial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran
ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan sesudah terjadinya atrofi otak (
Ngastiyah, 1997).
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinalis secara berlebihan di dalam
rongga ventrikulus otak, paling sering terjadi pada neonatus. Keadaan ini juga dapat ditemukan
pada dewasa sebagai akibat cedera atau penyakit. Pasda bayi, hidrosefalus membuat kepala
membesar dan pada bayi maupun dewasa, kompresi yang ditimbulkan dapat merusak jaringan otak
(Mayer, 2003).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang
dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS
lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular
(nining,2008).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang dapat mengakibatkan gangguan dari
cairan serebrospinal yang berubah menjadi banyak, disebabkan oleh karena obstruksi aliran cairan
serebrospinal, gangguan produksi dan atau produksi cairan serebrospinal yang berlebihan (Aziz,
2006)
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan diruang yang secara normal terdapat dalam otak,
hidrosefalus terjadi apabila produksi cairan otak tidak seimbang dengan penyerapannya sehingga
cairan otak terbendung, sistem ventrikel akan melebar, dan tekanan dalam rongga kepala akan
meningkat (Arif, 2000)

2.3 Etiologi
Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh
pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan
medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi (Cristine Brooker : The Nurse’s
Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh
susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem
internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10
tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III,
dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen
Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna
basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al,
2007:32)
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper,
2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
1.Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus
dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa.
Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah kelahiran.
2.Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
3.Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus
obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian
besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.

4. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
5. Anomali Pembuluh Darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena yang
mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni sinus transverses dengan akibat obstruksi
akuaduktus.

2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi/buntu
ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran
CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat
pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis
serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem
kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih
tersebar.
3) Neoplasma (tumor)
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat,
maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang
berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi
dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.4 Klasifikasi
(Menurut Zulkarnain, 2011)
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,
berdasarkan :
1. Gambaran klinis
Dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult
hydrocephalus). Hidrosefalus yang tampak jelas dengan tanda-tanda klinis yang khas disebut
hidrosefalus yang manifest. Sementara itu, hidrosefalus dengan ukuran kepala yang normal disebut
sebagai hidrosefalus yang tersembuni.
2. Waktu pembentukan
Dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita. Hidrosefalus yang terjadi pada
neonates atau yang berkembang selama intra uterin disebut hidrosefalus congenital. Hidroseflaus
yang terajdi karena cedera kpala selama proses kelahiran disebut hidrosefalus infantile.
Hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus yang terjadi setelah masa neonates atau disebabkan oleh
factor-faktor lain setelah masa neonates (Harsono, 1996).
3. Proses terbentuknya
Dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik. Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus
yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorpsi CSS (berlangsung
dalam beberapa hari). Disebut hidrosefalus kronik apabila perkembangan hidrosefalus terjadi
setelah aliran CSS mengalami obstruksi beberapa minggu (bulan-tahun). Dan diantar waktu
tersebut disebut hidrosefalus subakut.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus
obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala,
dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak
aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan
atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :
• Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
• Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-
penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu
oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital
dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak
ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS
dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran
CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit
atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi
CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP)

2. Hydrocephalus non komunikan


Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada
sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan
malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem
ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–
18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala
kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat
pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )


Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral,
dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda –
tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan
dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

2.5 Patofisiologi
Banyak yang menjadi penyebab hidrosefalus antara lain kelainan bawaan/kongenital,
infeksi, neuplasma, dan perdarahan. Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada
ruangan subarachnoid, ventrikel serebri melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengerut
dan menyobek garis ependimal. Substansia alba di bawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada substansia grisea terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran, substansia grisea tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba-tiba(akut) dan dapat juga selektif
bergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus kegawatan. Pada bayi
dan anak kecil, sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial. Jika Fontanela anterior tidak tertutup, maka fontanel ini tidak akan berkembang dan terasa
tegang pada perabaan. Stenosis aquaduktus menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan
tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas, yaitu dahi tampak menonjol secara
dominan (dominan frontal blow). Sindrom dandy-Walker terjadi jika karena adanya obstruksi
pada foraminal di luar pada ventrikel IV. Ventrikel IV melebar dan fosa pascaerior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang di bawah tentorium. Klien dengan tipe hydrochepalus di atas akan
mengalamai pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, akibatnya gejala peningkatan tekanan intracranial terjadi sebelum terjadi
ventrikel serebri menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorpsi dan sirkulasi CSS adalah
hydrocephalus tidak komplet. CSS melebihi kapasitas normal system ventrikel setiap 6-8 jam dan
tidak adanya absorpsi total akan menyebabkan kematian. Ventrikular yang melebar menyebabkan
sobeknya garis ependimal normal, khusunya pada dinding rongga sehingga mengakibatkan
peningkatan absorpsi. Jika rute kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventricular lebih lanjut
maka akan terjadi keadaan kompensasi.
Dalam keadaan normal tekanan likuor berkisar 50-200 mm, praktis sama dengan 50-200
mmH20. Ruang tengkorak bersama dura yang tidak elastis merupakan suatu kotak tertutup yang
berisikan jaringan otak dan medulla spinalis sehingga volume otak total (kranio spinal) ditambah
dengan volume darah dan likuor merupakan angka tetap (hukum Monroe Kellie). Bila terdapat
peningkatan volume likuor akan menyebabkan peningkatan TIK. Keadaan ini terdapat pada
perubahan volume likuor, pelebaran dura, perubahan volume pembuluh darah terutama volume
vena, perubahan jaringan otak (bagian putih otak berkurang pada hidrosefalus obstruktif). Pada
umumnya volume otak serta tekanan likuor berubah oleh berbagai pengaruh sehingga volume
darah selalu akan menyesuaikan diri (Harsono, 1996).
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari 3 mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Sebagai konsekuesi dari 3 mekanisme di atas adalah peningakatan tekanan intrakranial sebagia
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi
ventrikel masih belum dapat dipahami secara terperinci, namun hal ini bukannlah hal yang
sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda setiap saat
selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1. Kompresi sistem serebro vaskuler
2. Redistribusi dari likuor serebro spinalis atau cairan ekstraseluler atau keduanya di dalam sistem
susunan saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan viskoelastisitas otak,
kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan abnormal pada
sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh karena tumor pleksus
khoroid (papiloma atau karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan TIK
meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan resorbsi likuor, sehingga
akhirnya ventrikel akan membesar. Ada pula beberapa laporan mengenai produksi likuor yang
berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, disamping juga akibat hipervitaminosis A.
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan resobrsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus
vena mempunyai 2 konsikuensi yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan
volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan intrakranial sampai batas yang
dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.
Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari kompliens tengkorak. Bila sutura
kranial sudah menutup, dilatasi ventrikel akan diimbangi dengan peningkatan volume vaskuler,
dalam hal ini peningkatan tekanan vena akan diterjemahkan dalam bentuk klinis dari pseudotumor
serebri. Sebaliknya, bila tengkorak masih dapat menghadaptasi, kepala akan membesar dan
volume cairan akan bertambah. Derajat peningkatan resistensi aliran cairan likour dan kecepatan
perkembangan gangguan hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis.

WOC Hidrosefalus

Kelainan Infeksi Neoplasma Perdarahan


kongenital

Radang Hydrocephalus
jaringan otak komunikans
Fibrosis
. Obstruksi salah satu leptomeningens
tempat pembentukan pada daerah basal
(ventr.III/IV). otak
. Obstruksi pada duktus 1. Obstruksi tempat
rongga tengkorak. pembentukan/penyerapan
. Gangguan absorpsi LCS LCS.
(Foramen Mondroe, 2. Rangsangan produksi LCS.
Luscha, dan Magendie).

Jumlah cairan dalam


ruang sub araknoid
meningkat

Tingkatan pembedahan

Herniasi falks Penekanan


pada saraf
serebri dan ke Adanya Port de
cranial II
Penekanan foramen Entrée dan benda
total asing masuk ke
magnum
Papil edema otak

Disfungsi persepsi
visual-spasial dan
kehilangan sensorik
Respons
inflamasi
Gangguan
persepsi
sensori visual Hipertermi

Kematian Koma
2.6 Manifestasi klinis (Menurut Mayer, 2003)
Pada bayi terdapat tanda dan gejala yang biasanya ditemukan mencakup :
1. Pembesaran kepala yang tidak proporsional dengan pertumbuhan bayi (tanda khas yang paling
sering ditemukan ) akibat peningkatan volume cairan serebrospinalis.
2. Distensi vena-vena kulit kepala akibat peningkatan tekanan cairan serebrospinalis.
3. Kulit kepala yang tampak tipis, mengkilat dan rapuh akibat peningkatan tekanan cairan
serebrospinalis.
4. Otot-otot leher yang tidak berkembang akibat peningkatan berat badan.
5. Depresi atap orbita (atap orbita tertekan) disertai pergeseran bola mata ke bawah dan sklera
yang menonjol sebagai akibat peningkatan tekanan.
6. Tangisan yang melengking dan bernada tinggi, iritabilitas (rewel), serta tonus otot yang
abnormal sebagai akibat kompresi saraf.
7. Muntah proyektil (muntah menyembur) akibat peningkatan tekanan intrakranial.
8. Pelebaran tengkorak untuk mengakomodasi peningkatan tekanan.

Pada dewasa dan anak yang sudah besar, tanda- tanda yang menunjukkan hidrosefalus
meliputi :

1. Penurunan tingkat kesadaran akibat peningkatan tekanan intrakranial.


2. Ataksia akibat kompresi pada daerah-daerah motorik.
3. Inkontinensia (ketidakmampuan spinter untuk menahan urine)
4. Gangguan intelektual.

(Menurut Endang, 2011)

Bayi:
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :
1. Kepala makin membesar
2. Veba-vena kepala prominen
3. Ubun-ubun melebar dan tegang
4. Sutura melebar
5. Cracked-pot sign, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah semangka pada
perkusi kepala
6. Perkembangan motorik terlambat
7. Perkembangan mental terlambat
8. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)
9. Cerebral cry, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar
10. Nistagmus horisontal
11. Sunset phenomena, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang
tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang
akan terbenam.

Anak:
1. Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial
2. Muntah proyektil
3. Nyeri kepala
4. Kejang
5. Kesadaran menurun
6. Papiledema
7. Pada dewasa gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Sementara itu gangguan
visus, gangguan motorik/berjalan, dan kejang terjadi pada 1/3 kasus hidrosefalus pada usia
dewasa. Pemeriksaan neurologik pada umumnya tidak menunjukkan kelainan, kecuali adanya
edema papil dan/atau adanya paralisis n.abdusens.

Anda mungkin juga menyukai