Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah membahas tentang tinjauan teoritis Athritis Gout baik medis maupun konsep

keperawatan, dan laporan kasus pada warga binaan sosial (WBS) maka ditemukan beberapa

kesenjangan antara teori dan praktek yang dibahas sebagai berikut:

A. Faktor Penyebab Athritis Gout

Ada beberapa penyebab Athritis Gout antara lain :

1. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
2. Jenis kelamin dan umur : Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya
asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-
60 tahun).
3. Berat badan : Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang
menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
4. Konsumsi alkohol : Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena
alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
5. Diet : Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout.
Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
6. Obat-obatan tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan hiperurisemia
dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

7. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1.)  Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2.)  Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).

69
70

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa


perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil
KB). ( Smeltzer, 2001)

1. Klasifikasi

Menurut teori, Athritis Gout muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing

memiliki indikasi dan gejala-gejala berbeda:

a. Penyakit gout primer


Penyebabnya kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. Atau bisa
juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Penyebab penyakit gout sekunder
Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang tidak terkontrol,
yaitu dengan mengonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi. Purin adalah salah
satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan
termasuk dalam kelompok asam amino, yang merupakan unsur pembentuk protein.
c. Produksi asam urat juga dapat meningkat karena penyakit pada darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia, anemia hemolitik), obat-obatan (alkohol, obat-obat
kanker, vitamin B12, diuretika, dosis rendah asam salisilat).
d. Obesitas (kegemukan).
e. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik. Dimana akan
ditemukan mengandung benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak)
dengan kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi.
71

f. The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang
lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang
dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer,
2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
(Price, 2005)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. (Price, 2005)
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced
hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible
setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah
jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada
72

wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas


vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini
menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada
wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida
tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah
jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik
yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat
menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001).

B. Pengkajian

1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.Apakah pasien

langsung mencari pengobatan atau menunggu hingga penyakit tersebut mengganggu aktivitas

pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi, siang dan malam)

b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, Apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi

c. Tanyakan Apakah klien mengalami gangguan dalam menelan

d. Tanyakan Apakah klien kerap kali mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang

mengandung vitamin antioksidant

3. Pola eliminasi

a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya

b. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi

c. Adakah kasus dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu buat miksi

dan defekasi.

4. Pola aktivitas atau olahraga

a. Perubahan aktivitas biasanyaatauhobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.


73

b. Kekuatan Otot :Biasanya klien tak ada kasus dengan kekuatan ototnya karena yang

terganggu ialah kulitnya

c.  Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.

5. Pola istirahat atau tidur

a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien

b. Kasus Pola Tidur : Tanyakan Apakah terjadi kasus istirahatatautidur yang berhubungan

dengan gangguan pada kulit

c. Bagaimana perasaan klien sesudah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?

6. Pola kognitif atau persepsi

a. Kaji status mental klien

b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu

c. Kaji tataran anxietas klien berlandaskan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi

penyebab kecemasan klien

d. Kaji penglihatan dan pendengaran klien.

e. Kaji Apakah klien mengalami vertigo

f. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu muncul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.

7. Pola persepsi dan konsep diri

a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, Apakah kejadian

yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya

b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, Apakah merasa cemas, depresi atau takut

c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya

8. Pola peran hubungan

a. Tanyakan apa pekerjaan pasien

b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.

c.  Tanyakan Apakah ada kasus keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
74

d. Pola seksualitasataureproduksi

e. Tanyakan kasus seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya

f. Tanyakan kapan klien semenjak menopause dan kasus kesehatan terkait dengan

menopause

9. Pola koping-toleransi stress

a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )

b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien menangani kecemasannya

(mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat buat penghilang stress atau klien

kerap kali berbagi masalahnya dengan manusia-manusia terdekat.

10. Pola keyakinan nilai

Tanyakan agama klien danApakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa

taat klien menjalankan ajaran agamanya.Manusia yang dekat kepada Tuhannya lebih

berfikiran positif.

Berdasarkan pengkajian dari 20 WBS dengan Hipertensi dan Athrtis Gout didapatkan

hasil sebagai berikut:

1. Sistem Muskuloskeletal

Dari 20 WBS dengan hipertensi dan atritis gout mengatakan lutut sering sakit dan kram

sehingga mengganggu dalam bergerak sedangkan 5 WBS lainnya tidak mengeluh nyeri pada

lutut serta kram.

2. Pengkajian Posisi dan Keseimbangan

Berdasarkan pengkajian ditemukan, sebanyak 2 (5%) WBS mampu melakukan aktivitas

dengan bantuan maksimal, sebanyak 24 (62%) WBS mampu melakukan aktivitas dengan

sedikit bantuan, dan sebanyak 13 (33%) WBS mampu melakukan aktivitas

3. Pola persepsi dan konsep diri


75

Semua WBS mengatakan sudah bisa menerima keadaan dirinya sekarang dengan kondisi

tubuhnya dan penyakit yang dideritanya sekarang.


76

4.Sistem Metabolik Integumen

Dari 5 WBS mengatakan sering gatal-gatal dan tidak nyaman Tampak lesi kering bekas
garukan dan alergi pada ekstremitas, leher, dan bokong dari semua WBS tampak turgor
kulit menurun . kuku semua WBS dalam 1 bulan terakhir belum memotong kukunya
tampak kotor,dan panjang. Mulut 6 WBS mengatakan menggosok gigi setelah mandi
Tampak semua WBS memiliki gigi yang tidak utuh lagi

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori, diagnosa keperawatan pada penyakit Hipertensi yaitu:


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat oedem paru
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi
pembuluh darah.
4. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia
miokard
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
7. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf optikus
8. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran , penglihatan ganda (diplopia)
9. PK : Gagal Jantung
Berdasarkan teori, diagnosa keperawatan pada penyakit Atritis Gout yaitu:
1. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik b/d kaku sendi
3. Gangguan pola tidur b/dnyeri / sekunder terhadap fibrositas.
4. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyakit.
Sedangkan berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari 9 WBS dengan Arthritis Gout

dan 15 WBS dengan Hipertensi yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan muskoluskeletal

3. Kesiapan meningkatkan perawatan diri


77

Diagnosa yang tidak diangkat oleh kelompok yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru akibat oedem paru, gangguan perfusi serebral berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen otak, penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan
afterload, vasokontriksi pembuluh darah, nyeri akut / kronis berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular serebral dan iskemia miokard, kelebihan volume cairan berhubungan dengan
edema, intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan
dengan penekanan saraf optikus, risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran ,
penglihatan ganda (diplopia) tidak diangkat karena tidak ditemukan gejala klinis dan data
penunjang mengenai diagnosa tersebut.

D. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan kriteria hasil NOC dan intervensi NIC.

Untuk diagnosa nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan Kesiapan meningkatkan perawatan diri

dilakukan selama 3x12 jam

E. Implemetasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang telah disusun sesuai

kriteria hasil NOC dan intervensi NOC.

F. Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi, didapatkan hasil bahwa ket 3 masalah keperawatan

yang telum teratasi. Adapun evaluasinya sebagai berikut:

1. Nyeri akut behubungan dengan agen cidera Biologis

Untuk diagnosa belum teratasi karena setelah kelompok melakukan implementasi tentang

manajemen nyeri, maka didapatkan bahwa terdapat 19 WBS mengatakan nyeri yang

dirasakan sudah berkurang bahkan ada 1 WBS juga yang mengatakan nyeri dan kram sudah

tidak dirasakan lagi


78

2. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

Untuk diagnosa ini belum teratasi karena 5 WBS belum bisa mempraktekan cara berjalan

dengan benar karena terdapat keterbatasan fisik dengan 3 WBS mengalami atritis gout, 1

menderita post stroke, dan 1 post jatuh.

3. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.


Untuk diagnosa ini sudah teratasi karena 37 WBS mengatakan mau untuk menjaga
kebersihan diri mulut dan kuku dengan bantuan petugas kesehatan

Anda mungkin juga menyukai