Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kegiatan Membaca Buku

Judul Buku : SKANDAL BANK CENTURY


Pengarang : Bambang Soesatyo
Penerbit : Ufuk Inc.
Kota Terbit : JL.Masjid Al Hidayah RT006/07 No. 1A, Pejaten Barat,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510, Indonesia.

a. Kegiatan Prabaca
No. Pertanyaan Sebelum Membaca Buku

1. Apa yang dimaksud Skandal Bank Century?

2. Mengapa buku ini diterbitkan dan untuk apa?

3. Kapan peristiwa ini terjadi?

4. Mengapa dicover buku ini dicantumkan kalimat DI TIKUNGAN TERAKHIR


PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO?

b. Kegiatan Pascabaca
No. Bab/Sub Bab/Bagian Butir-Butir Penting/Menarik

1. Pengantar Dari sekian banyak kasus hukum yang


“menghebohkan”, rasanya belum ada yang
melebihi kehebohan kasus bailout Bank Century,
Bahkan, dikatakan, kasus ini menjadi
mengskandal keuangan setelah kita berada di era
reformasi. Dikatakan mengskandal karena
ditengarai kuat didalamnya terkandung bermacam
tindak pidana,ada pidana umum, perbankan,
korupsi, bahkan pencucian uang.

Pengesahan hak angket Bank Century pada 1


Desember 2009. Setelah Pansus selesai dan
menyampaikan rekomendasi, pada April 2010.
2. Pendahuluan Kasus Century menjadi pusat perhatian selama
beberapa waktu, sejak akhir tahun 2009.
KPK sudah menunjukan kemajuan dengan
menetapkan status penyelidikan pada kasus
tersebut. Jadi KPK sudah yakin bahwa bailout
century adalah ajang korupsi.
Dari kasus Bank Century ini, saya mengingat lagi
ungkapan lama: “the devil is in detail”. Persoalan
sebenarnya terletak pada hal hal yang rumit.
Pada 2008 itu pula, BI dan pemerintahan malah
melansir kebijakan yang bakal bias menjaring satu
atau dua bank masuk dalam perangkap kesulitan
likuiditas.
Pada 9 Oktober 2008, Presiden Yudhoyono
mengadakan rapat di istana, katanya untuk
membahas antisipasi krisis.Namun, salah satu
peserta rapat, Antasari Azhar (Ketua KPK waktu
itu), menilai rapat tersebut sebagai prakondisi
bailout Bank Century.
3. I. SEMBILAN JAM DI KPK Ketika itu,Gayus menyampaikan kasus bailout
(dana talangan) Century harus segera ditingkatkan
ke penyelidikan karena sudah memenuhi unsur
penalty policy, yaitu adanya perbuatan melawan
hukum (actusreus). Kemudian, pertanggung jawab
pidana karena adanya niat (mens rea),
sanksi(punishment), dan perlakuan (treatment).
Antasari mengisahkan rapat yang pernah diadakan
Presiden dan sejumlah pejabat di istana,9 Oktober
2009.
a.lebih dekat dengan KPK Dalam UU 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Peraturan
Pemerintahan (PP) No.73 Tahun 1999 Pasal 5
disebutkan “Penggunaan atau pemanfaatan dana
PNBP hanya memerlukan persetujuan
Kementerian Keuangan.”Jadi, dalam hal ini, DPR
hanya membahas besaran persentase perolehan
PNBP yang masuk dalam APBN bersama-sama.
UU 20 Tahun 1997 dan Pasal 4 ayat 1 PP No.73
tahun 1999, “Instansi yang bersangkutan dapat
menggunakan dana PNBP sebagaimana dimaksud
Pasal 4 setelah memperoleh persetujuan dari
menteri keuangan’.

b.Media,disinformasi, Spion Melayu Pasal 3 kode etik jurnalistik (KJE) tegas


menyatakan, “Wartawan Indonesia selalu menguji
informasi, memberitakan secara berimbang, tidak
mencampurkan fakta dan opini yang menghakim
serta menerapkan atas praduga tidak bersalah.
“dalam penafsiran Pasal 3 Huruf a KEJ disebut,
menguji informasi berarti melakukan check and
recheck tentang kebenaran informasi itu.
Dikatakan sejumlah anggota komisi III menerima
masing-masing lebih RP 1 miliar terkait kasus
pengadaan simulator dengan langsung menyebut 4
nama tanpa tedeng aling-aling, yakni Aziz
Syamsudin dan Bambang Soesatyo dari Golkar,
Herman Hery dari PDI Perjuangan, serta Benny K.
Harman dari Partai Demokrat.
Padahal, penafsiran pasal 2 (d) KEJ menyatakan
tugas jurnalistik yakni: “menghasilkan berita yang
faktual dan jelas sumbernya.”
Pada bagian lain berita TEMPO ditulis,
“...Penjelasan Bambang bahwa pertemuan di
Basara membahas pasal-pasal aturan itu tidak
masuk akal. Apalagi, pada tanggal itu, Bambang
juga belm menjadi anggota Dewan.” Tempo juga
menulis, “Menurut Bambang, Djoko
membicarakan Rancangan Undang-Undang Lalu
Lintas. Padahal RUU Lalu Lintas sudah disetujui
Dewan 26Mei 2009.”

Pada 28 Mei 2013.digelar persidangan kasus


c.Saksi Palsu Persidangan simulator SIM dengan terdadkwwa Irjen
Pasal 240 KUHP. Keterangan Teddy dianggap
tidak ada, tak bias dijadikan alat bukti.
Kategorinya sama, kategori orang lindur,
memberikan keterangan palsu, dan hakim tak akan
menggunakan keterangan Teddy atau tidak
menganggap keterangan dia.” Tandasnya.
4. II. OPERASI SUNYI SENYAP
a. Menjadi Target Operasi SS
Ketika Pansus Century DPR baru berakhir masa
kerjanya, Staf Khusus presiden Bidang Bantuan
Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, menuding
saya terkait kasus Letter of Credit (LC) Bank
Century. Andi merupakan pelapor terhadap kasus
LC Bank Century atas anggota Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera.
Penggagas Hak Angket Bank Century disebut juga
dengan Tim-9.
Awalnya beredar pesan singkat dari Humas
Kementrian BUMN tentang inisial oknum-oknum
anggota DPR yang sering memeras BUMN. Isi
pesan singkat tersebut itu berbunyi:
Ini Inisial Anggota DPR RI yang memeras
BUMN:
AK,IM,SN,NW,BS (GOLKAR)
PM,EV,CK (PDIP)
AR,IR,SUR (PKS)
FA (HANURA)
ALM, NAS (PAN)
JA,SG,MJ (PD)
MUZ (GERINDRA)
Saya juga dituding bertemu dengan para aktivis
seperti Ratna Sarumpaet dan Adhie M. Massardi
yang akan melakukan aksi demonstrasi pada 25
Maret 2013.

b. Sunyi Senyap Sejak Muda

Ada anggapan bahwa bailout Bank Century adalah


langkah penyelamatan ekonomi Indonesia. Yang
ada justru dana bailout itu hanya untuk
menyelamatkn dana jumbo nasabah tertentu di
bank tersebut dengan menunggangi kondisi krisis
finansial global pada 2008.

c. Operasi Sunyi Senyap Terus Sekertaris Kabinet itu menyatakan keberatan


Memaksa untuk memberikan rekaman rapat yang dipimpin
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
Kantor Presiden pada 9 Oktober 2008.
Di luar kalangan partai, ada juga beberapa nama
besar yang bernasib buruk setelah bersinggungan
dengan kasus Bank Century.yang pertama adalah
Antasari Azhar. Mantan Ketua KPK ini adalah
orang yang pertama kali memberi sinyal
penolakan terhadap upaya mem-bailout sebuah
bank,
Tak lama setelah rapat itu, Gubernur BI Boediono
gagal meyakinkan Antasari untuk mem-bailout
bank Indover di Belanda.

5. III. Kuasa Boediono, Akhir Yudhoyono Karena KPK belum memeriksa dua orang
tersangka kasus tersebut: Budi Mulya dan Siti
Fadjirijah. Keduanya mantan Deputi Gubernur BI
di masa kepemimpinan Boediono.
Awalnya dinyatakan tidak lama setelah beredarnya
surat kuasa yang diteken Boediono pada 14
November 2008 kepada tiga karyawan BI
menandatangani akta gadai serta pejanjian
pemberian FPJP bagi Bank Century. Salinan surat
kuasa dari Boediono ini beredar di kalangan
waratwan dan anggota DPR Jakarta mulai padda
tanggal 10 April 2003.
FPJP merupakan bagian dari bailout yang
didapatkan Bank Century.
Repo aset diminta senilai Rp 1 triliun,dengan
permohonan surat No. 638/Century/D/XI/2008
pada 30 Oktober 2008. Karena tidak direspons,
Bank Century mengirim surat kedua, No.
658/Century/D/XI/2008 pada 30 November 2008.
Kedua surat diteken Dirut Bank Century kala itu,
Hemanus Hasan Muslim.

a. Cair Duluan, Teken Belakangan Dirancanglah perubahan peraturan Bank Indonesia


No. 10/26/PBI/2008 pada 30 Oktober mengenai
syarat CAR bank yang dapat mengajukan fasilitas
perdanaan jangka pendek (FPJP) sebesar 8 persen.
Pada 5 November 2008, Rapat Dewan Gubernur
(RDG) BI memutuskan untuk menempatkan Bank
Century “dalam pengawasan khusus” (Special
Surverillance Unit/SSU).

Pada 17 November 2008,dana FPJP ditambah lagi


Rp 187,32 miliar. Jadi,total FPJP mencapai Rp
b. Kuasamu, Hariamumu 689 miliar. Inilah FPJP yang diperoleh pertama
Selain itu FPJP yang diperjanjikan sebesar Rp
467,99 miliar ternyata tidak secure menurut
penilaian DKBU BI, sehingga nilai jaminan hanya
sebesar 83 persen dari plafon FPJP. BPK
kemudian mencatat, selama periode FPJP ini,
tercatat Rp 628,17 miliar dana mengalir keluar
dari Bank Century. Senilai Rp 273,82 milliar
mengalir ke pihak yang terkait pemilik lama. Uang
FPJP akhirnya menjadi bancakan.
“Demikianlah system ketatanegaraan Indonesia
pasaca-amandemen UUD 1945,” kata politisi
senior Partai Golkar ini.
Namun Pansus Hak Angket Century pernah
memutarkan rekaman saat Siti tak mampu
menahan air matanya ketika mengikuti rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 13
November 2008 terkait perubahan Peraturan Bank
Indonesia.

Yang bertanggung jawab terhadap penentuan


c. Tikungan Terakhir Rezim pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
Yudhoyono (FPJP) adalah BI, dan bukan LPS. Menurut
Firdaus, LPS hanya bertugas menyelamatkan bank
yang dinyatakan oleh BI perlu diselamatkan,
sehingga proses penentuan awal berada di tangan
BI.
Boediono sendiri sempat memberikan keterangan
terkait kasus ini di Pansus Hak Angket Century
DPR pada 22 November 2009.
Pada 4 Maret 2010, Yudhoyono mengaku tidak
terlibat dalam bailout Bank Century melalui
pidatonya di Istana.
`
Tugas Laporan Kegiatan Membaca

Anda mungkin juga menyukai