Anda di halaman 1dari 19

PENELITIAN TENTANG BAGAIMANA PENGARUH TERHADAP TINGKAT

STRESS
TERHADAP ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI
DI RUANG SAKURA RS SINAR KASIH TORAJA

NAMA PITRIANI DATI BOROALLO

NIM 14401 . 19028

TINGKAT TIGA(3)

AKADEMI KEPERAWATAN TORAYA

2022

1
BAB I

A. Latar belakang
Anak adalah orang yang belum dewasa dan di bawah umur dalam
pengawasan orang tua sesuai Undang-Undang No.23 tahun 2002. Anak
adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan
menentukan masa depan bangsa dan negara. Anak usia sekolah merupakan
transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain, menuntut
kebutuhan dan kehidupan yang menantang dalam kegiatan sekolah.
Ketika anak-anak usia sekolah mengalami sakit dan harus dirawat
biasanya mengalami hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan cara yang efektif
untuk penyembuhan anak yang sakit, namun dapat menjadi pengalaman yang
mengancam, menakutkan, kesepian dan membingungkan bagi anak yang
menjalani hospitalisasi sehingga anak bisa mengalami stres. Hospitalisasi
merupakan stresor yang besar karena lingkungan yang asing, kebiasaan yang
berbeda atau perpisahan dengan keluarga yang harus dihadapi oleh setiap
orang, khususnya pada anak.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018
bahwa 3%-10% pasien anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami
stress selama hospitalisasi. Sekitar 3%-7% dari anak usia sekolah yang di
rawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa,5%-10% anak yang di
hospitalisasi di Kanada dan Selandia Baru juga mengalami tanda stress
selama di hospitalisasi.
Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari
jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2018).
Sehingga didapat hospitalisasi pada anak menurut Profil Anak Indonesia
(PAI) pada tahun 2018 angka rawat inap atau hospitalisasi anak di Indonesia
sebesar 3,21%, anak mengalami keluhan kesehatan rawat inap atau
hospitalisasi.
Hospitalisasi dapat menjadi suatu gangguan psikologis terhadap anak dan
anak menunjukan reaksi adaptasi yang disebabkan oleh stress, biasanya
lama perawatan untuk penyembuhan penyakit, maka perlu di lakuakn
2
terapy bermain pada anak agar dapat menghilangkan stress pada anak
tersebut. Terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari
kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi
stres anak ketika dirawat di Rumah Sakit.
Hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering
disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang dialami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti Di Ruang Sakura RS
SINAR KASIH TORAJA didapatkan data jumlah anak dirawat pada tahun
2020 sebanyak 694 anak, pada tahun 2021sebanyak 700 anak,
tahun 2021 sebanyak 400 anak, dan tahun 2022 untuk bulan Januari
sebanyak 183 anak. Maka berdasarkan data yang ada terjadi peningkatan
dari 2020 sampai 2021 sedangkan pada tahun 2021 sampai 2022 terjadi
penurunan hal ini disebabkan oleh adanya covid-19. Hasil wawancara
dengan kepala ruangan sakura (ruang keperawatan anak) bahwa
sebelumnya sudah perna dilakukan terapy bermain pada anak di tahun
2020, kemudian setelah itu sudah tidak dilakukan di sebabkan oleh adanya
pandemic covid-19. Kemudian peneliti juga mewancarai dua orang tua
anak, orang tua pertama mengatakan bahwa anaknya merasa tidak tenang,
selalu menangis, dan orang tua kedua mengatakan anaknya selalu ingin
meminta pulang ke rumah dan rewel selama dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan uraian diatas, didapatkan bahwa Di Ruang Sakura RS SINAR


KASIH TORAJA perlu dilakukan terapy bermain agar anak tersebut tidak
merasakan adanya tingkat stress ketika di rawat di ruang anggrek, maka dari itu
peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi
bermain terhadap tingkat stress pada anak usia prasekolah yang menjalani
hospitalisasi Di Ruang Sakura RS SINAR KASIH TORAJA.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latarbelakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian bagaimana Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Sakura RS SINAR KASIH TORAJA?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress
Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalanin Hospitalisasi Di Ruang
Sakura RS SINAR KASIH TORAJA.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Pengaruh Terapi Bermain terhadap tingkat
stres Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Sakura RS SINAR KASIH TORAJA.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat stres Pada Anak Usia Prasekolah
Yang Menjalani Hospitalisasi Pengaruh Terapi Bermain Terhadap
Tingkat Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani
Hospitalisasi Di Ruang Sakura RS SINAR KASIH TORAJA

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah serta memberikan edukasi terkait
Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Sakura RS SINAR

4
KASIH TORAJA, sehingga dapat dijadikan sebagai penambah bahan
kajian untuk peneliti selanjutnya.

2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitan ini dapat menambah wawasaan bagi masyarakat
tentang Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak
Usia Prasekolah dan bisa diterapkan di lingkungan sekitar.
3. Bagi RS SINAR KASIH TORAJA
4. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang Pengaruh
Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia Prasekolah
Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang Sakura RS SINAR KASIH
TORAJA, khususnya tentang pentingnya penerapan terapi bermain
terhadap penurunan stress pada anak.

5
BAB II

A. Tinjauan Teori
1. Anak Prasekolah
a. Definisi Anak Prasekolah
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia 3-6 tahun yang
memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan
lingkungannya sebagai tahap menuju perkembangan selanjutnya.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun yang pada
masa ini anak memiliki kemapuan mengontrol diri, berinteraksi
dengan orang lain dan sebagai dasar menuju tahap perkembangan
selanjutnya yaitu tahap sekolah
b. Ciri-ciri Anak Prasekolah

Ciri-ciri anak prasekolah 3 sampai 6 tahun meliputi aspek fisik, emosi,


social dan kognitif anak:
1. Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik
prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan
sebelumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan
terhadap tumbuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri, seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk lari
memanjat dan melompat.
2. Ciri sosial anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di
sekitarnya. Biasanya mereka mampunyai sahabat yang berjenis
kelamin sama. Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu
terorganisasi secara baik, oleh kare itu kelompok tersebut cepat
berganti-ganti. Anak menjadi sangat mandiri, agresif secara fisik dan
verbal.

3. Ciri emosional anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan


emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering

6
diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut, dan iri hati sering terjadi.
Mereka sering kali mempeributkan perhatian guru

4.Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil dalam


bahasa. Sebagai besar dari mereka senang bicara,kususnya dalam
kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara.
Sebagian mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

c. Perkembangan anak usia prasekolah


Perkembangan anak prasekolah dibagi menjad lima yaitu :
1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada anak prasekolah meliputi berat
badan mengalami kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg, kelihatan
kurus akan tetapi aktivitas motorik yang tinggi, dimana sistem
tubuh sudah mencapai kematangan seperti bejalan, melompat, dan
lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak
akn bertambah rata- rata 6,75-7,5 meter setiap tahunnya.
2) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik
kasar dan halus.Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh,
dengan menggunakan oot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota
tubuh.Motorik halus merupakan pengorganisasian pengunaan otot-
otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering menumbuhkan
kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang
mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk
menggunakan suatu objek.
3) Perkembangan Psikososial
Pada usia 3 sampai 6 tahun anak secara normal telah
menguasai rasa otonomi dan memindahkan untuk menguasai rasa

7
inisiatif. Perkembangan rasa bersalah terjadi pada waktu anak
dibuat merasa bahwa imajinasi dan aktifitasnya tidak dapat
diterima.Anak prasekolah mulai menggunakan bahasa sederhana
dan dapat bertoleransi terhadap keterlambatan pemusatan dalam
periode yang lama.
4) Perkembangan Moral
Anak prasekolah berada pada tahap pre konvensional pada
tahap perkembangan moral yang berlangsung sampai usia 10 tahun.
Pada fase ini, kesadaran timbul dan penekanannya pada control
eksternal. Standar moral anak berada pada orang lain dan ia
mengobservasi untuk menghindari hukuman dan mendapatkan
ganjaran.
5) Tugas Perkembangan Usia Prasekolah
Periode ini berasal sejak anak dapat bergerah sambil berdiri
sampai mereka masuk sekolah, dicirikan dengan aktivitas yang
tinggi dan penemuan-penemuan.Periode ini merupakan saat
perkembangan fisik dan kepribadian yang besar.Perkembangan
motorik berlangsung terus menerus. Pada usia ini, anak
membutuhkan bahasa dan hubungan social yang lebih luas,
mempelajari standart peran, memperoleh control dan penguasaan
diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian, dan
mulai membentuk konsep diri.
1. Hospitalisasi
a. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal dirumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa
perubahan psikis pada anak. Hospitlisasi dan penyakit sering kali
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak sangat rentang
terhadap krisis hospitalisasi dan penyakit karena stress akibat
perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak

8
memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk
menyelesaikan stressor. Stress utama dari hospitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kendali. Reaksi anak tersebut dipengaruhi oleh
usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan
penyakit, perpisahan atau hospitalisasi.
b. Faktor yang mempengaruhi reaksi anak prasekolah terhadap
sakit dan hospitalisasi
Factor yang mempengaruhi reaksi anak prasekolah terhadap dakit
dan hospitalisasi sebagai berikut :
1) Perkembangan Usia
Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat
perkembangan anak. Pada anak usia prasekolah reaksi perpisahan
adalah kecemasan karena berpisah dengan orang tua dan
kelompok socialnya. Pasien anak usia prasekolah umumnya takut
pada dokter dan perawat.
2) Pengalaman dirawat di Rumah Sakit sebelumnya
Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak
menyenangkan dirawat dirumah sakit sebelumnya akan
menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak
dirawat dirumah sakit mendapatkan perawatan yang baik dn
menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan
dokter.
3) Support Sistem yang Tersedia
Anak mencari dukungan dari orang lain untuk mlepaskan
tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan
meminta dukungan kepada orang tua atau saudaranya.perilaku ini
biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggui
selama dirawat dirumah sakit, didampingi saat dilakukan tindakan
keperawatan, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan
saat merasa kesakitan.
c. Reaksi Anak Prasekolah Terhadap Hospitalisasi

9
Perawatan anak dirumah sakit memaksakan untuk berpisah dari
lingkungan yang dirasakan aman.Penuh kasih sayang dan
menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan dan teman
sebayanya.Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukan anak ialah
dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun
perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan
dirumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.
Biasanya perawatan yang dilakukan dirumah sakit mengharuskan
anak membatasi aktivitas sehingga anak kehilangan kekuatan diri dan
menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi
verbal dengan mengucapkan kata- kata marah, tidak mau bekerja sama
terhadap perawat dan ketergantungan terhadap orang tua.
d. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan
keluarga akan menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek
stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan
penyakit dan pengobatan. Penyebab stress pada anak meliputi
psikososial (berpisahd dengan orang tua, keluarga lain, teman dan
perubahan peran), fisiologis (kurang tidur, peraaan nyeri, tidak
mengontrol diri), serta lingkungan asing (kebiasaan sehari-hari
berubah).
2. Stress
a. Definisi Stress
Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai
arti ketegangan dan tekanan. Stres merupakan stimulus atau situasi
yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis
pada seseorang. Stres adalah suatu kondisi pada individu yang tidak
menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu.
b. Sumber Stres

10
Sumber stres dapat berubah seiring dengan berkembangnya
individu, tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup
berlangsung. Berikut ini sumber - sumber stress antara lain :
1) Diri individu
Sumber stres diri individu ini hal yang berkaitan dengan adanya
konflik dikarenakan dapat menghasilkan dua kecenderungan
yaitu approach conflict (muncul ketika kita tertarik terhadap dua
tujuan yang sama – sama baik) dan avoidance conflict (muncul
ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang
tidak menyenangkan).
2) Keluarga
Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku, kebutuhan
dan kepribadian dari setiap anggota keluarga berdampak pada
interaksi dengan orang – orang dari anggota lain dalam keluarga
yang dapat menyebabkan stres. Faktor keluarga yang cenderung
dapat memungkinkan menyebabkan stres adalah hadirnya
anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang sakit.
3) Komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak
sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan
persaingan. Adanya pengalaman - pengalaman seputar dengan
pekerjaan dan juga dengan lingkungan yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi stres.
e. Macam-Macam Stres
Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan merusak
yang disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau
membangun yang disebut sebagai eustres. Adapun macam-macam
stress sebagai berikut:
1) Eustres (tidak stres) adalah seseorang yang dapat mengatasi
stres dan tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh.
2) Distres (stres) adalah pada saat seseorang menghadapi stres
terjadi gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga pada
11
organ tubuh tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
baik.
f. Penyebab Stres
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari
berbagai sumber baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial
dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan
sosial, dan lingkungan luar lainnya. Stressor dapat berwujud atau
berbentuk fisik seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial seperti interaksi sosial. Pikiran dan perasaan
individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang
nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Adapun tipe
kejadian yang dapat menyebabkan stres antara lain :
1) Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang
setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan
sebagainya.
2) Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat
atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level
individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
Umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab
stres, semakin bertambah umur sesorang, semakin mudah
mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor
fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai
kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan
mendengar. Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya
stres kerja.
3) Appraisal yaitu penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat
menyebabkan stres disebut stres appraisal. Menilai suatu
keadaan yang dapat mengakibatkan stres tergantung dari dua
faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya
(personal factors) dan faktor yang berhubungan dengan
12
situasinya. Personal factors didalamnya termasuk intelektual,
motivasi, dan personality characteritics. Selanjutnya masih ada
beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres
yaitu kondisi fisik, ada tidaknya dukungan sosial, harga diri,
gaya hidup dan juga tipe kepribadian tertentu.

g. Tingkatan Stres
Klasifikasi stres menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-
hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada
dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan
terjadi. Stres ini tidak merusak aspek fisiologik seseorang. Pada
respon psikologi didapatkan merasa mampu menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan
energi semakin menipis, pada repons perilaku didapatkan
semangat kerja yang terlalu berlebihan, merasa mudah lelah dan
tidak bisa santai. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit
kecuali jika dihadapi terus menerus.
2) Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal
penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga
mempersempit lahan persepsinya. Respons fisiologis dari
tingkat stres ini didapatkan gangguan pada lambung dan usus
misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada
otot, berdebar- debar, gangguan pola tidur dan mulai terjadi
gangguan siklus dan pola menstruasi. Respon psikologis dapat
berupa perasaan ketidaktenangan dan ketenangan emosional
semakin meningkat, merasa aktivitas menjadi membosankan

13
dan terasa lebih sulit, serta timbul perasaan ketakutan dan
kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. Pada
respon perilaku sering merasa badan terasa akan jatuh dan
serasa mau pingsan, kehilangan respon tanggap terhadap situasi,
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-
hari, daya konsentrasidan daya ingat menurun. Keadaan ini bisa
terjadi beberapa jam hingga beberapa hari.

3) Stres Berat
Pada tingkat stres ini, persepsi individu sangat menurun
dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut
mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan
memerlukan banyak pengarahan. Pada tingkat stres ini juga
mempegaruhi aspek fisiologik yang didapatkan seperti,
gangguan sistem pencernaan semakin berat, ketidakteraturan
pada siklus menstruasi, debaran jantung semakin keras, sesak
napas dan sekujur tubuh terasa gemetar. Pada respon psikologis
didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam, timbul
perasaan takut, cemas yang semakin meningkat, mudah
bingung dan panik. Respon perilaku dapat terjadi tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari.
h. Dampak stress
Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara,
pertama perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung
mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi
kesehatan. Kedua secara tidak langsung stres mempengaruhi
perilaku individu sehingga menyebabkan timbulnya penyakit atau
memperburuk kondisi yang sudah ada. Kondisi dari stres ini terdiri
dari beberapa gejala antara lain :
1) Gejala biologis
14
Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang
sedang mengalami stres diantaranya sakit kepala yang
berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan,
hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat
yang berlebihan di seluruh tubuh.
2) Gejala kognisi
Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah
lupa suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang
sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal.
3) Gejala emosi
Seperti mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap
segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.
i. Hasil Ukur Tingkat Stres
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu
dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres
Scale). Unsur yang dinilai antara lain skala stres. Pada kuesioner ini
terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan
menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3:
Hampir setiap saat. Untuk penilaian tingkat stres dengan ketentuan
sebagai berikut:
Normal : 0-14
Ringan : 15-18
Sedang : 19-25
Berat : 26-33
Sangat Berat : >34

3. Terapi Bermain pada Hospitalisasi Anak Prasekolah


a. Definisi terapi bermain
Bermain merupakan stimulasi yang tepat bagi anak bermain
dapat meningkatkan daya pikir anak sehingga anak mendayagunakan
aspek emosional, social, serta fisiknya. Bermain juga dapat
meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuannya,

15
serta berkembangnya keseimbangan menta anak.
Jadi, terapi bermain merupakan salah satu intervensi yang dapat
diberikan kepada anak ketika dirawat dirumah sakit. Saat
hospitalisasi, anak cenderung mengalami stress yang berlebihan.
Melalui terapi bermain anak dapat mengeluarkan rasa takut, cemas
yang mereka alami dan terapi bermain juga sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang anak.

b. Tujuan terapi bermain


Terapi bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan social anak.terapi bermain juga dapat menciptakan
suasana aman bagi anak untuk mengekspresikan diri mereka,
memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan
social dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan
bagi anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. Tujuan
terapi bermain dirumah sakit adalah agar anak melanjutkan fase
tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak
sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress19.
c. Jenis-jenis terapi bermain pada anak di rumah sakit
Adapun jenis-jenis terapi bermain pada anak usia prasekolah
berdsarkan usia:
1) Usia infant (1-2 tahun)
a) Mainan bergerak dan berbunyi
b) Ayunan atau dipangku oleh ibu atau perawat
c) Jika mampu, beri kesempatan anak untuk merangak atau
stimulasi untuk berjalan.
2) Usia toddler
a) Bermain balok susun di atas tempat tidur
b) Mendengarkan musik dari tape atau radio
c) Creative material
16
3) Usia prasekolah (3-6 tahun)
a) Cerita buku bergambar atau mewarnai gambar
b) Melompat, berbicara dan mengingat, bermain bola dan
bermain dalam kelompok
c) Bermain puzzle sederhana20
d. Prinsip bermaian di rumah sakit
Prinsip terapi bermain yang diperhatikan dirumah sakit adalah19 :
1) Waktu Bermain
Waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak
yang dirumah sakit adalah 15-30 menit.Waktu tersebut dapat
membuat kedekatan antara orang tua dan anak serta tidak
mengakibatkan anak kelelahan akibat bermain.

2) Mainan Harus Aman


Permainan harus memperhatikan keamanan dan
kenyamanan.Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap
benda yang dikenalinya dan tidak berbahaya bagi anak.
3) Sesuai Kelompok Usia
Perlu dijadwalkan dan dikelompokkan sesuai dengan
kebutuhan bermain anak dan usianya.Pada rumah sakit yang ada
tempat bermainnya perlu diperhatikan dan dimanfaatkan secara
baik.
4) Tidak Bertentangan dengan Terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak.Bila
program terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka
aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur.Apabila
anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dilakukan
ditempat tidur.
5) Perlu Keterlibatan Orangtua
Keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting,
hal ini disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada
17
anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit.

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu bentuk teori yang dapat menjelaskan
keterkaitan antara variabel-variabel, baik variabel yang akan diteliti
maupun variabel yang tidak diteliti20. Sehingga, kerangka konsep dapat
membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori.
Untuk mempermudah, kerangka konsep tentang Pengaruh Terapi Bermain
Terhadap Tingkat Stress Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani
Hospitalisasi Di Di Ruang Sakura RS SINAR KASIH TORAJA dikemas
dalam bentuk gambar di bawah ini :

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat Stress Pada Anak Usia


Terapi Bermain Prasekolah

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari penelitian yang dilakukan
adalah hipotesis21. Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh antara Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Stress
Pada Anak Usia Prasekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
Sakura RS SINAR KASIH TORAJA

18
19

Anda mungkin juga menyukai