Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2011


UNIVERSITAS HASANUDDIN

F I S I OL OGI P L A S E N T A

Oleh:

Noor Widyani bt Ahmad Shahaime C 111 06 227

Pembimbing:

dr. Steven Ridwan

Supervisor

dr. Hj. Nur Rakhmah, SpOG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011

1
F I S I OL OGI P L A S E N T A

PENDAHULUAN
Plasentasi adalah proses pembentukan stuktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam
endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia, plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu
setelah fertilisasi. 1

Pada dasarnya, plasenta berasal dari sel trofoblas yang mulai terbentuk pada stadium
morula dan akhirnya berdifferensiasi sehingga membentuk satu lapisan sel trofoblas yang
mengelilingi blastosis. Sehingga kehamilan menjadi matang, trofoblas memainkan peranan
penting dalam hubungan antara feto-maternal. Trofoblas memamerkan pelbagai struktur, fungsi,
dan bentuk pertumbuhan pada semua komponen plasenta. 2

Pada hari ke-8 setelah fertilisasi,


setelah aposisi, sel trofoblas berdiferensiasi
menghasilkan dua lapis trofoblas. Lapisan
dalam disebut sitotrofoblas, merupakan sel
mononuklear dengan batas sel yang tegas,
disebut juga dengan sel Langhan. Lapisan
luar disebut sinsitiotrofoblas, berupa sel
multinuklear dengan batas sel yang tidak
tegas, berasal dari lapisan sitotrofoblas. 2

Setelah implantasi selesai, trofoblas


akan berdiferensiasi mengikuti dua jalur
utama, yang membentuk vili dan ekstravili.
GAMBAR 1: Trofoblas yang berdiferensiasi menjadi
Trofoblas vili akan menjadi vili korion sinsiotrofoblas dan sito trofoblas.
Dikutip dari kepustakaan 2
dimana berfungsi untuk membawa oksigen
dan nutrisi diantara fetus dan ibu. Manakala trofoblas ektravili akan bermigrasi ke dalamdesidua
dan miometrium dan juga berfungsi untuk menginvasi pembuluh darah ibu. Oleh itu, trofoblas
ekstravili dapat diklasifikasikan lagi sebagai trofoblas interstisial dan trofoblas endovaskular.
Trofoblas interstisial akan menginvasi desidua dan akhirnya tembus ke miometrium untuk

2
membentuk sel giant pada placental bed . Selain itu, trofoblas ini juga akan bertanggungjawab
untuk menginvasi arteri spiralis. 2

GAMBAR 2 : Ekstravili ditemukan di luar vili dan dapat di


bedakan lagi kepada tipe endovaskular dan interstisial.
Dikutip dari kepustakaan 2

Setelah aposisi, sel trofoblas akan menginvasi epitel endometrium lebih dalam, sehingga
sekitar hari ke-10, blastosis akan tertanam di dalam endometrium seluruhnya. Pada hari ke-9
perkembangan, bagian blastosis yang tertempel
pada dinding endometrium terdiri daripada satu
lapis sel yang telah gepeng sedangkan pada
arah yang bertentangan, ketebalan dinding
terdiri daripada dua zona- trofoblas dan inner
cell mass atau diskus embrio yang akan
berdiferensiasi menjadi plat ektoderm primitif
dan lapisan bawahnya sebagai lapisan
endoderm. 2

Korion adalah lapisan membran yang


GAMBAR 3 : Ekstravili ditemukan di luar vili dan terdiri daripada sel trofoblas dan mesenkim
dapat di bedakan lagi kepada tipe endovaskular yang melapisi rongga kavitas pada blastosis.
dan interstisial.
Dikutip dari kepustakaan 2
Sel mesenkim di dalam kavitas sangat banyak
dan akan menjadi semakin mampat sehingga membentuk body stalk . 2

3
Dengan invasi blastosis ke dalam desidua yang semakin mendalam, sitotrofoblas
ekstravili akan membentuk vili pimer yang terdiri daripada sitotrofoblas yang diselubungi oleh
sinsitium sebelum hari ke-12 setelah fertilisasi. Vili ini awalnya tersebar pada seluruh permukaan
blastosis, tetapi kemudian mulai menghilang kecuali bagian yang tertanam , yang akan menjadi
plasenta. Setelah itu, tepat pada awal hari ke-12 setelah fertilisasi, vili korion mulai terbentuk.
Tali mesenkim yang terbentuk dari mesoderem ekstraembrio akan menginvasi kolum trofoblas
yang solid, membentuk vili sekunder. Setelah angiogenesis bermula, vili tertier akan terbentuk.
Walaupun pada awal implantasi, pembuluh darah ibu di penetrasi, darah dari ibu tidak akan
masuk ke dalam rongga intervili sehingga hari ke-15. Dan pada hari ke-17, pembuluh darah fetus
mulai berfungsi dan sirkulasi plasenta terbentuk. 2
Bagian luar vili dilapisi oleh sinsitium manakala di dalam merupakan lapisan
sitotrofoblas. Sitotrofoblas pada puncak vili akan berproliferasi menghasilkan sel kolumnar
trofoblas yang akan membentuk anchoring villi . Vili ini tidak diinvasi oleh mesenkim fetus dan
akan tertanam pada lapisan desidua di plat basalis. Oleh itu, dasar rongga intervili merupakan sisi
maternal plasenta yang terdiri daripada sitotrofoblas dari sel kolumnar, sinsiotrofoblas, dan
lapisan desidua pada plat basal. Sedangkan dasar untuk plat krion yang membentuk atap rongga
intervili terdiri daripada 2 lapisan- luar dilapisi oleh trofoblas dan dalam dilapisi oleh
mesoderem. Plat korion yang definit terbentuk pada minggu ke-8-10 bersamaan dengan amnion
dan plat korion bagian mesenkim bergabung. Pembentukan ini di lengkapi dengan pembesaran
kantung amnion , dimana pada saat yang sama, akan membentuk tali pusat. 2

I. ANATOMI PLASENTA
Istilah plasenta mulai diperkenalkan pada zaman Renaissance oleh Realdus Columbus pada
tahun 1559. Plasenta diambil dari istilah Latin yang memberi arti flat “cake”. Plasenta adalah
struktur yang berfungsi sebagai media penyambung/penghubung antara organ fetus dan jaringan
maternal agar pertukaran fisiologi dapat terjadi. 3,4
Pada persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram dengan ukurannya
dapat mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-500 gram 3,5

Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada bagian
maternal, permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai struktur poligonal
yang disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk berdasarkan penyebaran cabang dari
pembuluh darah fetal yang akan menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan

4
plasenta bagian maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut
tertempel keluar. 5

B A G IA N FE TA L

BAGIAN MATERNAL

GAMBAR 4: Skema potongan melintang sirkulasi


plasenta yang aterm.
Dikutip dari kepustakaan 3

Selaput korion akan tersebar menjadi lapisan luar untuk 2 membran, yaitu yang menutupi
plat korion pada plasenta bagian fetal dan cairan amnion. Amnion merupakan lapisan membran
yang tipis dan avaskuler yang membungkus fetus, dapat dipisahkan dari korion setelah lahir. . Di
bawah lapisan amnion, pembuluh darah korion bersambungan dengan pembuluh darah fetus
membentuk struktur yang dinamakan tali pusat. Biasanya panjang tali pusat dapat mencapai 30 –
90 sentimeter dan berinsersi pada tengah permukaan plasenta, tetapi ada juga yang berinsersi di
pinggir plasenta. Tali pusat berisi 2 arteri, 1 vena umbilikalis dan massa mukopolisakarida yang
disebut jeli Wharton. Vena berisi darah penuh oksigen sedangkan arteri yang kembali dari janin
berisi darah kotor. Pembuluh darah tali pusat berkembang dan berbentuk seperti heliks agar
terdapat fleksibilitas. 1,5

5
Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion yang memanjang dan
menyebar didalam rongga intervili yang berisi darah. Oleh itu plasenta sebagai organ yang
mempunyai fungsi sebenarnya adalah rongga yang beisi darah ibu, yang pada sisi maternal
tertempel pada plat desidua, dan pada sisi fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-vili korion
yang bercabang ke dalam takungan darah ibu. 5

Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang keluar dari pembuluh
darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-sinus arteri dan vena yang tersebar pada
plat desidua yang berfungsi untuk mensuplai dan aliran keluar darah dari rongga ini. 5

Sebelum plasenta terbentuk dengan sempurna dan sanggup untuk memelihara janin,
fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum yang dikonversi dari korpus luteum normal
akibat pengaruh hormon korionik gonadotropin (hCG) yang dihasilkan setelah beberapa jam
berlakunya proses implantasi. 3,4,5

GAMBAR 5:

(a) Plasenta m anusi a berbentuk


discoidal
(b) Kapilari yang menghubungkan
feto-maternal tersusun dal am
bentuk pohonan vili yang
terapung di dalam bendungan
darah ibu.
(c) Barier feto-maternal pada
plasenta tipe hemokorion
terdiri dari vili dari trofoblas
yang berkontak langsung
dengan bendungan darah ibu.
(d) P e re d ar an darah fet o dan
maternal terdiri dari
peredaran multivilus.

Dikutip dari kepustakaan 3

6
II. PERKEMBANGAN PLASENTA
a) Perkembangan Trofoblas
Setelah nidasi, trofoblas terdiri atas 2 lapis, yaitu sitotrofoblas dan sinsiotrofblas.
Endometrium atau sel desidua di mana terjadi nidasi menjadi pucat dan besar disebut
sebagai reaksi desidua yang berfungsi sebagai pasokan makanan. Sebagian lapisan
desidua mengalami fagositosis oleh sel trofoblas. 1,3
b) Stadium Pre- Lakuna
Pada hari ke-7-8 setelah konsepsi, blastosis tertanam sepenuhnya di dalam endometrium.
Embrio yang terbentuk telah dikelilingi oleh plasenta yang sedang berkembang, dimana
pada stadium ini terdiri daripada dua subtipe asas trofoblas, yaitu sinsiotrofoblas yang
berhubungan langsung dengan jaringan tisu ibu serta sitotrofoblas yang akan berkembang
menjadi vili. 3
c) Stadium Lakuna
Pada hari ke 8-9 pasca-konsepsi, vakuola kecil berisi cairan muncul dalam lapisan
sinsitiotrofoblas, dan merupakan awal lacunar stage . Vakuola tumbuh dengan cepat dan
bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan prekursor pembentukan ruang
intervillosa. Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya
villi berkembang. Pembentukan lakuna membagi trofoblas kedalam 3 lapisan, yaitu: (1)
Plat korion primer (sebelah dalam), (2) sistim lakuna yang akan membentuk ruang
intervillosa bersama trabekula yang akan menjadi anchoring villi serta perkembangan
cabang yang akan membentuk floating villi, dan (3) plasenta bagian maternal yang terdiri
dari trofoblas yang akan membentuk plat basal. Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrofoblas
menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriole dan arteria
spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah – pembuluh darah ini
dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu. Pada perkembangan
selanjutnya lakuna yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang telah ada dan
dengan demikian terjadi sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai
terbentuknya “hemochorial” placenta, dimana darah ibu secara langsung meliputi
trofoblas. 3,4

7
G A M B A R 6: Struktur plasenta
D i k u ti d a ri k e u s takaan 5

d) Stadium Villi
Stadium ini bermula dari hari ke-12 setelah konsepsi dan merupakan stadium
pembentukan vili yang telah diterangkan dengan jelas pada pendahuluan referat ini. 2,3

G A M B A R 7: Diferensiasi trofoblas dan subtipe


D i k u ti d a ri k e u s takaan 3

8
e) Invasi ateri spiralis
Pada awalnya, trofoblas endovaskular memasuki lumen arteri spiralis membentuk plak.
Kemudian, ia merusakkan endotelium vaskular secara mekanisme apoptosis, menginvasi
dan melakukan modifikasi pada media pembuluh darah. Akhirnya, menyebabkan fibrin
menggantikan otot polos dan jaringan tisu melapisi vaskular. Proses invasi ini melibatkan
dua fase, pertama berlaku sebelum minggu ke-12 setelah fertilisasi yang hanya
melibatkan setinggi batas desidua dan miometrium, dan fase kedua berlaku diantara
minggu ke 12-16 dan melibatkan invasi segmen intramiometrium arteri spiralis. Proses
ini mengubah lumen ateri yang sempit, dan berotot kepada pembuluh darah utero-
plasenta yang lebih berdilatasi dan kurang resistensi. 2,3

Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri


G A MB A R 8:

maternal 1/3 bagian dalam miometrium. Perubahan ini


berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam
vaskularisasi yang bersifat “low resistance – high flow
vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin
intra uterin.
Dikutip dari kepustakaan 6

f) Pembentukan Sirkulasi Utero-fetoplasental


Pada akhir trimester pertama, plak trofoblas menjadi lama dan darah ibu masuk ke rongga
intervili membentuk aliran darah arteri pertama ke plasenta. Aliran masuk bermula pada
bagian atas plasenta yaitu bagian yang lebih dekat dengan epitelium endometrium
9
(Gambar 8). Disebabkan bagian ini berkembang paling akhir berbanding bagian bawah
yang mulai berkembang sejak awal setelah implantasi, maka plak yang terbentuk lebih
senang untuk dipenetrasi oleh sel darah. Pada stadium ini, vili plasenta akan
berdegenerasi menjadi lebih luas dan krion menjadi lebih licin. Regresi ini kemudian
menyebabkan pembentukan membran fetus atau korion leave dan bagian selebihnya
menjadi korion frondosum- yaitu bentuk definit cakera plasenta. 3

GAMBAR 9: S k e m a ya n g m enunj ukkan em b ri o ya n g s edang


berkembang. Aliran masuk bermula pada bagian atas plasenta
yaitu bagian yang lebih dekat dengan epitelium endometrium
Dikutip dari kepustakaan 6

g) Pematangan plasenta
Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan, ditandai dengan
terjadinya proses degeneratif pada plasenta. Proses ini meliputi komponen ibu maupun
janin. Perubahan pada villi meliputi : 1),. Pengurangan ketebalan sinsitium dan
munculnya simpul sinsitium (agregasi sinsitium pada daerah kecil pada sisi villi, 2).
Hilangnya sebagian sel-sel Langhan‟s, 3). Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel
Hofbauer, 4) obliterasi beberapa pembuluh darah dan dilatasi kapiler, 5). Penebalan
membrana basalis endotel janin dan sitotrofoblas, dan 6) deposit fibrin pada permukaan
villi. Perubahan pada desidua berupa deposit fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch

10
pada bagian luar sinsitiotrofoblas, sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya oleh
trofoblas . Pada ruang intervillus juga terjadi degenerasi fibrinoid dan membentuk suatu
massa yang melibatkan sejumlah villi disebut dengan white infarct, berukuran dari
beberapa milimeter sampai satu sentimeter atau lebih. Klasifikasi atau bahkan
pembentukan kista dapat terjadi daerah ini. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak
menetap yang disebut Rohr‟s stria pada dasar ruang intervillus dan disekitar villi.2

RINGKASAN PERKEMBANGAN PLASENTA 4

Hari setelah ovulasi Korelasi antara morfologi-fungsi


6-7 Implantasi blastosis
7-8 Proliferasi dan invasi blastosis. Terbentuknya sintiotrofoblas
9-11 Periode Lakunar. Pembuluh darah endomertrium diinvasi.
13-18 Pembentukan vili pimer dan sekunder, body stalk, dan amnion
18-21 Vili tertier terbentuk. Mesoblas menginvasi vili membentuk dasar.
Pembentukan sirkulasi fetoplasenta.
21-40 Korion frondosum, pembentukan plat korion
40-50 Pembentukan kotiledon
80-225 Plasenta terus berkembang sehingga matur. Kotiledon yang terbentuk
sekitar 10-12 biji, dengan tekanan darah maternal pada ruang intervili
mencapai 40-60mmHg. Plat basal ditaik oleh vili ankor untuk
membentuk septa
225-267 (aterm) Proliferasi seluler berkurang, tetapi hipertrofi seluler tetap lanjut.

11
III. FUNGSI PLASENTA

G A M B A R 11: Susunan lapisan utero-plasenta.


Dikutip dari kepustakaan 6

Plasenta merupakan struktur utama yang menjadi penghubung antara fetus dan
sekelilingnya. Umumnya, lapisan trofoblas dan lapisan endotel pembuluh darah fetus berfungsi
sebagai membran semi permeabel. dimana molekul air dan molekul yang mempunyai berat
molekul yang rendah dapat melepasi membran mengikuti hukum osmotik. Selain tu, ada juga
mekanisme difusi aktif supaya proses difusi dapat dipercepatkan dan molekul besar seperti
protein dapat melewati plasenta. Fungsi plasenta antara lain adalah untuk respirasi, nutrisi, obat
serta sebagai organ endokrin. Secara garis besar, fungsi plasenta melibatkan proses transfer
molekul dari ibu ke anak, dan proses ini adalah proses difusi, yaitu pepindahan molekul dari
larutan yang berkosentrasi tinggi ke larutan yang berkosentrasi rendah melalui membran semi-
permeabel. Proses difusi yang telibat adalah difusi pasif, yaitu difusi sederhana dan difusi
terfasilitasi, dan difusi aktif, tansfer yang menggunakan ATP sebagai sumber tenaga. 5,6

RESPIRASI
Vaskularisasi yang luas di dalam vili dan perjalanan darah ibu dalam ruang intervilus
yang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO 2 antara darah ibu dan janin melalui
difusi pasif. Pertukaran diperkuat dengan saturasi dalam ruang intervilus sebesar 90 – 100% dan
PO 2 sebesar 90 – 100 mmHg. Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil
oksigen dengan saturasi 70% dan PO 2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi
kebutuhan janin.

12
CO 2 melewati plasenta
dengan difusi pasif. Ion Hidrogen,
bicarbonate dan asam laktat dapat
menembus plasenta melalui difusi
sederhana sehingga status
keseimbangan asam-basa antara ibu
dan anak sangat berkaitan erat. Oleh
karena transfer berlangsung perlahan,
janin dapat melakukan “buffer” pada
kejadian penurunan pH, kecuali bila
asidosis maternal diperberat dengan
dehidrasi atau ketoasidosis
sebagaimana yang terjadi pada partus
lama dimana janin dapat mengalami
asidosis. Efisiensi pertukaran ini
tergantung pada pasokan darah ibu
melalui arteri spiralis d an fungsi

G A M B A R 12: P erbedaan k osentrasi oksigen dan karbon


plasenta. Bila pasokan darah ibu
dioksida pada pembuluh darah ibu dan fetus. terbatas seperti yang terjadi pada
Dikutip dari kepustakaan 6
penyakit hipertensi dalam kehamilan,
penuaan plasenta sebelum saatnya, kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan
talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal. 1,2,3

TRANSFER NUTRIEN
Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode transfer aktif
yang melibatkan proses enzimatik. Nutrien yang kompleks akan dipecah menjadi komponen
sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin.
Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh
dari asam amino. Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30.
Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat janin,
kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak. Glikogen disimpan di hepar dan

13
lemak ditimbun disekitar jantung, belakang
skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa
lemak 2 gram perhari sehingga pada
kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin
berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya
cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan
diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam
regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari
pertama setelah lahir.
Pada bayi preterm atau dismatur,
cadangan energi lebih rendah sehingga akan
G A M B A R 13: G a m b a r a n s ke m a t i k u n t u k transfer
menimbulkan permasalahan. Lemak dalam nutrisi antara mat ernal dan fetal. Glukos a, keton,
bentuk asam lemak bebas sulit untuk di dan beberapa as am a m i no m elewati plasenta dari
ibu ke fetus melalui mekanisme difusi. Trigleserida
transfer. Lemak yang mengalami proses
dalam darah ibu dihidrolase di dalam plasenta
transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat menghasilkan a s a m l em ak yan g ada di dal am
dan lemak lain dan disimpan dalam jaringan sirkulasi fetus. Insulin dan glukagon tidak dapat
melewati plasenta tetapi secara tidak langsung
lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu,
dapat merubah kosentrasi nutrisi ibu.
hepar janin memiliki kemampuan untuk Dikutip dari kepustakaan 7

sintesa lemak dan mengambil alih fungsi metabolisme. 1,2,3,4

TRANSFER OBAT 8

Membran pada plasenta bertindak sebagai „ barrier ‟ untuk transfer bahan ke fetus
termasuklah tranfer obat. Bahan yang dapat melewati membran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
(1) Kelarutan dalam Lemak: sama seperti membran yang lain, obat lipofilik mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk melewati sawar plasenta. Misalnya adalah
teofental, obat yang umumnya digunakan untuk cesarean section , dapat melewati
plasenta dengan cepat dan menyebabkan efek sedasi atau apnea pada fetus.
(2) Besar ukuran molekul: berat molekul juga turut menyumbang dalam transfer obat
melalui plasenta. Obat dengan berat molekul 200-500 dapat menembusi sawar plasenta
dengan mudah; tergantung juga kepada keterlautan dalam lemak dan tingkat ionisasi

14
obat, 500-1000 masih dapat melewati sawar plasenta tetapi agak susah, dan obat yang
memiliki berat molekul lebih dari 1000 tidak dapat melewati sawar plasenta. Misalnya
jelas dapat dilihat pada pemilihan antikoagulan pada wanita hamil. Heparin
mempunyai berat molekul yang sangat besar (dan polar), oleh itu tidak boleh melewati
plasenta berbanding warfarin yang teratogenik.
(3) Protein transpor: dalam beberapa dekade terakhir ini, jumlah transpor protein untuk
obat semakin banyak diidentifikasi. Contohnya seperti P-glikoprotein yang di encode
oleh gen MDR1. Inhibisi transporter ini bisa menyebabkan akumulasi obat di dalam
fetus.
(4) Pengikat protein: tingkat obat mengikat pada protein plasma (terutama albumin) juga
menyumbang pada kadar serta jumlah obat yang melewati plasenta. Akan tetapi, jika
obat itu sangat larut dalam lemak, ia tidak akan dipengaruhi oleh faktor pengikatan
protein ini seperti gas-gas anestesi.
Antara contoh obat yang toksik pada kehamilan adalah:

G A M B A R 14: Tabel diatas menunjukkan beberapa obat yang toksik pada kehamilan
Dikutip dari kepustakaan 9

15
FUNGSI ENDOKRI N PLASENTA
Plasenta adalah tempat pembuatan hormon-hormon, khususnya korionik gonadotropin, korionik
somato-mammotropin ( placental lactogen ), estrogen, dan progesteron. Korionik tirotopin dan
relaksin juga dapat diisolasi dari jaringan plasenta. 1,4

G A MB A R 1: Graf diatas menunjukkan level hormon y ang dihasilkan plasenta mengikut usia
gestasi.
D i k u ti d a ri k e u s taka an 2

(a) Gonadotropin Korion


Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang dapat terukur
adalah gonadotropin korion (hCG). Pada minggu-minggu pertama kehamilan, memuncak
pada kehamilan sepuluh minggu dan kemudian lahan-lahan menurun pada trimester
ketiga hingga satu minggu post partum hCG tidak ditemukan lagi di dalam serum dan air
kencing. Fungsi hCG adalah untuk mempertahankan korpus luteum yang membuat
estrogen dan progesteron sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat
sendiri cukup estrogen dan progesteron. 1,4

16
(b) Laktogen Plasenta
Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu protein hipofisis,
disebut laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin korion (hCS). hPL terdeteksi
pada trofoblas muda, namun kadar serum yang dapat dideteksi belum tercapai hingga
minggu kehamilan ke-4-5. hPL adalah suatu protein yang serupa dengan hormon
pertumbuhan (GH) dan memiliki ciri-ciri struktural yang mirip dengan prolaktin (PRL).
Meskipun tidak jelas terbukti sebagai agen mamotropik, hPL ikut berperan dalam
perubahan metabolisme glukosa dan mobilisasi asam lemak bebas; menyebabkan respons
hiperinsulinemik terhadap beban glukosa; dan berperan dalam terjadinya resistensi
insulin perifer yang khas pada kehamilan. 1,4

(c) HO R M ON - HOR M O N STEROID PLASENTA


Sangat berbeda dengan kemampuan sintesis yang mengagumkan dalam produksi protein
plasenta, maka plasenta tidak terlihat memiliki kemampuan mensintesis steroid secara
mandiri. Semua steroid yang dihasilkan plasenta berasal dari prekursor steroid ibu atau
janin. Namun begitu, tidak ada jaringan yang dapat menyerupai sinsitiotrofoblas dalam
kapasitasnya mengubah steroid secara efisien. Aktivitas ini dapat terlihat bahkan pada
blastokista muda, dan pada minggu ketujuh kehamilan, yaitu saat korpus luteum
mengalami penuaan relatif, maka plasenta menjadi sumber hormon-hormon steroid yang
dominan. 1,4
i) Progesteron
Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk produksi
progesteron. Enzim-enzim plasenta memisahkan rantai samping kolesterol,
menghasilkan pregnenolon yang selanjutnya mengalami isomerisasi parsial menjadi
progesteron; 250-350 mg progesteron diproduksi setiap harinya sebelum trimester
ketiga dan sebagian besar akan masuk ke dalam sirkulasi ibu. Kadar progesteron
plasma ibu meningkat progresif selama kehamilan dan tampaknya tidak tergantung
pada faktor-faktor yang normalnya mengatur sintesis dan sekresi steroid. Jika hCG
eksogen meningkatkan produksi progesteron pada kehamilan, maka hipofisektomi
tidak memiliki efek. Pemberian ACTH atau kortisol tidak mempengaruhi kadar
progesteron, demikian juga adrenalektomi atau ooforektomi setelah minggu ketujuh.
Progesteron perlu untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi progesteron dari korpus

17
luteum yang tidak mencukupi turut berperan dalam kegagalan implantasi, dan
defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan beberapa kasus infertilitas dan keguguran
berulang. Lebih jauh, progesteron juga berperanan dalam mempertahankan keadaan
miometrium yang relatif tenang. Progesteron juga dapat berperan sebagai obat
imunosupresif pada beberapa sistem dan menghambat penolakan jaringan perantara
sel T. Jadi kadar progesteron lokal yang tinggi dapat membantu toleransi imunologik
uterus terhadap jaringan trofoblas embrio yang menginvasinya. 1,4

ii) Estrogen
Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada prekursor-prekursor dalam
sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid janin ataupun ibu merupakan sumber-
sumber yang penting. Kebanyakan estrogen berasal dari androgen janin, terutama
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA sulfat). DHEA sulfat janin terutama dihasilkan
oleh adrenal janin, kemudian diubah oleh sulfatase plasenta menjadi
dehidroepiandrosteron bebas (DHEA), dan selanjutnya melalui jalur-jalur enzimatik
yang lazim untuk jaringan-jaringan penghasil steroid, menjadi androstenedion dan
testosteron. Androgen-androgen ini akhirnya mengalami aromatisasi dalam plasenta

G A M B A R 16: S kem a pembent ukan horm on estogen oleh plasenta


Dikutip dari kepustakaan 2

18
menjadi berturut-turut estron dan estradiol. Sebagian besar DHEA sulfat janin
dimetabolisir membentuk suatu estrogen ketiga : estriol. Langkah kunci dalam
sintesis estriol adalah reaksi 16- α-hidroksilasi molekul steroid. Bahan untuk reaksi ini
terutama DHEA sulfat janin dan sebagian besar produksi 16- α-hidroksi-DHEA sulfat
terjadi dalam hati dan adrenal janin, tidak pada plasenta ataupun jaringan ibu.
Langkah-langkah akhir yaitu desulfasi dan aromatisasi menjadi estriol berlangsung di
plasenta. Tidak seperti pengukuran kadar progesteron ataupun hPL, maka pengukuran
kadar estriol serum atau kemih mencerminkan tidak saja fungsi plasenta, namun juga
fungsi janin. Dengan demikian, produksi estriol normal mencerminkan keutuhan
sirkulasi dan metabolisme janin serta plasenta. Kadar estriol serum atau kemih yang
meninggi merupakan petunjuk biokimia terbaik dari kesejahteraan janin. Jika assay
estriol dilakukan setiap hari, maka suatu penurunan bermakna (> 50%) dapat menjadi
suatu petunjuk dini yang peka adanya gangguan pada janin. Terdapat keadaan-
keadaan di mana perubahan produksi estriol tidak menandai gangguan pada janin,
tetapi merupakan akibat kecacatan kongenital ataupun intervensi iatrogenik. Estriol
ibu tetap rendah pada kehamilan dengan defisiensi sulfatase dan pada kasus-kasus
janin anensefali. Pada kasus pertama, DHEA sulfat tak dapat dihidrolisis; pada yang
kedua, hanya sedikit DH EA yang diproduksi janin karena tidak adanya rangsang
adrenal janin oleh ACTH. 1,4

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Rachimhadji T., Wiknjosastro G.H., Ilmu Kebidanan: Pembuahan, Nidasi dan


Plasentasi, Plasenta dan Cairan Amnion , 4 th ed, 2008, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, pg 143-155

2. John C., Hauth C., Leveno K. J., Gilstrap III L., Bloom Steven, Wenstrom KD.,Williams
Obstetrics: Implantation, Embryogenesis, and Placental Development , 23 nd ed, 2010,
USA, McGraw-Hill Companies, Inc., pg 34-46

3. Huppertz B., Kingdom J., Dewhurst‟s Textbook of Obstetrics & Gynaecology: The
Placenta and Fetal Membranes , 7 th ed, 2007, India, Blackwell Publishing, pg 19-26

4. Aghajanian P., Ainbinder SW., Akhter MW., Andrew DE., Anti D., Archie CL., eds.-
LANGE: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology: Maternal-Placental-
Fetal Unit; Fetal & Early Neonatal Physiology , 10 th ed, 2007, McGraw-Hill Companies,
USA, pg 1-11
5. Chamberlain G., Obstetrics by Ten Teachers: Anatomy & Physiology of The Placenta,
cord, & membranes , 16 th ed, 1995, Edward Arnold, London, pg 7-12

6. Hanretty K., Ramsden I., Callender R., Obstetrics Illustrated: Placental Development and
Physiology, 6 th ed, Churchill-Livingstone Elsevier, China, pg 9-13

7. Buchanan AT, Effects of Maternal Diabetes Mellitus on Intrauterine Development, 2004,


Online, [2011, 18/10], Available at:
http://www.msdlatinamerica.com/diabetes/sid1531220.html
8. Koren G., Basic & Clinical Pharmacology: Special Aspects of Perinatal & Pediatric
Pharmacology , 9 th ed, 2004, McGraw- Hill Companies,Inc., Singapore, pg 995-6

9. Foley MR., Merck Manual: Drug Use During Prenancy, 2007, Online, [2011, 18/10],
Available at: http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues

20

Anda mungkin juga menyukai