Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH KOMUNIKASI ADVOKASI DAN KEBIJAKAN

KEWAJIBAN MELAKSANAKAN VAKSIN COVID-19

Oleh:

Gely Sandria 18042132

Dosen Pengampu:

Rahmadani Yusran S.Sos, M.Si

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari Mata Komunikasi Dan Avokasi kebijakan yang berjudul
“Kewajiban Melaksanakan Vaksin Covid-19”

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya bisa menjadi lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Dan penulis juga mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini terutama kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Komunikasi Dan
Advokasi Kebijakan
BAB I

A. Latar Belakang

Pada perkembangan penanganan Covid-19 diberbagai negara, sejumlah penelitian dalam rangka
pembuatan vaksin maupun obat untuk mengatasi Covid-19. Terdapat berbagai merek vaksin untuk
Covid-19 yang telah dibuat. Dan dalam rangka penanganan Covid , vaksin yang paling terkenal di
Indonesia adalah Sinovac dan Astrazeneca.

Di tingkat masyarakat, terjadi pro dan kontra terkait pelaksanaan vaksinasi di Indonesia.
Beberapa pihak mempertanyakan apakah vaksinasi untuk masyarakat merupakan hak atau kah
kewajiban. Pemerintah melalui Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan bahwa
vaksinasi Covid−19 merupakan bagian dari kewajiban seluruh warga negara untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat. Namun sejumlah aktivis pada bidang Hak Asasi Manusia tegas menyatakan
bahwa menolak vaksin adalah hak asasi rakyat. Bahkan terdapat daerah yang menyatakan bahwa
masyarakat yang menolak vaksin Covid−19 akan dikenakan denda.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagaimana Proses Vaksinasi Yang dilakukan Pemerintah

Proses vaksinasi yang dilakukan pemerintah dikelompokkan penerima vaksin dalam 4


kelompok prioritas, yakni tenaga kesehatan, tenaga kerja pelayanan publik, masyarakat rentan, dan
masyarakat pelaku perekonomian lainnya. Keempat kelompok ini akan divaksinasi dalam 4 tahapan
yang diurutkan sesuai dengan prioritasnya. Tenaga Kesehatan (nakes) merupakan kelompok prioritas
pertama dan telah sebanyak 4.020.124 nakes sudah mendapat vaksinasi Covid-19 dosis pertama.
Sementara itu, pemerintah juga sudah melakukan vaksinasi tahap kedua pada 1.460.222 nakes.
Setelah vaksinasi COVID-19 pada tenaga kesehatan selesai, akan dilakukan pelaksanaan tahap kedua
dilakukan pada kelompok tenaga pelayan publik. Vaksinasi selanjutnya adalah kelompok masyarakat
rentan dinilai dari zona penularan (geospasial), aspek sosial, dan ekonomi berjumlah 63,9 juta.
Peserta vaksinasi tahap terakhir adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan
pendekatan wilayah sesuai ketersediaan vaksin, dengan target 77,4 juta orang. Empat kelompok
masyarakat ini kurang lebih mencapai 70% populasi Indonesia dan diharapkan mampu mencapai
herd immunity. Dan Semua peserta vaksinasi dalam program ini tidak dipungut biaya alias gratis

B. Apa Sanksi Bagi Penolak Vaksinasi yang diberikan Pemerintah

Dalam teori penolakan/pembangkangan hukum yang dikemukakan oleh Thoreu bahwa sikap
penolakan terhadap hukum (Civil Disobedience) merupakan sebuah sikap yang dimiliki oleh
masyarakat yang memutuskan untuk tidak mau tunduk terhadap suatu peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang berkuasa atau singkatnya menentang sebuah kebijakan publik. Sikap
penolakan yang dimiliki oleh masyarakat ini, biasanya didasari oleh sebuah alasan-alasan logis
mengenai penolakan atau ketidaksetujuan masyarakat terhadap suatu kebijakan (Thoreau &
MacLeish, 2001) dalam yusuf abdul rahman.

Wamenkumham menegaskan bahwa vaksinasi adalah wajib. Bagi masyarakat yang menolak
di vaksinasi akan diberikan sanksi baik secara administrasi maupun pidana.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang muncul pada akhir tahun 2019 di Kota Wuhan
telah dinyatakan sebagai salah satu wabah pandemi sejak tanggal 11 Maret 2020 oleh World Health
Organization (WHO). Sejak saat itu pula WHO mendesak berbagai negara di dunia untuk membuat
kebijakan darurat. Di Indonesia khususnya, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan mengenai
COVID-19. Pemerintah Indonesia berupaya untuk menghilangkan COVID-19 dengan cara melakukan
vaksin kepada masyarakatnya, vaksinasi berguna untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap virus COVID-19 tersebut. sehingga orang yang sudah di vaksin memiliki kemungkinan
kecil terkena virus COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai