Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Mata Kuliah Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

ANALISA KEBIJAKAN PEMERINTAH PANDEMI COVID-19

Dosen:

Prof. Dr. H. Amran Razak, SE, M.Sc

OLEH

NURLAILAH MUHYIDDIN
K012221031

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
ISI KEBIJAKAN

Keputusan Bersama (SKB Empat Menteri) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/KB/2022, Nomor 408
Tahun 2022, Nomor HK.01.08/MENKES/1140/2022, Nomor 420-1026 Tahun 2022 tentang
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19.

KONTEKS

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19

AKTOR KEBIJAKAN

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri

MASALAH KEBIJAKAN

Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit Coronavirus


diseases 2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan
oleh coronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus COVID-19 pertama
di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 atau sekitar 4 bulan setelah kasus
pertama di Wuhan, Cina. Kasus pertama di Indonesia ditemukan sebanyak 2 kasus dan terus
bertambah. Per tanggal 11 Oktober 2021, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sudah
mencapai + 4 juta kasus. Puncak kasus COVID-19 pertama terjadi pada bulan Januari 2021
dengan jumlah kasus harian mencapai 14.000 kasus baru. Puncak kasus kedua terjadi di bulan
Juli 2 Pedoman Tatalaksana COVID-19 2021 dengan jumlah kasus harian mencapai 51.000
kasus baru dengan angka kematian mencapai 2000 kasus per hari.

Pandemi Covid-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di Indonesia lebih dikenalkan
sebagai physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19.
Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah
masyarakat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon dengan
kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran daring dan disusul peniadaan Ujian
Nasional untuk tahun Ajaran 2019-2020.

Semua negara terdampak telah berupaya membuat kebijakan terbaiknya dalam menjaga
kelanggengan layanan pendidkan. Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan nyata yang
harus segera dicarikan solusinya: (1) ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan
daerah, (2) keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3)
keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota,
(4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.

Dengan mempertimbangkan kasus Covid-19 saat ini, Kemendikbud mendorong pembelajaran


tatap muka 100 persen pada tahun ajaran 2022/2023 dan dilaksanakan sesuai dengan SKB 4
Menteri termasuk diskresinya, karena didalamnya sudah memuat protokol Kesehatan dan
prosedur penghentian Pembelajaran Tatap Muka ( PTM ) jika ada yang terkonfirmasi positif
serta penanganan temuan kasus Covid-19 pada satuan pendidikan.

Keputusan Bersama (SKB Empat Menteri) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/KB/2022, Nomor 408
Tahun 2022, Nomor HK.01.08/MENKES/1140/2022, Nomor 420-1026 Tahun 2022 tentang
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 ditetapkan pada
tanggal 22 April 2022.

USULAN SOLUSI

Pada SKB 4 menteri Nomor 01/KB/2022 ditetapkan bahwa bagi satuan pendidikan yang
berada pada PPKM Level 1 dan Level 2 dengan capaian vaksinasi PTK di atas 80 persen dan
lanjut usia (lansia) di atas 60 persen, diwajibkan menyelenggarakan PTM 100 persen setiap
hari dengan Jam Pembelajaran (JP) sesuai kurikulum. Bagi yang capaian vaksinasi PTK di
bawah 80 persen dan lansia di bawah 60 persen juga diwajibkan menyelenggarakan PTM 100
persen setiap hari dengan durasi pembelajaran paling sedikit 6 JP.

Beberapa perubahan aktivitas dalam pembelajaran tatap muka di antaranya, dapat kembali
dilaksanakannya kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga dengan ketentuan aktivitas dilakukan
di luar ruangan/ruang terbuka. Selain itu, kantin kembali dibuka dengan kapasitas
pengunjung maksimal 75 persen untuk PPKM Level 1, 2 dan 3 dan 50 persen bagi satuan
pendidikan di PPKM level 4. Pengelolaan kantin dilaksanakan sesuai dengan kriteria kantin
sehat dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dengan pertimbangan bahwa tidak
semua anak bisa membawa bekal dari rumah, maka kita berikan izin agar kantin sekolah
dapat kembali beroperasi dengan penerapan protokol kesehatan.

Untuk pelaksanaan regulasi SKB 4 menteri ini di lapangan menurut saya ( penulis )
membutuhkan tambahan :
1. Adanya akses pengaduan ataupun informasi yang jelas bagi masyarakat umum
mengenai pelanggaran pemberlakuan pembelajaran tatap muka ataupun adanya
indikasi transmisi penyakit covid-19 di lingkup sekolah
2. Surveilans epidemiologi dan pengawasan daftar periksa kesiapan satuan pendidikan
dalam melaksanakan PTM dilaksanakan berkala dan hasil assessment akhir
diumumkan secara terbuka.
3. Pembentukan satuan tugas penanganan covid di tingkat sekolah yang terdiri dari
komponen terkait ( Dinas Kesehatan, pemerintah daerah, dinas Pendidikan dll ) yang
senantiasa siap dan sigap dalam menyikapi laporan kasus di tingkat sekolah guna
menghindari transmisi yang lebih massif.
4. Memberlakukan izin off belajar untuk anak-anak yang menderita demam , pilek dan
batuk yang terkadang di anggap sebagai flu biasa guna menghindari transmisi
penyakit yang lebih lanjut

Selain itu, pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari semua pembelajaran
meskipun hanya sebagai komplemen dimana guru harus punya perlengkapan pembelajaran
online. Sementara itu , ketimpangan infrastruktur digital antara kota besar dan daerah harus
dijembatani dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk daerah yang kekurangan.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, sistem pendidikan kita harus siap melakukan lompatan
untuk melakukan transformasi pembelajaran daring bagi semua siswa dan oleh semua guru.
Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah skill siswa, dan peningkatan
kualitas diri dengan perubahan sistem, cara pandang dan pola interaksi kita dengan
teknologi.

Anda mungkin juga menyukai