Anda di halaman 1dari 18

TUMOR PARU

1. PENGERTIAN
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam
rongga dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan
jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya
tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas
(malignant) atau jinak (benign).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor paru dibagi
untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non
Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar)
(Sylvia & Price, 2006).

2. EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau karsinoma
bronkogenik. Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering,
berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari
13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1
dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.
Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah
92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker.
3. ETIOLOGI
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan
bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan
peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis (Smeltzer, 2001). Ada beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan
insiden kanker paru, antara lain:

0
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker
paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini
diduga merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru
paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan
kromat juga mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota (Thomson, 1997).
e. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker
paru (Suyono, 2001)
.

1
4. PATOFISIOLOGI
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko
terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang
bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan
perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen
genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai
dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung
lama mingguan sampai tahunan. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal
dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah
karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma.
Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas
utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama
bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh
sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa
dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan
bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar
limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Sylvia & Price, 2006).

2
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (Mansjoer, 2007).
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik
dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak/Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan

6. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk neoplasma pleura dan paru (Mansjoer, 2007) :
a. Karsinoma Bronkogenik.
1) Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus,
dinding dada dan mediastinum.
2) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini
timbul dari sel sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma
sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian
pula dengan penyebaran hematogen ke organ organ distal.
3) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus
dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru

3
paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak
menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
4) Karsinoma sel besar.
5) Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel
ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang jauh.
6) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
7) Lain lain (Sylvia & Price, 2006)
a) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
b) Tumor kelenjar bronchial.
c) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
d) Tumor campuran dan Karsinosarkom
e) Sarkoma
f) Tak terklasifikasi.
g) Mesotelioma.
h) Melanoma.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi.
1) Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.

4
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
c. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel
tumor.
d. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

8. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup pasien.
b. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Doenges, 2000)
Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.

5
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit
paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman
dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang
terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses
paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
b. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
c. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
9. KOMPLIKASI
a. Hematorak
b. Pneumotorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru
f. Atelektasis

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1) Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2) Tanda-tanda Vital
3) Riwayat penyakit sebelumnya

6
Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
4) Anamnesa dan observasi
a) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
b) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
c) Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut, takut dilakukan pembedahan.
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang ulang.
d) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
e) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).

f) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.

7
g) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum, nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok: Perokok berat dan kronis
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara),
krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
h) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
i) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar)
Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
j) Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
(Doenges, 2000).

5) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Sesak nafas, nyeri dada
Batuk produktif tak efektif
Suara nafas: mengi pada inspirasi
Serak, paralysis pita suara.
b) Sistem kardiovaskuler
tachycardia, disritmia
menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
c) Sistem gastrointestinal
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
8
d) Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
e) Sistem neurologis
Perasaan takut/takut hasil pembedahan
Kegelisahan
6) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

B. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (tumor paru)
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya asupan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan

C. INTEVENSI

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

9
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak efektif Respiratory status : Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan dengan: Ventilation tracheal suctioning.
- Infeksi, disfungsi Respiratory status : Berikan O2 l/mnt,
neuromuskular, Airway patency metode
hiperplasia dinding Aspiration Control Anjurkan pasien untuk istirahat
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan tindakan dan napas dalam
nafas, asma, trauma keperawatan selama Posisikan pasien untuk
- Obstruksi jalan nafas : ..pasien memaksimalkan ventilasi
spasme jalan nafas, menunjukkan keefektifan Lakukan fisioterapi dada jika
sekresi tertahan, jalan nafas dibuktikan perlu
banyaknya mukus, dengan kriteria hasil : Keluarkan sekret dengan batuk
adanya jalan nafas Mendemonstrasikan atau suction
buatan, sekresi batuk efektif dan suara Auskultasi suara nafas, catat
bronkus, adanya nafas yang bersih, tidak adanya suara tambahan
eksudat di alveolus, ada sianosis dan Berikan bronkodilator :
adanya benda asing di dyspneu (mampu -
jalan nafas. mengeluarkan sputum, -
DS: bernafas dengan mudah, -
tidak ada pursed lips) Monitor status hemodinamik
- Dispneu
Menunjukkan jalan
DO: Berikan pelembab udara Kassa
nafas yang paten (klien
- Penurunan suara nafas basah NaCl Lembab
tidak merasa tercekik,
- Orthopneu Berikan antibiotik :
irama nafas, frekuensi
- Cyanosis .
pernafasan dalam
- Kelainan suara nafas .
rentang normal, tidak
(rales, wheezing)
ada suara nafas Atur intake untuk cairan
- Kesulitan berbicara mengoptimalkan
abnormal)
- Batuk, tidak efekotif keseimbangan.
Mampu
atau tidak ada Monitor respirasi dan status O2
mengidentifikasikan
- Produksi sputum Pertahankan hidrasi yang
dan mencegah faktor
- Gelisah adekuat untuk mengencerkan
yang penyebab.
- Perubahan frekuensi sekret
Saturasi O2 dalam batas
dan irama nafas Jelaskan pada pasien dan
normal
Foto thorak dalam batas keluarga tentang penggunaan
normal peralatan : O2, Suction,
Inhalasi.

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

10
Gangguan NOC: NIC :
Pertukaran gas Respiratory Status : Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan : Gas exchange memaksimalkan ventilasi
ketidakseimbangan Keseimbangan asam Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi Basa, Elektrolit Lakukan fisioterapi dada jika
perubahan membran Respiratory Status : perlu
kapiler-alveolar ventilation Keluarkan sekret dengan batuk
DS: Vital Sign Status atau suction
sakit kepala ketika Setelah dilakukan Auskultasi suara nafas, catat
bangun tindakan keperawatan adanya suara tambahan
Dyspnoe selama . Gangguan Berikan bronkodilator ;
Gangguan pertukaran pasien -.
penglihatan teratasi dengan kriteria -.
hasi:
DO: Barikan pelembab udara
Penurunan CO2 Mendemonstrasikan
Atur intake untuk cairan
peningkatan ventilasi
Takikardi mengoptimalkan keseimbangan.
dan oksigenasi yang
Hiperkapnia adekuat Monitor respirasi dan status O2
Keletihan Memelihara Catat pergerakan dada,amati
Iritabilitas kebersihan paru paru kesimetrisan, penggunaan otot
Hypoxia dan bebas dari tanda tambahan, retraksi otot
kebingungan tanda distress supraclavicular dan intercostal
sianosis pernafasan Monitor suara nafas, seperti
warna kulit abnormal Mendemonstrasikan dengkur
(pucat, kehitaman) batuk efektif dan Monitor pola nafas : bradipena,
Hipoksemia suara nafas yang takipenia, kussmaul,
bersih, tidak ada hiperventilasi, cheyne stokes,
hiperkarbia
sianosis dan dyspneu biot
AGD abnormal
(mampu Auskultasi suara nafas, catat
pH arteri abnormal
mengeluarkan area penurunan / tidak adanya
frekuensi dan ventilasi dan suara tambahan
sputum, mampu
kedalaman nafas bernafas dengan Monitor TTV, AGD, elektrolit
abnormal mudah, tidak ada dan ststus mental
pursed lips) Observasi sianosis khususnya
Tanda tanda vital membran mukosa
dalam rentang Jelaskan pada pasien dan
normal keluarga tentang persiapan
AGD dalam batas tindakan dan tujuan penggunaan
normal alat tambahan (O2, Suction,
Status neurologis Inhalasi)
dalam batas normal Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

11
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, pain control, secara komprehensif
fisik, psikologis), kerusakan comfort level termasuk lokasi,
jaringan Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
tinfakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
DS: selama . Pasien tidak faktor presipitasi
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan Observasi reaksi nonverbal
DO: kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan Mampu mengontrol Bantu pasien dan keluarga
nyeri nyeri (tahu penyebab untuk mencari dan
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu menemukan dukungan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik Kontrol lingkungan yang
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk dapat mempengaruhi nyeri
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, seperti suhu ruangan,
menyeringai) mencari bantuan) pencahayaan dan
- Terfokus pada diri sendiri Melaporkan bahwa kebisingan
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan Kurangi faktor presipitasi
(penurunan persepsi menggunakan nyeri
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri
berpikir, penurunan Mampu mengenali nyeri untuk menentukan
interaksi dengan orang (skala, intensitas, intervensi
dan lingkungan) frekuensi dan tanda Ajarkan tentang teknik non
- Tingkah laku distraksi, nyeri) farmakologi: napas dalam,
contoh : jalan-jalan, Menyatakan rasa relaksasi, distraksi,
menemui orang lain nyaman setelah nyeri kompres hangat/ dingin
dan/atau aktivitas, berkurang Berikan analgetik untuk
aktivitas berulang-ulang) Tanda vital dalam mengurangi nyeri: ...
- Respon autonom (seperti rentang normal Tingkatkan istirahat
diaphoresis, perubahan Tidak mengalami Berikan informasi tentang
tekanan darah, perubahan gangguan tidur nyeri seperti penyebab
nafas, nadi dan dilatasi nyeri, berapa lama nyeri
pupil) akan berkurang dan
- Perubahan autonomic antisipasi ketidaknyamanan
dalam tonus otot dari prosedur
(mungkin dalam rentang Monitor vital sign sebelum
dari lemah ke kaku) dan sesudah pemberian
- Tingkah laku ekspresif analgesik pertama kali
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

12
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/ Monitor warna dan suhu kulit
trauma Setelah dilakukan Monitor tekanan darah, nadi
- peningkatan tindakan keperawatan dan RR
metabolisme selama..pasien Monitor penurunan tingkat
- aktivitas yang menunjukkan : kesadaran
berlebih Suhu tubuh dalam batas Monitor WBC, Hb, dan Hct
- dehidrasi normal dengan kreiteria Monitor intake dan output
hasil: Berikan anti piretik:
DO/DS: Suhu 36 37C Kelola Antibiotik:
kenaikan suhu Nadi dan RR dalam Selimuti pasien
tubuh diatas rentang normal Berikan cairan intravena
rentang normal Tidak ada perubahan Kompres pasien pada lipat paha
serangan atau warna kulit dan tidak dan aksila
konvulsi (kejang) ada pusing, merasa Tingkatkan sirkulasi udara
kulit kemerahan nyaman Tingkatkan intake cairan dan
pertambahan RR nutrisi
takikardi Monitor TD, nadi, suhu, dan
Kulit teraba panas/ RR
hangat Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

13
Ketidakseimbangan NOC: Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berhubungan dengan : nutrient yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan b. Nutritional Status : Yakinkan diet yang dimakan
untuk memasukkan food and Fluid mengandung tinggi serat untuk
atau mencerna nutrisi Intake mencegah konstipasi
oleh karena faktor c. Weight Control Ajarkan pasien bagaimana membuat
biologis, psikologis Setelah dilakukan catatan makanan harian.
atau ekonomi. tindakan keperawatan Monitor adanya penurunan BB dan
DS: selama.nutrisi gula darah
- Nyeri abdomen kurang teratasi Monitor lingkungan selama makan
- Muntah dengan indikator: Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Kejang perut Albumin serum tidak selama jam makan
- Rasa penuh tiba-tiba Pre albumin serum Monitor turgor kulit
setelah makan Hematokrit Monitor kekeringan, rambut kusam,
DO: Hemoglobin total protein, Hb dan kadar Ht
- Diare Total iron binding Monitor mual dan muntah
- Rontok rambut yang capacity Monitor pucat, kemerahan, dan
berlebih Jumlah limfosit kekeringan jaringan konjungtiva
- Kurang nafsu makan Monitor intake nuntrisi
- Bising usus berlebih Informasikan pada klien dan keluarga
- Konjungtiva pucat tentang manfaat nutrisi
- Denyut nadi lemah Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan
yang adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

14
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan
Tirah Baring atau Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
imobilisasi Konservasi eneergi Kaji adanya faktor yang
Kelemahan Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
menyeluruh tindakan keperawatan Monitor nutrisi dan sumber
Ketidakseimbanga selama . Pasien energi yang adekuat
n antara suplei bertoleransi terhadap Monitor pasien akan adanya
oksigen dengan aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi secara
kebutuhan Kriteria Hasil : berlebihan
Gaya hidup yang Berpartisipasi dalam Monitor respon kardivaskuler
aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardi,
dipertahankan. disertai peningkatan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
DS: tekanan darah, nadi pucat, perubahan hemodinamik)
Melaporkan secara dan RR Monitor pola tidur dan lamanya
verbal adanya Mampu melakukan tidur/istirahat pasien
kelelahan atau aktivitas sehari hari Kolaborasikan dengan Tenaga
kelemahan. (ADLs) secara Rehabilitasi Medik dalam
Adanya dyspneu mandiri merencanakan progran terapi
atau Keseimbangan yang tepat.
ketidaknyamanan aktivitas dan istirahat Bantu klien untuk
saat beraktivitas. mengidentifikasi aktivitas yang
DO : mampu dilakukan
mengidentifikasi aktivitas yang
Respon abnormal disukai
dari tekanan darah Bantu klien untuk membuat
atau nadi terhadap jadwal latihan diwaktu luang
aktifitas Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
Perubahan ECG :
dalam beraktivitas
aritmia, iskemia
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

15
Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions
Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Doengoes, E Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I . Bandung: Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Mansjoer, Arief. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: EGC

Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008.
Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC.
Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book,
Toronto.

PENYIMPANGAN KDM TUMOR PARU

Faktor Predisposisi : Genetik. Polusi udara.


Ketidakefektifan Pola Nafas
Kanker paru akibat kerja, Iradiasi, Merokok,
Diet
Merangsang perubahan sel
16
Alveolus Kaku akibat
Fibrotik
Secret Eksudat, Trauma, Neoplasma

Tekanan Negativ dlm


Tumor Paru
Alveolus

Karsinoma sel oat pada Bronkus


Cairan Kapiler menuju
Alveolus
Penekanan saluran Napas

Alveolus berisi cairan


Obstruksi Bronkus
edema

Tahanan Aliran Udara Peningkatan Jumlah


Sekret
Udara dlm Alveolus terperangkap

Ketidakefektifan
Lentur, terjadi absobsi udara bersihan jalan nafas
ke Kapiler paru

Kolaps Alveoli
Hipertermi
Paru tidak Mengembang

Metabolisme Meningkat
Perubahan membran Alveolar

Gangguan Transfer O2 dan CO2 O2 dalam darah menurun

Gangguan Pertukaran gas Suplai O2 ke sel jaringan


menurun
Pembuluh darah Koroner
Gangguan Metabolisme

Iskemia Miokard
Pembentukan ATP
Nyeri berkurang

Kelemahan
Intake Lemah Anoreksia

Intoleransi Aktivitas
Ketidakseimbangan Nutris
Kurang dari Kebutuhan

17

Anda mungkin juga menyukai