I. Kasus :
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
curiga, ketakutan,
penurunan fungsi ego Ansietas dari Gangguan Klien asyik
rasa tidak aman,
ringan sampai dalam dengan
gelisah, bingung,
berat komunikasi halusinasinya,
perilaku merusak
dan putaran seolah-olah ia
diri, kurang
balik otak merupakan
perhatian, tidak
tempat untuk
mampu
memenuhi
mengambil
kebutuhan akan
keputusan, bicara
interaksi sosial,
inkoheren, bicara
kontrol diri dan
sendiri, tidak
harga diri yang
membedakan
tidak didapatkan
yang nyata
dalam dunia
dengan yang tidak
nyata
nyata..
Sumber koping
Mekanisme koping
Regresi
Proyeksi
Menarik diri
Perilaku kekerasan
akibat
Resiko tinggi menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Menarik diri
penyebab
V. RencanaTindakan Keperawatan
Diagnosa : gangguan persepsi/sensori: halusinasi
Tujuan :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Klien dpat membina hubungan saling percaya
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Manfaat hubungaan dengan orang lain dan tidak berhubungan dengan orang lain
Klien melaksanakan hubungan secara bertahap
Klien dapat mengungkapkan perasaan dengan orang lain
Klien dapat berdayakan system pendukung atau keluarga
Kriteria evaluasi :
Wajah klien cerah, tersenyum, klien mau berkenalan, ada kontak mata, klien
bersedia menceritakan masalahnya.
Klien dapat menyebutkan menarik disi berasal dari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan social secara bertahap antara kien-
perawat-perawat lain, klien-perawat-perawat lain-klien-lain, klien-perawat-
keluarga/ kelompok masyarakat.
Klien dapat mengungkapkan perasaanberhubungan dengan orang lain untuk diri
sendiri.
Klien dapat menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara perawat klien menarik diri
dan berpartisipasi dalam oerawatan klien menarik diri
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat bicara sendiri. Klien terlihat
nyaman dengan suara-suara yang dia dengarkan dan mengatakan sedang berbicara
dengan anaknya yang berjumlah 22 orang.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan Khusus/SP II
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai
berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Klien bersedia diajak berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama
e. Ada kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapi.
Membantu klien mengenali halusinasi
Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan mengobrol bersama
keluarganya.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tujukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebtuhan dasar klien.
Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
hal-hal berikut.
Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara mengobrol bersama
keluarganya apabila ada hal yang ingin diceritakan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Diena Fithriana
boleh panggil saya Diena, saya dari Keperawatan Brawijaya dan
mahasiswanya Pak Bagio. Ibu, namanya siapa? senang dipanggil dengan
apa?”
Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam?”
Kontrak
a. Topik: “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Apakah kita bisa
ngobrol tentang kegiatan ibu sehari-hari bu?”
b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Apa 20 menit saja? Bagaimana Bu?”
c. Tempat: ‘Kita ngobrol dimana bu?”
2. Kerja
“ Baiklah, kalau begitu hari ini saya akan mengobrol dengan ibu selama 20 menit
ya.”
“Ibu tinggal di sini sama siapa saja bu?”
“Apakah ibu sering mengobrol dengan keluarga ibu yang berada di rumah?”
“Apakah ibu bisa menyebutkan nama saudara ibu satu persatu bu?” (sampai bisa
menyebutkan beberapa nama saudaranya)
“Apa kegiatan Ibu sehari-hari?”
“Apakah ibu membantu pekerjaan rumah sehari-hari?”
“Kalau memang membantu dan ada di rumah, saya boleh bertemu dengan
saudaranya bu?” Maaf ya bu, tetapi menurut ibunya bu isti, bu isti hanya
mempunyai ank 1 orang saja bernama mbak Ulfa.
“Apakah benar namanya mbk Ulfa ya bu isti?”
“Biasanya kalau ibu pengen cerita sesuatu seperti masakan atau masalah lain,
bercerita sama siapa?”
“Begini bu, Bu isti mengerti keuntungan mengobrol dengan ibu atau adik dari bu
isti?” Jadi keuntungannya adalah ibu bisa mendapat pemecahan masalah karena
ibu atau adik bu isti sudah dewasa, daripada bu isti memikirkannya sendiri.”
“Kalau dengan anaknya bu isti kan katanya jarang di rumah, suka main, dan mbak
ulfa juga sedang kuliah di malang, jadi apakah bu isti mau untuk mencoba
mengobrol dengan ibunya bu isti?”
“Kalau saya kesini lagi, saya ingin ngobrol dengan bu isti dan ibunya juga ya?”
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi? Merasa
senang atau tidak dengan cara yang kita bicarakan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Sekarang bu isti bisa menyimpulkan apa yang kita bicarakan tadi?”
“Apa saja keuntungan mengobrol dengan ibunya atau adiknya bu isti?”
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu, ibu harus mempraktekkan mengobrol tiap kali ada hal yang
mengganjal ya bu?” tidak boleh disimpan sendiri karena mengobrol dengan
keluarga itu banyak keuntungannya”.
Kontrak yang akan datang
“Bu, bagaimana kalau minggu depan ketika saya kesini lagi, kita ngobrol
lagi tentang pengobatan yang dulu sempat berhenti ya bu?”
“Apakah satu minggu lagi saya boleh kesini lagi bu?”
“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol
dengan saya
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat sedang sibuk menulis. Klien
tampak nyaman dengan kesibukannya. Ny.Istiqomah sudah tidak mau
melanjutkan pengobatan karena merasa sehat dan tidak menderita penyakit
apapun.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan Khusus/SP 4
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebtuhan dasar klien.
Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang
teratur.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum bu, Bu istiqomah masih ingat sama saya
bu?”
”Saya Riza bu, yang kemarin kesini.”
“Nah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini saya akan bertanya
tentang kegiatan mengobrol kemarin ya bu?”
“Kita juga akan membicarakan tentang pengobatan ibu yang berhenti”
“Bagaimana bu? tidak keberatan kan bu isti?”
Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ?”
Kontrak
d. Topik: “Bu isti, seperti yang saya bilang tadi, hari ini kita kan kita
akan mengobrol tentang pengobatan ibu yang berhenti”.
e. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Apa 20 menit seperti di pertemuan pertama?
Bagaimana Bu?”
f. Tempat: ‘Kita ngobrol disini saja ya bu istiqomah”.
2. Kerja
“Baiklah, kalau begitu hari ini kita akan mengobrol selama 20 menit seperti
kemarin ya bu?”.
“Bagaimana bu dengan kegiatan mengobrol yang kemarin kita bicarakan?”
“Apakah sudah dilakukan dengan ibunya bu isti?”
“Baiklah kalau begitu, kalau boleh saya tau, mengapa bu isti berhenti melakukan
pengobatan?”.
“Apakah bu isti sebelumnya melakukan pengobatan?”.
“Apakah Bu isti mengetahui tentang manfaat obat yang dulu diberikan pada ibu?”
(menunggu sampai bu isti menjawab semampunya)
“Sebelumnya pernah minum obat apa saja bu?”.
“Nah bu isti,obat itu sebenarnya bukan hanya untuk orang sakit, tetapi orang sehat
saja juga banyak yang mengonsumsi obat seperti vitamin”.
“Begini bu, manfaat penggunaan obat secara teratur ada banyak. Yang pertama
adalah ibu dapat menjadi lebih tenang, tidak gampang marah dan ibu juga akan
merasa lebih sehat”.
“Apakah bu istiqomah sudah mengerti dengan penjelasan saya bu?”bagaimana
menurut bu istiqomah?”
“Kalau bu istiqomah tidak mau untuk disuntik, bagaimana kalau di ganti dengan
pil saja bu?”.
“Bu istiqomah tidak apa-apa kalau mau memikirkan dulu untuk pengobatannya ya
bu”.
h. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi? Ibu merasa
senang atau bosan dengan apa yang kita bicarakan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Bu istiqomah bisa menyimpulkan bu yang telah kita bicarakan tadi?”
“Apa saja keuntungan dengan minum obat tadi bu?”
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu, ibu pikirkan dulu bagaimana perubahan ibu dulu ketika sudah
mengonsumsi obat pertama kali dan jangan lupa untuk tetap menerapkan
cara yang mengobrol dengan keluarga ya bu”.
Kontrak yang akan datang
“Bu, berarti minggu depan ketika saya kesini lagi, ibu istiqomah sudah
bisa menetukan mau menggunakan obat dengan suntik atau pil ya bu?”.
“Minggu depan juga kita akan membahas tentang kegiatan yang bisa
dilakukan sehari-hari ya bu?”.
“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol
dengan saya.”
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat sedang membersihkan rumahnya.
Klien tampak murung dan sesekali tampak mengobrol dengan ibunya.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan klien di rumah
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum bu, Bu istiqomah masih ingat sama saya
bu?”
”Saya Riza bu, ini pertemuan kita yang ketiga ya bu?.”
“Nah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini kita akan membahas
tentang kegiatan yang dilakukan sehari-hari ya bu?”.
Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ?”. Apakah tidurnya nyenyak tadi malam
bu?”.
Kontrak
a. Topik: “Bu isti, seperti yang saya bilang tadi, hari ini kita kan kita
akan mengobrol tentang pengobatan ibu yang berhenti”.
b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol untuk hari ini?
Apa 20 menit seperti di pertemuan sebelumnya? Bagaimana Bu?”
c. Tempat: ‘Kita ngobrol disini saja ya bu istiqomah”.
2. Kerja
“Bagaimana bu dengan obrolan kita pada pertemuan selanjutnya?”.
“Apakah ibu sudah memikirkan tentang penggunaan obat yang akan dipakai?”.
“Sekarang saya ingin bertanya lagi, apakah manfaat obat menurut ibu?”.
“Saya juga minum obat bu isti”. (sambil menunjukkan obat antasida yang sedang
saya bawa).
“Kalau memang mau, saya sudah bawakan ibu untuk obat suntiknya, tetapi kalau
tidak mau, saya akan merekomendasikan ke puskesmas untuk memberikan obat
berupa pil”.
“Ngomong-ngomong, anaknya ibu yang kata ibu ada di rumah sekarang berada
dimana ya bu?”
“Kalau misalnya tidak ada, mungkin saja memang tidak ada bu, soalnya anaknya
bu istiqomah itu cuma satu yaitu mbak Ulfa yang sekarang berada di Malang”.
“ibu juga susah kan mengingat nama anak-anaknya, ya karena memang tidak ada
bu.”
“Sekarang begini saja bu, sesuai dengan kesepakatan kemarin, kita akan
membahas kegiatan apa saja yang ibu lakukan di rumah ya bu?”.
“Kalau pagi,apa saja yang ibu lakukan bu isti?”.
“Berarti setelah memasak, ibu isti menyapu rumah, dan membersihkan halaman
ya?”.
“Bagus bu, kalau siang apa saja yang ibu lakukan bu?”.
“Bagaimana dengan sholat 5 waktunya bu? Atau kegiatan mengaji Al-quran?.”
“Apa yang bu istiqomah lakukan ketika ada waktu kosong atau nganggur seperti
di siang hari?”.
“Begini bu, bagaimana kalau ibu mengisi waktu luang dengan mengaji atau
menonton TV, bersih-bersih rumah.
“Kalau dengan kesibukan ibu seperti ini, masih merasa mendengar suara anaknya
atau merasa banyak orang di rumah, berarti kita akan mempelajari cara yang lain
untuk mengalihkan perhatiannya ibu ya?”
“Apakah ibu bersedia?”.
i. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi?”.
“Kira-kira bisa ibu praktekkan kan ya bu?”. Ibu merasa senang atau bosan
dengan apa yang kita bicarakan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Bu istiqomah bisa menyimpulkan bu yang telah kita bicarakan tadi?”
“Apa saja yang harus ibu lakukan ketika waktu kosong bu?”
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu, bu istiqomah harus mempraktekkan beberapa kegiatan yang
telah kita pelajari ya bu dan pertemuan berikutnya akan kitalihat apa saja
yang sudah ibu lakukan”.
Kontrak yang akan datang
“Bu, berarti minggu depan ketika saya kesini lagi, saya akan bertanya
kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana dengan rencana
pengobatan yang berhenti?”.
“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol
dengan saya.”