Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYALAHGUNAAN DAN
KETERGANTUNGAN NAPZA

DISUSUN OLEH:
NESFIRANI
INDAH KINANTI PUTRI
RESA VIONA
WIRATAMA
PENGERTIAN

• Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang


disebabkan oleh penggunaan yang terus menerus sampai terjadi
masalah.
• Napza tersebut bekerja didalam tubuh yang mempengaruhi
terjadinya perubahan:perilaku,alam perasaan,memori, proses pikir,
kondisi fisik individu yang menggunakannya.
• Penyalahgunaan Napza ini dapat mengalami kondisi lanjut yaitu:
ketergantungan NAPZA.
• Yaitu suatu kondisi yang cukup berat dan parah, sehingga mengalami
sakit yang cukup berat.
• Kondisi ini ditandai dengan adanya ketergantungan fisik yaitu
SINDROMA PUTUS OBAT dan TOLERANSI.
RENTANG RESPON

• Tinggi Ilmiah: Aktivitas fisik,meditasi.


•Penggunaan jarang dari nikotin,kafein,dll.
•Penggunaan sering dari:sda
•Ketergantungan, penyalahgunaan, gejala putus zat,
toleransi.
PROSES KEPERAWATAN
• Untuk membantu pasien dengan gangguan penggunaan
zat adiktif adalah: dengan menggunakan proses perawatan,
tahap pertama yang dilakukan adalah: pengkajian.

• Dalam pengkajian ada beberapa faktor yang penting untuk


diketahui yaitu: predisposisi, presipitasi, tingkah laku
pasien,mekanisme koping.
A. FAKTOR PREDIPOSISI
Beberapa Faktot Prediposisi terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif yaitu:

• Faktor Biologis:
 Kecenderungan Keluarga, terutama orang tua yang menyalahgunakan NAPZA
Perubahan metabolik alkohol yang mengakibatkan respon fiologik yang tidak nyaman.
Penyakit Kronis : Asma Bronchiale, Kanker, penyakit lain dengan masa sakit yang bertahun.

• Faktor Psikologis:
 Tipe kepribadian yang tergantung.
Harga diri yang rendah : terutama untuk ketergantungan alkohol, sedatif hipnotik yang diikuti
oleh rasa bersalah
Pembawa keluarga: kondisi keluarga yang tidak stabil, role model yang negatif
Kurang dipercaya, dan orang tua yang ketergantungan zat adiktif
Individu dengan perasaan tidak aman
Individu dengan krisis identitas: kecenderungan homoseksual, krisis identitas dengan
menggunakan obat untuk menunjukkan kejantanan.
Cara pemecahan masalah yang menyimpang.
• Faktor sosial Kultural
 Sikap masyarakat yang ambivalensi terhadap
penggunaan NAPZA seperti nikotine, ganja, dan alkohol.
Norma kebudayaan: suku bangsa yang menggunakan
alkohol untuk upacara adat dan keagamaan.
Lingkungan: tempat yang rentan untuk transaksi napza:
diskotik, tempat hiburan malam, mall, lokasi pelacuran,
lingkungan rumah yang kumuh dan padat.
B. FAKTOR PRESIPITASI
• Penggunaan zat atau penyalahgunaan zat sering kali merupakan suatu cara dari
seseorang untuk mengatasi stress yang ada dalam kehidupannya.
• Tanpa disadari kondisi atau cara ini merupakan suatu lingkaran untuk
mendapatkan stress selanjutnya akibat dari penggunaan zat tersebut.
• Semakin banyak penggunaan zat adiktif, semakin banyak pula stress yang
ditimbulkan,akibat tergantungnya fungsi biopsikososial sebagai dampak
penggunaan zat adiktif.
• Stressor presipitasi untuk terjadinya penyalahgunaan zat adiktif adalah:
Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan.
Reaksi sebagai prinsip kesenangan: menghindari dari rasa sakit, mencari
kesenangan, relaks agar menikmati hubungan interpersonal.
Kehilangan sesuatu yang berarti: orang yang dicintai, pekerjaan, dop out dari
sekolah.
Dampak kompleksitas era globalisasi: ketegangan akibat modernisasi, lancarnya
transportasi, film, iklan.
C. TINGKAH LAKU

• Penyalahgunaan zat dapat berkembang menjadi ketergantungan psikologik dan toleransi.


• Ketergantungan fisik adalah tubuh membutuhkan zat adiktif, dan jika tidak dipenuhi maka akan
terjadi gejala putus obat pada fisik.
• Ketergantungan psikologik adalah efek subyektif dari sipengguna zat.

• Tingkah laku pasien pengguna sedatif hipnotik


a. Menurunnya sifat menahan diri.
b. jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang.
c. Bicara cadel, bertele-tele.
d. Acuh, kurang perhatian.
e. Mengantuk.
f. Membanggakan diri, perilaku menampakkan percaya diri yang meningkat.
g. Agresif.
h. Bingung.
i. Gelisah.
j. Perilaku menampakkan ilusi, halusinasi.
PERILAKU KLIEN PENGGUNA
GANJA
Perilaku sangat gembira.
Mondar mandir tampak cemas.
Gerakan tidak terkoodinar.
Mengantuk.
Tampak lebih bodoh: karena terganggu
proses kognitif.
Perilaku tampak kecemasan.
PERILAKU KLIEN PENGGUNA
ALKOHOL
Sikap bermusuhan.
Kadang-kadang bersikap murung,
berdiam diri(depresi).
Suara keras, bicara cadel, dan kacau.
Agresif.
Minum alkohol tanpa kenal waktu.
Koordinasi motorik terganggu, akibatnya
cenderung mendapat kecelakaan.
PERILAKU PASIEN PENGGUNA
OPIOIDA
Terkantuk-kantuk.
Bicara cadel
Koordinasi motorik terganggu.
Acuh terhadap lingkungan, kadang
perhatian.
Perilaku manipulatif untuk
mendapatkan zat adiktif
PERILAKU PENGGUNA
KOKAIN/AMFETAMI/EKSTASI

Hiperaktif.
Euphoria, elasi sampai agitasi.
Irritabilitas.
Perilaku curiga.
Kewaspadaan yang berlebihan.
Semangat kerja meningkat.
Perilaku tampak gembira.
PERILAKU PENGGUNA
HALUSINOGEN

Tingkah laku yang yang tidak dapat


diramalkan
Tingkah laku yang merusak diri
sendiri.
Halusinasi, ilusi.
Distorsi waktu dan jarak.
Sikap merasa diri besar.
Depersonalisasi.
Pengalaman yang gaib/ajaib.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Masalah keperawatan sehubungan dengan gangguan penggunaan zat adiktif


terutama masalah: gangguan proses pikir.
• Gangguan persepsi sensori (visual, pendengaran, raba-raba, penciuman.)
• Gangguan konsep diri (HDR).

• Berikut diagnosis keperawatan adalah sebagai berikut:


1. Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen
2. Gangguan hubungan sosial manipulatif.
3. Gangguan konsep diri
4. Tidak mampu mengenal kualitas yang positif dari diri sendiri.
5. Gangguan pemusatan perhatian.
6. Partisipasi keluarga yang kurang dalam program pengobatan pasien.
7. Menolak mengikuti aktifitas program.
PERENCANAAN

• Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan zat adiktif adalah:

Agar tidak terjadi ancaman terhadap kehidupan.


Tidak memburuknya keadaan kesadaran pasien.
Aman dari kecelakaan terutama pada kondisi intoksikasi.

• Setelah masa detoksifikasi:


Termotivasi untuk mengikuti program terapi jangka panjang.
Mengenal hal-hal positif pada dirinya.
Menggunakan koping yang sehat dalam mengatasi masalahnya.
Keluarga bekerja sama dalam program terapi pasien.
Mempunyai pengetahuan untuk merawat pasien dirumah.
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Pendidikan kesehatan jiwa untuk pencegahan pengguna zat adiktif.
2. Mengganti koping respon yang sehat, pengganti tingkah laku
menyalahgunaan zat.
3. Membahas dengan pasien tingkah laku menyalahgunakan zat dan
resikon penggunaan.
4. Membantu pasien untuk mengidentifikasi masalah menyalahgunakan
zat.
5. Memotivasi pasien agar mau mengikuti atau berpartisipasi dalam
program terapi.
6. Konsisten memberikan dukungan dan pengalaman bahwa pasien
mempunyai kekuatan untuk menghadapi masalah yang akan datang.
7. Memberikan perawatan fisik: observasi tanda vital, makanan,
keseimbangan cairan dan kejang.
8. Memberikan pengobatan dengan terapi detoks.
EVALUASI

1. Klien mengalami atau mencapai keutuhan fisik dan harga


diri secara alamiah.
2. Tingkah laku klien merefleksikan meningkatnya pengertian
tentang adanya hubungan antara stress dengan kebutuhan
untuk menggunakan NAPZA.
3. Sumber koping klien adekuat untuk membantu klien
berubah.
4. Klien mengenal kecemasannya dan sabar akan perasaannya.
5. Klien menggunakan koping yang adaptif.
6. Klien menggunakan alternatif atau belajar pendekatan
alternatif untuk mengatasi stress dan ansietasnya.
7. Klien mampu secara periodik tetap tidak menggunakan
napza.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai