A. Definisi Kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu
menunda
pengiriman
korban
ke
Rumah
Sakit
Persiapan
Triase
Primary survey(ABCDE)
Resusitasi
Tambahan terhadap primary surveydan resutisasi
Secondary survey, pemeriksaan head to toedan anamnesis
Tambahan terhadap secondary survey
Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
Penanganan definitif
tersedia pada saat itu. Hal ini merupakan metode penanganan yang
telah diuji sampai korban dipindahkan ke Rumah Sakit atau lokasi
dimana keterampilan dan peralatan yang layak tersedia (Skeet,
1995). Penatalaksanaan awal diberikan untuk :
Mempertahankan hidup
Mencegah kondisi menjadi lebih buruk
Meningkatkan pemulihan
Seseorang yang memberikan penatalaksanaan awal harus :
Mengkaji sesuatu
Memnentukan diagnosis untuk setiap korban
Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat
B. Primary Survey
Penatalaksanaan
awal
pada
primary
survey
dilakukan
a) Airway
Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam
resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus dalam
penatalaksanaan keadaan gawat darurat, oleh karena itu hal
pertama yang harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, yang
meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat disebabkan oleh
benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula atau
maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat
timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan
sebagian, dan progresif dan/atau berulang. Menurut ATLS
2004,
Kematian-kematian
dini
karena
masalah
airway
imobilisasi
segaris
(in-line
immobilization)
(ATLS,2004)
2
1. Head tilt
Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi
terlentang dan horizontal, kecuali pada pembersihan
jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus
direndahkan dengan posisi semilateral untuk
memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda
asing. Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan satu
tangan di bawah leher pasien dengan sedikit mengangkat
leher ke atas. Tangan lain diletakkan pada dahi depan
pasien sambil mendorong / menekan ke belakang. Posisi
ini dipertahankan sambil berusaha dengan memberikan
inflasi bertekanan positif secara intermittena (Alkatri,
2007).
2. Chin lift
Jari -jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang,
3. Jaw thrust
Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua
hati
diangkat.
Maneuver
chin
lift
tidak
boleh
digunakan
untuk
5. Nasopharingeal Airway
Indikasi : Pada penderita yang masih memberikan respon,
6. Airway definitive
Terdapat tiga jenis airway definitif yaitu : pipa orotrakeal,
pipa nasotrakeal, dan airway surgical (krikotiro idotomi
C. Breathing
Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh
memerlukan pasokan konstan O2 yang digunakan untuk
menunjang reaksi kimiawi penghasil energi, yang menghasilkan
CO2 yang harus dikeluarkan secara terus-menerus (Sherwood,
2001). Kegagalan dalam oksigenasi akan menyebabkan hipoksia
yang diikuti oleh kerusakan otak, disfungsi jantung, dan akhirnya
kematian (Hagberg,2005). Pada keadaan normal, oksigen diperoleh
dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh
tubuh (Smith, 2007).
Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien dapat bernafas
dengan baik pula (Dolan, Holt, 2008). Menjamin terbukanya
airway merupakan langkah awal yang penting untuk pemberian
oksigen. Oksigenasi yang memadai menunjukkan pengiriman
oksigen yang sesuai kejaringan untuk memenuhi kebutuhan
tidak
adekuat,
ventilasi
dengan
Sedangkan
apabila
pernafasan
tidak
membaik
dengan
kepala pasien
6. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah
dipasangkan
7. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama
(tangan kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup
muka bersama-sama)
8. Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa)
9. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri
memfiksasi sungkup muka, sementara tanaga kanan digunakan
untuk memegang bag(kantong) reservoir sekaligus pompa
nafas bantu (squeeze-bag)
open
pneumotoraks
dimana
keadaan-keadaan
ditemukannya
keadaan-keadaan
tersebut
maka
D. Circulation
Perdarahan merupakan penyebab kematian setelah trauma
(Dolan,Holt, 2008). Oleh karena itu penting melakukan penilaian
dengan cepat status hemodinamik dari pasien, yakni dengan
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
GSC (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang
sederhana untuk menilai tingkat kesadaran pasien.
1. Menilai eye opening penderita (skor 4-1)
Perhatikan apakah penderita :
a. Membuka mata spontan
b. Membuka mata jika dipanggil,diperintah atau dibangunkan
c. Membuka mata jika diberi rangsangan nyeri (dengan
menekan ujung kuku jari tangan)
d. Tidak memberikan respon
2. Menilai best verbal response penderita (skor 5-1)
Perhatikan apakah penderita :
a. Orientasi baik dan mampu berkomunikasi
b. Disorientasi atau bingung
c. Mengucapkan kata-kata tetapi tidak dalam bentuk kalimat
d. Mengerang (mengucapkan kata -kata yang tidak jelas
E. Disability
Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap
keadaan neurologis secara cepat. Hal yang dinilai adalah tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tanda-tanda lateralisasi dan
tingkat (level) cedera spinal (ATLS, 2004). Cara cepat dalam
mengevaluasi status neurologis yaitu dengan menggunakan AVPU,
artinya)
e. Tidak memberikan respon
3. Menilai best motor respon penderita (skor 6-1)
Perhatikan apakah penderita :
a. Melakukan gerakan sesuai perintah
b. Dapat melokalisasi rangsangan nyeri
c. Menghindar terhadap rangsangan nyeri
d. Fleksi abnormal (decorticated)
e. Ektensi abnormal (decerebrate)
f. Tidak memberikan respon
Committee 2002) :
1.
2.
3.
4.
F. Exposure
10