Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN PNEUMONIA

DI RUANG DURIAN RSUD KLUNGKUNG

OLEH:

NI KADEK INDRA WAHYUNI (22089142070)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding
alveoli dan rongga interstisium (secara anatomis dapat timbul
pneumonialobaris maupun lobularis & bronchopneumonia. pneumonia adalah
prosesinflamasi, yang melibatkan parenkim paru (Suyono,2020).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan
bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli
serta menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Anita et al., 2016).
Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan
konsolidasi Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang disebabkan
oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak pada paru-paru
sehingga paru-paru tampak pucat serta tidak mengandung udara (Veronica,
2019).

2. Etiologi
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri). Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi). Berbagai penyebab
Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama
Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan
bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenzae type b (Hib). Sedangkan dari sudut pandang sosial
penyebab pneumonia menurut Depkes RI antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status
gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Veronica, 2019).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehat
adalah:
1) Gizi Lebih
2) Gizi Baik
3) Gizi kurang
4) Gizi buruk
5) Riwayat persalinan
b. Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh
yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia. Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah :
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar
anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya.
2) Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru
bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah
berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan
makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang
bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat
di sarana kesehatan modern.
d. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas
bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh
yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara
eksklusif.
e. Lipid pneumonia: oleh karena aspirasi minyak mineral
f. Chemical pneumonitis: inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia
seperti berilium
g. Extrinsik Allergik Alveolitis: inhalasi bahan-bahan debu yang
mengandung allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang
mengandung spora dare actynomicetes thermofilik.
3. Tanda dan gejala
(Veronica, 2019) Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung
golongan umur, mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan
berat ringannya penyakit.Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek,
suara serak, nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin
hebat, pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas
dan penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain
seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik,
tidak selalu ditemukan demam dan batuk. Selain tanda-tanda di atas, WHO
telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan
golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa
Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar.
Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)

Umur
Anak Napas Normal Takipnea (Napas cepat)
30-50 per
0–2 Bulan menit sama atau > 60 x per menit
25-40 per
2-12 Bulan menit sama atau > 50 x per menit

4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut (Suyono, 2020):
a. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda.
b. Pneumonia lobularis/bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
c. Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi
asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis,
kokidiomikosis, dan jamur lain.
a. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial.
Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan
ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau
berat Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk
sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah,
prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit.
Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
b. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi
terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat
dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat.
Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih
besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan
rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai
mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area
paru.
c. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan
pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia
lain, mikro- organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang
berbeda. Awitannya

5. Patofisiologi
Pneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus Haemophillus influenzae atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernapasan kemudian kebagian
kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan
terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut,sebagian lagi masuk ke pembuluh
darah dan menginfeksi saluran percernaan.
Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan peningkatan sekresi
bronkus sebagai respon tubuh untuk mengelurkan benda asing.Peningkatan
produksi sekret tidak dibarengi dengan kemampuan batuk efektif sehingga
terjadi penumpukan sekret yang menyumbat jalan nafas.Ketidakefektifan jalan
nafas ini membuat inspirasi menurun sehingga O2 yang didapat juga
menurun,hal ini direspon tubuh dengan meningkatkan frekuensi nafas sehingga
muncullah sesak.Sebagai respon imflamasi yang kerap terjadi yaitu hipertermi
sebagai akibat dari stimulasi kemoreseptor pada hipotalamus.
Konsolidasi area paru hingga mencapai alveoli menyebabkan terjadinya
kolaps alveoli. Alveoli sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2 tidak mampu
menjalankan fungsinya sehingga terjadilah gangguan pertukaran gas.
Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya engakibatkan terjadinya peningkatan
flora normal dalam usus,peristaltik meningkat akibat usus mengalami mal
absorbsi dan kemudian terjadilah diare yang berisiko terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.Masalah lain yang muncul akibat adanya
infeksi pada saluran pencernaan ialah penurunan nafsu makan yang dapat
menimbulkan masalah ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
tubuh (Suyono, 2020).
WOC: Pneumonia
Sistem pertahanan
Kerusakan pada tubuuh Melepaskan toksinlipoprotein
membran pada sakarida (zat protein)
mucus alveolus
Virus, bakteri, protozoa,
bahan komia Peningkatan set poin di
Perkembangan edema hipotalamus
paru dan eksudat
Masuk ke
saluran nafas
menggigil
Mengisi alveoli

Masuk ke
Demam
Mengurangi luas saluran nafas
permukaan alveoli
untuk pertukaran
hipertermia
karbon dioksidadan Menyerang
oksigen alveoli

Dipsnea(sulit bernafas) Virus, bakteri mengeluarkan


Peningkatan toksin
sekresi mukus
Gangguan pertukaran Pengemba Pola napas tidak
Peradangan pada parenkim paru Konsolidasi Penurunan Sesak
gas ngan paru efektif
eksudatif compliance napas
Bersihan jalan nafas tidak efektifgas tidak
jaringan ikat paru
paru maksimal
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan menurut (Suyoni 2020):
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan
predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis
yang buruk
2) Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-
100.000/mm.Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari
glukosa darah.
3) Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan
dapat menyokong diagnosa.
4) d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan kepada pemberantasan mikroorganisme
penyebabnya. Walaupun adakalanya tidak diperlukan antibiotika jika
penyebabnya adalah virus, namun untuk daerah yang belum memiliki fasilitas
biakan mikroorganisme akan menjadi masalah tersendiri mengingat perjalanan
penyakit berlangsung cepat, sedangkan di sisi lain ada kesulitan membedakan
penyebab antara virus dan bakteri. Selain itu, masih dimungkinkan adanya
keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri (Suci, 2020).
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau penyakit jantung dan paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus.
Penatalaksanaan umum yang dapat diaberikan antara lain :
a. Oksigenasi 1-2L/menit
b. IVFD dektrose 10%: NACl 0,9=3:1,+KCL 10mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, status dehidrasi.
c. Jika sesak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salinan
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosiller.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien: Nama, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Alamat,
Pekerjaan, agama, suku, bangsa, tanggal MRS, Diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan,
Agama.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan saat ini mulai timbul gejala sampai
pengobatan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit saat ini
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih
besar
5) Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm.
Pengkajian pola kesehatan fungsional (Gordon 1987):
a) Pola persepsi kesehatan: hal yang perlu diperhatikan dalam pola
persepsi kesehatan meliputi: kebiasaan dan status ekonomi
b) Pola nutrisi dan metabolisme: pada pasien pneumonia status
nutrisi harus terpenuhi dan teratur
c) Pola eliminasi: pada pasien pneumonia umumnya pola
eliminasinya kurang baik
d) Pola tidur dan istirahat: pada pasien pneumonia pola istirahat tidur
sangat terganggu
e) Pola aktivitas: meliputi aktivitas sehari-hari dan kebutuhan gerak
dan latihan yang kurang bisa dicapai
f) Pola persensi dan konsep diri: kaji ideal dari gambaran diri
g) Pola hubungan dan peran: interaksi dengan keluarga/ orang lain
biasanya pada pasien normal
h) Pola kognitif: pada pola ini untuk pasien pneumonia biasanya ada
perubahan fungsional yang mengakibatkan susah untuk sembuh.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Vital sign
Tekanan darah dapat menurun jika disetai dengan dehidrasi,suhu
meningkat seiring dengan adanya infeksirespirasi meningkat dan
dangkal,nadi cepat dan lemah.
2) Kesadaran
Pada pneumonia yang berat atau disertai komplikasi dapat terjadi
penurunan kesadaran karena terganggunya fungsi otak baik akibat
infeksi maupun gangguan perfusi jaringan serebral.Sinkope dan
kejang dapat terjadi terkait ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
saat demam.
3) Keaadaan umum
Keadaan umum anak biasanya lemah,tidak mampu melakukan
aktivitas secara normal dan rewel.
4) Body System
a) Sistem Pulmonal
Subyektif: sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif: Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/ nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
b) Sistem Cardiovaskuler
Subyektif: sakit kepala
Obyektif: Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun.
c) Sistem Neurosensori
Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif: GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
d) Sistem genitourinaria
Subyektif: -
Obyektif: produksi urine menurun/normal.
e) Sistem digestif
Subyektif: mual, kadang muntah
Obyektif: konsistensi feses normal/diare.
f) Sistem Musculoskeletal
Subyektif: lemah, cepat lelah
Obyektif: tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan.

g) Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan

e. Data dasar pengkajian pasien


1) Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda: letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Tanda: takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda: sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
4) Neurosensori
Gejala: sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda: perusakan mental (bingung)
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda: melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
6) Pernafasan
Gejala: adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda: pernapasan cepat dan dangkal (RR mungkin > 35x kali
permenit),bunyi nafas ronkhi basah,terdapat retraksi
dada,penggunaan otot bantu pernafasan.
a) Sputum: Merah Muda, Berkarat
b) Perpusi: Pekak Datar Area Yang Konsolidasi
c) Premikus: Taksil Dan Vocal Bertahap Meningkat Dengan
Konsolidasi
d) Bunyi Nafas Menurun
e) Warna: Pucat/Sianosis Bibir Dan Kuku
f. Faktor Psikososial/Perkembangan
1) Usia, tingkat perkembangan.
2) Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
3) Koping.
4) Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.
g. Pengetahuan Keluarga, Psikososial
1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
2) Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran
pernafasan.
3) Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
4) Koping keluarga dan tingkat kecemasan.
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Hb : menurun/normal(Hb normal : 9 - 14 gr %)
2) Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal.
3) Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis
buruk.Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
4) Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
5) Pemeriksaan radiologi memberikan gambaran bervariasi:
a) bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
b) bercak konssolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
i. Data Fokus
1) Inspeksi:
Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, Sianosis sirkumoral -
Distensi abdomen
Batuk: Non produktif Sampai produktif. Dan nyeri dada
2) Palpasi: Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, Hati kemungkin
membesar
3) Perkusi: Suara redup pada paru yang sakit
4) Auskultasi: Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia (Suyono, 2020).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan (SDKI, 2016):
a. bersihan jalan napas tidak efektif b.d sputum berlebih
b. Pola napas tidak efektif b.d penggunaan otot bantu pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas b.d bunyi napas tambahan
d. Hipertermi b.d suhu tubuh diatas nilai normal.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (SIKI, 2018)
No Diagnosa Keperawatan (DKI) Kreteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional

1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama


efektif keperawatan selama …x,,, jam Latihan batuk efektif
diharapkan masalah teratasi • Observasi
Gejala dan tanda mayor: Dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui
• Batuk tidak efektif Luaran utama batuk kemampuan batuk
• Tidak mampu batuk Bersihan jalan napas 2. Monitor adanya retensi pada pasien
• Sputum berlebih 1. Batuk efektif meningkat sputum 2. Memantau adanya

• Mengi, wheezing 2. Produksi sputum nenurun retensi sputum

dan/atau ronkhi kering 3. Mengi menurun • Terapeutik


• Mekonium di jalan 4. Wheezing menurun 1. Atur posisi semifowler 1. Untuk memberikan

napas (pada neonatus) 5. Frekuensi napas membaik atau fowler rasa nyaman kepada

Gejala dan tanda minor: 6. Pola napas membaik 2. Buang sekret pada pasien

• Gelisah tempat sputum 2. Untuk menghindari


penularan virus
• Sianosis
• Bunyi napas menurun • Edukasi melalui sputum.
1. Jelaskan tujuan dan 1. Agar pasien
• Frekuensi napas
prosedur batuk efektif. mengetahui tujuan
berubah
• Pola napas berubah
• Kolaborasi dan prosedur batuk
1. Kolaborasi pemberian efektif
mukolitik atau 1. Agar terapi yang
ekspektoran, jika perlu diberikan pasien
sesuai dengan
kebutuhan pasien.
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama
Gejala dan tanda mayor: keperawatan selama …x,,, jam Mamajemen jalan napas
• Penggunaan oto bantu diharapkan masalah teratasi • Observasi
pernapasan Dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui
• Fase ekspirasi Luaran utama (frekuensi, kedalaman, frekuensi,
memanjang Pola napas usaha napas) kedalaman, dan
• Pola napas abnormal 1. Ventilasi semenit meningkat 2. Monitor bunyi napas usaha napas pasien.
Gejala dan tanda minor: 2. Tekanan ekspirasi meningkat tambahan 2. Untuk mengetahui

• Pernapasan pulsed-lip 3. Tekanan inspirasi meningkat 3. Monitor sputum ada atau tidaknya

• Pernapasan cuping 4. Penggunaan otot bantu napas suara napas

hidung menurun tambahan.

• Tekanan ekspirasi 5. Frekuensi napas membaik • Terapeutik

menurun 6. Kedalaman napas membaik


• Tekanan inspirasi 1. Pertahankan kepatenan 1. Untuk memastikan
menurun jalan napas dengan jalan napas pasien
head-tilt dan chin-lift tetap paten
2. Posisikan semofowler 2. Untuk memberikan
atau fowler rasa nyaman kepada
3. Berikan minuman pasien
hangat 3. Agar pasien
bernafas menjadi
• Edukasi lebih lega
1. Anjurkan asupan 1. Agar kebutuhan
cairan 2000 ml/hari, cairan pasien
jika tidak terpenuhi
kontraindikasi 2. Agar pasien paham
2. Ajarkan teknik batuk cara batuk efektif
efektif
• Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk memberikan
bronkodilator, terapi yang sesuai
ekspektoran, dengan kebutuhan
mukolitik, jika perlu. pasien

3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama


Gejala dan tanda mayor keperawatan selama …x,,, jam Pemantauan respirasi
• PCO₂ meningkat atau diharapkan masalah teratasi • Observasi
menurun Dengan kriteria hasil: 1. Observasi faktor 1. Untuk mengetahui
• Takikardia Luaran utama pencetus dan pereda faktor pencetus dan
• Bunyi napas Pertukaran gas nyeri pereda nyeri
tambahan 1. Dispnea menurun 2. Monitor kemampuan 2. Untuk mengetahui
Gejala dan tanda minor: 2. Bunyi napas tambahan batuk efektif kemampuan batuk

• Sianosis menurun 3. monitor adanya pasien

• Diaforesis 3. Gelisah menurun produksi sputum 3. Untuk mengetahui

• Gelisah 4. Pola napas membaik produksi sputum

• Nafas cuping hidung • Terapeutik pasien


1. Atur interval waktu 1. Untuk meningkatkan
pemantauan sesuai kondisi pasien
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil 2. Mencatat hasil
pemantauan pemantauan untuk
hasil lebih lanjut
• Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan 1. Agar pasien
prosedur pemantauan mengetahui tujuan
2. Informasikan hasil dan prosedur
pemantauan jika perlu pemantauan.
2. Untuk mengetahui
hasil pemantauan
4. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama
Gejala dan tanda mayor: keperawatan selama …x,,, jam Manajemen hipertermia
• Suhu tubuh diatas diharapkan masalah teratasi • Observasi
nilai normal Dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
Gejala dan tanda minor: Luaran utama hipertermia penyebab
• Kulit merah Termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh hipertermia
• Kejang 1. Suhu tubuh membaik 3. Monitor kadar 2. Untuk mengetahui

• Takikardi 2. Suhu kulit membaik elektrolit suhu tubuh pada

• Kulit terasa hangat 3. Tekanan darah membaik • Terapeutik pasien


1. Sediakan lingkungan 3. Untuk mengetahui
yang diingin keseimbangan
2. sLonggarkan atau elektrolit pada
lepaskan pakaian pasien
3. Berikan cairan oral 4. Untukn
4. Berikan oksigen, jika meningkatkan
perlu kondisi pasien
• Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Untuk
meminimalisir
• Kolaborasi resiko jatuh
1. Kolaborasi 1. Untuk memberikan
pemberian cairan dan terapi yang sesuai
elektrolit intravena, dengan kebutuhan
jika perlu. pasein.
DAFTAR PUSTAKA

Anita, C., Brinzel, R., & More., S. (2016). Laporan Pendahuluan Pneumonia. 390–
392.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

S Suryono. 2020. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H USIA 5 TAHUN


DENGAN PNEUMONIA DI RUANG IRNA CRSUD KOTA DUMAI
TAHUN 2020. http://repository.pkr.ac.id/1171/1/SLAMET-KTI.pdf .
Diakses pada tanggal 1 November 2022.

LN Suci. 2020. Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Pnemonia pada Anak.
https://jknamed.com/jknamed/article/download/157/114 . Diakses pada
tanggal 1 November 2022.
Veronica, U. (2019). DENGAN PNEUMONIA PADA ANAK AKADEMI
KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN TAHUN 2019. 17051.

Anda mungkin juga menyukai