Anda di halaman 1dari 19

Gejala Kanker Serviks, Penyebab dan Faktor

Resiko
Gejala kanker serviks, penyebab, faktor resiko dan cara pencegahan. Apa itu kanker serviks alias
Cervical Cancer? Kanker serviks adalah satu dari banyak kanker yang terjadi pada organ
reproduksi wanita. Human papillomavirus (HPV) memainkan peran akan timbulnya banyak
kasus kanker serviks. Wanita pengidap kanker mulut rahim ini akan mempunyai beberapa
gangguan, diantaranya rasa nyeri dan pendarahan saat berhubungan intim.

Ketika terkena HPV, sistem imun tubuh biasanya mencegah virus tersebut berkembang di dalam
tubuh. Pada kasus kanker serviks, virus HPV bertahan hidup di dalam tubuh selama bertahun-
tahun dan mengubah beberapa sel pada permukaan leher rahim menjadi sel kanker. Kanker
serviks biasanya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 30 tahun.

Gejala Kanker Serviks

Anda mungkin sama sekali tidak mengalami gejala kanker serviks pada tahap awal kanker
serviks biasanya tidak menunjukkan tanda dan gejala. Inilah mengapa pemeriksaan menjadi
penting.

Tanda dan gejala kanker serviks pada tahap lanjut antara lain:

Pendarahan pada vagina ketika berhubungan, saat tidak dalam periode datang bulan atau
setelah menopause.

Basah atau keluar darah pada vagina yang kental dan berbau.

Sakit pada pinggul atau nyeri ketika berhubungan.


Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab Kanker Serviks

Secara umum kanker terjadi karena mutasi sel normal menjadi sel yang tidak normal. Sel yang
normal akan tumbuh dan melipatgandakan secara teratur. Akan tetapi sel kanker tumbuh dan
melipatgandakan diri secara tidak terkontrol dan sel tersebut tidak mati. Akumulasi dari sel
tersebut akan menjadi besar dan disebut dengan tumor. Sel kanker menyerang jaringan tubuh
terdekat dan dapat memecah dari sumbernya untuk menyebar ke manapun di bagian tubuh.

Ada dua tipe umum kanker serviks

1. Squamous cell carcinomas terdapat pada bagian bawah serviks. Tipe ini menjadi
penyebab sekitar 80 sampai 90 persen kanker serviks.

2. Adenocarcinomas terjadi pada bagian atas serviks. Tipe ini menjadi penyebab 10 sampai
20 persen kanker serviks.

Apa yang menjadi penyebab sel squamos atau sel glandular menjadi tidak normal dan
berkembang menjadi kanker tidak jelas. Tetapi virus HPV memainkan peran dalam hal ini. Bukti
menunjukkan bahwa virus HPV ditemukan pada semua kasus kanker serviks. Tetapi di sisi lain
banyak pula wanita yang memiliki virus HPV tidak pernah mengalami kanker serviks. Ini berarti
ada kemungkinan faktor lain juga memainkan peran, seperti genetik, lingkungan atau gaya
hidup.

Faktor Risiko Kanker Serviks

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks antara lain:

Berhubungan seksual dengan banyak pasangan

Melakukan hubungan seksual saat usia dini

Penyakit seksual menular lain

Sistem imun tubuh yang lemah

Merokok
Pencegahan Kanker Serviks

Anda dapat mengurangi risiko kanker serviks dengan mengambil tindakan pencegahan infeksi
virus HPV. Gunakanlah kondom ketika berhubungan seksual karena hal tersebut dapat
mengurangi risiko terinfeksi virus HPV.

Sebagai tambahan adalah dengan :

Menunda hubungan seksual sampai usia matang

Setia pada pasangan

Hindari merokok

Gunakan vaksinasi pencegah HPV

Ikuti prosedur pemeriksaan serviks (pap smear test)

Kanker serviks bisa menyerang wanita mana saja, terutama mereka yang kurang menjaga
kesehatan reproduksinya. Jadi jagalah selalu kesehatan anda dengan pola hidup sehat. Semoga
bermanfaat.
Kanker leher rahim

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7%
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim.[1] Di
Indonesia hanya 5 persen yang melakukan Penapisan Kanker Leher Rahim, sehingga 76,6 persen
pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut (IIIB ke atas), karena Kanker Leher
Rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya. Penapisan dapat dilakukan dengan
melakukan tes Pap smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).[2] Di negara berkembang,
penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim mengurangi insiden kanker leher rahim
yang invasif sebesar 50% atau lebih. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human
papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim. [3][4] Perawatan
termasuk operasi pada stadium awal, dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir
penyakit.

Daftar isi

1 Infeksi

2 Gejala

3 Faktor Resiko

o 3.1 Faktor Alamiah

o 3.2 Faktor Kebersihan

o 3.3 Faktor Pilihan

4 Pencegahan
5 Pengobatan

6 Referensi

7 Daftar pustaka

8 Pranala luar

Infeksi
Human papilloma virus (HPV) 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker
serviks di dunia. Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu
yang cukup lama, yaitu sekitar 10 hingga 20 tahun. Namun proses penginfeksian ini sering tidak
disadari oleh para penderita, karena proses HPV kemudian menjadi pra-kanker sebagian besar
berlangsung tanpa gejala. Karena itu, Vaksinasi Kanker Serviks sangat dianjurkan,[1] demikian
juga Penapisan.

Gejala
Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa
gejala. Pada stadium lanjut, gejala kanker serviks, antara lain: perdarahan post coitus, keputihan
abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-
kuningan, berbau dan bercampur darah).[5]

Faktor Resiko
Faktor Alamiah

Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan memang kita
tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker serviks
adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena
kanker serviks. Tetapi hal ini tidak hanya sekedar orang yang sudah berumur saja, yang berusia
muda pun bisa terkena kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan.
Akan tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko
kanker serviks. Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan dalam
terjadinya kanker serviks. Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks
dapat merasa aman dari ancaman kanker serviks. Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda
terhadap kanker serviks.

Faktor Kebersihan

Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam


keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila
lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja
dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut
dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda bila
Anda mengalami keputihan yang tidak normal.

Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang


ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara
lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.

Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet


umum yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-
kuman.

Faktor Pilihan

Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan sendiri,
diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda. Berganti-ganti partner seks.
Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin, termasuk
virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang). Saat dilahirkan, janin akan melewati
serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak
anak, makin sering pula terjadi trauma pada serviks. Pap Smear merupakan pemeriksaan
sederhana yang dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear,
kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil pengobatan
semakin baik. Dokter yang tepat dalam melakukan pap smear adalah Dokter kandungan, tetapi
beberapa Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.

Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian
vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program
deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55
tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari
penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja
putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun. Sayangnya,
Vaksinasi HPV terbilang mahal setidaknya untuk negara berkembang. Penyakit ini bisa menular
dengan cara mencuci pakaian yang sudah kotor karena pada pakaian tersebut mengandung virus
dari orang lain jika yang sudah mengalami penyakit kanker serviks.

Pengobatan
Standar pengobatan kanker serviks meliputi terapi: operasi pengangkatan, radioterapi, dan
kemoterapi. Pengobatan kanker serviks tahap pra kanker - stadium 1A adalah dengan:
histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode
LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Pengobatan kanker serviks stadium IB dan IIA
tergantung ukuran tumornya. Bila ukuran tumor tidak melebih 4cm, disarankan radikal
histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo. Bila ukuran tumor lebih dari 4cm, pasien
disarankan menjalani radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo
berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi.Selain pengobatan medis, pasien juga dapat
melakukan terapi komplementer dengan herbal kanker.[6]

Kanker Serviks Penyebab, Tanda-Tanda, Cara Mencegah dan


Mengobati Kanker Serviks
17 Oktober 2011 pukul 22:46

Sekilas tentang kanker serviks?

Kanker serviks Artikel kesehatan kali ini berbicara tentang Kanker Serviks. Kanker Serviks
(Cervical Cancer) atau kanker mulut rahim? memang bukan nama yang asing. Terutama bagi
kaum wanita merupakan momok paling mengerikan. Berikut 13 fakta tentang kanker serviks
yang wajib kita ketahui :

1. Apa itu kanker serviks? kenali dah cegah yuk !

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim
(uterus) dengan liang senggama wanita (vagina).

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang
leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini
bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.
2. Sebeberapa bahaya penyakit kanker serviks ini?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati
peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di
dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks.

Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu
berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi
hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut.

3. Apa sebenarnya penyebab kanker serviks ini?

Pertama, kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini
memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan
lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling
fatal.Akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18.

Kedua, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh
akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup
lama.

4. Bagaimana cara penularan kanker serviks ?

Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan
berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui
organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh
mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa
berpindah melalui sentuhan kulit. Henah lo, mangkanya jangan jajan yaa.

5. Yuk kenali apa saja gejala kanker serviks ini?

Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya, Anda
yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk melakukan tes pap smear setiap dua
tahun sekali. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita
kanker stadium lanjut.

Gejala kanker serviks tingkat lanjut :

munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact


bleeding).

keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

perdarahan di luar siklus menstruasi.

penurunan berat badan drastis.

Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita


keluhan nyeri punggung

juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.

6. Berapa lama masa pertumbuhan kanker serviks ini?


Masa preinvasif (pertumbuhan sel-sel abnormal sebelum menjadi keganasan) penyakit ini
terbilang cukup lama, sehingga penderita yang berhasil mendeteksinya sejak dini dapat
melakukan berbagai langkah untuk mengatasinya.

Infeksi menetap akan menyebabkan pertumbuhan sel abnormal yang akhirnya dapat mengarah
pada perkembangan kanker. Perkembangan ini memakan waktu antara 5-20 tahun, mulai dari
tahap infeksi, lesi pra-kanker hingga positif menjadi kanker serviks.

7. Benarkah perokok berisiko terjangkit kanker serviks?

Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan
meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal
of Cancer pada tahun 2001.

Menurut Joakam Dillner, M.D., peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta racun
lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan
terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. Cervical
neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,
ujarnya.

8. Selain perokok siapa saja yang berisiko terinfeksi?

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50
tahun, terutama Anda yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual
pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim sebesar 2 kali
dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.

Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah lawan seksual. Semakin banyak lawan seksual
yang Anda miliki, maka kian meningkat pula risiko terjadinya kanker leher rahim. Sama seperti
jumlah lawan seksual, jumlah kehamilan yang pernah dialami juga meningkatkan risiko
terjadinya kanker leher rahim.

Anda yang terinfeksi virus HIV dan yang dinyatakan memiliki hasil uji pap smear abnormal,
serta para penderita gizi buruk, juga berisiko terinfeksi virus HPV. Pada Anda yang melakukan
diet ketat, rendahnya konsumsi vitamin A, C, dan E setiap hari bisa menyebabkan berkurangnya
tingkat kekebalan pada tubuh, sehingga Anda mudah terinfeksi.

9. Bagaimana cara mendeteksinya?

Pap smear adalah metode pemeriksaan standar untuk mendeteksi kanker leher rahim. Namun,
pap smear bukanlah satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit ini. Ada
pula jenis pemeriksaan dengan menggunakan asam asetat (cuka).

Menggunakan asam asetat cuka adalah yang relatif lebih mudah dan lebih murah dilakukan. Jika
menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini
kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).

10. Bagaimana mencegah kanker serviks?

Meski menempati peringkat tertinggi di antara berbagai jenis penyakit kanker yang
menyebabkan kematian, kanker serviks merupakan satu-satunya jenis kanker yang telah
diketahui penyebabnya. Karena itu, upaya pencegahannya pun sangat mungkin dilakukan. Yaitu
dengan cara :

tidak berhubungan intim dengan pasangan yang berganti-ganti

rajin melakukan pap smear setiap dua tahun sekali bagi yang sudah aktif
secara seksual

dan melakukan vaksinasi HPV bagi yang belum pernah melakukan kontak
secara seksual

dan tentunya memelihara kesehatan tubuh

11. Bisakah kanker serviks disembuhkan?


Berhubung tidak mengeluhkan gejala apa pun, penderita kanker serviks biasanya datang ke
rumah sakit ketika penyakitnya sudah mencapai stadium 3. Masalahnya, kanker serviks yang
sudah mencapai stadium 2 sampai stadium 4 telah mengakibatkan kerusakan pada organ-organ
tubuh, seperti kandung kemih, ginjal, dan lainnya.

Karenanya, operasi pengangkatan rahim saja tidak cukup membuat penderita sembuh seperti
sedia kala. Selain operasi, penderita masih harus mendapatkan erapi tambahan, seperti radiasi
dan kemoterapi. Langkah tersebut sekalipun tidak dapat menjamin 100% penderita mengalami
kesembuhan.

Pilih mana? mencegah dengan vaksinasi atau memilih pengangkatan rahim, radiasi dan
kemoteraphy yang masih juga belum ada jaminan sembuh?
Apa itu kanker serviks?
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ yang
menghubungkan uterus dengan vagina). Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe yang paling
umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen
dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu
faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini.

Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma, adenosquamous,
adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker serviks yang langka yang tidak
terkait dengan HPV. Beberapa tipe kanker yang telah disebutkan, tidak dapat ditanggulangi
seperti SCC.

Apa saja gejala-


gejalanya?

Kanker serviks tahap


dini tidak
menunjukkan gejala.

Segera temui dokter


bila Anda mengalami
gejala-gejala kanker
serviks sebagai
berikut:

Pendarahan
vagina

Sakit
punggung

Sakit saat
buang air kecil
dan air seni
keruh
Konstipasi
kronis dan
perasaan
kembung
walaupun
perut dalam
keadaan
kosong.

Rasa nyeri saat


berhubungan
seks dan
keputihan

Salah satu kaki


membengkak

Kebocoran
urin atau feses
dari vagina

Carcinoma in Situ (CIS atau CIN)

Carcinoma in situ (CIN) merupakan kumpulan sel pra-kanker ganas yang berada pada satu lokasi
dan belum bergerak dari posisi awalnya serta menyebar ke bagian tubuh lainnya. Untungnya di
Singapura dan negara-negara berkembang lainnya, penyebaran program skrining kanker serviks
mampu mengurangi kasus kanker serviks yang invasif.

Pap smear dapat mengidentifikasi CIN pada serviks, di mana pengobatan dapat mencegah
perkembangan kanker. Wanita direkomendasikan untuk melakukan Pap Smear sekurang-
kurangnya setahun sekali mulai dari saat wanita tersebut berhubungan seksual, hingga usia 70
tahun. Bila dua diantara tiga dari hasil Pap Smear itu normal, para wanita dapat mengurangi
frekuensi pemeriksaan menjadi dua hingga tiga tahun sekali. Namun, wanita dengan tingkat
resiko tinggi (lihat bawah) dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan setahun sekali.
CIN tidak tumbuh pada semua wanita yang pernah terinfeksi HPV, dan tidak semua wanita yang
memiliki CIN terkena kanker serviks. Seperti infeksi pada umumnya, banyak infeksi HPV
sembuh secara otomatis karena sistem kekebalan tubuh.

Akan tetapi, beberapa jenis HPV tertentu dapat tinggal dalam serviks bertahun-tahun lamanya,
mengubah susunan genetik sel serviks, yang mengubahnya menjadi dysplasia (pertumbuhan sel
abnormal). Seiring dengan waktu, bila tidak dilakukan tindakan, dysplasia yang semakin parah
dapat dan akan berkembang menjadi kanker serviks yang bersifat invasif.

CIN tidak menunjukkan gejala apapun. Inilah sebabnya skrining kanker secara rutin merupakan
langkah pengobatan yang tepat, karena bila terdeteksi dini, CIN dapat diobati dengan peluang
kesembuhan total.

Apa yang menjadi penyebab kanker ini, dan siapa yang beresiko terkena
penyakit ini?

Terinfeksi Human Papilloma Viruses (HPV)


merupakan sebab paling umum atau faktor utama terjadinya kanker serviks. Virus-virus ini
ditularkan melalui hubungan seksual, baik oral maupun anal.

Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko terkena kanker serviks. Akan tetapi
wanita dengan partner seks lebih dari satu memiliki resiko yang lebih besar. Wanita yang
melakukan hubungan seks tanpa pelindung sebelum umur 16 tahun memiliki tingkat resiko
tertinggi.

Beberapa vaksinasi telah dikembangkan dan secara efektif membunuh HPV yang menjadi
penyebab dari 70 hingga 85 persen kanker serviks. Vaksin HPV ditujukan untuk anak perempuan
dan wanita dewasa dari usia 9 hingga 26 tahun karena vaksin hanya dapat bekerja sebelum
infeksi terjadi. Akan tetapi, vaksinasi masih dapat dilakukan pada wanita yang belum aktif secara
seksual pada usia dewasa. Mahalnya harga vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan
tetapi, karena vaksin in hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap
harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi.

You may want to talk with your doctor about your own risk factors and the possible benefits and
harms of being screened for lung cancer. Like many other medical decisions, the decision to be
screened is a personal one. Your decision may be easier after learning the pros and cons of
screening.

Bagaimana cara mendiagnosa kanker serviks?

Walaupun Pap Smear


merupakan cara efektif
sebagai tes skrining
kanker serviks,
kepastian diagnosa
kanker serviks atau
diagnosa pra-kanker
memerlukan biopsi dari
serviks. Biopsi
umumnya dilakukan
melalui colposcopy,
inspeksi serviks
melalui pencitraan
yang diperbesar dengan
melarutkan cairan asam
untuk memperjelas sel-
sel abnormal pada
permukaan serviks.
Proses ini memerlukan
waktu 15 menit dan
tanpa menimbulkan
rasa sakit.

Prosedur diagnosa
lanjutan meliputi
prosedur Loop
Electrical Excision
Procedure (LEEP),
cone biopsies dan
punch biposies.

Pengobatan & Peduli

Penentuan Stadium serta Pengobatan Kanker Serviks

The Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) mengklasifikasikan kanker serviks


berdasarkan hasil scan menjadi CIN I hingga III, di mana CIN III merupakan penyebab awal
kanker serviks. Di atas CIN III berarti sel-sel yang ada telah berubah menjadi kanker, dan akan
ditentukan sebagai stadium 0 (dimana kanker masih terisolasi pada area kulit) hingga 4B
(dimana telah terjadi penyebaran pada organ tubuh lain).

Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur bedah konservatif untuk
wanita yang ingin mempertahankan kesuburan mereka, sementara yang lain dianjurkan untuk
mengangkat seluruh organ uterus dan serviks (trachelectomy). Setelah prosedur pembedahan,
umumnya direkomendasikan untuk menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum
melakukan program kehamilan. Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar
getah bening disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan mengangkat beberapa
kelenjar getah bening dari sekitar uterus untuk bahan evaluasi patologi.

Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila kanker telah sepenuhnya
diangkat melalui trachelectomy. Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk tetap melakukan
pencegahan secara aktif dan melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk melakukan skrining Pap
smear.

Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi radikal (pengangkatan
seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah bening. Terapi radiasi dengan atau tanpa
kemoterapi dapat diberikan setelah prosedur pembedahan guna mengurangi resiko kembalinya
kanker. Tumor usia dini berukuran besar dapat diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi
dahulu. Histerektomi dapat dilakukan kemudian untuk mengendalikan kanker secara lokal
dengan lebih baik.

Tumor berstadium lanjut (stadium 2B hingga 4B) harus dirawat dengan terapi kemo-radiasi.

Seberapa besar tingkat keselamatan dari Kanker Serviks?

Dengan pengobatan, tingkat keselamatan 5 tahun untuk kanker serviks pada tahap dini adalah 92
persen, 80 hingga 90 persen untuk kanker stadium 1, dan 50 hingga 65 persen untuk stadium 2.
Hanya 25 hingga 35 persen utuk wanita yang berada pada stadium 3 dan 15 persen untuk mereka
dengan kanker stadium 4, yang berhasil bertahan hidup setelah 5 tahun. Karena itu, skrining dan
deteksi dini untuk kanker serviks sangatlah penting.

Anda mungkin juga menyukai