Anda di halaman 1dari 29

Nama NIM Rombel

: Rizky Ardian : 6411409076 : 06

Mata Kuliah : Epidemiologi Penyakit Non Menular

PENYAKIT KANKER SERVIKS Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antar rahim dan liang senggama.

A. Epidemiologi Kanker Leher Rahim Tubuh manusia terdiri dari sel-sel. Sel-sel membentuk membentuk jaringan. Jaringan- jaringan membentuk organ-organ tubuh. Sel-sel normal tumbuh dan membelah membentuk sel-sel baru ketika tubuh membutuhkan mereka. Ketika sel normal menjadi sel tua atau rusak, mereka mati, dan sel-sel baru menggantikan mereka.

Kadang-kadang, proses ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel tua atau rusak tidak mati seperti seharusnya. Penumpukan sel ekstra sering membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor. Tumor pada leher rahim bisa jinak atau ganas. Tumor yang jinak bukan kanker. Mereka tidak seberbahaya pertumbuhan ganas (kanker). Tumor yang jinak contohnya polip, kista, atau kutil kelamin. Mereka tidak menyerang jaringan sekitar dan jarang menjadi ancaman terhadap kehidupan. Tumor yang ganas contohnya adalah kanker serviks. Ia dapat menyerang jaringan dan organ di dekatnya, dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh, dan kadang-kadang merupakan ancaman terhadap kehidupan. Kanker serviks dimulai dalam sel pada permukaan serviks atau leher rahim. Dengan berjalannya waktu, kanker serviks dapat menyerang lebih jauh ke dalam serviks dan jaringan di dekatnya. Sel-sel kanker dapat menyebar dengan melepaskan diri dari tumor aslinya. Mereka memasuki pembuluh darah atau pembuluh getah bening, yang mempunyai cabang ke seluruh jaringan tubuh. Selsel kanker dapat menempel dan tumbuh pada jaringan lain untuk membentuk tumor baru yang dapat merusak jaringan tersebut. Penyebaran kanker disebut metastasis. Pada umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah kondisi prakanker. Pra-kanker ini timbul ketika serviks terinfeksi oleh HPV (human papillomavirus) ganas selama waktu tertentu. Kebanyakan pra-kanker lenyap dengan sendirinya, tetapi jika ia bertahan dan tidak diobati, ia dapat menjadi kanker. Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus KLR baru di seluruh dunia, 77% berada di Negara sedang berkembang (Sjamsudin,2001). Data Insidensi Rate KLR (Age standardlized cancer incidence rate / ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun (1983-1987)

sebesar 33,2%, Korea selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2%, India dalam kurun waktu 1 tahun (1982) sebesar 41,7%, sedangkan Myanmar dalam kurun waktu tahun (1978-1980) sebesar 31,3% (Sarjadi,1995). Secara Umum di seluruh dunia, baik insiden dan moralitas KLR berada pada urutan kedua setelah kanker payudara, sedangkan pada negara berkembang KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita (Sarjadi, 1995). Di Indonesia, KLR menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Diantara rumor ganas ginekologi sebesar 68,90% , diperkirakan terdapat 200 ribu kasus pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah 100 orang per 100.000
B.

Penyebab dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Leher Rahim Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor risiko

dan predisposisi yang menonjol : 1. Umur Kanker leher rahim sering ditemukan antara umur 30 6 tahun dimana insiden terbanyak pada umur 40 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah berumur 60 tahun (Parson). Sedangkan menurut Bendson, penderita KLR rata-rata dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak pendiri lainnya mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai wanita 30-45 tahun. Periode laten dan fase pra-invasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35% dari KLR terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun. Sedangkan menurut Aziz (1996), umumnya insidens KLR sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menarik dengan cepat dan menetap pada usia 50

tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal, dan puncaknya pada umur 30-34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia 35-55 tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut. 2. Pendidikan Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita yang berpendidikan tinggi (88,9%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Surbakti E (2004) pendidikan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang berpendidikan rendah merupakan faktor risiko yang mengambil terjadinya KLR. 3. Pekerjaan 4. Deteksi Dini 5. Usia Pertama Kawin / Melakukan Hubungan Seksual
6. Sering Ganti Pasangan

Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks. Juga, seorang wanita yang telah berhubungan seks dengan pria yang memiliki banyak pasangan seksual menghadapi resiko lebih tinggi mengalami kanker serviks. Dalam kedua kasus di atas, risiko menderita kanker leher rahim lebih tinggi karena wanita memiliki risiko yang lebih tinggi infeksi HPV.
7. Merokok (Aktif / Pasif) 8. Infeksi HPV (Human Papiloma Virus)

Infeksi HPV yang tidak sembuh bisa menyebabkan kanker serviks pada beberapa

perempuan. HPV adalah penyebab dari hampir semua kanker serviks.

Human Papillomavirus Infeksi HPV sebenarnya hal yang biasa terjadi. Virus ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Kebanyakan orang dewasa telah terinfeksi HPV pada suatu saat dalam kehidupan mereka, tetapi kebanyakan infeksi sembuh dengan sendirinya. Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan perubahan sel di leher rahim. Jika perubahan ini ditemukan lebih awal, kanker serviks dapat dicegah dengan mengangkat atau membunuh sel-sel yang berubah sebelum mereka bisa menjadi sel-sel kanker. Tentang HPV (human papillomavirus): HPV adalah virus yang sangat umum. Ada lebih dari 100 jenis HPV.Beberapa jenis menyebabkan kutil jinak pada jari atau kaki. Lebih dari 30 jenis dapat ditularkan secara seksual. Sekitar 15 jenis menular seksual, yang disebut tipe berisiko tinggi, dapat menyebabkan kanker serviks. Beberapa jenis HPV berisiko tinggi karena sangat terkait dengan kanker, termasuk kanker vulva, leher rahim, dan kanker vagina pada wanita, kanker penis pada pria, dan kanker dubur dan mulut pada pria dan wanita. Jenis risiko tinggi adalah HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33 dan HPV 45. Sekitar dua-pertiga dari semua kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18. Beberapa jenis menular seksual lainnya, yang disebut tipe berisiko rendah, menyebabkan kutil eksternal pada alat kelamin yang bukan kanker.

9. Kontrasepsi Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama (5 tahun atau lebih)

sedikit meningkatkan resiko kanker leher rahim pada wanita dengan infeksi HPV. Namun, risiko menurun dengan cepat ketika wanita berhenti menggunakan pil KB.
10.

Kurangnya Tes Pap Smear secara teratur Kanker leher rahim lebih sering terjadi pada wanita yang tidak menjalani tes Pap seacara teratur. Tes Pap membantu dokter menemukan sel abnormal. Menghapus atau membunuh sel-sel abnormal biasanya mencegah kanker serviks.
11.

Melemahnya sistem kekebalan tubuh Infeksi HIV (virus penyebab AIDS) atau mengkonsumsi obat yang

menekan sistem kekebalan tubuh meningkatkan risiko kanker serviks.


12.

Memiliki banyak anak Penelitian menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak (5 atau

lebih) sedikit meningkatkan resiko kanker leher rahim pada wanita dengan infeksi HPV.
13.

DES (dietilstilbestrol) DES dapat meningkatkan risiko kanker serviks tertentu pada

perempuan yang terkena obat ini sebelum kelahiran. DES diberikan kepada beberapa wanita hamil di Amerika Serikat antara sekitar 1940 dan 1971. (Sekarang obat ini tidak lagi diberikan kepada ibu hamil).
14.

Kemiskinan Banyak wanita yang tidak mampu tidak punya akses ke layanan-

layanan medis yang memadai, misalnya tes Pap Smear. Ketika wanita tersebut menderita pra-kanker serviks, penyakit biasanya tetap tidak terdiagnosa dan tidak diobati sampai penyakit itu berkembang menjadi kanker serviks dan menyebar ke bagian-bagian lain dari tubuh. Wanita yang tidak mampu biasanya kekurangan gizi yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
15.

Kebersihan Beberapa penelitian yang berbeda telah dilakukan pada

adenokarsinoma serviks pada wanita yang terserang HPV. Dari

penelitian- peneritian itu ditemukan bahwa risiko kanker menjadi hampir setengahnya pada wanita yang mandi 6 kali atau lebih seminggu, bila dibandingkan dengan wanita yang mandi hanya 1 sampai 5 kali seminggu. Hasil studi lain menunjukkan bahwa risiko kanker serviks lebih tinggi pada wanita dengan kebersihan yang minim karena mereka lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi HPV abadi jika mereka terkena virus.
16.

Penyakit menular lain Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa orang-orang yang herpes bersama-sama dengan infeksi HPV ternyata

menderita

menggandakan risiko tumbuhnya sel kanker serviks. Studi lain juga mengamati orang yang menderita infeksi HPV dan bakteri klamidia (chlamydia). Dari studi ini ditemukan bahwa risiko tumbuhnya sel kanker meningkat sekitar 80% pada wanita yang menderita dua infeksi tersebut.
17.

Paparan bahan kimia Wanita-wanita yang bekerja di ladang atau pabrik tertentu bisa

terpapar bahan kimia yang bisa meningkatkan risiko mereka terserang kanker serviks. Paparan bahan kimia juga terjadi langsung pada vagina wanita yang menggunakan pembalut dengan bahan kertas daur ulang yang menjalani proses pemutihan. C. Tanda dan Gejala-gejala Kanker serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Itulah mengapa screening atau deteksi dini itu sangat penting. Gejala-gejala kanker ini adalah: ada bercak atau pendarahan setelah hubungan seksual, ada bercak atau pendarahan di luar masa haid, ada bercak atau pendarahan pada masa menopause, mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangakan walaupun sudah

atau

diobati. Jika anda mempunyai gejala-gejala ini, anda sebaiknya pergi ke lab medis, karena semakin awal kanker dideteksi, semakin besar peluangnya disembuhkan. Infeksi atau masalah kesehatan lainnya juga dapat menyebabkan gejala ini. Hanya dokter yang bisa mengatakan dengan pasti. Seorang wanita dengan gejala-gejala tersebut harus memberitahu dokter supaya masalah dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin.

D. Diagnosis dan Deteksi Dini


Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear

Wanita

bisa

mengurangi

risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap (kadang-kadang disebut Pap smear atau smear serviks) adalah suatu tes sederhana yang digunakan untuk mengamati sel- sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra- kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks. Menemukan dan mengobati sel abnormal kebanyakan dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Juga, tes Pap dapat membantu menemukan kanker lebih dini, ketika pengobatan masih bisa dilakukan dengan cukup efektif.

Agar Tes Pap Smear Akurat: Jangan menjadwalkan tes di waktu haid Jangan melakukan hubungan seksual selama 48 jam sebelum tes. Jangan melakukan 'douche' (menyemprotkan air ke dalam vagina untuk keperluan pembersihan) 48 jam sebelum tes. Jangan menggunakan pembalut, busa pengendalian kelahiran, jeli, obat-obatan vagina atau krim vagina lainnya selama 48 jam sebelum tes.

Bagi kebanyakan wanita, tes Pap tidak menyakitkan. Tes ini bisa dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik selama pemeriksaan panggul. Dokter atau perawat mengambil sampel sel dari leher rahim. Laboratorium kemudian memeriksa sel-sel di bawah mikroskop untuk melihat apakah ada perubahan sel. Yang paling sering terjadi adalah, sel- sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV. Tes IVA IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter anda akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis. Yaitu, Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik.

Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal. Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan serviks.

LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret. Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel

abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total. Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit anda.

Tes Untuk Menentukan Stadium Jika tes biopsi menunjukkan bahwa anda terserang kanker, dokter anda perlu mempelajari tingkatan / stadium dari penyakit ini untuk membantu anda memilih perawatan yang terbaik. Penetapan stadium merupakan upaya hatihati untuk mengetahui apakah tumor telah menyerang jaringan di sekitarnya, apakah kanker telah menyebar dan, jika demikian, menyebar ke bagian tubuh yang mana. Kanker serviks paling sering menyebar ke jaringan terdekat di panggul, kelenjar getah bening, atau paru-paru. Kanker ini juga bisa menyebar ke hati atau tulang. Ketika kanker menyebar dari tempat asalnya ke bagian lain tubuh, kanker tersebut tetap mempunyai jenis yang sama seperti sel-sel kanker yang asli. Sebagai contoh, jika kanker serviks menyebar ke paru-paru, sel-sel kanker di paru-paru itu sebenarnya sel-sel kanker serviks/leher rahim. Penyakitnya adalah kanker serviks metastasis, bukan kanker paru- paru. Untuk alasan itu, penyakit itu diobati sebagai kanker serviks/leher rahim, bukan kanker paru-paru. Dokter menyebutnya tumor baru "jauh" atau penyakit metastasis. Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul, meraba pembengkakan

kelenjar getah bening, dan dapat menghapus jaringan tambahan. Untuk mempelajari sejauh mana kanker telah menyebar, dokter akan melakukan beberapa tes berikut:

Sinar X dada: sinar X sering bisa menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke paru-paru. CT scan: Sebuah mesin x-ray yang dihubungkan ke komputer mengambil serangkaian gambar detil dari organ-organ anda. Sebuah tumor di hati, paru-paru, atau di tempat lain dalam tubuh dapat terlihat pada CT scan. Anda mungkin menerima bahan kontras melalui suntikan di lengan atau tangan, melalui mulut, atau dengan enema. Bahan kontras membuat daerah abnormal lebih mudah untuk dilihat.

MRI: Sebuah magnet kuat yang dihubungkan ke komputer digunakan untuk membuat gambar rinci panggul dan perut. Dokter dapat melihat gambar di monitor dan dapat mencetak mereka pada film. MRI dapat menunjukkan apakah kanker telah menyebar. Kadang-kadang bahan

kontras membuat daerah abnormal muncul lebih jelas pada gambar.

PET scan: Anda menerima suntikan dari sejumlah kecil gula radioaktif. Sebuah mesin membuat gambar terkomputerisasi gula yang digunakan oleh sel dalam tubuh anda. Sel-sel kanker menyerap gula lebih cepat dari sel normal, dan area kanker terlihat terang pada gambar.

Stadium Kanker Serviks


Stadium 0
Stadium ini disebut juga Carsinoma-in-situ yang berarti kanker yang

berada di tempatnya, belum menyerang bagian lain. Pada stadium ini, perubahan sel yang tidak wajar hanya ditemukan pada permukaan serviks. Ini termasuk kondisi pra-kanker yang bisa diobati dengan tingkat kesembuhan mendekati 100%. Tetapi kalau dibiarkan, pada beberapa wanita pra-kanker ini bisa berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun. Carsinoma-in-situ dapat ditemukan melalui tes pap smear, dan disembuhkan dengan mengambil daerah permukaan serviks yang sel-selnya mengalami perubahan tidak wajar tersebut.

Stadium 1 Stadium 1 berarti bahwa kanker baru berada di leher rahim. Stadium ini dibagi menjadi Stadium 1A Stadium 1B Stadium 1A1 dan Stadium 1A2 Stadium 1B1 dan Stadium 1B2

Saat ini, stadium 1A dan 1B keduanya juga dibagi menjadi dua bagian lagi:

Pada stadium 1A, pertumbuhannya begitu kecil sehingga kanker hanya bisa dilihat dengan sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada Stadium 1A1, kanker telah tunbuh kurang dari 3 mm ke dalam jaringan serviks, dan lebarnya kurang dari 7 mm. Pada Stadium 1A2, kanker telah tumbuh antara 3 sampai 5 mm ke dalam jaringan-jaringan serviks, tetapi lebarnya masih kurang dari 7 mm.

1B, area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada dalam jaringan serviks dan biasanya masih belum menyebar. Kanker ini biasanya bisa dilihat tanpa menggunakan mikroskop, tetapi tidak selalu demikian. Pada Stadium 1B1, kanker tidak lebih besar dari 4 cm. Pada Stadium 1B2, kanker lebih besar dari 4 cm (ukuran horizontal).

Pada Stadium

Stadium 2 Pada Stadium 2, kanker mulai menyebar keluar dari leher rahim menuju ke jaringan- jaringan di sekitarnya. Tetapi kanker masih belum tumbuh ke dalam otot-otot atau ligamen dinding panggul, atau menuju ke vagina bagian bawah. Stadium 2 dibagi menjadi Stadium 2A Stadium 2B

Pada Stadium 2A kanker telah menyebar ke vagina bagian atas.

Stadium 2A dibagi lagi menjadi Stadium 2A1 Stadium 2A2

Pada Stadium 2A1 kanker berukuran 4 cm atau kurang. Pada Stadium 2A2 kanker bukuran lebih dari 4 cm. Pada Stadium 2B ada penyebaran ke dalam jaringan di sekitar serviks.

Kanker serviks Stadium 2A dapat diobati dengan pembedahan atau radioterapi, atau keduanya. Kanker serviks Stadium 2B biasanya diobati dengan gabungan radioterapi dan kemoterapi. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan kombinasi ini dapat meningkatkan tingkat kesembuhan kanker serviks Stadium 2.

Stadium 3 Pada Stadium 3, kanker serviks telah menyebar jauh dari serviks menuju ke dalam struktur di sekitar daerah panggul. Kanker mungkin telah tumbuh ke dalam vagina bagian bawah dan otot-otot serta ligamen yang melapisi dinding panggul. Dan kemungkinan juga kanker telang tumbuh memblokir saluran kencing. Stadium ini dibagi menjadi

Stadium 3A Stadium 3B

Pada Stadium 3A, kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah dari vagina tetapi masih belum ke dinding panggul.

Pada Stadium 3B kanker telah tumbuh menuju dinding panggul atau memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal.

Stadium ini biasanya diobati dengan radioterapi dan kemoterapi. Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan gabungan ini dapat meningkatkan prosentasi kesembuhan kanker serviks Stadium 3. Stadium 4 Kanker serviks Stadium 4 adalah kanker yang paling parah. Kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini dibagi menjadi Stadium 4A Stadium 4B

Pada Stadium 4A , kanker telah menyebar ke organ-organ seperti kandung kemih dan dubur.

Pada Stadium 4B, kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh yang sangat jauh, misalnya paru-paru.

Pada stadium ini kanker diobati dengan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi atau kombinasi dari ketiganya.

E. Pengobatan Pengobatan Lesi Pra-kanker


Pengobatan Lesi (luka) pra-kanker, sebuah kondisi yang juga dikenal sebagai dysplasia atau CIN (cervical intraepithelial noeplasia), bisa dilakukan dalam bentuk diatermi, terapi krio, dan laser. Pengobatan ini sangat sederhana dan relatif murah, bisa dikerjakan di poliklinik tanpa pembiusan. Tingkat keberhasilan pengobatan ini mendekati 100%! Oleh karena itu, sangat disarankan kepada semua wanita dewasa yang sudah pernah berhubungan seksual, untuk secara memeriksakan diri dengan tes-tes yang sudah diuraikan di atas, walaupun saat ini merasa sehat-sehat saja dan tidak mempunyai gejala- gejala kanker serviks yang sudah dijelaskan sebelumnya. Gejala-gejala tersebut biasanya muncul ketika kanker sudah

memasuki stadium yang sudah parah.

Pengobatan Kanker
Tidak seperti pengobatan lesi pra-kanker, pengobatan kanker membutuhkan biaya yang lebih mahal dan proses yang lebih rumit. Keberhasilan pengobatan tergantung pada stadium kanker yang diderita. Pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau kombinasi metode-metode di atas. Dokter anda dapat menjelaskan pilihan-pilihan cara pengobatan di atas, hasil yang diharapkan dari masing-masing cara pengobatan, dan efek samping yang mungkin timbul. Anda dan dokter anda dapat bekerja sama untuk membuat rencana pengobatan yang memenuhi kebutuhan medis dan pribadi anda. Dokter mungkin akan mengarahkan anda ke dokter spesialis, atau anda dapat meminta rujukan. Anda mungkin ingin menemui ahli onkologi ginekologi, seorang ahli bedah yang mengkhususkan diri dalam mengobati kanker perempuan. Spesialis lain yang mengobati kanker serviks termasuk ginekolog, ahli onkologi medis, dan onkologi radiasi. Tim perawatan kesehatan anda juga bisa mencakup perawat onkologi dan ahli diet terdaftar. Sebelum perawatan dimulai, tanyakan kepada tim kesehatan anda

tentang kemungkinan efek samping dan apakah pengobatan itu dapat mempengaruhi aktivitas normal anda. Pengobatan kanker sering merusak selsel sehat dan jaringan. Itu adalah efek samping yang umum. Efek samping mungkin tidak sama untuk setiap orang, dan dapat berubah dari satu sesi pengobatan ke sesi pengobatan yang berikutnya.

Pada setiap tahap penyakit, perawatan dukungan tersedia untuk meringankan efek samping dari pengobatan, untuk mengendalikan gejala nyeri dan lainnya, dan untuk membantu anda mengatasi perasaan-perasaan khawatir yang diakibatkan oleh diagnosis kanker tersebut. Berikut ini adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang bisa Anda tanyakan kepada dokter sebelum pengobatan dimulai:

Operasi/Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk wanita dengan kanker leher rahim Stadium 1 atau 2. Dokter bedah mengangkat jaringan yang mungkin mengandung sel-sel kanker: Trakelektomi radikal (radical trachelectomy) : Dokter bedah mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk wanita dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.

Histerektomi Total: Dokter bedah mengangkat leher rahim dan rahim.

Histerektomi Radikal: Dokter bedah mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim, dan bagian dari vagina.

Histerectomy total dan radikal

Dengan histerektomi total maupun radikal, ahli bedah dapat mengangkat jaringan lainnya: Saluran telur dan ovarium: Dokter bedah dapat mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut salpingoooforektomi. Kelenjar getah bening: Ahli bedah dapat mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah mereka mengandung kanker. Jika sel kanker telah mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Waktu yang diperlukan untuk sembuh setelah operasi berbeda untuk setiap wanita. Anda mungkin mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan selama beberapa hari pertama. Obat dapat membantu mengontrol rasa sakit anda. Sebelum operasi, anda sebaiknya membicarakan rencana untuk menghilangkan rasa sakit dengan dokter atau perawat anda. Setelah operasi, dokter anda dapat menyesuaikan rencana jika anda membutuhkan pengendali

rasa sakit yang lebih banyak. Setelah menjalani trakelektomi radikal, beberapa wanita memiliki masalah kandung kemih selama beberapa hari. Tinggal rumah sakit biasanya sekitar 2 sampai 5 hari. Setelah menjalani histerektomi, lama tinggal pasien di rumah sakit berkisar dari beberapa hari sampai seminggu. Merasa lelah atau lemah untuk sementara waktu adalah hal yang biasa. Anda mungkin memiliki masalah dengan mual dan muntah, dan anda mungkin memiliki masalah kandung kemih dan usus. Dokter mungkin memperbolehkan anda makan makanan cairan pada awalnya, lalu kembali secara bertahap ke makanan padat. Kebanyakan wanita kembali ke kegiatan normal mereka dalam waktu 4 sampai 8 minggu setelah operasi. Setelah histerektomi, wanita tidak lagi memiliki periode menstruasi. Mereka tidak bisa hamil. Ketika indung telur diangkat, menopause terjadi sekaligus. Sensasi panas yang mendadak (hot flashes) dan gejala lain dari menopause yang disebabkan oleh operasi mungkin lebih parah daripada yang disebabkan oleh menopause alami. Anda bisa membicarakan hal ini dengan dokter anda sebelum operasi. Beberapa obat telah terbukti membantu mengatasi gejala-gejala ini, dan mungkin akan lebih efektif jika dimulai diberikan sebelum operasi. Untuk beberapa wanita, histerektomi bisa mempengaruhi keintiman seksual. Anda mungkin memiliki perasaan kehilangan yang membuat keintiman menjadi sulit. Berbagi perasaan dengan pasangan anda dapat membantu. Kadang-kadang pasangan berbicara dengan seorang konselor untuk membantu mereka mengungkapkan keprihatinan mereka.

Terapi Radiasi (Radioterapi)


Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) adalah salah satu pilihan bagi wanita yang menderita kanker leher rahim dengan stadium berapa pun. Wanita dengan kanker leher rahim tahap awal dapat memilih terapi radiasi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk

menghancurkan sel-sel kanker apapun yang masih menetap di daerah tersebut. Wanita dengan kanker yang menyerang bagian-bagian selain leher rahim mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi. Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh selsel kanker. Terapi ini hanya mempengaruhi sel-sel di daerah yang diobati.Dokter menggunakan dua jenis terapi radiasi untuk mengobati kanker leher rahim/serviks. Beberapa wanita menerima kedua jenis terapi ini: Terapi radiasi eksternal: Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya diberikan di rumah sakit atau klinik. Anda mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa menit.

Terapi radiasi internal: Sebuah tabung tipis ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat radioaktif dimasukkan ke dalam tabung tersebut. Anda mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari). Atau bisa juga sesi pengobatan berlangsung beberapa menit, dan anda bisa pulang setelahnya. Setelah zat radioaktif diangkat, radioaktivitas tidak ada yang tersisa dalam tubuh anda. radiasi internal ini dapat diulang dua kali atau lebih selama

beberapa minggu. Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang diterapi. Radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah kencing. Anda mungkin kehilangan rambut di daerah genital anda. Selain itu, kulit anda di daerah yang dirawat dapat menjadi merah, kering, dan tender. Kemungkinan mengalami kekeringan, gatal, atau panas di vagina. Dokter mungkin menyarankan anda untuk menunda hubungan seks sampai beberapa minggu setelah pengobatan radiasi berakhir. Kemungkinan besar anda menjadi lelah selama terapi radiasi ini, terutama di minggu- minggu terakhir terapi. Istirahat itu penting, tetapi dokter biasanya menyarankan pasien menjalankan kegiatan-kegiatan yang seaktif mungkin. Efek-efek samping terapi radiasi walaupun sangat sangat mengganggu, biasanya dapat diobati atau dikendalikan. Bicarakanlah dengan dokter atau perawat tentang cara-cara untuk meringankan ketidaknyamanan yang terjadi. Perlu diketahui bahwa kebanyakan efek-efek samping akan hilang setelah terapi berakhir. Namun, anda bisa mendiskusikan dengan dokter anda tentang efek samping terapi radiasi paling lama yang mungkin terjadi. Sebagai contoh, radiasi dapat membuat vagina menyempit. Vagina yang menyempit dapat membuat hubungan seks atau pemeriksaan lanjutan menjadi sulit. Ada cara-cara untuk mencegah masalah ini. Jika hal itu terjadi, tim perawatan kesehatan anda dapat memberitahu anda tentang cara-cara untuk memperlebar vagina kembali. Efek jangka panjang yang lain adalah bahwa radiasi yang ditujukan pada daerah panggul dapat membahayakan indung telur. Masa haid biasanya berhenti, dan wanita mungkin merasakan sensasi panas yang mendadak (hot flashes) dan kekeringan vagina. Haid kemungkinan besar terjadi lagi bagi perempuan muda. Wanita yang ingin hamil setelah terapi radiasi harus menanyakan kepada tim kesehatan mereka tentang cara-cara untuk mempertahanlan indung telur mereka sebelum terapi dimulai.

Kemoterapi
Untuk mengobati kanker serviks, kemoterapi biasanya dikombinasikan dengan terapi radiasi. Untuk kanker yang telah menyebar ke organ-organ yang jauh, kemoterapi saja dapat digunakan. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker serviks biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Anda bisa menjalani kemoterapi di klinik, di kantor dokter, atau di rumah. Beberapa wanita harus tinggal di rumah sakit selama pengobatan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak. Kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, tetapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu: Sel darah: Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah yang sehat, anda akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah. Tim perawatan kesehatan anda akan memeriksa jumlah sel darah anda. Jika jumlahnya rendah, tim perawatan kesehatan anda akan menghentikan kemoterapi untuk sementara waktu atau mengurangi dosis obat. Ada juga obat yang dapat membantu tubuh anda membuat sel-sel darah baru. Sel-sel pada akar rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok.Rambut anda yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna dan tekstur. Sel yang melapisi saluran pencernaan: Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir. Tim perawatan kesehatan anda dapat memberi obat dan menyarankan cara-cara lain untuk menangani masalah ini.

Sumber:
American Cancer Society (http://www.cancer.org ) Aziz, F.M., 2001. Masalah Pada Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran No. 133. Jakarta CancerHelp UK (www.cancerhelp.org.uk) DepKes RI.2009. Buku Saku : Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. KMK No. 796 tentang Kanker Rahim Sarjadi., 1995. Patologi Ginekologi. Penerbit Hipokrates, Jakarta. Cetakan II. Sjamsuddin, S., 2001. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran No. 133, Jakarta. WHO (http://www.who.int)

Anda mungkin juga menyukai