Anda di halaman 1dari 18

KANKER SERVIKS

Mata Kuliah “Pendidikan Dan Promosi Kesehatan”

Dosen Pengampu :
Hana Nafiah, M.M.R

Disusun Oleh :
Nama : Citra Amalia Safitri
Nim : 202102030077
Kelas : 2A

PROGRAM STUDI SRJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kanker serviks telah menjadi masalah besar pada
kesehatan perempuan karena selain menimbulkan kesakitan
juga mengakibatkan banyak kematian. Data yang
dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 terdapat 98.692 penderita kanker serviks di
Indonesia. Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker
serviks diduga disebabkan keterlambatan dalam penanganan.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun
2012, diperkirakan terdapat 530. 000 kasus baru kanker
serviks di seluruh dunia. Lebih dari 270.000 orang
perempuan meninggal setiap tahun akibat penyakit ini, dan
lebih dari 85% dari angka kematian ini terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk
Indonesia.
Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 terdapat 98.692 penderita kanker
serviks di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015). Pusat data dan informasi ini juga
menunjukkan peningkatan jumlah kematian akibat kanker
serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2011
hingga tahun 2013. Pada tahun 2011 terjadi 35 kematian,
tahun 2012 terjadi 42 kematian dan tahun 2013 terjadi 65.
Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker serviks
diduga disebabkan keterlambatan dalam penanganan.
Purwoto dan Nurrana mengatakan bahwa lebih dari 70
persen penderita kanker serviks yang datang berobat ke
rumah sakit sudah pada stadium lanjut, yaitu stadium II dan
III. Terjadinya kanker serviks sering dikaitkan dengan
Human Papilloma Virus (HPV). Menurut Fitzgerald5, lebih
dari 99% kanker serviks mengandung HPV. Infeksi dalam
waktu yang lama dari jenis tertentu HPV dapat menyebabkan
kanker serviks. Aziz mengatakan bahwa infeksi HPV sering
terdapat pada perempuan yang telah aktif secara seksual.

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya Pencegahan Kanker serviks di
Dusun Melati untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan dan akibat kanker serviks di
Indonesia.

2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya surveilans dan monitoring kanker
serviks
b. Terselenggaranya pengendalian factor resiko kanker
serviks
c. Terselenggaranya deteksi dini dan tatalaksana kanker
serviks
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kanker Serviks


Kanker serviks adalah penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan penyebaran sel
yang abnormal (Herlana et al., 2017).
Kanker leher Rahim atau lebih dikenal dengan kanker
serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Secara
global terdapat 600.000 kasus baru dan 300.000 kematian
setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara
berkembang. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher
rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada
perempuan di dunia dan menempati urutan pertama di negara
berkembang (Nurlelawati et al., 2018).
Kanker serviks termasuk masalah kesehatan yang sangat
serius dan menjadi perhatian dunia. Setiap tahun, lebih dari
300.000 wanita meninggal dunia. Lebih dari setengah juta
wanita di diagnosis dan tiap menit seorang wanita di
diagnosis. Kanker ini menempati urutan keempat yang
paling banyak diderita wanita di dunia.

B. Faktor Risiko Kanker serviks


Kankerr serviks pada diri seorang wanita tidak muncul
secara tiba-tiba tetapi merupakan akumulasi dari berbagai
faktor risiko. Karena itu, kenali dan pahami berbagai faktor
risiko penyebab kanker serviks dibawah ini.
 Inveksi HPV (Human Papilia Virus)
Faktor risiko utama kanker serviks adalah infeksi
HPV atau Human Papilloma Virus. Virus ini masuk ke
dalam tubuh melalui permukaan kulit, alat kelamin,
mulut, dan tenggorokan. Terdapat hamper 100 tipe HPV.
Inifeksi HPV biasanya terlihat dalam bentuk kutil
(papilloma). Tipe HPV yang menyebabkan kutil di tangan
dan kaki berbeda dengan tipe kutil di mulut, lidah, alat
kelamin ataupun anus.
Tipe HPV yang sering menimbulkan kutil dialat
kelamin (condyloma acuminate) adalah HPV 6 dan HPV
11. Meskipun mengakibatkan penyakit infeksi kelamin,
tetapi keduanya berisiko rendah untuk menjadi kanker.
Tipe HPV yang termasuk berisiko tinggi menjadi kanker
di antaranya HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, dan
HPV 45. Dua pertiga penyebab kanker serviks adalah
infeksi HPV 16 dan 18. Selain kanker serviks, virus HPV
juga dapat menyebabkan kanker vulva (bibir kemaluan)
dan vagina; kanker penis; serta kanker mulut pada wanita
dan pria.
Infeksi HPV memang dapat disembuhkan. Namun,
ada juga yang akhirnya berubah menjadi kronis. Infeksi
kronis inilah yang berisiko tinggi berubah menjadi
kanker. HPV biasanya menular melalui kontak langsung
dengan organ yang terinfeksi HPV, seperti mulut, anus,
ataupun alat kelamin.

 Riwayat Kanker Serviks dalam Keluarga


Adanya anggota keluarga (ibu atau saudara
perempuan) yang pernah menderita kanker serviks
membuat seseorang memiliki risiko kanker serviks lebih
besar 2-3 kali dibandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat kanker serviks di keluarganya. Hal
ini disebabkan adanya kondisi kekurangmampuan
melawan infeksi HPV yang diturunkan secara genetik.

 Kebiasaan Merokok
Wanita yang memiliki kebiasaan merokok berisiko
2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang bukan perokok. Risiko menderita
kanker serviks meningkat dengan peningkatan jumlah
batang rokok yang dikonsumsi, tetapi tidak berhubungan
dengan lamanya merokok.

 Imunosupresi
Faktor risiko lainnya adalah kondisi imunosupresi
atau menurunnya daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
berperan penting dalam proses penghancuran sel-sel
kanker serta menghambat pertumbuhan dan
penyebarannya. Salah satu keadaan imunosupresi bisa
ditemui pada penderita AIDS, Virus HIV pada penderita
AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang,
sehingga wanita yang menderita AIDS memiliki risiko
tinggi terkena infeksi HPV yang berkembang menjadi
kanker serviks. Pada wanita penderita AIDS,
perkembangan sel pra-kanker menjadi kanker yang
biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, dapat terjadi
lebih cepat karena imunosupresi.

 Infeksi Chlamidia
Chlamidia adalah salah satu kuman yang dapat
menyebab kan infeksi pada organ reproduksi. Kuman ini
menyebar melalui kontak seksual. Wanita yang terinfeksi
chlamidia sering mengeluhkan adanya nyeri di daerah
panggul. Namun, banyak juga yang tidak mengalami
keluhan. (asimtomatik). Beberapa penelitian
menyebutkan adanya risiko kanker serviks yang lebih
tinggi pada wanita yang di dalam darahnya ditemukan
infeksi chlamidia.

 Diet
Pola makan atau diet seseorang juga berpengaruh
terhadap risiko kanker serviks. Wanita yang jarang
mengonsumsi buah dan sayur berisiko lebih tinggi
menderita kanker serviks. Begitu juga dengan wanita
yang mengalami obesitas atau kegemukan lebih
cenderung terkena adenokarsinoma serviks.

 Penggunaan Kontrasepsi Hormonal


Penggunaan kontrasepsi hormonal dalam waktu
lama meningkatkan risiko menderita kanker serviks.
Penggunaan selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko
hingga dua kali. Wanita yang berencana menggunakan
alat kontrasepsi hendaknya berdiskusi dengan tenaga
kesehatan sebelum memutuskan suatu metode
kontrasepsi, terutama bagi wanita yang sudah berisiko
tinggi menderita kanker serviks. Berbeda dengan
kontrasepsi hormonal, penggunaan kontrasepsi IUD dapat
menurunkan risiko kanker serviks juga risiko kanker
endometrium rahim.

 Kehamilan Multipel atau Lebih dari Tiga Kali


Wanita yang pernah hamil selama 9 bulan sebanyak
tiga kali atau lebih berisiko terkena kanker serviks lebih
tinggi. Belum diketahui pasti penyebabnya. Namun, ada
beberapa dugaan kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan
hormonal selama kehamilan yang berpotensi membuat
wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV. Menurunnya
daya tahan tubuh selama kehamilan juga memungkinkan
adanya infeksi HPV dan pertumbuhan kanker.

 Usia Saat Pertama Hamil atau Melakukan Hubungan


Seksual
Usia seseorang ketika hamil pertama atau pertama
kali berhubungan seksual berpengaruh terhadap kejadian
kanker serviks. Semakin muda usia pada saat hamil
pertama atau melakukan hubungan seksual, risiko terkena
kanker serviks semakin meningkat. Wanita yang berusia
17 tahun atau kurang pada saat pertama hamil memiliki
risiko menderita kanker serviks dua kali lipat
dibandingkan dengan wanita yang hamil pertama kali
pada usia 25 tahun atau lebih.
 Kemiskinan
Kemiskinan bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena kanker serviks. Kemiskinan memang bukan
merupakan faktor langsung. Namun, kenyataan
memperlihatkan bahwa seorang wanita yang
berpendapatan rendah akan lebih sedikit memiliki akses
pengetahuan tentang kanker serviks. Begitu pun
kesempatan dia untuk melakukan tes pap smear sangat
sedikit karena keterbatasan biaya. Mereka juga terpapar
pada kondisi sanitasi yang kurang baik. e
furthertsgrenevoi.

 Diethylstilbestrol (DES) and idluste har


Penggunaan hormon DES pada wanita hamil pada
tahun 1940-1971 meningkatkan risiko anak perempuan
yang dikandungnya menderita skuamos sel karsinoma
serviks atau adenokarsinoma serviks atau vagina. Odbo.

 Penyakit Menular Seksual


Sering berganti-ganti pasangan seksual dan jenis
kegiatan seksual (anal atau oral seks) juga meningkatkan
risiko menderita kanker serviks.

C. Gejala kanker serviks


Kanker serviks sering kali dideteksi setelah kondisinya
cukup parah. Wanita yang memiliki lesi pra-kanker atau
kanker serviks stadium awal, pada umumnya tidak
merasakan adanya keluhan. Keluhan biasanya mulai timbul
ketika kanker sudah mulai bersifat invasif dan menyerang
organ atau jaringan tubuh lain di sekitarnya.
Berikut beberapa gejala yang sering dikeluhkan penderita
kanker.
 Perdarahan Abnormal
Perdarahan abnormal dapat terjadi antara lain setelah
berhubungan seksual, perdarahan setelah menopause,
perdarahan atau flek-flek (spotting) di antara waktu
menstruasi, ataupun perdarahan menstruasi lebih lama dari
biasanya.
 Keputihan Abnormal dari Vagina
Keputihan kadang bercampur darah. Keputihan dapat
terjadi di antara periode menstruasi atau setelah menopause.
 Nyeri Saat Berhubungan Seksual Hubungan seksual yang
menyebabkan nyeri di pihak perempuan perlu dicurigai
sebagai gejala kanker serviks.

Ketiga keluhan di atas dapat juga dialami meskipun tidak


menderita kanker serviks. Sebagai pencegahan, segera
periksakan diri jika terjadi gejala di atas. Melakukan pap
smear setiap tahun secara rutin akan lebih baik lagi sebagai
tindakan untuk mendeteksi kanker serviks lebih dini.

D. Stadium Kanker Servik


 Stadium Pra-Kanker
Untuk menentukan stadium kanker serviks dibutuhkan
pemeriksaan ginekologi. Pemeriksaan meliputi inspeksi
(melihat), palpasi (perabaan). histeroskopi, sistoskopi,
proktoskopi, pielografi intravena, foto rontgen thorax
(dada), foto tulang, pemeriksaan radiologi CT scan, dan
ultrasonografi.
 Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO 2000
 Stadium 0 : Lesi (luka atau jaringan abnormal) pada
permukaan serviks, belum menembus jaringan di
bawahnya (karsinoma insitu-CIS).
 Stadium I: Lesi tumor masih terbatas di serviks.
Stadium dibagi menjadi empat kriteria sebagai
berikut.
o IA : Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5
mm dengan lebar tidak lebih dari 7 mm
o IA1 : Lesi menembus membran basal < 3 mm
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm.
o IA2 : Lesi menembus membran basal 3-5 mm
dengan diameter permukaan < 7 mm.
o IB : Lesi terbatas di serviks atau secara
mikroskopis lebih dari IA
o IB1 : Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi
primer < 4 cm.
o IB2 : Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi
primer > 4 cm.
 Stadium II : Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke
parametrium dan sepertiga atas vagina). Stadium Il
dibagi menjadi dua kriteria sebagai berikut.
o ΠΑ : Lesi telah meluas ke sepertiga atas vagina,
tetapi belum mencapai parametrium.
o IIB : Lesi telah mencapai parametrium, tetapi
belum mencapai dinding panggul.
 Stadium IV : Lesi menyebar keluar dari organ
genitalia. Stadiun IV dibagi menjadi dua kriteria
sebagai berikut
o IVA : Lesi meluas keluar rongga panggul dan a
menyebar ke mukosa kandung kemih.
o IVB : Lesi meluas ke mukosa rektum dan atau
meluas ke organ jauh

E. Deteksi Kanker Serviks


a. Diagnosis Kanker Serviks Pemeriksaan paling akurat
untuk menentukan apakah seorang wanita terkena kanker
serviks adalah pap smear. Metode skrining kanker serviks
ini juga merupakan metode yang paling umum dan
diketahui oleh masyarakat. Namun, untuk mendapatkan
diagnosis yang lebih baik, diperlukan pemeriksaan
kombinasi antara pap smear, kolposkopi, dan biopsi.
1. Pap Smear
Pap smear adalah sebuah metode pemeriksaan
cairan lendir serviks. Dengan menggunakan spatula
atau semacam sikat, dinding sel endoserviks dan
eksoserviks diambil untuk kemudian dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop. Pada saat ini
terdapat 2 metode pemeriksaan sel serviks yaitu
pemeriksaan pap smear konvensional dan liqiud-base.
Pada pemeriksaan konvensional, lendir serviks
dioleskan di atas kaca objek, kemudian diperiksa di
bawah mikroskop. Pemeriksaan ini sudah dipakai lebih
dari 50 tahun dan biayanya cukup murah.
Kelemahannya, kadang-kadang hasil pengolesan lendir
pada kaca kurang merata sehingga menimbulkan bias
pada pemeriksaan mikroskop. Keterlambatan
pemberian pengawet pada kaca objek juga akan
menimbulkan kerusakan pada sel yang akan diperiksa.
Beberapa kelemahan ini kadang kadang mengakibatkan
pengulangan pengambilan sampel lendir.
Metode yang kedua, pap smear liquid base, yaitu
cara pengambilan sampel lendir menggunakan alat
yang menyerupai sikat. Sikat yang mengandung lendir
serviks.
kemudian dimasukkan ke dalam cairan khusus. Di
laboratorium, dengan menggunakan alat khusus, cairan
yang telah bercampur dengan lendir serviks diperiksa
di bawah mikroskop. Metode ini meminimalkan
kerusakan sel yang diambil, serta dapat menyingkirkan
sel jamur, darah, dan unsur lainnya yang ikut terambil
ke dalam sampel. Biaya pemeriksaan metode pap
Ismear ini cukup mahal, sehingga lebih jarang
digunakan dibandingkan dengan yang konvensional.
Jika hasil pap smear menunjukkan adanya kelainan,
maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memeriksa penyebab kelainan tersebut. Hasil
pemeriksaan pap smear (dilihat di bawah mikroskop),
dilaporkan dengan menggunakan sistem WHO ataupun
Bethesda. Hasil yang ditampilkan dengan dua sistem
ini berbeda, seperti yang dilihat pada tabel berikut.

Sistem WHO Sistem Bethesda


Normal Sel dengan perubahan
dalam batas normal
Atipik ASCUS, ASGUS/AGUS
Displasia ringan Lesi Intraepitel derajat
rendah (LGSIL)
Displasia sedang Lesi Intraepitel derajat
sedang (HGSIL)
Displasia berat Lesi Intraepitel derajat
berat (HGSIL)
Karsinoma insitu
Karsinoma sel skuamosa Karsinoma sel skuamosa
Adenokarsinoma Adenokarsinoma

2. Kolposkopi
Kolposkopi dilakukan apabila ditemukan kelainan
pada pap smear atau pada wanita yang mengeluhkan
gejala yang mengarah ke kanker atau keganasan.
Kelainan pada pap smear dapat berupa LGSIL
persisten, HGSIL, displasia sedang dan berat, dan
karsinoma insitu. Kolposkopi dilakukan dengan cara
berbaring di meja ginekologi. Spekulum diletakkan ke
dalam vagina untuk membantu pemeriksa melihat
serviks lebih jelas.
Selanjutnya vagina akan diperiksa menggunakan
alat kolposkop yang mempunyai lensa pembesar untuk
melihat permukaan serviks lebih dekat dan jelas. Pada
permukaan serviks dioleskan asam cuka untuk
membantu mempermudah menunjukkkan daerah yang
abnormal.
Apabila ditemukan daerah abnormal, maka
dilakukan biopsy, yaitu mengambil jaringan abnormal
tersebut untuk kemudian dilakukan pemeriksaan di
bawah mikroskop. Dari pemeriksaan mikroskop ini
nantinya dapat disimpulkan apakah kelainan tersebut
termasuk pra-kanker, kanker, atau bukan keduanya.

F. Pencegahan kanker serviks


1. Menghindari Kontak dengan HPV
 HPV merupakan penyebab utama terjadinya pra-kanker
maupun kanker serviks. Pencegahan utama kanker
serviks adalah menghindari kontak dengan HPV.
Hindari kegiatan seksual yang berisiko tinggi, seperti
berganti ganti pasangan seksual, melakukan hubungan
seksual pada usia yang sangat muda, atau melakukan
kegiatan seksual yang menyimpang (oral atau anal
seks).
 Tidak berhubungan seksual dengan pria yang belum
disirkumsisi (sunat). Sirkumsisi pada pria dapat
mengurangi risiko terinfeksi HPV, karena diduga kulit
penutup glans penis lebih rentan terinfeksi HPV. Saat
disirkumsisi, bagian kulit tersebut dibuang. Sisa kulit
yang tertinggal di penis akan mengalami perubahan
yang membuat penis lebih kebal terhadap infeksi HPV.
 Penggunaan kondom saat berhubungan seksual juga
dapat mengurangi risiko kanker serviks. HPV tidak
dapat melewati karet kondom sehingga mengurangi
kontak dengan HPV. Selain HPV, kondom juga dapat
menurunkan risiko AIDS yang disebabkan oleh HIV.
2. Hindari Merokok
Sangatlah bijaksana jika seorang wanita
menghindari rokok. Pasalnya, banyak bahaya yang
ditimbulkan dari rokok. Salah satunya adalah terkena
kanker serviks. Rokok mengandung zat tar yang mampu
merangsang pertumbuhan sel kanker serviks karena tar
memicu sel kanker tumbuh secara aktif. Selain itu, rokok
juga mengandung nikotin. Setiap mengisap rokok berarti
Anda sudah memasukkan zat-zat berbahaya tersebut ke
dalam paru-paru dan diserap ke seluruh tubuh.
Zat yang terkandung dalam rokok juga ditemukan
pada lendir serviks wanita perokok. Peneliti mempercayai
bahwa zat tersebut mengakibatkan kerusakan DNA sel
serviks yang berperan terhadap pengembangan sel
kanker. Selain itu, merokok juga akan melemahkan
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mampu
melawan infeksi HPV. Bahkan, kabarnya wanita perokok
lebih rentan dua kali lipat terkena kanker serviks.
3. Melakukan Vaksinasi
Pada saat ini, di Indonesia mulai banyak
disosialisasikan tentang pentingnya vaksinasi untuk
mencegah kanke serviks. Hingga saat ini ada dua jenis
vaksin yang dapat melindungi dari HPV 6, 11, 16, dan
18, serta jenis vaksin lain melindungi dari HPV 16 dan
18.
Sebagai upaya pencegahan, vaksinasi dilakukan tiga
kali dengan selang waktu 6 bulan antara setiap suntikan
Setelah mendapatkan vaksinasi, kadang-kadang akan
timbul beberapa keluhan, seperti bengkak, kemerahan,
dan nyeri di tempat suntikan. Kedua jenis vaksinasi
tersebut berfungsi untuk mencegah terjadinya infeksi
HPV, tetapi tidak mampu mengobati apabila seseorang
telah terinfeksi HPV. Karena itu, vaksinasi hendaknya
diberikan kepada wanita yang belum pernah melakukan
hubungan seksual, karena risiko terinfeksi HPV pada
wanita tersebut masih sangat rendah.
4. Rutin Melakukan Deteksi Dini dengan Pap Smear
Salah satu penyebab tingginya kematian akibat
kanker serviks disebabkan kanker ditemukan setelah
masuk stadium yang invasif dan menyebar ke anggota
tubuh lain. Apabila kanker tersebut ditemukan pada
stadium yang lebih dini atau dalam masa pra-kanker,
maka peluang bn kesembuhannya akan jauh lebih besar.
Karena itu, pemeriksaan rutin pap smear wajib
dilakukan minimal sekali setiap tahun bagi wanita yang
sudah pernah melakukan hubungan seksual. Biaya yang
dikeluarkan untuk pap smear maupun biaya pengobatan
untuk stadium pra kanker juga akan jauh lebih murah
dibandingkan dengan biaya untuk penyembuhan kanker
yang sudah tergolong invasif.
5. Deteksi Dini dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat)
Selain pap smear, metode yang sederhana ini mulai
sering dikampanyekan untuk mendeteksi kanker serviks.
Metode IVA dilakukan dengan cara melihat langsung
serviks yang telah diolesi larutan asam asetat 3-5%.
Perubahan warna. pada serviks dapat menunjukkan
serviks normal (merah homogen) atau lesi pra-kanker
(bercak putih).
Pemeriksaan dengan cara IVA tergolong mudah,
murah, membutuhkan peralatan sederhana, dan dapat
dilakukan oleh semua tenaga kesehatan. Laporan hasil
konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat
mendeteksi lesi tingkat pra-kanker dengan sensitivitas
sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98 %. Sementara itu,
nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai
prediksi negatif (negative predective value) masing-
masing antara 10-20% dan 92 97%.
Deteksi dini dengan metode ini hendaknya
dilakukan wanita minimum satu kali pada usia 35-40
tahun. Apabila didapatkan hasil yang positif, maka
setelah pengobatan dianjurkan pemeriksaan ulang setahun
kemudian. Apabila hasil negatif, dapat melakukan
pemeriksaan ulang setiap 5 tahun.
Idealnya, pemeriksaan IVA dilakukan setiap 3
tahun pada wanita usia 25-60 tahun yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual. Seperti pap smear,
pemeriksaan dilakukan saat tidak haid dan 24 jam
sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Hari, Tanggal : Minggu, 12 Juni 2022


Waktu : 10.00-10.45 WIB
Pokok Bahasan : Kanker Serviks
Sub Pokok Bahasan : Deteksi Dini Kanker serviks
Sasaran : Wanita usia subur di rumah dusun
kampung melati
Tempat : Rumah Dusun kampung melati

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan masyarakat
mampu memahami pengertian,faktor resiko, penyebab
kanker serviks, pemeriksaan IVA/papsmear dan upaya
pencegahan kanker serviks.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang
Hipertensi, diharapkan masyarakat dapat:
1. Menjelaskan pengertian kanker serviks
2. Menyebutkan faktor resiko kanker serviks
3. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Menyebutkan stadium kanker serviks
5. Mengetahui tujuan deteksi dini kanker serviks
6. Mengetahui upaya pencegahan kanker serviks
C. Pokok Materi Penyuluhan
1. Pengertian kanker serviks
2. Faktor risiko kanker serviks
3. Tanda dan gejala kanker serviks
4. Stadium Kanker serviks
5. Deteksi dini kanker serviks
6. Upaya pencegahan kanker serviks
D. Metode Penyuluhan
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
E. Media
1. Leaflet
2. Power Point
F. Setting Tempat

G. Rancangan Kegiatan penyuluhan


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 Pembukaan Mendengarkan
Menit a) Mengucapkan salam pembukaan yang
b) Memperkenalkan diri dilakukan oleh
c) Menyampaikan moderator.
d) tentang tujuan dari
penyuluhan
e) Meyampakaikan
f) pokok pembahasan
g) Kontrak waktu

2. 20 Pelaksanaan Mendengarkan
Menit Penyampaian Materi melalui dan memberikan
media power point dan leaflet umpan balik
a) Menggali pengetahuan terhadap materi
peserta tentang kanker yang
serviks disampaikan.
b) Menjelaskan tentang
pengertian kanker serviks
c) Menjelaskan Faktor risiko
kanker serviks
d) Menyebutkan tanda
dan gejala kanker serviks
e) Menjelaskan stadium kanker
serviks
f) Menjelaskan tentang deteksi
dini kanker serviks
g) Menjelaskan upaya
Pencegahan kanker serviks
3. 10 Tanya jawab Mengajukan
Menit Memberikan kesempatan pada pertanyaan
peserta untuk bertanya
mngenai materi yang kurang
dipahami kemudian evaluasi

4. 5 Menanyakan Kembali kepada Menjawab


Menit peserta tentang materi yang pertanyaan
telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab
pertanyaan.
5. 5 Penutup Mendengarkan
Menit a) Menjelaskan kesimpulan dengan seksama
dari materi dan menjawab
b) Ucapan terimakasih
c) Salam penutup

H. Evaluasi
3. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggara penyuluhan dilaksanakan di
rumah ibu dusun pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan sebekumnya
4. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan secara benar
5. Evaluasi hasil
Setelah penyuluhan diharpkan peserta penyuluhan
mampu mengerti, memahami dan memiliki sikap positp
menganai kanker serviks dan deteksi dini kanker
serviks.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker leher Rahim atau lebih dikenal dengan kanker
serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Diseluruh
dunia setiap dua menit atau satu jam di Indonesia seorang
perempuan meninggal akibat kanker serviks. Maka dari itu
penyuluhan dimasyarakat mampu memunculkan solusi untuk
mengajak masyarakat secara efektif melakukan deteksi dini
kanker serviks. Dengan adanya penyuluhan dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks, sehingga
dapat mengambil Langkah pencegahan ynag tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Magdalena Eijer Ge'e, A. L. (2021). Hubungan Antar Karakteristik, Pengetahuan Dengan


Kejadian Kanker Serviks. Jurnal Keperawatan Silampri 4 (2), 397-404.

Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. (2013). Jakarta


Selatan: Kementrian Kesehatan.

Susi Rio, E. S. (2017). Presepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya Pada
Perempuan Yang Memiliki Keluarga Dengan Riwayat kanker. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 159-169.

Anda mungkin juga menyukai