Dosen Pengampu :
Hana Nafiah, M.M.R
Disusun Oleh :
Nama : Citra Amalia Safitri
Nim : 202102030077
Kelas : 2A
1. Latar Belakang
Kanker serviks telah menjadi masalah besar pada
kesehatan perempuan karena selain menimbulkan kesakitan
juga mengakibatkan banyak kematian. Data yang
dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 terdapat 98.692 penderita kanker serviks di
Indonesia. Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker
serviks diduga disebabkan keterlambatan dalam penanganan.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun
2012, diperkirakan terdapat 530. 000 kasus baru kanker
serviks di seluruh dunia. Lebih dari 270.000 orang
perempuan meninggal setiap tahun akibat penyakit ini, dan
lebih dari 85% dari angka kematian ini terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk
Indonesia.
Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 terdapat 98.692 penderita kanker
serviks di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015). Pusat data dan informasi ini juga
menunjukkan peningkatan jumlah kematian akibat kanker
serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2011
hingga tahun 2013. Pada tahun 2011 terjadi 35 kematian,
tahun 2012 terjadi 42 kematian dan tahun 2013 terjadi 65.
Terjadinya peningkatan kematian akibat kanker serviks
diduga disebabkan keterlambatan dalam penanganan.
Purwoto dan Nurrana mengatakan bahwa lebih dari 70
persen penderita kanker serviks yang datang berobat ke
rumah sakit sudah pada stadium lanjut, yaitu stadium II dan
III. Terjadinya kanker serviks sering dikaitkan dengan
Human Papilloma Virus (HPV). Menurut Fitzgerald5, lebih
dari 99% kanker serviks mengandung HPV. Infeksi dalam
waktu yang lama dari jenis tertentu HPV dapat menyebabkan
kanker serviks. Aziz mengatakan bahwa infeksi HPV sering
terdapat pada perempuan yang telah aktif secara seksual.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya Pencegahan Kanker serviks di
Dusun Melati untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan dan akibat kanker serviks di
Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya surveilans dan monitoring kanker
serviks
b. Terselenggaranya pengendalian factor resiko kanker
serviks
c. Terselenggaranya deteksi dini dan tatalaksana kanker
serviks
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kebiasaan Merokok
Wanita yang memiliki kebiasaan merokok berisiko
2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang bukan perokok. Risiko menderita
kanker serviks meningkat dengan peningkatan jumlah
batang rokok yang dikonsumsi, tetapi tidak berhubungan
dengan lamanya merokok.
Imunosupresi
Faktor risiko lainnya adalah kondisi imunosupresi
atau menurunnya daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
berperan penting dalam proses penghancuran sel-sel
kanker serta menghambat pertumbuhan dan
penyebarannya. Salah satu keadaan imunosupresi bisa
ditemui pada penderita AIDS, Virus HIV pada penderita
AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang,
sehingga wanita yang menderita AIDS memiliki risiko
tinggi terkena infeksi HPV yang berkembang menjadi
kanker serviks. Pada wanita penderita AIDS,
perkembangan sel pra-kanker menjadi kanker yang
biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, dapat terjadi
lebih cepat karena imunosupresi.
Infeksi Chlamidia
Chlamidia adalah salah satu kuman yang dapat
menyebab kan infeksi pada organ reproduksi. Kuman ini
menyebar melalui kontak seksual. Wanita yang terinfeksi
chlamidia sering mengeluhkan adanya nyeri di daerah
panggul. Namun, banyak juga yang tidak mengalami
keluhan. (asimtomatik). Beberapa penelitian
menyebutkan adanya risiko kanker serviks yang lebih
tinggi pada wanita yang di dalam darahnya ditemukan
infeksi chlamidia.
Diet
Pola makan atau diet seseorang juga berpengaruh
terhadap risiko kanker serviks. Wanita yang jarang
mengonsumsi buah dan sayur berisiko lebih tinggi
menderita kanker serviks. Begitu juga dengan wanita
yang mengalami obesitas atau kegemukan lebih
cenderung terkena adenokarsinoma serviks.
2. Kolposkopi
Kolposkopi dilakukan apabila ditemukan kelainan
pada pap smear atau pada wanita yang mengeluhkan
gejala yang mengarah ke kanker atau keganasan.
Kelainan pada pap smear dapat berupa LGSIL
persisten, HGSIL, displasia sedang dan berat, dan
karsinoma insitu. Kolposkopi dilakukan dengan cara
berbaring di meja ginekologi. Spekulum diletakkan ke
dalam vagina untuk membantu pemeriksa melihat
serviks lebih jelas.
Selanjutnya vagina akan diperiksa menggunakan
alat kolposkop yang mempunyai lensa pembesar untuk
melihat permukaan serviks lebih dekat dan jelas. Pada
permukaan serviks dioleskan asam cuka untuk
membantu mempermudah menunjukkkan daerah yang
abnormal.
Apabila ditemukan daerah abnormal, maka
dilakukan biopsy, yaitu mengambil jaringan abnormal
tersebut untuk kemudian dilakukan pemeriksaan di
bawah mikroskop. Dari pemeriksaan mikroskop ini
nantinya dapat disimpulkan apakah kelainan tersebut
termasuk pra-kanker, kanker, atau bukan keduanya.
2. 20 Pelaksanaan Mendengarkan
Menit Penyampaian Materi melalui dan memberikan
media power point dan leaflet umpan balik
a) Menggali pengetahuan terhadap materi
peserta tentang kanker yang
serviks disampaikan.
b) Menjelaskan tentang
pengertian kanker serviks
c) Menjelaskan Faktor risiko
kanker serviks
d) Menyebutkan tanda
dan gejala kanker serviks
e) Menjelaskan stadium kanker
serviks
f) Menjelaskan tentang deteksi
dini kanker serviks
g) Menjelaskan upaya
Pencegahan kanker serviks
3. 10 Tanya jawab Mengajukan
Menit Memberikan kesempatan pada pertanyaan
peserta untuk bertanya
mngenai materi yang kurang
dipahami kemudian evaluasi
H. Evaluasi
3. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggara penyuluhan dilaksanakan di
rumah ibu dusun pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan sebekumnya
4. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan secara benar
5. Evaluasi hasil
Setelah penyuluhan diharpkan peserta penyuluhan
mampu mengerti, memahami dan memiliki sikap positp
menganai kanker serviks dan deteksi dini kanker
serviks.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker leher Rahim atau lebih dikenal dengan kanker
serviks merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
terbesar bagi wanita di negara-negara berkembang. Diseluruh
dunia setiap dua menit atau satu jam di Indonesia seorang
perempuan meninggal akibat kanker serviks. Maka dari itu
penyuluhan dimasyarakat mampu memunculkan solusi untuk
mengajak masyarakat secara efektif melakukan deteksi dini
kanker serviks. Dengan adanya penyuluhan dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks, sehingga
dapat mengambil Langkah pencegahan ynag tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Susi Rio, E. S. (2017). Presepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya Pada
Perempuan Yang Memiliki Keluarga Dengan Riwayat kanker. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 159-169.