Anda di halaman 1dari 13

PAPER

LESI PRAKANKER SERVIKS

Selfa Yunita
20360221

Pembimbing
dr. Putri Aini Daulay, M.Ked (OG)., Sp. OG
PENDAHULUAN

Permasalahan kanker serviks di Indonesia masih seperti


penyakit kanker yang lain, yaitu lebih dari 70% kasus
ditemukan pada stadium lanjut. Kondisi ini terjadi pula
dibeberapa negara berkembang. Untuk memperoleh hasil
pengobatan kanker serviks yang baik, salah satu faktor
utama adalah penemuan stadium secara dini. Jika
ditemukan pada tahap lesi prakanker, diharapkan tingkat
penyembuhannya tinggi, hampir 100%, dan kematian
akibat kanker serviks dapat dihindari.

Lesi prakanker serviks yang sangat dini ini


dikenal sebagai neoplasia intraepitelial serviks (NIS),
yang ditandai dengan adanya perubahan displastik
epitel serviks.
DEFINISI

lesi prakanker disebut juga dengan lesi intraepitelial serviks


(cervical intraephtielial neoplasia) merupakan awal dari perubahan menuju
karsinoma serviks.
Pada umumnya lesi prakanker serviks ini berawal dari daerah
squamocolumnar junction pada serviks uteri yang mengalami proses
metaplasia. Proses metaplasia ini paling aktif terjadi pada masa setelah
menarche dan setelah proses kehamilan, sehingga lesi prakanker banyak
didapatkan pada masa-masa ini. Daerah squamocolumnar junction yang
mengalami proses metaplasia ini akan lebih rentan terpapar oleh faktor-
faktor risiko terjadinya suatu lesi prakanker
TERMINOLOGI

Terminologi dari lesi preinvasif serviks telah mengalami perubahan beberapa


kali. Terminologi CIN dibagi menjadi 3 derajat:

- CIN 1 sesuai dengan displasia ringan (NIS 1)


-CIN 2 sesuai dengan displasia sedang (NIS 2)
-CIN 3 meliputi displasia berat dan ca insitu, karena patologis tidak dapat membedakan
keduanya secara tegas (NIS 3).
ETIOLOGI

Infeksi HPV (Human Papilomma Virus) terdeteksi pada


99,7% kanker serviks sehingga infeksi HPV merupakan infeksi
yang sangat penting pada perjalanan penyakit kanker serviks. Pada
suatu penelitian case-control juga dijumpai infeksi HPV pada lesi
prakanker dan kanker invasif.
Kejadian infeksi HPV risiko tinggi dijumpai sejumlah
80% pada CIN II, 90% pada CIN III dan sejumlah 98% pada
karsinoma serviks invasif
KLASIFIKASI

Klasifikasi neoplasia intraepithelial skuamosa (NIS) pertama kali


dipublikasikan oleh Richart R. M pada tahun 1973 di Amerika Serikat.
Terminologi neoplasia intraepitelial serviks (NIS) untuk menggambarkan
spektrum biologis dari kelainan preinvasif skuamosa serviks sebagai
berikut :

• NIS I / CIN I : Displasia ringan, perubahan sel mencakup pada lapisan


dasar.
• NIS II / CIN II : Displasia sedang, ½ sampai ¾ tebal epitel yang
mengalami kelainan.
• NIS III / CIN III : Displasia berat/ karsinoma in situ, lebih dari ¾ tebal
epitel mengalami kelainan tetapi membrana basalis masih utuh. Displasia
berat dan karsinoma in situ digabung, karena sulit dibedakan secara
sitologi.
FAKTOR RESIKO

Faktor-faktor risiko lesi prakanker serviks dan kanker serviks yaitu :

• Infeksi Human Papilloma Virus


• Multi partner
• Aktivitas seks dini (sebelum usia 18 tahun)
• Berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat
• HIV/AIDS, dan GO
• Riwayat keluarga kanker leher rahim
• Umur lebih dari 40 tahun
• Menggunakan kontrasepsi oral (pil KB)
• Merokok, status sosial ekonomi rendah, ras, diet yang tidak sehat
• Anak perempuan dari ibu yang minum obat DES (dietilstilbesterol),
PENATALAKSANAAN

Pemeriksaan lesi prakanker serviks

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang dapat disembuhkan


bila terdeteksi pada tahap awal. Tahap awal adalah tahap lesi prakanker serviks.
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk deteksi dini kanker serviks, yaitu :

1. Pap Smear
2. Tes IVA
3. Biopsi Serviks
4. Kolposkopi
5. Biopsi kerucut
6. Ct Scanner
7. DNA HPV
8. MRI
Terapi
Krioterapi merupakan salah satu terapi destruksi untuk
pengelolaan lesi prakanker, dengan mendinginkan serviks
sampai temperatur mencapai 50 o C di bawah nol yang
akan menyebabkan kematian sel. Akibat dari proses
pendinginan tersebut, sel-sel jaringan akan mengalami
nekrosis.

Carbon Dioxide Lasser merupakan suatu metode


penyinaran dengan energi tinggi secara langsung ke target
jaringan. Pada saat penyinaran itu, cairan intrasel akan
mendidih dan menguap dari sel. Seluruh daerah
transformasi dan bagian yang dicurigai diharapkan akan
terjadi perubahan karena dirusak. Lapisan paling luar dari
mukosa serviks menguap karena cairan intrasel mendidih,
sedangkan jaringan di bawahnya mengalami nekrosisi.
Terapi

Elektrokoagulasi, Pada CIN 1-2 dapat dilakukan


meskipun lesi luas dan telah mencapai kanalis
servikalis. Hal inilah yang membedakannya dengan
penggunaan krioterapi. Sedangkan pada CIN III
dilakukan bila ada kontraindikasi operasi, serta dapat
dilakukan pada lesi luas dan telah mencapai kanalis
servikalis. Laser dan elektrosurgeri mempunyai
prinsip efek biologi yang sama, di mana cairan
seluler mendapat pengaruh panas yang hebat dan
mengakibatkan membran sel pecah.
PENCEGAHAN

• Pencegahan primer adalah pencegahan faktor penyebab kanker leher rahim


yaitu mencegah terjadinya infeksi HPV yaitu : meghindari kontak dengan
yang menderita infeksi HPV, menggunakan vaksinasi HPV, memakai
kontrasepsi barrier seperti kondom, diafragma dan spermisida, setia
dengan pasangan, membatasi jumlah pasangan seks, memilih pasangan
yang tidak memiliki atau sedikit pasangan seks sebelumnya.

• Pencegahan sekunder dapat dilakukan skrining baik dengan metode IVA


maupun pap smear.
KESIMPULAN

• Istilah lesi prakanker serviks telah dikenal di seluruh dunia, lesi prakanker
disebut juga dengan lesi intraepitelial serviks (cervical intraephtielial
neoplasia) merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma serviks.

• Faktor risiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus HPV
dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker leher rahim atau
meningkatkan risiko menderita kanker leher rahim.

• Tipe virus HPV yang ditemukan pada kasus lesi prakanker serviks dan
kanker serviks adalah tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58. Tetapi
hampir sebagian besar disebabkan oleh tipe 16 dan 18. HPV adalah DNA
virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan
mukosa. Infeksi virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif
secara seksual.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai