Anda di halaman 1dari 20

Ca Cerviks dalam

Kehamilan
Pendahuluan
• Kanker serviks  paling banyak pada
wanita.
• Setiap satu jam, satu wanita meninggal di
Indonesia karena kanker serviks merupakan
kanker tersering di Indonesia.
• kanker serviks merupakan keganasan yang
paling sering pada kehamilan.
• Insidensi kanker serviks adalah 1,2 kasus per
10.000 kehamilan pada saat kehamilan saja
dan 4,5 kasus per 10.000 kehamilan hingga 12
bulan pascapersalinan.
Definisi

Kanker serviks merupakan keganasan yang


berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk
silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum.
Epidemiologi
• Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah
454.000 kasus1 . Data ini didapatkan dari registrasi kanker
berdasarkan populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal
dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010. Per tahun insiden
dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun
1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks,
dan 46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup
di negara sedang berkembang.
• Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan
ke7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke6
di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab
kematian (menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka
mortalitas akibat leukemia).
Etilogi dan faktor risiko
• Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV
(Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama
sub tipe 16 dan 18.
• Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara
lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan
seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak
banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB
(dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular
seksual, dan gangguan imunitas.
Patogenesis
mutasi sel epitel

sel displastik

Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) terdiri


dari:
1) NIS 1, untuk displasia ringan;
2) NIS 2, untuk displasia sedang;
3)NIS 3, untuk displasia berat dan
karsinoma in-situ
Klasifikasi
Diagnosis
• Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode : 1.
Papsmear (konvensional atau liquid-base cytology
/LBC ), 2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), 3. Inspeksi
Visual Lugoliodin (VILI), 4. Test DNA HPV (genotyping /
hybrid capture)
• Diagnosis : anamnesis --> pemeriksaan penunjang (,
kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG,
BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau
MRI, PET scan)
Kanker Serviks pada Kehamilan
 1-3% wanita hamil didiagnosis
menderita penyakit kanker serviks
 Tanda dan gejala yang muncul pada
kanker serviks pada kehamilan pada
umumnya hampir sama dengan
manifestasi klinis kanker serviks pada
wanita yang tidak hamil, yakni
tergantung pada stadium klinis serta
ukuran lesi
Komplikasi pada Kehamilan
 Kanker serviks memberi pengaruh tidak baik dalam kehamilan,
persalinan, dan nifas. Selain infertilitas, sering pula terjadi pada
abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam
pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. Kematian janin
dapat pula terjadi.
 Namun timbal baliknya kehamilan tidak memperberat kondisi ca
cervix
Managemen
• Penatalaksanaan penyakit preinvasif (CIN 1 sampai CIN 3) dapat
ditunda sampai 6-8 minggu setelah melahirkan. Namun, dianjurkan
agar kolposkopi dilakukan pada setiap trimester untuk menilai
ukuran lesi dan perkembangan penyakit. Kolposkopi dapat menjadi
tantangan selama kehamilan karena peningkatan vaskularisasi dan
peningkatan edema genital

• Pengobatan definitif segera, tanpa memandang usia kehamilan,


umumnya sesuai untuk kanker invasif dalam pengaturan berikut:
– Metastasis kelenjar getah bening yang terdokumentasi.
– Perkembangan penyakit selama kehamilan.
– Pilihan pasien untuk mengakhiri kehamilan.
Kemoterapi
Regimen kemoterapi pada
kehamilan
Radioterapi
Pembedahan
• Tumor stadium IB1 yang lebih besar dari 2 cm dapat diobati dengan
kemoterapi neoadjuvant (NACT) dengan atau tanpa limfadenektomi
panggul.
• Kemoterapi relatif aman pada trimester kedua meskipun ada risiko
persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan hambatan
pertumbuhan janin yang lebih tinggi.
• Pada wanita dengan kehamilan lanjut (lebih dari 22-25 minggu),
limfadenektomi panggul tidak mungkin dilakukan dan mereka
dengan penyakit Stadium IA1 hingga Stadium IB1 dapat menunda
pengobatan definitif sampai kematangan janin tercapai tanpa
mengorbankan kelangsungan hidup. NACT juga dapat diberikan
untuk kanker stadium lanjut lokal
• pada kehamilan lanjut untuk
mempertahankan kehamilan sampai
kelangsungan hidup janin yang optimal
(35-36 minggu) tercapai. Persalinan sesar
diikuti dengan pembedahan radikal atau
kemoterapi/radioterapi definitif
menunjukkan hasil obstetrik dan onkologi
yang baik.
Kesimpulan
Ca Cerviks merupakan tumor ganas
ginekologi yang paling sering terjadi pada
kehamilan. Ca cerviks merupakan pemberat
baik untuk ibu dan janin, namun kehamilan
sendiri tidak menjadi pemberat untuk ca
cerviks. Diperlukan pemahaman dan kehati-
hatian dalam penatalaksanaan ca cerviks
pada kehamilan dikarenakan terapi cancer
dapat berpengaruh kepada ibu dan janin.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai