TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRAK
Di Indonesia diperkirakan sekitar 25% penderita DM akan menjalani anestesi dan pembedahan, sehingga
ahli anestesi akan banyak berhadapan dengan penderita DM yang membutuhkan operasi, baik elektif
maupun emergency. Angka mortalitas penderita DM yang mengalami pembedahan kurang lebih 5 kali lebih
tinggi dari penderita non DM. Kunci untuk mengelola kadar glukosa darah pra bedah pada pasien diabetik
adalah menetapkan sasaran yang jelas dan kemudian memantau kadar glukosa darah cukup sering untuk
menyesuaikan terapi guna mencapai sasaran tersebut. Pengelolaan glukosa darah selama dan setelah operasi
juga menentukan keberhasilan tatalaksana anestesi pada pasien DM
ABSTRACT
In Indonesia it is estimated that 25% of patients with DM will undergo anesthesia and surgery, so the
anesthesiologist will be faced with many DM patients who require surgery, both elective and emergency. The
mortality rate of DM patients who had surgery was approximately 5 times higher than non-DM patients. The
key to managing blood glucose levels in diabetic patients is to set clear goals and then monitor blood glucose
levels frequently enough to adjust the therapy to achieve those goals. Blood glucose management during and
after surgery also determines the success of anesthesia management in DM patients
85
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
86
Meningkatkan tranpor glukosa ke dalam sel lemak, sehingga kadar gliserol
fosfat meningkat
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
Menghambat lipolisis intraseluler
Menghambat ketogenesis Penurunan kadar insulin ditambah dengan
Menghambat glukoneogenesis
Respon Metabolik Penderita DM Perioperatifpeningkatan glukoneogenesis dan peningkatan
resistensi insulin menyebabkan hiperglikemia dan
Pada ototPembedahan
rangka: dan anestesi memicu respon intoleransi stres
glukosa.neuro-endokrin dan
pelepasan
Proses sintesishormon-hormon
protein kontra-regulasi, akibatnya terjadi katekolamine
Efek katabolik resistensi insulin lainnya meliputi
Meningkatkan transport asam amino stimulasi lipolisis dan ketogenesis melalui mekanisme:
jaringan perifer, peningkatan produksi glukosa hepar, gangguan sekresi insulin
Merangsang sintesis protein di ribosom a. Peningkatkan kadar cAMP di jaringan
dan degradasi
Proses sintesis glikogen lipid dan protein (Jennifer B. Marks, 2003).
adiposa Respondan
fosforilasi pertama
aktifasi hormone-
Meningkatkan
terhadap traumatansport
pembedahan glukosa adalah meningkatnya kadar sensitive
hormon lipase meningkatkan
katabolik dalam lipolisis
Memperkuat aktifitas enzim glycogen synthase dan pelepasan asam lemak bebas (FFA) ke
sirkulasi ( katekolamin, glukagon Pada dan kortisol
jaringan ) dalam sirkulasi, disertai dengan
adiposa:
Menghambat aktifitas enzim glycogen dalam sirkulasi.
Pada jaringan adiposa: Meningkatkan penyimpanan trigliserida
menurunnya
phosphorylase kadar hormon anabolik dalam plasma b. ( insulin dan testosteron
Peningkatan ).
kadar glukagon hingga
Meningkatkan penyimpanan trigliserida
Menginduksi enzim lipoprotein 50% dari lipase,
nilai sehingga
dasar (baselineasam lemak
value) dapat diserap ole
(Sunatrio S,1996) Pada jaringan adiposa:
Menginduksi enzim lipoprotein
Pada jaringan adiposa: lipase, sehingga asam lemak dapat diserap oleh
sehingga memperkuat efek katabolik dari
Pada jaringan Meningkatkan
adiposa: jaringanpenyimpanan
adiposa. trigliserida
Pelepasan katekolamin sistemik (epinefrin dan norepinefrin) merangsang
jaringan adiposa.Meningkatkan penyimpanan trigliserida
Meningkatkan penyimpanan trigliserida
katekolamin melalui mekanisme :
Menginduksi enzim lipoprotein Meningkatkan
glikogenolisis dan glukoneogenesis hepar, juga menghambat ambilan asam
Menginduksi
lipase, enzim
sehingga tranpor
lipoprotein glukosa
• lipase, ke
Stimulasi dalam
sehingga
produksi sel lemak,
(uptake)
glukosa lemak sehingga
hepar, dapat kadar oleh
dan diserap gliser
Meningkatkan tranpor glukosa ke dalamenzim
Menginduksi sel lemak,lipoproteinsehingga lipase,kadar gliserol
sehingga
asam lemak dapat diserap oleh jaringan
jaringan adiposa.
fosfat meningkat
adiposa. • asamAktifasi lemak
growth dapat diserap
hormone / GH oleh
dan
Pada glukosa
jaringan oleh
adiposa: jaringan insulin-dependent. Efek epinefrin terhadap reseptor
fosfat meningkatMeningkatkan tranporadiposa.
jaringan glukosa ke dalam sel lemak, glukokortikoid
Meningkatkan
adrenergik penyimpanan
dan Menghambat
trigliserida
Meningkatkan
juga mempengaruhi lipolisis
tranpor intraseluler
glukosa
metabolismeke dalamglukosasel lemak, sehingga kadar gliserol
seperti
sehingga kadar gliserol fosfat meningkat
Menghambat lipolisis intraseluler
Meningkatkan tranpor glukosa ke dalam sel lemak, sehingga kadar gliserol
meningkat
Menginduksi
Menghambat
meningkatkan enzim lipoprotein
lipolisis
laju intraseluler
metabolik lipase,
fosfat sehingga
meningkat
dan fungsi-fungsi asampankreas.
lemak dapat
Kadar glukagon diserap
plasma akan
Perangsangan oleh tetap
reseptor
jaringan adiposa. fosfat meningkat Respon Metabolik Penderita sesudah pembedahan,
DM Perioperatif akan meningkat-kan
akan menghambat Menghambat
pelepasan lipolisis
insulin danintraseluler
merangsang sekresi glukagon
Respon Metabolik Respon
Penderita DM Penderita
Metabolik
Menghambat Perioperatif DM Perioperatif
lipolisis intraseluler
ambilan asam amino hepatik, glukoneogenesis dan
Meningkatkan
Pembedahan tranpor glukosa
dan anestesi ke
memicu dalam Pembedahan
respon sel lemak,
stres periode dan
sehingga anestesi
glikogenolisis. kadar memicu
gliserol respon stres neuro-endokrin da
bersamaan dengan insulin.
Pembedahan dan anestesi memicu respon stres neuro-endokrin dan Bahkan pada intraoperatif dan paska bedah
neuro-endokrin
fosfat meningkat dan pelepasan Respon pelepasan
hormon-hormon
Metabolik hormon-hormon
Penderita DMkontra-regulasi,
Peningkatan ACTH menyebabkan
Perioperatif akibatnya terjadi kadar resistensi insul
awal,
elepasan hormon-hormon efek reseptor
kontra-regulasi,
kontra-regulasi,
menjadi
akibatnya terjadi akibatnyalebih
resistensi DM
dominan
terjadi
insulin
dan menyebabkan
resistensi
glukokortikoidinsulin penekanan sekresi
(kortisol) darah meningkat dan
Menghambat Respon lipolisisMetabolik
intraselulerPenderitajaringan
Pembedahan perifer, Perioperatif
peningkatan
dan anestesi produksi
memicu glukosa hepar,
respon moderat. gangguan sekresidan
stres neuro-endokrin insul
insulinperifer,
jaringan
aringan perifer, peningkatan yangproduksi
berlebihan.
peningkatan produksihepar,
glukosa glukosa gangguan
hepar, menghasilkan
sekresi insulin respon glikemik yang
Pembedahan dan degradasi
anestesi memicu respon stres neuro-endokrin dan
gangguan sekresi insulin dan
Penurunan kadar pelepasan
insulin
dan
degradasi
ditambah
lipid dan lipid
hormon-hormon
dengan
dan proteinefek
kontra-regulasi,
mempotensiasi
peningkatan
(Jennifer akibatnya
katabolik
glukoneogenesis terjadi2003).
B.katekolamin
Marks,
dan
Respon
resistensi
dan pertam
insulin
an degradasi lipid dan
protein
protein
pelepasan
(Jennifer
(Jennifer
hormon-hormon
B. Marks, 2003).
B. Marks,
Respon
2003).
kontra-regulasi,
pertama
Respon
glukagon.
pertama
akibatnya
Kortisol terjadi resistensi insulin
Respon Metabolik Penderita DM terhadap
jaringan Perioperatif
perifer,trauma pembedahan
peningkatan adalahmeningkatkan
produksi meningkatnya
glukosa
produksi
kadar
hepar, gangguan
glukosa
hormon katabolik
sekresi insulindala
peningkatan
erhadap trauma pembedahan
terhadap trauma adalah resistensi
meningkatnya
pembedahan insulin menyebabkan
kadar
adalah meningkatnya hormon hiperglikemia
katabolik
oleh hepar,dalam dan intoleransi
menginduksi lipolisis dan stimulasi
jaringan dan perifer, peningkatan
sirkulasi (produksi
katekolamin, glukosa hepar, dan
glukagon gangguan
kortisol sekresi
) dalam insulin
sirkulasi,
Pembedahan
kadar hormon katabolik
glukosa.
anestesi
dalam dansirkulasi memicu
degradasi
(katekolamin, respon
lipid stres
danproteolisis
protein neuro-endokrin
à(Jennifer
balans nitrogen dan
B. Marks, negatif.2003).
Produk Respondisertai denga
pertama
irkulasi ( katekolamin, glukagon
dan dan kortisol ) dalam sirkulasi, disertai dengan 2003).
pelepasan
glukagon dan degradasi
hormon-hormon kortisol) dalam lipidsirkulasi,
dan protein
menurunnya
kontra-regulasi,
terhadap trauma
(Jennifer
kadar
akibatnya
disertai
pembedahan hormon B. dan
terjadi
lipolisis Marks,
anabolik
adalah resistensi dalam
proteolisis
meningkatnya
Responasam
plasma
insulin
(seperti
kadar
pertama
( insulin
hormonlemakdan testosteron
katabolik dalam).
Efek
menurunnya kadar dengan katabolik
hormonmenurunnya
anaboliktraumakatekolamine
dalam plasma lainnya
( insulin meliputi stimulasi
dan meningkatnya
testosteron lipolisis
). kadar dan ketogenesis
terhadap kadar hormon
pembedahan anabolik dalam
adalah bebas, gliserol, alaninhormon
dan glutamin) menyediakan
katabolik dalam
jaringan perifer, peningkatansirkulasi (Sunatrio
produksi ( S,1996)
glukosa
katekolamin, hepar, gangguan
glukagon dan sekresi
kortisol insulin
) dalam sirkulasi, disertai dengan
Sunatrio S,1996) melalui
plasma ( mekanisme:
insulin dan testosteron ). (Sunatrio S,1996) substrat glukoneogenesis untuk hepar. Semua ini
sirkulasi ( katekolamin, glukagon
Pelepasan dan kortisol
katekolamin ) dalam sirkulasi,
sistemik disertai
(epinefrin dengan
dan degradasi lipid dan
Pelepasan katekolamin protein
menurunnya (Jennifer
sistemik (epinefrin B.
kadar hormonMarks, 2003).
anabolik dalam
meningkatkan Respon pertama ( insulin dan testosteron merangsan
dan
plasma(hiperkatabolisme)
katabolisme norepinefrin) ).
Pelepasan katekolamin sistemik
menurunnya (epinefrin
kadar hormon dan norepinefrin)
anabolik dalam merangsang
plasma ( insulin dan testosteron ).
dan trauma
terhadap norepinefrin) merangsang
pembedahan adalah
(Sunatrio glikogenolisis
glikogenolisis
meningkatnya
S,1996) dan dan glukoneogenesis
(Jennifer
kadar B. Marks,
hormon hepar,
2003)
katabolik . dalamjuga menghambat ambilan (uptak
likogenolisis dan glukoneogenesis
glukoneogenesis hepar,
(Sunatrio S,1996) hepar,
juga juga
menghambat menghambat
ambilan ambilan Efek (uptake)
metabolik dari hormon pertumbuhan
sirkulasi ( katekolamin, glukagonglukosa dan olehkatekolamin
kortisol
Pelepasan ) jaringan insulin-dependent.
dalam sirkulasi, sistemik disertai dengan
(epinefrin Efeknorepinefrin)
dan epinefrin terhadapmerangsangresept
lukosa oleh jaringan(uptake)insulin-dependent.
glukosa oleh jaringan insulin-dependent.
Efek epinefrin (growth reseptor
terhadap hormone / GH) adalah mening-katkan 4
Pelepasan katekolamin
adrenergik sistemik dan (epinefrin danmempengaruhi
jugatestosteronnorepinefrin) merangsang
metabolisme glukosa seper
menurunnya kadar hormon
Efek epinefrin terhadap anabolik
glikogenolisis
reseptor dalam plasma
adrenergik dan glukoneogenesis
( insulin dan
kecepatan hepar,protein
sintesis ). menghambat
juga (efek anabolik), ambilan (uptake)
drenergik dan
dan juga juga mempengaruhi
glikogenolisis
mempengaruhidan metabolisme
glukoneogenesis
metabolisme glukosa hepar, glukosa seperti
juga menghambat ambilan (uptake)
(Sunatrio S,1996) glukosa meningkatkan
oleh jaringan laju meningkatnya
metabolik danmobilisasi
insulin-dependent. fungsi-fungsi asam lemak
pankreas.
Efek epinefrin
bebas /
Perangsangan
terhadap resepto
reseptor
seperti
meningkatkan laju metabolik meningkatkan
dan laju
fungsi-fungsimetabolik dan
pankreas. fungsi- free
Perangsangan fatty acid
reseptor (efek ketogenik), dan penurunun
Pelepasanglukosa oleh jaringan
katekolamin sistemik insulin-dependent.
(epinefrin Efek epinefrin terhadap reseptor sekresi glukago
fungsi pankreas. Perangsangan adrenergik akan
reseptor dan dan
menghambat
akan norepinefrin)
pelepasan
juga
kecepatan mempengaruhi
utilisasi merangsang
insulin
glukosa dan merangsang
di jaringan
metabolisme glukosa seperti
(efek
akan menghambat pelepasan
adrenergik insulin dan
dan merangsang
juga sekresi
mempengaruhi glukagon
metabolisme glukosa seperti
glikogenolisis
menghambat danpelepasan
glukoneogenesis
insulin dan hepar,
bersamaan
meningkatkan merangsang juga
dengan
laju menghambat
diabetogenik).
insulin.
metabolik ambilan
danBahkan Kondisi
fungsi-fungsi (uptake)
pada stres perioperatif
periode
pankreas. dan dan paska beda
intraoperatif
Perangsangan reseptor
ersamaan dengansekresiinsulin. Bahkan
glukagon pada
bersamaan periode
dengan intraoperatif
insulin. Bahkan dan paska
anxietas
meningkatkan laju metabolik dan fungsi-fungsi pankreas. Perangsangan reseptor bedah
menyebabkan peningkatan pelepasan GH
glukosa oleh jaringan insulin-dependent. awal,
akan efek
menghambatEfek pelepasan
reseptor epinefrin
menjaditerhadap
insulin reseptor
lebih dominan
dan dan menyebabkan
merangsang penekanan
sekresi glukagonsekre
pada periode intraoperatif danpaska bedah awal, efek (Stoelting, et.al.,2006).
wal, efek reseptor menjadi lebih
akan
menjadi dominan
menghambat dan menyebabkan
pelepasan penekanan
insulin dan sekresi
merangsang sekresi glukagon
adrenergik
reseptor dan lebih juga
dominan mempengaruhi
insulin
dan
bersamaan menyebabkan
dengan metabolisme
yang berlebihan.
insulin. Sekresi glukosa
Bahkaninsulin
padayang seperti
tidak
periode adekuat ditambah
intraoperatif dan paska bedah
nsulin yang berlebihan.
penekananbersamaan dengan
sekresi insulin insulin.
yang berlebihan. Bahkan pada periode
dengan intraoperatif
kondisi dan paska
stres perioperatif danbedah
puasa
meningkatkan laju metabolikawal, dan Penurunan
fungsi-fungsi
efek reseptor pankreas.
kadar
insulinPerangsangan
menjadi ditambah
lebih dominan reseptor
dengan peningkatan penekanan
dan menyebabkan glukoneogenesis
sekresi da
Penurunan kadar insulin awal,ditambah dengan peningkatan
efekpelepasan
reseptor menjadidanlebihglukoneogenesis
dominan dan dan
menyebabkan penekanan sekresi
akan menghambat insulin
peningkatan
insulin yang berlebihan. merangsang
resistensi sekresi
insulin glukagon
menyebabkan hiperglikemia dan intoleran
eningkatan resistensi insulin menyebabkan hiperglikemia dan intoleransi 87
insulininsulin.
bersamaan dengan yang berlebihan.
Bahkan glukosa.
padakadar
periode intraoperatif
Penurunan insulin ditambahdandenganpaska peningkatan
bedah glukoneogenesis dan
lukosa. Penurunan kadar insulin ditambah dengan peningkatan glukoneogenesis dan
lebihEfek
awal, efek reseptor menjadipeningkatan katabolik
dominan katekolamine
dan menyebabkan
resistensi lainnya meliputi
penekanan
insulin menyebabkan sekresi stimulasi lipolisis
hiperglikemia dan dan ketogenes
intoleransi
Efek katabolik katekolamine lainnya meliputi stimulasi lipolisis dan ketogenesis
peningkatan resistensi insulin menyebabkan hiperglikemia dan intoleransi
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
prabedah menempatkan penderita diabetes I. Diabetes tipe 1 ( destruksi sel beta, umumnya
mellitus cenderung mengalami hiperglikemia, menjurus ke defisiensi insulin absolut )
hipovolemia, diuresis osmotik, ketosis dan gangguan dibedakan menjadi : Autoimun dan idiopatik
keseimbangan asam basa. Diuresis osmotik terjadi II. Diabetes tipe 2
karena tekanan osmotik glukosa yang tinggi dan Penyebab terjadinya DM tipe 2 sangat bervariasi,
melampaui nilai ambang glukosa pada ginjal pada umumnya ditandai dengan berbagai tingkatan
penderita dengan hiperglikemia. Dehidrasi, asidosis resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Tipe ini
dan gangguan keseimbangan elektrolit (deplesi mempunyai predisposisi genetik yang lebih kuat dan
natrium dan kalium) adalah akibat dari diuresis kompleks daripada tipe I. Faktor risiko munculnya DM
osmotik (Stoelting, et.al.,2006). tipe 2 meningkat dengan pertambahan usia, obesitas,
Gangguan utilisasi glukosa akan meningkatkan kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipdemia,
lipolisis sebagai sumber energi sekunder. Benda dan diabetes gestasional. Seringkali tidak terdeteksi
keton merupakan end product dari lipolisis dan selama beberapa tahun dan terdiagnosis setelah
bersifat asidik. Gangguan keseimbangan asam basa munculnya komplikasi DM (mikroangiopati
merupakan konsekuensi logis pada ketoasidosis . merupakan yang tersering).
III. Diabetes tipe spesifik
III. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI A. Defek genetik pada sel beta
PENDERITA DM - Maturity-onset diabetes of the young
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan ( MODY)
bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, (Sunatrio,1996;Sarodja,1999)
polifagi, lemah dan penurunan BB yang tidak - DNA mitokondria
jelas penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin B. Defek genetik pada reseptor insulin
dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal dan C. Penyakit eksokrin pankreas
mata kabur. - Pankreatitis
American Diabetes Association (ADA) - Tumor/pankreatektomy
mendefinisikan diabetes berdasarkan hasil uji - Pankreotopati fibrokalkulus
glukosa yang abnormal (hiperglikemia) setelah D. Endokrinopati
dikonfirmasi dengan hasil uji abnormal sesudahnya - Acromegali
pada hari yang berbeda. Ada 3 kriteria dasar dalam - Sindroma Cushing
mendefinisikan DM: - Pheokromositoma
KGD puasa lebih besar dari 126 mg/dL (~7,0 - Hipertiroidisme
mmol/L) atau, E. Karena obat/zat kimia
KGD sewaktu lebih besar dari 200 mg/dL Glukokortikoid,diuretic tiazid, vacor,
(~11,1 mmol/L)atau, pentamidin, asam nikotinat
KGD 2 jam sesudah uji toleransi glukosa F. Infeksi
oral lebih besar dari 200 mg/dL. Rubella dan Sitomegalovirus
Uji toleransi glukosa oral dikatakan G. Neoplasia
terganggu (Oral Glucose Tolerance Tests / - Fibrosis kistik,Hemokromatosis
OGTT Terganggu) bila kadar glukosa darah - Pankreatopati fibrokalkulus
puasa antara 110 – 126 mg/dL atau glukosa H. Penyakit Genetik lain yang berhubungan
darah 2 jam post prandial antara 140 – 200 dengan DM
mg/dL (Jacober, et.al., 1999).
Klasifikasi DM yang dianjurkan saat ini adalah IV GESTASIONAL DM
yang sesuai dengan American Diabetes Association Adapula yang membagi DM menjadi 2 tipe saja
( ADA ) 2005 (PERKENI,2007). Klasifikasi etiologis yang banyak digunakan saat ini dan mempunyai
DM tersebut sebagai berikut : andil dalam abnormalitas end organ(Sunatrio,1996)
88
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
89
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
90
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
91
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
Sindroma HONK sudah dikenali sejak 100 Pada dasarnya prinsip penanganan KAD dan
tahun yang lalu oleh Dreschfeld. Namun baru HONK hampir sama (Fleisher,2006).
mendapatkan perhatian pada tahun 1957 ketika 1. Terapi cairan,
Samen dan Schwartz melaporkan pengalaman 2. Regulasi kadar gula darah,
mereka merawat pasien dengan kesadaran yang 3. Regulasi elektrolit
menurun tanpa didapatkan ketosis. Walaupun KAD
dan HONK dibahas sebagai 2 hal yang berdiri sendiri, A. TERAPI CAIRAN
namun para ahli sependapat bahwa sebenarnya Pasien KAD / HONK mengalami defisit cairan
keduanya merupakan 2 kondisi ekstrim kedaruratan yang sangat besar, oleh karena hiperglikemi
yang disebabkan oleh pengelolaan penyakit DM menyebabkan diuresis yang hebat. Oleh karena
yang tidak terkontrol. Kriteria diagnostik HONK itu manajemen replacement cairan harus baik. Ada
(John,
pengelolaan A.D,DM
penyakit MD, et.al.,
yang tidak2008) beberapa protokol yang telah
terkontrol. Kriteria diagnostik HONK (John,
A.D, MD, et.al.,
2008)
Kadar gula darah plasma > 600 mg / dL dibuat dengan memperkirakan defisit volume
Kadar gula darah plasma > 600 mg / dL
osmolaritas darah > 350 mOSM/l, dengan yang telah terjadi. Pada jam 1-2 cairan 0,9% NS
osmolaritas darah > 350 mOSM/l,
rumus sebagai berikut: dengan rumus sebagai berikut: sebanyak 500 – 1000 ml / jam. Hal ini digunakan
untuk mengganti volume intravaskuler dan
glukosa mg % ureum mg %
OSM darah 2 ( Na K ) memperbaiki perfusi ginjal. Sampai dengan 12 jam
18 2.8
/ 24 jam adalah 0,45 % NS sebanyak 250 – 500 cc/jam
. Bila pada pemeriksaan darah terjadi hiponatremia
Nilai normal = 275 – 295
Nilai normal = 275 – 295 bisa digunakan 0,9% NS. Bila gula darah telah
Tidak Tidak didapatkan
didapatkan ketoasidosis (bisaketoasidosis (bisaringan) turun menjadi < 250 mg / dL bisa mulai digunakan
didapatkan ketonemia
Penurunan didapatkan ketonemia
kesadaran. Penurunan ringan)lebih berkorelasi dengan
kesadaran cairan Dextrose 5 % atau 10% 100 – 250 cc / jam.
kondisi Penurunan
osmolalitas yang kesadaran.
tinggi dibanding Penurunan
dengan kondisi keasaman
(Fleisher,2006)
darah atau umur pasien.
kesadaran lebih berkorelasi dengan kondisi
osmolalitas yang tinggi dibanding dengan B. REGULASI KADAR GULA DARAH
kondisi keasaman darah atau umur pasien. Menurunkan kadar gula darah. Ada berbagai
metode untuk menurunkan kadar gula darah.
Tabel 3. Perbandingan KAD dan HONK: Diantaranya dengan metode regulasi cepat yaitu
(Teik E Oh, 2003) dengan menggunakan tehnik sliding scale (Siti
Chasnak ,2000;Askandar T,2000) Protokol lain yang
KAD HONK disarankan adalah dengan metode continuous dengan
syringe pump. Diawali dengan bolus RI 0,1 IU / kg
HARIAN MINGGUAN intra vena, dilanjutkan dengan syringe pump 0,1
GEJALA PRODOR-
MAL IU/ kg / jam sampai gula darah menacapai 250 mg /
dL. Pada saat ini cairan yang mengandung glukosa
PENURUNAN KES- ++ +++
Tabel 3. Perbandingan KAD dan HONK: (Teik E Oh, 2003) digunakan untuk infus, dan syringe pump insulin
ADARAN
KADAR GLUKOSA ++
KAD +++
HONK diturunkan menjadi 0,05 IU/kg/jam. Target gula darah
DARAH dipertahankan pada level 200 mg/dL (Fleisher,2006).
HARIAN MINGGUAN
KETONE
GEJALA PRODORMAL +++ 0/+
C. REGULASI ELEKTROLIT
PENURUNAN KESADARAN
ASIDEMIA ++
+++ 0/+ +++ Kadar Kalium yang awalnya normal langsung
akan turun seiring dengan terapi cairan dan insulin.
ANION GAP ++ 0/+
Pada kadar Kalium antara 3,3 – 5,5 dianjurkan untuk
14
OSMOLALITY ++ +++ menambahkan KCl 7,46 % sebanyak 20 – 30 mEq
untuk tiap liter cairan replacement. Bila kadar Kalium
92
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
< 3,0 dianjurkan untuk menghentikan sementara tx Secara umum pengelolaan perioperatif pasien
insulin selama 1 atau 2 jam, dan menambahkan dengan DM dapat dilihat seperti bagan berikut ini :
KCl 10 – 20 mEq / jam, dengan monitoring ketat Tabel 4. Diagram pengelolaan perioperatif pasien
dan pemeriksaan berulang. Target tx adalah Diabetes Mellitus (Lois L Bready et al,2007)
mempertahankan kadar Kalium antara 4 – 5 mEq/L
(Teik E Oh, 2003).
93
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
94
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
ketidakseimbangan antara faktor relaksasi dan Tabel 5. Strategi klinis dalam penatalaksanaan
faktor konstraksi vaskuler, antara antikoagulasi dan perioperatif komplikasi DM
prokoagulasi, faktor proliferasi dan menghambat (Rothenberg, et.al., 2005 )
proliferasi(Sarodja,1999). Dimana hal tersebut Strategi pengelo-
Komplikasi Komplikasi
akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas laan dan pertimban-
diabetes potensial
anestesi-pembedahan. Seperti kita ketahui bahwa gan klinis
pembuluh darah penderita diabetes jauh lebih Penyakit Infark mio- • Hindari faktor
pembuluh kard presipitasi iskemia
tua dibandingkan dengan penderita non DM dari
darah (at- miokard
umur kronologis yang sama. Pemeriksaan meliputi erosklerosis) • Pemberian obat
keadaan sirkulasi/jantung, faal ginjal, keseimbangan antagonis reseptor
b adrenergik
elektrolit dan keadaan metabolik disamping • Pengendalian gula
pemeriksaan laboratorium lainnya. Pemeriksaan darah secara ketat
kemungkinan adanya infeksi, keadaan asidosis, • Pengendalian kadar
lipid darah
bagaimana regulasinya dll, sehingga pasien dalam • Aspirin (antiplatelet
keadaan stabil/optimal (Siti Chasnak S,2000). therapy)
Secara ringkas maka perlu diadakan suatu • Pengendalian teka-
nan darah (<130/80
pendekatan lebih sistematis untuk menilai keadaan mmHg) bila tidak
klinis penderita. ada kontraindikasi
1. Menentukan tipe diabetesnya Stroke • pemberian obat
antagonis reseptor
2. Penilaian beratnya penyakit ( DM ) (Siti
b adre-nergik
Chasnak S,2000;Askandar T,2000) • ACE inhibitor/ARB
* Umur dan onset DM • Pengendalian gula
darah secara ketat
* Pengobatan yang sedang dijalani/ • Pemberian obat
diperlukan ( diet, OAD, Insulin ) anti-agregasi
* Adanya kondisi yang menunjukkan trombosit sesuai
kebutuhan
ketidakstabilan DM, misalnya ketosis, • Pengendalian kadar
hipoglikemi berulang karena insulin. lipid darah
* Masalah metabolik lainnya. Neuropati Ulserasi • Hndari penekanan
perifer ekstremitas pada daerah ulkus
* Komplikasi-komplikasi target/
bawah dan daerah berpo-
end organ misalnya polineuropati, tensi ulserasi.
nefropati, penyulit jantung atau Peningka- • Pengendalian gula
penyulit pembuluh darah perifer. tan risiko darah secara ketat
infeksi • Vaksinasi (influenza,
3. Penggolongan penderita DM dalam 3 kelas pneumococcal)
(Siti Chasnak S,2000) Hambatan • Pengendalian gula
Kelas 1 : DM dengan terapi diet atau diet penyembu- darah secara ketat
dan OAD. han luka • Pemeriksaan ketat
terhadap luka
Kelas 2 : DM dengan terapi insulin sampai operasi
40 unit/hari Neuropati Penurunan • Hindari obat-obat
Kelas 3 : DM dengan terapi insulin lebih otonom tonus kand- tertentu (seperti
ung kemih antikolinergik)
dari 40 unit/hari atau juvenile DM.
Gastropa- • Kurangi pemakaian
Dalam penatalaksanaan perioperatif pasien resis analgestik opioid
• Pemberian diet ber-
dengan DM perlu beberapa hal yang harus tahap paska bedah
diantisipasi diantaranya seperti terlihat dalam tabel • Pemberian
obat prokinetik
dibawah ini :
(metooclopra-mide)
95
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
96
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
Populasi Target Alasan tehnik sliding scale sebagai berikut (Siti Chasnak
Pasien kadar glu- ,2000;Askandar T,2000) :
kosa darah
97
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
98
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
99
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
juga harus kita kontrol dengan cermat.(Vincent J bahaya aspirasi paru dapat dikurangi seminimal
Collins M D,1996) mungkin, karena penderita tetap sadar, dan refleks
proteksi tubuh seperti refleks laring masih utuh
c. Pemeliharaan anestesi disamping itu anestesi regional menurunkan respon
Anestesi dapat dipertahankan dengan neuro-endokrin terhadap stress pembedahan
N2O-O2 dan dengan agen inhalasi. Pengaruh utamanya refleks adreno kortikal, sehingga relatif
ether terhadap kenaikan kadar gula darah dibagi aman untuk penderita.Pada spinal anestesi dapat
dalam 2 golongan yaitu pengaruh langsung menghindari problem efek toksik sistemik, tetapi
dan tidak langsung. Timbulnya hiperglikemia bila direncanakan akan dilakukan blok spinal tinggi,
sebagai pengaruh tidak langsung yaitu dengan status cairan harus baik. Sedangkan kekurangannya
jalan meningkatkan aktifitas simpatis yang adalah pada penderita hipovolemik dan asidosis
akan menyebabkan glikogenolisis dalam hepar. akan menurunkan volume distribusi obat lokal
Sedang pengaruh langsung ether terhadap anestesi sehingga dapat menyebabkan toksis pada
metabolisme karbohidrat kurang begitu dosis rendah.(Styttar,1991)
jelas, diduga adanya inhibisi insulin terhadap
transport glukosa melalui membran plasma, C. MANAJEMEN PASKA OPERATIF
atau inhibisi fosforilasi dalam mitokondria (Siti Monitor kadar glukosa harus dilanjutkan pada
Chasnak,2000). Sedangkan inoflurane pada periode paska bedah. Pada pembe-dahan sehari,
konsentrasi 1, 3 MAC secara signifikan dapat regimen OHO segera dilanjutkan sesudah penderita
meningkatkan growth hormon dan kadar diperbolehkan diit oral. Pengecualian adalah pada
glukosa darah tetapi tak akan merubah kadar prosedur yang berhubungan dengan pemakaian
insulin dan kortisol. (Oberoi G, 2000) radiokontras iodine, OHO golongan biguanide baru
Pemakaian enflarane tidak mempengaruhi dapat diberikan setelah 72 jam dan kreatinin serum
kadar glukosa, hanya memberi perubahan kecil normal (Morgan et.al., 2006)
pada kadar kortisol dan ACTH. Demikian pula Pada pembedahan mayor yang mengharuskan
Halothan juga tidak mempengaruhi perubahan penderita belum diperbolehkan diit oral atas
kadar gula darah berarti meski diberikan dengan indikasi tertentu, maka infus karbohidrat masih
kadar yang tinggi (2,1 MAC). (Sunatrio, 1996) dipertahankan untuk mencegah hipoglikemia dan
Bahkan pada penelitian invitro (Greene, 1974, ketosis (Dagogo-Jack et.al., 2002).
Bruner, 1974) membuktikan bahwa Halothan
dapat menghambat pelepasan insulin sebagai VI. KESIMPULAN
respon hiperglikemi tetapi tidak berpengaruh Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan yang
pada insulin plasma selama anestesi (Siti ditandai dengan berubahnya homeostasis glukosa
Chasnak,2000) (Oberoi G, 2000). Relaksasi disebabkan definisensi insulin mutlak ataupun
selama pembedahan dapat dicapai dengan relatif. DM bermanifes sebagai kumpulan gejala yang
pemberian obat pelumpuh otot non depolarisasi. ditandai adanya hiperglikemi yang menetap dengan
Selama anestesi dikerjakan ventilasi kendali, kelainan metabolik yang bercirikan defisiensi insulin.
dijaga tetap normokapnia dan hindari hipoksia. Penanganan anestesi pada penderita DM yang
Pada akhir anestesi, paralisis otot dipulihkan akan menjalani pembedahan telah dimulai dari pra
dengan pemberian prostigmin dan atropin. operasi, berlanjut sampai durante dan pasca operasi.
Tujuan persiapan perioperatif untuk menurunkan
2. ANESTESI REGIONAL morbiditas dan mortalitas, dengan pengendalian
Anestesi regional (epidural, spinal, blok saraf metabolisme dan kadar gula darah, menghindari
perifer) mempunyai keuntungan dibandingkan hipoglikemia dan hiperglikemia yang berlebihan
dengan anestesi umum yang dilakukan pada selama pembedahan, serta menghilangkan/
pasien dengan DM. Keuntungan ini diantaranya mengurangi gangguan cairan dan elektrolit.
100
Anestesi pada Diabetes Mellitus...
Komplikasi akut pada DM adalah ketoasidosis 8. Styttar, MI., Tantra, A.H., Lami, B., 1991,
diabetik dan sindroma hiperglikemik hiperosmolar, Penatalaksanaan Anestesi Pada Bedah Akut
penundaan pembedahan yang bertujuan stabilisasi Penderita Ketoasidosis Diabetik, Makalah Kursus
status metabolik merupakan prioritas utama. Penyegar dan Penambah Anestesiologi, Jakarta,
Pertimbangan mengenai obat anestesi Hal.59-71.
dan teknik anestesi pada DM ditentukan oleh 9. Dagogo-Jack, Samuel, MD, FRCP, and K. George
kondisi metabolik, jenis pembedahan dan faktor M.M. Alberti, DPhil, PRCP; Management of
keterampilan ahli anestesi.Pada anestesi umum Diabetes Mellitus in Surgical Patients; in Diabetes
perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menjadikan Spectrum Volume 15, Number 1, 2002. pp. 44-48
penyulit pada waktu dilakukan intubasi seperti 10. Fleiser, Anesthesia and Uncommon Diseases,
adanya Stiff Joint Syndrome dan gastroparesis. Philadelphia,2006 pp.444-451
Dengan melakukan persiapan yang komprehensif 11. Jacober, Scott J. DO; James R. Sowers, MD; An
maka diharapkan penanganan anesthesia pada Update on Perioperative Management of Diabetes;
pasien dengan DM dapat menghasilkan outcome ARCH INTERN MED/VOL 159, NOV 8, 1999;
yang maksimal. downloaded from www.archinternmed.com.
12. John, A.D, MD, et.al., Evaluation of the Patient
DAFTAR PUSTAKA eith Endocrine Disease or Diabetes Mellitus; in
1. Siti Chasnak, S, 2000, Perioperatif Penderita Anesthesiology; 1st ed.; Mc Graw-Hill Company
Diabetes Mellitus dalam Buku Naskah Lengkap Inc.; New York; 2008; pp. 185-193.
Kongres Nasional III Ikatan Dokter Spesialis 13. James Duke M.D, Anesthesia Secrets, 2nd ed
Anestesiologi Indonesia, Jakarta; hal. 219-228. ,Philadelphia 2000 ; pp273-277.
2. Perkumpulan Endoktrinologi Indonesia 14. Marks, Jennifer B., M.D; Perioperative
(Perkeni), Terapi Insulin pada penderita Diabetes Management of Diabetes; in American Family
Mellitus,PERKENI : 2007 Physician, January 1, 2003 / Vol. 67, number 1,
3. Askandar T., 2000, Diabetes Mellitus Anestesi- downloaded from www.aafp.org/afp, University
Operasi (Patofisioligo Organ) Kumpulan of Miami School of Medicine,Miami, Florida.
Makalah Kongres Nasional III IDSAI, Jakarta, 15. Morgan, G. Edward, Jr, ed. et. al. ; Clinical
Hal. 219-228 Anesthesia; 4th ed.; Lange Medical Books / Mc
4. Roizen, M.F., Steven, A., Lampe G.H., 1989, Graw-Hill Medical Publishing Division; New
Perioperatif Management of Patients With York; 2006; pp. 803-807.
Endocrine Disease, In General Anesthesia. 5th. 16. Peterfreund, Robert A, MD, Ph.D, et.al.; Endocrine
Ed. Butter World International, p. 726-730 Surgery and Intraoperative Management of
5. Sunatrio, S., 1996, Penatalaksanaan Anestesi Endocrine Conditions; in Anesthesiology; 1st
Pada Pasien Diabetes Mellitus, Makalah Kursus ed.; Mc Graw-Hill Company Inc.; New York;
Penyegaran dan Penambah Anestediologi, 2008; pp.1420-1425.
Jakarta, Hal. 1-17. 17. Stier, Gary R; Preoperative Evaluation and
6. Stoelting, Robert K., ed. et. al. ; Pharmacology Testing; in Adult Perioperative Anesthesia: the
and Physiology in Anesthetic Practice; 4th ed.; requisite in anesthesiology; 1st ed.; Elsevier-
Lippincott Williams Wilkins; Philadelphia; 2006; Mosby; Philadelphia; 2004; pp. 65-68.
pp.813-816. 18. Rothenberg, David M, MD, FCCM; Mira Loh-
7. Oberoi G and Philips G, 2000, The Peroperative Trivedi, PharmD; Benjamin Pace, MD, FACS;
Management of Diabetes Undergoing Surgery, Raymond Cheung, MD; Issac Sachmechi, MD,
Anesthesia emergency Situations a Management FACP, FACE;, Perioperative Management of
Guide, Mc Graw Hill Company, Australia, p. 309- the Diabetic Patient; downloaded from www.
314. medline.com
101
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016
19. Radi, Basuni, Dr., SpJP; Peningkatan Kejadian 22. Spechtrie, Leon K., MD, et.al., Diabetes Mellitus;
Kardiovaskuler pada Penderita Diabetes in Clinical Cases in Anesthesia; 3th ed.; Elsevier
Mellitus; 2005; downloaded from www. Inc.; Philadelphia; 2005; pp. 149-154.
harapankita.co.id. 23. Lois L Bready,MD et al,Decision Making in
20. Sarodja. Disfungsi Endotel pada Diabetes Anesthesiology : An Algorithmic Approach,Fourth
Mellitus. Dalam : Pertemuan Ilmiah Tahunan Edition,Philadelphia,2007 p.182-185
Ilmu Penyakit Dalam; 11 – 12 September 1999; 24. Vincent J Collins, MD, Physiologic and
Yogyakarta; 1999; P. 91 – 95. Pharmacologic Bases of Anesthesia,Chicago
21. Jean Fox MD and Amy F Orenstein, Illinois,1996 pp 308-314
Gastroparesis,The American College of 25. Teik E Oh, Diabetic Emergecies in Intensive Care
Gastroenterology,2009 Manual, Fifth ed,Toronto,2003 pp 551-558
102