Anda di halaman 1dari 13

Biopsikososial ISSN 2599 - 0470

Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

Hubungan antara Self-Regulated Learning dan Prokrastinasi

Akademik Mahasiswa Institute Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta

Popi Avati1, Rinda Tatu Aisyah2


Universitas Mercu Buana
popiavati@gmail.com1, rindatatuaisyah1405@gmail.com2

Abstrak. Menghafal Al-qur’an tidak dapat disamakan dengan


menghafal informasi lain pada umumnya. Penghafal Al-qur’an
dituntut untuk mempertahankan Ayat-ayat yang telah mereka
hafalkan. Penghafal Al-qur’an yang menggunakan strategi regulasi
diri, akan mampu mempertahankan Ayat-ayat yang telah dihafalkan
dan terhindar dari perilaku prokrastinasi dalam menghafal. Fokus
penelitian ini adalah untuk menguji hubungan self-regulated learning
dengan prokrastinasi akademik di Jakarta. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 273 mahasiswi Institute Ilmu Al-qur’an (IIQ) Jakarta
dengan menggunakan teknik proportionate stritified random sampling.
Pearson product moment digunakan untuk menguji hubungan antara
kedua variabel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan (p = 0,00 < 0,05 r = - 0,758)
antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswi IIQ, Jakarta.
Kata Kunci: self-regulated learning, prokrastinasi akademik, penghafal
Al-qur’an.

Pendahuluan pemahaman ilmu Al-qur’an, lembaga IIQ

Institute Ilmu Al-qur’an (IIQ, Ciputat- juga mengharuskan setiap mahasiswa

Jakarta, berdiri pada tahun 1977) program Strata Satu (S1) dari seluruh

merupakan lembaga perguruan tinggi fakultas yang ada, untuk menghafal Al-

yang menggabungkan sistem pendidikan qur’an. Minimal juz yang harus dihafal

nasional dan pesantren. Sesuai dengan selama menempuh Strata Satu adalah 5 juz

ejaannya, lembaga perguruan tinggi IIQ dan maksimalnya 30 juz Al-qur’an yang

(Institute Ilmu Al-qur’an) lebih dijadikan sebagai syarat mengikuti ujian

memberikan perhatian besar pada akhir semester (UAS), dan sebagai syarat

pemahaman ilmu-ilmu Al-qur’an sejak kelulusan mahasiswi program S1.

pertama kali didirikan. Tidak hanya

114
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

Al-qur’an merupakan kitab suci orang (1989) memperkenalkan startegi

Islam yang diyakini kesucian dan pembelajaran yang dilakukan siswa dalam

keistimewaannya. Al-qur’an sendiri terdiri melibatkan aspek metakognitif, motivasi

dari 114 Surat, 6.236 Ayat, 77.439 kata, dan dan perilaku untuk mencapai setiap tujuan

323.015 huruf dengan simbol huruf yang belajar, startegi ini dinamakan dengan self-

sama sekali berbeda dengan simbol huruf regulated learning strategy. Menurut

bahasa Indonesia (Chaerani, & Subandi, Zimmerman (1989), regulasi diri dapat

2010). Meskipun simbol huruf dalam Al- menggambarkan tingkat keaktifan siswa

qur’an sangat berbeda dengan simbol dalam berpartisipasi selama proses

huruf bahasa Indonesia, banyak penduduk belajaranya baik secara metakognitif

Indonesia yang menjadi penghafal Al- (menyusun rancangan belajar), motivasi

qur’an bahkan kerap kali mengikuti lomba dan perilaku (mengoptimalkan

baik National maupun International. lingkungan belajar).

Selain itu, jumlah penghafal Al-qur’an Namun, berdasarkan hasil wawancara

di Indonesia mengalahkan jumlah terhadap empat orang mahasiswi S1

penghafal Al-qur’an di Arab Saudi yang penghafal Al-qur’an, ditemukan bahwa

berjumlah 6.000 orang penghafal Al- situasi seperti tugas kuliah dan organisasi,

qur’an. Dari jumlah penduduk Indonesia terkadang membuat mereka terpaksa

yang berjumlah sekitar 234 juta jiwa, menunda target hafalan Al-qur'an yang

tercatat 30.000 penghafal Al-qur’an di telah dibuat. Selain itu, sebagian

Indonesia (Republika.co.id, 25 Oktober mengatakan bahwa terkadang mereka

2018). mengabaikan hafalan dikarenakan terlalu

Penghafal Al-qur’an membutuhkan asik bermain handphone, mengikuti ajakan

strategi yang tepat dalam menghafalkan teman dan keluarga, dan menonton

Ayat-Ayat Al-qur’an agar kode arti yang bioskop (IIQ, Jakarta, 19 Oktober 2018).

dibuat dalam memori dapat mewakili Dalam psikologi sendiri, menunda

323.015 huruf Al-qur’an, sehingga tidak sebuah tugas yang sebelumnya telah

terjadi konflik antar Ayat, dan agar Ayat direncanakan dengan memilih aktivitas

yang telah dihafalkan tidak tertekan ke yang tidak berkaitan dengan tugas

dalam alam bawah sadar, sehingga dapat merupakan karakteristik dari perilaku

diingat kembali dengan baik. Zimmerman prokrastinasi. Steel (2010) mendefinisikan

115
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

prokrastinasi dengan penundaan sukarela menunjukkan hubungan negatif yang

terhadap kegiatan yang direncanakan akan signifikan antara regulasi diri dengan

dilakukan, meskipun harapannya menjadi prokrastinasi, (r= -0.551; p = 0.000).

lebih buruk dikarenakan penundaan Berdasarkan dari uraian latar

tersebut. belakang, penelitian-penelitian, dan

Dalam beberapa penelitian empiris, fenomena diatas, peneliti ingin melakukan

telah banyak ditemukan bahwa self- penelitian untuk mengetahui hubungan

regulated learning strategy berhubungan “self-regulated learning dengan prokrastinasi

dengan prokrastinasi akademik. Seperti akademik terhadap mahasiswi penghafal Al-

penelitian yang dilakukan Fitriya dan qur’an” di Institute Ilmu Al-qur’an (IIQ),

Lukmawati (2016) terhadap 123 orang Ciputat, Jakarta. Alasan peneliti

Prodi DIII Keperawatan STIKES Mitra melakukan penelitian ini di IIQ adalah

Adiguna Palembang yang menemukan karena IIQ satu-satunya Perguruan Tinggi

korelasi antara self-regulated learning di Jakarta yang mewajibkan semua

dengan prokrastinasi sebesar r= -0,755 mahasiswinya untuk menghafalkan Al-

dengan signifikansi p= 0,000. Selanjutnya, qur’an dan dijadikan sebagai salat satu

Ardina dan Wulan (2016) terhadap 120 syarat ujian dan kelulusan untuk

siswa kelas X di SMA Negeri 10 Jakarta mendapatkan gelar Sarjana S1

dengan melakukan analisis regresi, Rumusan Masalah

ditemukan bahwa besar pengaruh yang Rumusan masalah dalam penelitian

dihasilkan regulasi diri terhadap ini adalah “Apakah terdapat hubungan

prokrastinasi akademik adalah 29,3% dan antara self-regulated learning dan

70,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. prokrastinasi akademik pada mahasiswi

Selain itu, Febritama dan Sanjaya Institute Ilmu Al-qur’an (IIQ) Jakarta.

(2018) dengan penelitian metode Tujuan Penelitian

kuantitatifnya, melibatkan 170 mahasiswa Penelitian ini bertujuan untuk

yang menjalani perkuliahan semester 3 di mengetahui hubungan self-regulated

salah satu Universitas Surabaya. Penelitian learning dengan prokrastinasi akademik

dari Febritama dan Sanjaya (2018) terhadap mahasiswi Institute Ilmu Al-

menjelaskan bahwa mahasiswa semester 3 qur’an (IIQ), Ciputat, Jakarta.

di salah satu universitas di Surabaya Landasan Teori

116
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

Pengertian Prokrastinasi Akademik ketika individu memiliki harapan yang

Steel (2007) mengatakan bahwa rendah dengan keberhasilan sebuah

semua konsep dari prokrastinasi selalu tugas. Expectancy ini sangat erat

memperkenalkan adanya kegiatan kaitannya dengan self efficacy, siswa

menunda, memperlambat, atau yang yakin bahwa dirinya tidak mampu

menangguhkan sebauh tugas atau menyelesaikan tugas sekolah, akan

keputusan. Sebagaimana kata asal dari cenderung menunda tugas tersebut.

prokrastinasi yang berasal dari bahasa 2. Value

latin “pro,” yang berarti “meneruskan, Value menggambarkan task avertiveness,

melanjutkan, atau menangguhkan,” dan need for achievment, dan boredome. task

“crastinus,” yang berarti “esok hari” avertiveness diartikan dengan

(Klein, 1971; Steel, 2007). Steel (2007) ketidaksenangan sebuah tugas.

mendefinisikan prokrastinasi dengan Semakin tugas tidak menyenangkan,

penundaan sukarela terhadap kegiatan maka semakin kita akan menunda tugas

yang direncanakan akan dilakukan, tersebut. (Steel, 2007).

meskipun harapannya menjadi lebih 3. Delay

buruk dikarenakan penundaan tersebut. Steel (2011) menjelaskan bahwa

Steel dan Konig (2006) mengatakan perilaku menunda terjadi disebabkan

bahwa prokrastinator biasanya dicirikan oleh impulsiveness yang mana individu

dengan orang yang berencana untuk tergesa-gesa untuk bertindak dengan

bertindak, namun mereka merubah kesenangan yang bersifat sementara

pikiran mereka dan gagal untuk bertindak dibandingkan dengan tujuan yang

terhadap rencana mereka. bersifat jangga panjang. (Steel, 2007).

Aspek-Aspek Prokrastinasi
Aspek Tingkat Prokrastinasi
Steel (2007) menjelaskan bahwa TMT
Steel (2010) mengemukakan satu aspek
didasarkan pada tiga faktor utama yang
yang dapat mengukur tinggi rendahnya
dapat meningkatkan individu untuk
perilaku prokrastinasi, yaitu “Irrational
melakukan perilaku prokrastinasi.
Delay”. Steel (dalam Prayitno Siaputra, dan
1. Expectancy:
Lasmono, 2013) menjelaskan bahwa
Steel (2007) menjelasakan bahwa
Irrational Delay merupakan rumusan dari
perilaku prokrastinasi dapat muncul

117
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

TMT yang telah diuraikan di atas dan neuroticism, neuroticism telah diteliti

berkorelasi dengan ketiga aspek TMT. sebagai sumber penyebab perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi. Neuroticism sendiri memiliki

prokrastinasi empat aspek, yaitu:

Melalui meta-analisis, Steel (2007) a. Irrational beliefs

menjelaskan faktor-faktor yang Kognitif, pikiran, dan Irrational beliefs

menyebabkan prokrastinasi, yaitu: merupakan istilah yang termasuk dari

1. Task characteristics yang meliputi: pandangan disfungsional atau

a. Waktu pemberian hukuman dan kecemasan yang memprovokasi. Ellis

reward Penundaan merupakan sebuah (1973; Steel, 2007) mencirikan Irrational

keputusan sukarela untuk beliefs dengan dua hal, (1) selalu

mengerjakan atau menyelesaikan menghalangi seseorang untuk mencari

tugas (Steel, 2007). Hal ini berkaitan kebahagiaan dan pemenuhan

dengan waktu terjadinya efek dari keinginan, (2) selalu sewenang-wenang

tugas tersebut dapat berpengaruh dan tidak menerima bukti atau tidak

terhadap keputusan orang untuk dapat dibuktikan.

memulai atau menunda tugasnya. b. Rendahnya Self-efficacy dan self-esteem

b. Task aversiveness Rendahnya self-efficacy mengakibatkan

Diartikan sebagai sebuah perilaku seseorang meragukan kemampuan

yang kita anggap tidak dirinya untuk bekerja dengan baik.

menyenangkan. Steel (2007) c. Self-handicapping

mengatakan bahwa penelitian Berzonsky (1992; Steel, 2007)

membuktikan ketika kita dihadapkan mengatakan bahwa Self-handicapping

pada tugas yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan tipe identitas

kita akan cenderung menunda atau diffuse/avoidant yang merupakan tipe

menangguhkannya. kepribadian yang berusaha untuk

2. Individual differences menghindari informasi yang relevan

Steel mengatakan bahwa telah banyak tentang dirinya sendiri.

penelitian yang menghubungkan d. Depresi

pengaruh karakter individu terhadap Dalam DSM-IV (1994; Steel, 2007),

perilaku prorastinasi, salah satunya adalah depresi didefinisikan sebagai

118
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

ketidakmampuan untuk menikmati menggunakan strategi atau respon yang

aktifitas hidup, cenderung tidak terperinci. Karena regulasi diri pada siswa

memiliki energi, dan memiliki masalah melibatkan strategi atau respon yang

konsentrasi. dibatasi dengan waktu yang bersifat

3. Hasil sementara, jadi siswa berusaha untuk

Prokrastinasi bisa disebabkan oleh berinisiatif dan mengatur strategi

perasaan tidak puas dengan suasana hati terperinci tersebut dengan secara proaktif

atau kinerja yang dihasilkan. mempersiapkan waktu yang dibutuhkan,

Prokrastinator cenderung akan menjadi waspada dan berusaha. Zimmerman

lebih buruk tergantung dengan apa yang (1990) menyimpulkan bahwa secara

mereka rasakan dan hasilkan. konseptual, regulasi diri merupakan

4. Demographics keaktifan siswa secara metakognitif,

Faktor Demographics juga dapat motivasi dan perilaku untuk

mempengaruhi prokrastinasi, yaitu: usia, berpartisispasi dalam proses kegiatan

jenis kelamin, dan tahun. Dalam beberapa belajar.

penelitian, Steel (2007) mengatakan bahwa Aspek-Aspek Self-Regulated Learning

orang akan melakukan perilaku Zimmerman (1989) mengatakan bahwa

prokrastinasi saat mereka menua dan self-regulated learning memiliki tiga aspek,

belajar dari pengalaman (usia). Sebuah yaitu:

hasil meta-analisis (Else-Quest, Hyde, a. Metakognitif

Goldsmith, & Van Hulle, 2006; Steel, 2007) Metakognitif mencakup perencanaan,

ditemukan bahwa wanita memiliki nilai penetapan tujuan belajar, pengaturan,

usaha untuk mengontrol diri yang tinggi dan evaluasi yang dilakukan oleh

dibandingkan dengan laki-laki (jenis siswa untuk meningkatkan

kelamin). Kachgal dkk. (2001; Steel, 2007) keterampilan selama proses belajar.

meyakini bahwa dewasa ini, perilaku b. Motivasi

prokrastinasi semakin meningkat (tahun). Motivasi mencakup self-efficacy yang

Pengertian Self-Regulated Learning tinggi, self-attribution, dan ketertarikan

Zimmerman (1990) mengatakan bahwa kepada tugas secara intrinsik. Mereka

regulasi diri menunjukkan bagaimana dan menampilkan upaya yang besar, dan

kenapa seorang siswa memilih untuk tekun selama belajar.

119
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

c. Perilaku korelasional dikarenakan masalah dalam

Perilaku mencakup memilih, penelitian ini sudah jelas dan peneliti juga

menyusun, dan membuat lingkungan ingin mengetahui hubungan antara dua

belajar yang optimal. variable IV dan DV dengan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self- mengumpulkan data yang bersifat

Regulated Learning statistik. Non-eksperimental dikarenakan

Zimmerman (1989) mengemukakan peneliti tidak melakukan perlakuan

tiga faktor yang dapat mempengaruhi kepada kedua variable yang ada. Menurut

regulasi diri siswa didasarkan oleh social Sugiyono (2018), penelitian kuantitatif

learning theory, yaitu sebagai berikut: merupakan metode penelitian yang

1. Faktor personal digunakan untuk meneliti pada populasi

Faktor personal mencakup pengetahun, atau sampel tertentu, pengumpulan data

proses metakognitif, tujuan, dan emosi. menggunakan instrumen penelitian,

2. Faktor perilaku analisis data bersifat kuantitatif atau

Faktor perilaku mencakup observasi statistik, dengan tujuan untuk

diri, penilaian diri dan reaksi diri. menggambarkan atau menguji hipotesis

3. Faktor lingkungan yang telah ditetapkan

Faktor lingkungan mencakup pengaruh Populasi dan Sampel

sosial dan pengalaman yang ada Populasi dalam penelitian ini adalah

terhadap fungsi manusia. seluruh mahasiswi Institute Ilmu Al-

Hipotesis qur’an (IIQ) Jakarta yang berjumlah 1.367.

Hipotesis yang diajukan dalam Ditentukan sebanyak 273 orang mahasiswi

penelitian ini adalah “ada hubungan yang akan peneliti jadikan sampel, dengan

antara self-regulated learning dengan tingkat kesalahan sebesar 5%.

prokrastinasi akademik”. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian Teknik sampling yang digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah proportionate

penelitian ini adalah pendekatan strietefied rondom sampling. Dari teknik

kuantitatif korelasional non- tersebut, didapati sebanyak 122 responden

eksperimental. Penelitian ini dari Fakultas Tarbiyyah, 113 responden

menggunakan metode kuantitatif

120
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

dari Fakultas Usuluddin, dan 38 sehingga sisa item skala SRL yang

responden dari Fakultas Syari’ah. digunakan dalam penelitian ini adalah 27

Instrumen Penelitian item. Untuk validitas alat ukur IPS,

Dalam penelitian ini, alat ukur yang terdapat 3 item dengan nilai validitas di

digunakan untuk mengukur Self-regulated bawah 0.2 yang berarti item tersebut tidak

learning adalah skala yang disebut dengan valid. Sehingga sisa item skala IPS yang

SRL (Self-Regulated Learning) yang dibuat digunakan dalam penelitian ini adalah 6

oleh Agustina Revytyas Arumsari (2016) item.

yang berjumlah 48 item. Sedangkan untuk Uji Reliabilitas

alat ukur Prokrastinasi Akademik adalah Dari hasil tabel statistik reliabilitas

skala yang dibuat oleh Steel (2010) dengan didapatkan nilai Cronbach’s alpha dari

satu aspek yaitu Irrational Delay yang telah skala self-regulated learning sebesar 0,908 ,

diadaptasi oleh Siaputra (2013) ke dalam nilai reliabilitas tersebut menunjukkan

bahasa Indonesia yang berjumlah 9 item. bahwa skala self-regulated learning memiliki

Uji Validitas nilai reliabilitas yang tinggi sehingga layak

Untuk menguji validitas alat ukur ini, digunakan dalam penelitian. Sedangkan

peneliti melakukan try out pada 49 untuk skala prokrastinasi, didapatkan

responden dari mahasiswi IIQ. Setelah nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,882

dilakukan try out, dari 48 item terdapat 21 dengan jumlah 6 item, nilai reliabilitas

item dengan nilai validitas di bawah 0.2 tersebut menunjukkan bahwa skala

yang berarti item tersebut tidak valid, prokrastinasi memiliki nilai reliabilitas

yang tinggi sehingga layak digunakan

dalam penelitian.
Rtg.
Kategorisasi Nilai Hipotetik dan Empirik
Var. Kat. H E
*Var. (Variabel), PA (prokrastinasi
R 6 – 12 6–9
akademik, SRL (self-regulated learning), Kat.
PA S 13 - 18 10 – 18 (kategori), R (rendah), S (sedang), T
T 19 – 24 19 – 24 (tinggi), Rtg. (Rentang), H (hipotetik), E

R 27 – 54 42 – 62 (empirik).

SRL S 55 – 81 63 – 83

T 82 – 108 84 - 96

121
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

responden atau 16,5% dengan kategori


DV Nilai Sig Keterangan
IV
tinggi.

Berkorelasi
- Fre. %
PA 0,00 Secara
SRL 0,758
Signifikan Kat.
H E H E
Var.
*Fre. (frekuensi), % (persentase).
R 122 53 44,7 19,4
Berdasarkan nilai hipotetik terdapat 122
PA S 88 157 32,2 57,5
responden atau 44,7% yang memiliki

prokrastinasi dengan kategori rendah, 88 T 63 63 23,1 23,1

responden atau 32,2% dengan kategori R 6 56 2,2 20,5


sedang, dan 63 responden atau 13,1%
SRL S 205 172 75,1 63
dengan kategori tinggi. Tapi jika
T 62 45 22,7 16,5
dibandingkan dengan nilai empirik maka

didapati perbedaan yaitu terdapat 53 Analisa Uji Hipotesis


responden atau 19,4% yang memiliki Berdasarkan hasil perhitungan
prokrastinasi dengan kategori rendah, 157 menggunakan koefiensi korelasi pearson
atau 57,5% dengan kategori sedang, dan 63 product moment, terdapat nilai sig 0,00 <
responden atau 23,1% dengan kategori 0,05, maka dapat disimpulkan terdapat
tinggi. hubungan yang signifikan antara self-
Berdasarkan nilai hipotetik, terdapat 6 regulated learning dengan prokrastinasi
responden atau 2,2% yang memiliki akademik.
regulasi diri dengan kategori rendah, 205 Adapun nilai koefiensi korelasi adalah -
responden atau 75,1% dengan kategori 0,758 yang menunjukkan arah hubungan
sedang, dan 62 responden atau 16,5% yang negatif, yang berarti semakin tinggi
dengan kategori tinggi. Tapi jika self-regulated learning seseorang maka
dibandingkan dengan nilai empirik maka semakin rendah prokrastinasi
didapati perbedaan yaitu terdapat 56 akademiknya, dan begitu pula sebaliknya.
responden atau 20,5% yang memiliki Hubungan setiap aspek variabel
regulasi diri dengan kategori rendah, 172

atau 63% dengan kategori sedang, dan 45

122
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

Pembahasan
Aspek As Nila Sig Keteran
Berdasarkan hasil perhitungan
pe i gan
menggunakan koefiensi korelasi pearson,
k
maka dapat disimpulkan bahwa nilai

koefiensi korelasi adalah -0,758.


Metakogni ID -0,50 0,00 Berkorel
Sedangkan nilai signifikansinya adalah
si asi
0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan yang
Secara
signifikan antara self-regulated learning dan
Signifika
prokrastinasi. Hasil ini berbeda dengan
n
yang ditemukan oleh Park (2011) yang

ID menemukan bahwa hanya metakognisi


Motivasi -0,75 0,00 Berkorel
yang memiliki hubungan negatif yang
asi
signifikan dengan perilaku prokrastinasi
Secara
sedangkan dimensi lainnya tidak
Signifika
berkorelasi secara signifikan. Namun, hasil
n
ini sejalan dengan penjelasan Steel (2007)

ID yang mengatakan bahwa meski seseorang


Perilaku -0,74 0,00 Berkorel
merasa termotivasi dan memiliki kinerja
asi
yang baik ketika berada dalam tekanan
Secara
“deadline”, seseorang tersebut tetap akan
Signifika
mendapatkan hasil yang lebih baik ketika
n
mereka mengerjakan tugas di awal waktu.

*ID (irrational delay). Jika dilihat dari hubungan antar aspek

regulasi diri dengan prokrastinasi,


Dari tiga dimensi regulasi diri, semua
motivasi (regulasi diri) memiliki hubungan
dimensi berkorelasi negatif secara
yang lebih kuat dengan irrational delay
signifikan terhadap prokrastinasi. Adapun
(prokrastinasi) dibandingkan dengan
hubungan yang paling kuat dari aspek-
aspek regulasi lainnya. Hal ini sejalan
aspek tersebut adalah hubungan antara
dengan hasil penelitian yang dilakukan
variabel motivasi dengan irrational delay.
oleh San, Roslan and Sabouripour (2016)

terhadap 100 orang mahasiswa untuk

123
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

mengetahui hubungan antara komponen Saran

motivasi dalam strategi regulasi diri Untuk peneliti selanjutnya diharapkan

(intrinsic goal orientation, extrinsic goal untuk melakukan penelitian dengan

orientation, task value, control of learning menggunakan metode eksperimental

beliefs, self-efficacy for learning and untuk melihat pengaruh antara self-

performance, test anxiety) dan prokrastinasi regulated learning terhadap prokrastinasi

akademik. Hasil menunjukkan bahwa akademik. Selanjutnya, perlu ada kajian

komponen dari regulasi diri (motivasi) ulang yang membahas mengenai

tersebut memiliki hubungan yang hubungan jenis kelamin dengan tingkat

signifikan dengan perilaku prokrastinasi regulasi diri dan prokrastinasi. Sehingga,

akademik. peneliti selanjutnya sebaiknya menambah

Kesimpulan variabel lagi untuk memperkaya hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang penelitian.

dilakukan peneliti, peneliti meyimpulkan Daftar Pustaka


Ardina, P. R. A., & Wulan, D. K. (2016).
bahwa terdapat hubungan negatif yang
Pengaruh regulasi diri terhadap
signifikan antara self-regulated learning dan prokrastinasi akademik pada siswa
SMA. Perspektif Ilmu Pendidikan,
prokrastinasi akademik pada mahasiswi
30(2).
IIQ (Institute Ilmu Al-qur’an) Jakarta (sig. Chaerani, L., & Subandi, M. A. (2010).
Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an,
0,000<0.05) dengan koefisien korelasi r = -
Peranan Regulasi Diri. Yogyakarta:
0,758 yang menunjukkan arah hubungan Pustaka Pelajar.
Clark, L. A., & Watson, D. (1995).
yang negatif, hal ini menunjukkan bahwa
Constructing Validity: Basic Issues In
semakin tinggi self-regulated learning pada Objective Scale Development.
Psychological Assessment, 7(3), 309-
seseorang maka semakin rendah
319.
prokrastinasi akademiknya, dan begitu Damri, & Engkizar, & Anwar, F. (2017).
Hubungan self-efficacy dan
pula sebaliknya. Dari tiga dimensi self-
prokrastinasi akademik mahasiswa
regulated learning, semua dimensi dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan. Jurnal Edukasi: Jurnal
berkorelasi negatif secara signifikan
Bimbingan Konseling, 74. P-Issn-2460-
dengan dimensi prokastinasi akademik 4617. E-Issn-2460-5794.
Febritama, S., & Sanjaya, E. L. (2018).
(sig. 0,000<0,05). Dan dimensi yang
Hubungan antara regulasi diri
memiliki korelasi yang paling kuat adalah dengan perilaku prokastinasi
akademik pada mahasiswa. Jurnal
dimensi motivasi dengan irrational delay.
Ecopsy, 5(2).

124
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

Ferrari, J. R., & Morales, J. F. D. (2007). Science, 22(10), 21-30, E-Issn: 2279-
Procrastination: diverent time 0837, P-Issn: 2279-0845.
orientations rexect diverent motives. Park, S. W., & Sperling, R. A. (2012).
Journal Of Research In Personality, 41, Academic procrastinators and their
707–714. self-regulation. 3(1), 12-23. Published
Ferrari, J.R. (2005). Prevalence of Online January 2012 In Scires.
procrastination in the United States, Http://Dx.Doi.Org/10.4236/Psych.20
United Kingdom, and Australia: 12.31003
arousal and avoidance delays among Prayitno, G. E., & Siaputra, I. B., &
adults. North American Journal Of Lasmono, H. K. (2013). Validasi alat
Psychology, 7(1), 1 -6. ukur irrational procrastination scale
Fitriya Dan Lukmawati (2016). Hubungan (ips). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
antara regulasi diri dengan perilaku Universitas Surabaya, 2(1).
prokrastinasi akademik pada San, Y. L., & Roslan, S. B., & Sabouripour,
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu S. (2016). Relationship between self-
Kesehatan (Stikes) Mitra Adiguna regulated learning and academic
Palembang. Jurnal Psikologi Islami, procrastination. American Journal Of
2(1), 63-74. Applied Sciences, 13 (4), 459.466. Doi:
Hanafi, R. (03 April 2018). Jumlah 10.3844/Ajassp.2016.459.466.
Penghafal Al-Qur’an Meningkat Di Steel, P. (2007). The nature of
Indonesia. procrastination: a meta-analytic and
Https://News.Detik.Com/Jawatenga theoretical review of quintessential
h/3950917/Jumlah-Penghafal-Al- self-regulatory failure. Psychological
Quran-Meningkat-Di-Indonesia. Bulletin, 133(1), 65-94.
Howell, A. J., & Watson, D. C. (2007). Steel, P. (2010). Arousal, avoidant and
Procrastination: associations with decisional procrastinators: do they
achievement goal orientation and exist? Personality And Individual
learning strategies. Personality and Differences, 48, 926-934.
individual differences. 43, 167–178. Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Paid.20
Hurlock, B. E. (1980). Psikologi 10.02.025.
Perkembangan Suatu Pendekatan Steel, P., & Ko¨ Nig, C. J. (2006). Integrating
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: theories of motivation. Academy Of
Erlangga. Management Review, 31(4), 889–913.
Kaplan, R. M., & Sacuzzo, D. P. (2012). Sugiyono (2018). Metode Penelitian
Pengukuran Psikologi. Penerbit: Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Salemba Humanika. Syah, M. (2005). Psikologi Pendidikan
Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Pt
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada. Remaja Rosda Karya.
Mustika (2017). The relationship of self- Ursia, N. R., & Siaputra, I. B., & Sutanto, N.
regulation with academic (2013). Prokrastinasi akademik dan
procrastination behavior on The self-control pada mahasiswa skripsi
Final Semester Students Of Fakultas Psikologi Universitas
Psychology Faculty, Medan Area Surabaya Makara Seri Sosial
University (Uma), Medan, Indonesia. Humaniora, 17(1), 1-18, Doi:
Iosr Journal Of Humanities And Social 10.7454/Mssh.V17i1.1798

125
Biopsikososial ISSN 2599 - 0470
Vol. 3 No. 2 Oktber 2019

Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive


view of self-regulated academic
learning. Journal Of Educational
Psychology, 81(3), 329-339. Copyright
1989 By The American Psychological
Association, Inc. O022-
O663/89/J00.75.
Zimmerman, B. J. (1990). Self-regulated
learning and academic achievement:
an overview. Educational Psychologist,
25 (1), 3-17.
Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a self-
regulated learner: an overview.
Theory Into Practice, 41(2).
Zuhri, D. (22 November 2015). Keinginan
Menghafal Al-Qur’an Meningkat.
Https://Republika.Co.Id/Berita/Duni
a-Islam/Islam-
Nusantara/15/11/22/Ny7p6a301-
Keinginan-Menghafal-Alquran-
Meningkat.

126

Anda mungkin juga menyukai