FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2018
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING RESIDEN :
PEMBIMBING SUPERVISOR :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetrik
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan 2
Daftar Isi 3
BAB 1: Pendahuluan…………………………………………………….…..…4
BAB 3: Kesimpulan……...…………………..…………………………...…….23
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10 % dari
berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan
yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan.2 Pertumbuhan
janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik
yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti gangguan pada janin
seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan berkurangnya volume cairan
ketuban.1
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10 % dari
berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan
yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan.2 Pertumbuhan
janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik
yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti gangguan pada janin
seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan berkurangnya volume cairan
ketuban.1
Janin KMK diartikan sebagai janin dengan taksiran berat janin (TBJ) atau
lingkar perut janin pada pemeriksaan USG yang kurang dari persentil 10. Ini tidak
menggambarkan suatu kelainan pertumbuhan patologis, bahkan hanya
menggambarkan taksiran berat janin yang dibawah kisaran normal. Pertumbuhan
janin terhambat (PJT) tidaklah sama dengan janin KMK. Beberapa PJT adalah
janin KMK, sementara 50-70% janin KMK adalah janin konstitusional kecil
dengan pertumbuhan janin yang sesuai dengan ukuran dan etnis ibu.1,3.4
B. Epidemiologi
5
berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju, dan kejadian ini dapat
berlanjut lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,
karena banyak bayi lahir di rumah tanpa catatan kelahiran. Insiden PJT berbeda di
antara negara, populasi, dan ras dan meningkat seiring menurunnya usia
kehamilan.5 Survey di Jakarta ditemukan bahwa golongan ekonomi rendah ,
prevelensi PJT lebih tinggi (14%) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi
menengah atas.2
6
intrapartum, skor Apgar yang rendah, hipogilkemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia, hipotermia,apnea, kejang dan infeksi.1
D. Etiologi
Secara garis besar, penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor maternal,
faktor plasenta dan tali pusat, serta faktor janin. Kurang lebih 80-85% PJT terjadi
akibat perfusi plasenta yang menurun atau insufisiensi utero-plasenta dan 20%
akibat karena potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang tersebut
disebabkan oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan.
E. Faktor Resiko
7
F. Klasifikasi
G. Patofisiologi PJT
8
sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil
daripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah akan terjadi kerusakan tingkat
seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria. Soothill dkk (2003) telah
melakukan pemeriksaan gas darah pada PJT yang parah dan menemukan asidosis
dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan eritroblastosis.4
Faktor janin yaitu kelainan genetik umumnya trisomi 21,13 dan 18 serta faktor
lingkungan uterus yang kronik seperti diabetes dan hipertensi menjadi penyebab
terjadinya pertumbahan janin terhambat yang simetris.
H. Skreening PJT
9
I. Diagnosis
a) Palpasi abdomen
Akurasinya terbatas namun dapat mendeteksi janin KMK sebesar 30%,
sehingga tidak boleh rutin digunakan dan perlu tambahan pemeriksaan
biometri janin.
10
Diagnosis PJT ditegakkan berdasarkan tafsiran berat janin dan lingkar perut ≤
dari 10 persentil dari pemeriksaan USG yang disebabkan oleh proses patologis
sehingga tidak dapat mencapai potensi pertumbuhannya secara biologis.4
11
dianggap normal. ICA <5 cm terkait dengan risiko morbiditas janin yang lebih
tinggi.10
12
Kardiotokografi4
Hasil pemeriksaan:
a) Reaktif: Menandakan aliran darah adekuat. Jika terdapat dua atau lebih
akselerasi laju jantung janin dalam 20 menit, baik dengan atau tanpa
pergerakan yang dirasakan oleh ibu. Dikatakan akselerasi jika terdapat 15
denyut per menit (dpm) diatas nilai dasar selama 15 detik jika usia
melebihi 32 minggu atau 10 dpm dalam 10 detik jika berusia kurang dari
32 minggu.
13
2) Kategori II : Pola indeterminate
ii. Variabilitas berkurang atau tidak adanya variabilitas yang tidak diikuti
dengan deselerasi berulang
ii. False negative Rate (FNR) NST 2+3 per 100, False Positive Rate
(FPR) 80%
Grafik 3: Gambaran KTG dengan aselerasi dan deselerasi pada tiga kali
kontraksi uterus
14
Penilaian Kesejahteraan Janin: Skor Profil Biofisik4
Untuk mendeteksi asfiksia pada janin dengan cara antaranya skor profil
biofisik. Kematin janin jarang terjadi pada kelompok dengan skor biofisik yang
normal.
Usg Doppler dapat digunakn untuk mengetahui etiologi, derajat penyakit dan
prognosis janin dengan PJT. PJT tipe II yang terutama disebabkan oleh infusiensi
plasenta akan terdiagnosis dengan baik secara USG Doppler. Peningkatan
resistensi perifer dari kapiler-kapiler uterus (terutama pada kasus hipertensi dalam
kehamilan/HDK) akan ditandai dengan penurunan tekanan diastolik sehingga
Sistolik-Diastolik (S/D) ratio akan meningkat, demikian juga dengan indeks
pulsatilitas (IP) dan indeks resistensi (IR).
Saat ini USG Doppler dianggap sebagai metode yang paling dini untuk
mendiagnosis adanya gangguan pertumbuhan sebelum terlihat tanda-tanda lainnya.
Kelainan aliran darah pada pemeriksaan Doppler baru akan terdeteksi dengan
pemeriksaan KTG satu minggu kemudian. Hilangnya gelombang diastolik / Absent
End Diastolic Flow (AEDF) akan diikuti dengan kelainan pada KTG 3-4 hari
kemudian. Gelombang diastolik yang terbalik/ Reversed End Diastolic Flow
(REDF) akan disertai dengan peningkatan kematian perinatal dalam waktu 48-72
jam.4
15
A. Pemeriksaan Pembuluh Darah Arteri4
1) Arteri Umbilikalis
Gambar 2: Gambaran USG Doppler arteri umbilikalis (a) normal dan (b)
reduced diastolik
Gambar 3: Gambaran USG Doppler arteri umbilikalis (a) normal, (b) reduced
diastolik (c) reversed/REDF
16
Sumber: William’s Obstetrics 24th Edition dan Pedoman Nasional
Pelayanan Kesehatan
17
otak yang disebut brain-sparing reflux atau terjadinya brain-sparing effect
yaitu redistribusi aliran ke organ-organ vital dengan cara mengurangi aliran
darah perifer dan plasenta.
Pada janin PJT akan terjadi penurunan aliran darah uteroplasenta sehinggs
gambaran Doppler memperlihatkan adanya peningkatan indeks resistensi atau
indeks pulsatilitas arteri umbilikalis yang disertai penurunan resistensi
sirkulasi serebral (brain sparing effect/BSE). Pada hipoksia berat, hilangnya
fenomena BSE menjadi tanda kerusakan yang irreversible .
1) Vena Umbilikalis
18
2) Duktus Venosis (DV)
J. Penatalaksanaan
19
a. Pemantauan Janin
b. Penatalaksanaan Persalinan
Jika End Diastolic (ED) masih ada, persalinan ditunda sampai umur kehamilan
37 minggu. Jika didapatkan AEDF atau REDF maka pemantauan janin harus ketat.
Jika didapatkan pemantauan lain (profil biofisik, venous Doppler) abnormal maka
segera dilakukan terminasi kehamilan.4
Jika umur kehamilan > 34 minggu, meskipun yang lain normal, terminasi perlu
dipertimbangkan. Pemberian kortikosteroid dapat dipertimbangkan bila umur
kehamilan < 36 minggu untuk mengurangi kejadian RDS .4
c. Terapi Lain
1. Bed rest masih dipertanyakan manfaatnya, tidak ada perbedaan luaran janin
antara perawatan bed rest dengan perawatan jalan. Bed rest justru dapat
menyebabkan tromboemboli.
20
3. Pemberian oksigen, dekompensasi abdomen dan pemberian obat-obatan
seperti channel blocker, beta mimetic dan magnesium belum memiliki bukti
ilmiah yang kuat dalam mencegah PJT.
21
2. Penatalaksanaan Pada Kehamillan Preterm
Jika ditemukan keadaan seperti ICA < 2,5 persentil dengan Doppler
velocimetry arteri umbilikalis normal dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis
hilang (AEDF) atau terbalik (REDF), maka pasien memerlukan pemantauan ketat
di rumah sakit.
Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti Anhydramnion (tidak ada poket)
pada usia kehamilan 30 minggu atau lebih, adanya deselerasi berulang, selama 2
minggu tidak ada pertumbuhan janin dan paru janin sudah matang, dan pada
pemeriksaan Doppler velocimtery adanya AEDF atau REDF, maka sudah
terpenuhi syarat untuk dilakukan terminasi kehamilan segera.
22
Pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan Doppler velocimetry arteri
umbilikalis setiap 3 minggu pemeriksaan profil biofisik setiap minggu termasuk
NST, diikuti dengan NST saja pada minggu yang sama. Jika ditemukan keadaan
seperti ICA ≤ 5 cm atau profil biofisik yang equivokal (6/10) pasien memerlukan
perawatan di rumah sakit untuk dilakukan observasi ketat.
Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti oligohidramnion (ICA < 5 cm),
umur kehamilan 36 minggu atau lebih, oligohidramnion pada usia kehamilan < 36
minggu dikombinasi dengan Doppler velocimetry arteri umbilikalis, adanya
abnormalitas Doppler velocimetry a. umbilikalis seperti: Doppler velocimetry a.
umbilikalis REDF setelah 32 minggu, Doppler velocimetry a. umbilikalis AEDF
setelah 34 minggu, jika AEDF pada < 34 minggu, maka penilaian profil biofisik
dilakukan dua kali seminggu.
K. Prognosis
Prognosis PJT asimetris lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan, namun
disertai dengan gangguan pertumbuhan setelah lahir. Prognosis PJT simetris
(terutama dengan kelainan kongenital multipel) adalah buruk.9
23
hipokalsemia, polisitemia, ikterus, kesulitan makan, intoleransi makanan,
enterokolitis nekrotikanasi, sepsis dan perdarahan paru.8
24
BAB III
KESIMPULAN
2. Klasifikasi PJT terbagi atas simetris yaitu janin yang secara proporsional
berukuran badan kecil akibat gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum
umur kehamilan 20 minggu dan asimetri yaitu janin yang berukuran badan
tidak proporsional akibat gangguan pertumbuhan janin pada kehamilan
trimester III.
3. Skreening PJT berupa anamnesis yang lengkap dan ditanyakan tentang faktor
resiko, mengukur TFU, dan USG serial pada trimester I, pertengahan trimester
II (18-20 minggu) dan pada kehamilan 28-32.
4. Diagnosis PJT ditegakkan berdasarkan tafsiran berat janin dan lingkar perut ≤
dari 10 persentil dari pemeriksaan USG.
7. Prognosis PJT asimetris lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan, namun
disertai dengan gangguan pertumbuhan setelah lahir. Prognosis PJT simetris
(terutama dengan kelainan kongenital multipel) adalah buruk.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal Growth Restriction:
Williams Obstetrics. 24th Edition.
5. Deepak S., Sweta S.,2 & Pradeep S. Clin Med Insights Pediatr. 2016; 10: 67–
83. doi: 10.4137/CMPed.S40070 PMCID: PMC4946587 Intrauterine Growth
Restriction: Antenatal and Postnatal Aspects
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4946587/
6. Miller, J., Turan, S., & Baschat, A. A. (2008, August). Fetal growth restriction.
In Seminars in perinatology (Vol. 32, No. 4, pp. 274-280). WB Saunders.
10. Woodward dkk. Diagnostic Imaging Obstetric. Third Edition. Elsevier. 2016.
26