Disusun Oleh :
TITIN KURNIA WATI
NIM. A1R19033
b) Implementasi
Implementasi dilakukan sebagain upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan
yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
c) Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.dilakuakan
evaluasi apakah dengan perubahan lingkungan tersebut individu menjadi lebih baik.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi
pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan
dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian
perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara
sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku
klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik
dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasimeningkat.Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang
optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus
dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan
yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.
Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep
holistik dan pendekatan sistem terbuka. Tujuannya adalah untuk membantu individu,
keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan
maksimal melalui intervensi tertentu. Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif
tingkat primer, sekunder atau tersier.
a) Pengkajian
c) Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
2) Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi
3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit melalui pemeriksaan
tekanan darah
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi
yang berisiko
5) Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan apabila menjadi penyebab stressor
6) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan
d) Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat melaksanakan
peningkatan kesehatan
3) Mendidik keluarga tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
4) Sebagai advokat yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
keluarga.
4. Dorthea Orem
Konsep Keperawatan yang menurut Dorothea Prem dikenal dengan Model
Self Care. Pandangan teori orem adalah tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya.
Pengembangan konsep teori Dorothea Orem, menjadi 3 bentuk :
1. Perawatan diri sendiri (self care)
2. Self Care Defisit
3. Teori Nussing Sistem
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berfokus pada empat fungsi keluarga yang telah
diidentifikasi dan dampak dalam memenuhi therapeutic self care demand pada
individu anggota keluarga dan pada struktur dan fungsi keluarga.
Contoh : komunikasi antara suami istri, komunikasi pada anak, perilaku
interpersonal anggota keluarga.
c) Perencanaan
Orem mendefinisikan 5 area aktivitas praktek keperawatan :
1. Membina dan menjaga hubungan perawat – keluarga (individu, keluarga
dan kelompok) sampai keluarga pulang.
2. Menentukan jika dan bagaimana keluarga perlu ditolong oleh perawat.
3. Berespon pada pertanyaan, kebutuhan dan keinginan keluarga akan
kontrak dan asistennya.
4. Menetapkan, memberikan dan meregulasi bantuan langsung pada keluarga
5. Koordinasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari- hari kien,
perawatan kesehatan lain, pemberian pelayanan sosial dan pendidikan
yang di butuhkan atau yang sedang diterima.
d) Implementasi
Orem memandang implemenatasi keperawatan sebagai asuhan kolaboratif
dengan saling melengkapi antara keluarga dan perawat, dengan kata lain
perawat bertindak dalam berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan
keluarga. Dalam implementasi rencana keperawatan, perawat dan keluarga
bersama-sama melakukan aktivitas dalam membantu mempertemukan
tuntutan terapi perawatan diri keluarga.
e) Evaluasi
Orem tidak menuliskan secara spesifik tentang evaluasi, akan tetapi ia
mengemukakan bahwa keluarga membutuhkan kemandirian dalam hal
mengatai masalah kesehatannya.
Oleh karena itu evaluasi difokuskan pada tingkat :
Kemampuan keluarga untuk mempertahankan kebutuhan self care-nya.
Kemampuan keluarga untuk mengatasi self care deficit-nya dan sampai
sejauh mana perkembangan kemandirian keluarga
Kemampuan keluarga dalam memberikan bantuan self care jika keluarga
tidak mampu.
Evaluasi ini dilakukan melalui identifikasi tingkat kemandirian keluarga
dalam perawatan dirinya yang dapat dilihat dari kontribusi / keterlibatan
keluarga dan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.