Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN TEORI MODEL

(FLORENCE, CALISTA ROY, BETTY NEW MEN, DORTHEA OREM)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu :
Dr. Farida, SKM, M.Kep.

Disusun Oleh :
TITIN KURNIA WATI
NIM. A1R19033

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN
2020/2021
TEORI

1. Teori Florence Nightingale.

Teori keperawatan Florence Nightingale dikenal juga dengan keperawatan


modern (modern nursing). Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan. Menurut
Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi
lingkungan.  

Aplikasinya di keperawatan keluarga

a) Pengkajian Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada :


Lingkungan Fisik
Pengkajian keperawatan keluarga mengenai data lingkungan yang
berhubungan dengan karakteristik rumah. Di dalamnya dilakukan pengkajian
mengenai gambaran tipe tempat tinggal rumah, gambaran kondisi rumah, dapur,
kamar mandi, mengkaji pengaturan tempat tidur, mengkaji keadaan umum
kebersihan sanitasi rumah.

Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)


F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Pengkajian yang
biasanya dilakukan kepada pasien di lingkungan psikologi adalah pengkajian
mengenai pola komunikasi dalam keluarga seperti bagaimana kualitas dan frekuensi
yang terjadi dalam keluarga, bagaimana pesan emosional dapat tersampaikan dalam
keluarga serta bagaimana koping setiap individu dalam keluarga tersebut.

Lingkungan sosial (social environment)


Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat
penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat dapat
melakukan pengkajian berupa seperti  bagaimana struktur peran dalam keluarga,
bagamana berjalannya fungsi keluarga sosialisasi serta bagaimana hubngan atau cara
keluarga beradaptasi dengan lingkungan sosial.

b) Implementasi
Implementasi dilakukan sebagain upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan
yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
c) Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.dilakuakan
evaluasi apakah dengan perubahan lingkungan tersebut individu menjadi lebih baik.

2. Teori Sister Calista Roy

Model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu


meningkatkan kesehatannya dengan cara perilaku adaptif serta mampu merubah perilaku
yang maladaptive.Calista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model
adaptasi yang memiliki beberapa pandangan dan keyakinan serta nilai yang dimilikinya.

Aplikasinya di keperawatan keluarga

a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi
pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif  berhubungan
dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian
perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara
sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku
klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat
melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik
dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik

b) Perumusan diagnosa keperawatan


Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan
dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada
kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang
tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode
diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan
oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.
Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami
nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini,
diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan
fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”

c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara
keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasimeningkat.Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang
optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus
dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus
fokal, kontekstual dan residual.

d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat.
e)  Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan
yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.

3. Teori Betty new men

Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep
holistik dan pendekatan sistem terbuka. Tujuannya adalah untuk membantu individu,
keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan
maksimal melalui intervensi tertentu. Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif
tingkat primer, sekunder atau tersier.

Aplikasinya di keperawatan keluarga

a) Pengkajian

Yang perlu dikaji pada keluarga adalah :

Care atau inti


Delapan sub sistem yang mempengaruhi keluarga
1) Perumahan. Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana penerangannya,
sirkulasi, kepadatannya merupakan stressor bagi penduduk.
2) Pendidikan keluarga. Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuannya.
3) Keamanan dan keselamatan. Bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan. Apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapatkan pelayanan di
berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia. Untuk melakukan deteksi dini gangguan
atau merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
6) Sistem komunikasi. Sistem komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan di komunikasi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan penyakit.
7) Sistem ekonomi. Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan upah minimum  regional, dibawah atau diatas
sehingga upaya pelayanan ditujukan pada anjuran untuk mengkonsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi masing-masing.
8) Rekreasi Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka,biayanya apakah
terjangkau komunitas atau tidak.

b) Diagnosis keperawatan keluarga


Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi keluarga terhadap stressor
yang ada. Selanjutnya dirrumuskan dalam 3 komponen :
P ( problem atau masalah )
E ( etilogi atau penyebab)
S (symtom atau menifestasi/ data penunjang)

c) Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
1) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
2) Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik relaksasi
3) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit melalui pemeriksaan
tekanan darah
4) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat bagi
yang berisiko
5) Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan apabila menjadi penyebab stressor
6) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan

d) Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat melaksanakan
peningkatan kesehatan
3) Mendidik keluarga tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
4) Sebagai advokat yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
keluarga.

e) Evaluasi dan penilaian


1) Menilai respons verbal dan nonverbal keluarga setelah dilakukan intervensi
2) Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk ke rumah sakit.

4. Dorthea Orem
Konsep Keperawatan yang menurut Dorothea Prem dikenal dengan Model
Self Care. Pandangan teori orem adalah tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya.
Pengembangan konsep teori Dorothea Orem, menjadi 3 bentuk :
1. Perawatan diri sendiri (self care)
2. Self Care Defisit
3. Teori Nussing Sistem

Aplikasinya di keperawatan keluarga

a) Pengkajian / Riwayat keperawatan


Pengkajian yang harus dilakukan menurut Orem diawali dengan pengkajian
personel keluarga yang meliputi : usia, sex, tinggi badan, berat badan, budaya,
ras, status perkawinan, agama dan pekerjaan keluarga.
Menurut Orem pengkajian juga didasarkan pada 3 ( tiga ) kategori perawatan
diri keluarga yang meliputi :
 Universal self care
Kebutuhan yang berkaitan dengan proses hidup manusia, proses
mempertahankan integritas, struktur dan fungsi tubuh manusia selama
siklus kehidupan berlangsung yang meliputi: tempat tinggal, sanitasi,
makanan, udara yang bersih, keamanan, resolusi konflik, pendidikan pada
anak, komunikasi dalam keluarga, standard kepercayaan dan perilaku,
solitude dan interaksi social.
 Developmental self care
Kebutuhan-kebutuhan yang dikhususkan untuk proses perkembangan,
kebutuhan akibat adanya suatu kondisi yang baru, kebutuhan yang
dihubungkan dengan suatu kejadian. Meliputi: perubahan tempat tinggal,
perubahan pola konsumsi makanan, mekanisme untuk mempertahankan
keamanan akibat adanya perubahan pola kriminalitas, lingkungan yang
tidak mendukung/berbahaya, konflik keluarga, perkembangan perubahan
informasi dan sosialisasi yang dibutuhkan oleh anak dan orang dewasa
dalam keluarga, perkembangan kepercayaan dan pola, perkembangan
perubahan informasi dan sosialisasi yang dibutuhkan oleh anak dan orang
dewasa dalam keluarga, perkembangan kepercayaan dan pola.
 Health deviation
Kebutuhan berkaitan dengan adanya penyimpangan status kesehatan
seperti: kondisi sakit atau injury, atau kecelakaan yang dapat menurunkan
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan self care-nya baik
secara permanen maupun temporer, sehingga keluarga tersebut
memerlukan bantuan orang lain. Kebutuhan ini meliputi :
 Mendeteksi berbagai hal yang mengancam keluarga.
 Menggunakan sumber-sumber eksternal untuk mengatasi masalah
kesehatan dalam keluarga.
 Menyadari dampak dari patologi penyakit.
 Memilih prosedur diagnostik, terapi dan rehabilitasi yang tepat dan
efektif .
 Memodifikasi konsep diri untuk dapat menerima status kesehatannya
dan mengatasi hal tersebut.
 Belajar hidup dengan keterbatasan sebagai dampak dari kondisi
patologis, efek pengobatan, dan diagnostik serta selalu meningkatkan
kemampuan.

b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berfokus pada empat fungsi keluarga yang telah
diidentifikasi dan dampak dalam memenuhi therapeutic self care demand pada
individu anggota keluarga dan pada struktur dan fungsi keluarga.
Contoh : komunikasi antara suami istri, komunikasi pada anak, perilaku
interpersonal anggota keluarga.

c) Perencanaan
Orem mendefinisikan 5 area aktivitas praktek keperawatan :
1. Membina dan menjaga hubungan perawat – keluarga (individu, keluarga
dan kelompok) sampai keluarga pulang.
2. Menentukan jika dan bagaimana keluarga perlu ditolong oleh perawat.
3. Berespon pada pertanyaan, kebutuhan dan keinginan keluarga akan
kontrak dan asistennya.
4. Menetapkan, memberikan dan meregulasi bantuan langsung pada keluarga
5. Koordinasi dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari- hari kien,
perawatan kesehatan lain, pemberian pelayanan sosial dan pendidikan
yang di butuhkan atau yang sedang diterima.

d) Implementasi
Orem memandang implemenatasi keperawatan sebagai asuhan kolaboratif
dengan saling melengkapi antara keluarga dan perawat, dengan kata lain
perawat bertindak dalam berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan
keluarga. Dalam implementasi rencana keperawatan, perawat dan keluarga
bersama-sama melakukan aktivitas dalam membantu mempertemukan
tuntutan terapi perawatan diri keluarga.

e) Evaluasi
Orem tidak menuliskan secara spesifik tentang evaluasi, akan tetapi ia
mengemukakan bahwa keluarga membutuhkan kemandirian dalam hal
mengatai masalah kesehatannya.
Oleh karena itu evaluasi difokuskan pada tingkat :
 Kemampuan keluarga untuk mempertahankan kebutuhan self care-nya.
 Kemampuan keluarga untuk mengatasi self care deficit-nya dan sampai
sejauh mana perkembangan kemandirian keluarga
 Kemampuan keluarga dalam memberikan bantuan self care jika keluarga
tidak mampu.
Evaluasi ini dilakukan melalui identifikasi tingkat kemandirian keluarga
dalam perawatan dirinya yang dapat dilihat dari kontribusi / keterlibatan
keluarga dan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai