PENDAHULUAN
Fistula ani atau yang biasanya disebut fistel perianal maupun fistel para-
anal, disebabkan oleh perforasi atau adanya aliran abses anorektum. Fistula
perianal lebih sering terjadi pada laki - laki, usia 20 40 tahun. Insidensi kejadian
fistula ani berkisar 1-3:10.000 jiwa. Kebanyakan fistel mempunyai satu muara di
perineum pada kulit perianal. Fistel dapat disebabkan oleh colitis yang disertai
proktitis, seperti TBC, amubiasis, dan morbus Crohn. Fistel dapat terletak di
terletak disisi anterior, lateral, maupun posterior. Bentuk fistel dapat lurus,
bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, akan tetapi
ditemukan pula yang bersifat kompleks. Fistel dengan lubang kripta disebelah
anterior umumnya berbentuk lurus, fistel dengan lubang yang berasal dari kripta
disebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang dan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
terkumpulnya nanah di daerah anus yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari lesi-
lesi di kulit atau kelenjar yang tersumbat pada anal. Ada dua tipe dari abses anus:
Abses Perirektal dan Abses Perianal. Abses perirektal adalah terkumpulnya nanah
nanah secara langsung di bawah kulit sekitar anus. Abses anus umumnya terjadi
pada penderita penyakit menular seksual, inflammatory bowel disease dan orang
yang melakukan anal sex. Kondisi ini kadang - kadang dapat juga terjadi pada
bayi dan balita yang masih menggunakan popok. Meskipun abses anus bukan
karena kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang fatal seperti sepsis (darah
yang keracunan akibat infeksi bakteri dalam darah). Abses tersebut dapat diterapi
atau yang biasanya disebut fistel perianal maupun fistel para-anal, disebabkan
2.2. Anatomi
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis
epitel. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Kanalis analis
2
dan kulit luar di sekitarnya kaya akan persyarafan sensoris somatik dan peka
autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Darah vena di atas garis anorektum
mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke
sistem kava melalui vena iliaka. Sistem limfe dari rektum mengalirkan isinya
kelenjar limfe paraaorta melalui kelenjar limfe Iliaka Interna, sedangkan limfe
ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi, sudut ini
menjadi lebih besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis
mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Pada daerah ini terdapat kripta anus
dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi di sini dapat
sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok
dubur dan menunjukkan batas antara sfingter ekterna dan sfingter interna (garis
Hilton). Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
interna dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari
fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah otot levator (puborektalis)
dan komponen m. sfingter eksternus. M. Sfingter internus terdiri dari serabut otot
3
Gambar 1. Anatomi Anus dan Rektum
2.3. Fisiologi
dari lumen usus ke daerah perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan lender yang
berguna sebagai pelicin/lubrikasi. Saluran ini memiliki klep satu arah agar
produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan keluar
produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan kuman dan cairan feses
dalam kelenjar, membentuk peradangan yang jadi abses. Abses akan mencari
jalan keluar dan membentuk semacam pipa yang menembus kulit. Akibatnya,
4
kulit jadi tampak seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini tidak bisa menutup karena
nanah selalu keluar dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses.
2.4. Epidemiologi
Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berusia 20 40 tahun, berkisar
1-3 : 10.000. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses, akan tetapi tidak
semua abses menjadi fistula. Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula.
2.5. Etiologi
rektum. Kadang - kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada
abses anorektal. Terdapat sekitar 7 - 40% pada kasus abses anorektal berlanjut
menjadi fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada
anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak
vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar x, kanker, penyakit Crohn dan
5
2.6. Klasifikasi Fistula Perianal
kelompok yaitu :
bawah cincin anorektal. Fistula letak rendah dapat dibuka tanpa takut
b) Fistula letak tinggi dimana internal opening fistel ke anus terdapat di atas
6
Gambar 2. Klasifikasi Park Tipe Fistula Perianal
2.7. Patofisiologi
masuk melalui kelenjar anal akan menyebar ke dinding otot sphingter anal
gejala yang berulang. Anal kelenjar biasanya berfungsi untuk melumasi dubur.
Obstruksi hasil kriptus dubur dalam stasis sekresi kelenjar dan kemudian
terinfeksi. Abses ini biasanya terbentuk dalam ruang intersphinteric dan dapat
2.8. Diagnosis
Anamnesis
selang waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit - sedikit. Pada colok
dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus (bukan di rectum) dan
7
ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal kira - kira 3 mm (colok dubur
bidigital). Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta
sebelumnya, bengkak, dan spontan atau drainase bedah direncanakan dari abses
anorektal.
Ulkus
Pruritus ani
Demam
General malaise
Radang usus
Divertikulitis
Tuberkulosis
Terapi steroid
8
Infeksi HIV
Pemeriksaan Fisik
ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula atau teraba adanya fistula di
bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses
belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan
granulasi. Internal opening fistula dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul
di dinding anus setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening,
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra operasi
Pemeriksaan Radiologi
fistula.
suprasfingter.
9
c. MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi.
inflamasi usus.
pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma
ani.
2.9. Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif:
terulangnya timbul kembali fistula selalu ada (20% - 40%) tergantung apakah
fistula itu sederhana atau susah dan letaknya fistula itu sendiri. Pada fistula yang
susah, tidak mungkin saluran dibelah begitu saja karena banyak otot yang ikut
10
2. Terapi Pembedahan:
membiarkannya terbuka.
Seton : Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual
untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana
11
Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke
dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh
3. Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama
setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap
beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan
dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar.
Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah bokong dengan
cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang
diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif.
Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja
setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang.
Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan
2.10 . Komplikasi
Retensi urin
Perdarahan
Impaksi tinja
Thrombosed wasir
12
Komplikasi tertunda pasca operasi, sebagai berikut :
Kambuh
Inkontinensia
2.11. Prognosis
Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%.
tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa
kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Fistula ani atau yang biasanya disebut fistel perianal maupun fistel para
-anal, disebabkan oleh perforasi atau adanya aliran abses anorektum. Fistula
perianal lebih sering terjadi pada laki - laki, usia 20 40 tahun. Sebagian besar
fistula terbentuk dari sebuah abses, akan tetapi tidak semua abses menjadi fistula.
Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. Untuk prognosisnya
fistula dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%.
tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa
kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap
14
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran EGC.1994.
Jakarta :EGC.2000.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Erlangga.2006.
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.
2000
Edition.p.149
15