BAB I
PENDAHULUAN
Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel
pra-anal, disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga
kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum
dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis
yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn.
Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus
sfingter, mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya
mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat
tunggal, kadang ditemukan yang kompleks. Fistel dengan lubang kripta di sebelah
anterior umumnya berbentuk lurus, fistel dengan lobang yang berasal dari kripta
di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang
dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat membentuk satu
lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum Hoodsall.
Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa
menyebabkan inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya
sendiri. Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik,
antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula
rekuren.
3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fistula
Fistula dapat muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal
(atau perirektal). Faktanya, setelah drainase dari abses periani, hampir 50 %
terdapat kemungkinan untuk berkembang menjadi fistula yang kronik. Fistula
lainnya dapat terjadi sekunder karena trauma, penyakit Crohn. fisura ani,
karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis, tuberculosis, dan infeksi klamidia.2
Hipotesa kriptoglandular menyatakan bahwa infeksi bermula pada kelenjar
ani dan berkembang menuju dinding otot dari sfingter ani yang menyebabkan
abses anorektal. Setelah pembedahan atau drainase spontan pada kulit periani,
biasanya jaringan granulasi dari traktus tertinggal, menyebabkan gejala yang
berulang.2
Dapat disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum. Kadang
fistula disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau
morbus Crohn. Infeksi dari kelenjar intersphincter di anal dengan organisme yang
ditemukan di traktus gastrointestinal- baik aerob (Cth : E.coli) dan anaerob (Cth :
Bacteroides spp.) – adalah penyebab gangguan yang umum terjadi ini.1
3
Khasnya, tiga nama abses adalah konsekuensi penyebaran pada arah diatas :4
1. Perianal – sepsis menyebar secara vertical ke bawah pada ruang
intersphincter,
4
Hukum Goodsall
Untuk membantu pemeriksa memperkirakan arah saluran dan
kemungkinan lokasi dari muara interna, dapat digunakan Hukum Goodsall. Ketika
pasien berada dalam posisi litotomi :2
5
a) Jika muara eksterna terletak anterior dari garis imajiner yang ditarik
anterior dari kanalis ani, fistula biasanya berjalan langsung menuju anal
kanal.2
b) Jika muara eksterna terletak sebelah posterior dari garis, fistula biasanya
membentuk lengkungan terhadap garis tengah dari kanalis ani.2
Lokasi muara fistula eksterna adalah kunci dari posisi muara interna
Jalur umum traktus fistulosa anorektum. Muara interna (primer) hampir selalu
berada dalam kripta; fistula biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian
muskulus sfingter; fistula majemuk atau fistula yang melibatkan seluruh muskulus
sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. Hukum Goodsall adalah garis
transversal membagi fistula anal menjadi dua kelompok: (1). Jika muara sekunder
terletak anterior terhadap garis transversa yang membagi kanalis analis menjadi
bagian anterior dan posterior, biasanya muara itu berhubungan dengan muara
primer melalui traktus fistulosa yang melengkung berbentuk tapal kuda atau semi
tapal kuda.3
Harus dicatat, walau bagaimanapun, semakin jauh muara eksterna dari
anus, hokum Goodsall semakin tidak dapat dipercaya. Sebagai tambahan, arah
saluran pada fistula yang rumit tidak dapat diprediksi.2
6
2. Flap Rektal
Terkadang, untuk mengurangi jumlah otot sfingter yang digunting,
dokter bedah dapat mengeluarkan jalurnya dan membuat flap ke dalam
dinding abdomen untuk mencapai dan mengeluarkan muara fistula interna.
Flap nya kemudian ditempelkan ke belakang.6
9
3. Penempatan Seton
Dokter bedah menggunakan seton untuk6 :
a) menciptakan jaringan paurt di sekitar otot sphincter sebelum
memotongnya dengan pisau
b) mengizinkan seton untuk secara lambat memotong seluruh jalur melalui
otot selama beberapa minggu. Seton juga dapat membantu drainase
fistula
Gambar 1. Seton
Fistula ani disebut juga fistula perianal atau fistula para-anal. Fistula
anorektal (Fistula ani) adalah komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal.
Kelenjar pada kanalis ani terletak pada linea dentate menyediakan jalur organisme
yang menginfeksi untuk dapat mencapai ruang intramuscular.9,10
ke ruang lain, biasanya menuju ke epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke
organ lainnya seperti kemaluan. 9,10
Penyakit ini biasanya terjadi pada laki laki yang berumur 20 – 40 tahun.
Namun sangat jarang terjadi, penderitanya berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang.
Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses dengan persentase sekitar 40%
pasien. Fistula Ani yang terjadi pada anak-anak bisa disebabkan pada cacat
bawaan, dimana Fistula sering ditemukan pada anak laki-laki. 8,10
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis
epitel. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Kanalis analis
dan kulit luar di sekitarnya kaya akan persyarafan sensoris somatik dan peka
terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum mempunyai persyarafan
autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Darah vena di atas garis anorektum
mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke
12
sistem kava melalui V. Iliaka. Sistem limfe dari rektum mengalirkan isinya
melalui pembuluh limfe sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke arah
kelenjar limfe paraaorta melalui kelenjar limfe Iliaka Interna, sedangkan limfe
yang berasal dari kanalis analis mengalir ke arah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 sentimeter. Sumbunya mengarah
ke ventrokranial yaitu mengarah ke umbilikus dan membentuk sudut yang nyata
ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi, sudut ini
menjadi lebih besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis
mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Pada daerah ini terdapat kripta anus
dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi di sini dapat
menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistula. Lekukan antar-
sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok
dubur dan menunjukkan batas antara sfingter ekterna dan sfingter interna (garis
Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter interna dan
sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis) dan
komponen m. sfingter eksternus. M. Sfingter internus terdiri dari serabut otot
polos, sedangkan M. Sfingter eksternus terdiri atas serabut olot lurik.
13
sakit dan bila timbul kembali maka rasa sakit terasa bahkan hingga sampai
dua bulan.
a) Anamnesis Hemoroid
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan studi pra operasi
normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
2. Pemeriksaan Radiologi
o Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk
melihat jalur fistula.
Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Simple
intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy (membuka tract fistula),
kuretase, dan penyembuhan sekunder. 10,13
a) Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks
sphincter yang terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang
terkena dapat dilakukan sphincterotomy tanpa menimbulkan
inkonstinensia yang berarti. Bila fistulanya high transsphincteric dapat
dilakukan dengan pemasangan seton.
b) Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan
seton.
c) Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula,
biasanya bila fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.
Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan
merangsang terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter.
Cutting seton terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang
fibrosis. Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan sebagai drainase.
Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula saat
berada di kamar operasi :9,13
1. Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal,
atau sebaliknya.
2. Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen
peroksida, dan memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.
3. Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.
20
4. Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal
ini dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada
varian yang kompleks
Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta
profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap
beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan
dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar.
Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan
cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang
diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif.
Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja
setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang.
Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan
untuk duduk diam berlama-lama.11,12